KONTRIBUTOR
PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR
TAHUN 2014
Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan; Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo; Dinas Kesehatan Kabupaten Trenggalek;
Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung; Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar; Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri;
Dinas Kesehatan Kabupaten Malang; Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang; Dinas Kesehatan Kabupaten Jember;
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi; Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso;
Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo; Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo;
Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan; Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo; Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto;
Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang; Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk; Dinas Kesehatan Kabupaten Madiun;
Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan; Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi; Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro;
Dinas Kesehatan Kabupaten Tuban; Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan; Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik;
Dinas Kesehatan Kabupaten Bangkalan; Dinas Kesehatan Kabupaten Sampang;
Dinas Kesehatan Kabupaten Pamekasan; Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep; Dinas Kesehatan Kota Kediri;
Dinas Kesehatan Kota Blitar; Dinas Kesehatan Kota Malang; Dinas Kesehatan Kota Probolinggo;
Dinas Kesehatan Kota Pasuruan; Dinas Kesehatan Kota Mojokerto; Dinas Kesehatan Kota Madiun;
Dinas Kesehatan Kota Surabaya; Dinas Kesehatan Kota Batu;
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur;
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur :
Seksi Kesehatan Keluarga; Seksi Kesehatan Rujukan dan Khusus; Seksi Kesehatan Dasar dan Penunjang;
Seksi Pemberantasan Penyakit; Seksi Penyehatan Lingkungan; Seksi Promosi Kesehatan;
Seksi Gizi; Seksi Pencegahan, Pengamatan Penyakit dan Penanggulangan Masalah Kesehatan;
Seksi Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan; Seksi Pembiayaan Kesehatan;
Seksi Perencanaan, Pendayagunaan dan Pengembangan SDM Kesehatan; Sub Bagian Penyusunan Program;
Seksi Informasi dan Penelitian Pengembangan Kesehatan;
SAMBUTAN
KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta‟ala, bahwa buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 ini dapat diterbitkan setelah beberapa lama berproses dalam penyusunannya. Disadari sepenuhnya bahwa penyusunan buku Profil Kesehatan ini masih memiliki beberapa kendala, khususnya dalam pengelolaan data dan informasi di tingkat kabupaten/kota sebagai bahan dasar Profil Kesehatan.
Atas terbitnya Buku Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014, kami memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan jajarannya, pimpinan instansi lintas sektor, serta Tim Penyusun Profil Kesehatan di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur yang telah berupaya memberikan kontribusinya, serta kepada semua pihak yang telah membantu memberikan data dan informasi guna penyusunan buku Profil Kesehatan ini.
Di tahun mendatang, kiranya Buku Profil Kesehatan dapat diterbitkan lebih awal dengan memuat data dan informasi berkualitas, serta tetap memperhatikan kedalaman analisa dan konsistensi datanya, sehingga buku Profil Kesehatan ini dapat dijadikan rujukan penting dan utama dalam proses manajemen pembangunan kesehatan khususnya di Jawa Timur.
Semoga Profil Kesehatan Jawa Timur Tahun 2014 ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik di lingkungan pemerintahan, akademisi, organisasi profesi, swasta serta masyarakat umum yang membutuhkan informasi di bidang kesehatan. Kami tetap mengharapkan kritik, saran atau masukan dari para pembaca guna penyempurnaan Profil Kesehatan di masa datang.
Surabaya, Desember 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN
PROVINSI JAWA TIMUR
dr. HARSONO Pembina Utama Madya NIP. 19560703 198312 1 001
DAFTAR ISI
SAMBUTAN KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL vii
BAB I PENDAHULUAN 1
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Sistematika Penyajian 2
BAB II GAMBARAN UMUM JAWA TIMUR 4
II.1 Kondisi Geografis dan Administrasi 4
II.2 Topografi 5
II.3 Hidrografi 6
II.4 Iklim 6
II.5 Kependudukan 7
BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 8
III.1 Angka Kematian (Mortalitas) 8
III.2 Angka/Umur Harapan Hidup (AHH/UHH) 11
III.3 Angka Kesakitan (Morbiditas) 13
III.4 Status Gizi Masyarakat 27
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 29
IV.1 Pelayanan Kesehatan Dasar 29
IV.2 Pelayanan Kesehatan Rujukan dan Khusus 43
IV.3 Ketersediaan Obat 45
IV.4 Perbaikan Gizi Masyarakat 47
IV.6 Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat 52
IV.7 Pelayanan Kesehatan Lingkungan dan Sanitasi Dasar 54
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 56
V.1 Sarana Kesehatan 56
V.2 Tenaga Kesehatan 61
V.3 Anggaran Kesehatan 62
BAB VI PENUTUP 64
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Administrasi Provinsi Jawa Timur
Gambar 2.2 Peta Topografi Provinsi Jawa Timur
Gambar 2.3 Piramida Persentase Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Provinsi Jawa Timur Tahun 2014
Gambar 3.1 Perkembangan Capaian, Target Renstra dan MDGs AKI (per 100.000
Kelahiran Hidup) Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014
Gambar 3.2 Proporsi Penyebab Kematian Ibu Provinsi Jawa Timur Tahun
2010-2014
Gambar 3.3 Perkembangan Capaian, Target Renstra dan MDGs AKB (per 1.000
Kelahiran Hidup) Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014
Gambar 3.4 Pemetaan Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup Provinsi
Jawa Timur Tahun 2014
Gambar 3.5 Perkembangan Capaian dan Target Renstra AHH (satuan Tahun)
Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014
Gambar 3.6 Pemetaan Angka Harapan Hidup Provinsi Jawa Timur Tahun 2014
Gambar 3.7 Perkembangan Persentase CDR dan Success Rate TB Provinsi Jawa
Timur Tahun 2010-2014
Gambar 3.8 Perkembangan Kasus HIV, AIDS dan Jumlah Kematian per Tahun
Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014
Gambar 3.9 Proporsi Kasus AIDS Berdasarkan Faktor Resiko Penderita, Provinsi
Jawa Timur Sampai Dengan Tahun 2013 dan Tahun 2014
Gambar 3.10 Proporsi Kasus AIDS Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita, Provinsi
Jawa Timur Sampai Dengan Tahun 2014
Gambar 3.11 Persentase Cakupan Penemuan Kasus Pneumonia Provinsi Jawa
Timur Tahun 2010-2014
Gambar 3.12 Cakupan Penemuan Kasus Diare per Bulan Provinsi Jawa Timur
Gambar 3.13 Cakupan Penemuan Kasus Diare per Bulan Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2014
Gambar 3.14 Lokasi KLB Malaria di Kabupaten Sumenep Tahun 2014
Gambar 3.15 Perkembangan Kasus Campak Provinsi Jawa Timur Tahun
2010-2014
Gambar 3.16 Perkembangan Kasus Difteri dan Distribusi Kasus Difteri di
Kabupaten/Kota Tahun 2010-2014
Gambar 3.17 Perkembangan Kasus TN dan Kematian Akibat TN, Provinsi Jawa
Timur Tahun 2010-2014
Gambar 3.18 Perkembangan Persentase Status Gizi Balita BB/U Provinsi Jawa
Timur Tahun 2009-2014
Gambar 4.1 Perkembangan Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1
Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014
Gambar 4.2 Perkembangan Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K4
Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014
Gambar 4.3 Perkembangan Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan oleh
Tenaga Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014
Gambar 4.4 Perbandingan Jumlah Desa dan Jumlah Bidan Tinggal di Desa
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
Gambar 4.5 Perkembangan Persentase Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani
Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014
Gambar 4.6 Perkembangan Persentase Cakupan KN Lengkap Provinsi Jawa
Timur Tahun 2010-2014
Gambar 4.7 Perkembangan Persentase Neonatal Komplikasi Ditangani Provinsi
Jawa Timur Tahun 2010-2014
Gambar 4.8 Perkembangan Persentase Cakupan (Kunjungan) Bayi Provinsi Jawa
Timur Tahun 2010-2014
Gambar 4.9 Cakupan Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
Gambar 4.10 Cakupan Peserta KB Baru Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
Gambar 4.11 Perkembangan Cakupan Desa/Kelurahan UCI Provinsi Jawa Timur
Gambar 4.12 Perkembangan Hasil Program Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014
Gambar 4.13 Perkembangan Hasil Program UKGS (Perawatan Gigi) Provinsi Jawa
Timur Tahun 2010-2014
Gambar 4.14 Perkembangan Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di
Puskesmas Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014
Gambar 4.15 Perkembangan Jumlah Kunjungan Rawat Jalan dan Rawat Inap di
Rumah Sakit di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2014
Gambar 4.16 Perkembangan Cakupan Pemberian Fe1 dan Fe3 pada Ibu Hamil
Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2014
Gambar 4.17 Perkembangan Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak
Balita Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2014
Gambar 4.18 Cakupan Kepemilikan Jaminan Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Tahun 2014
Gambar 4.19 Cakupan Sanitasi Rumah Sehat di Provinsi Jawa Timur Tahun 2014
Gambar 5.1 Perkembangan Persentase Strata Posyandu Provinsi Jawa Timur
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Pencapaian Program Pemberantasan Penyakit Kusta Provinsi Jawa
Timur Tahun 2010-2014
Tabel 3.2 Pencapaian Hasil Kinerja Program DBD Provinsi Jawa Tahun 2014
Tabel 3.3 Pencapaian Hasil Kinerja Program Malaria Provinsi Jawa Timur Tahun
2010-2014
Tabel 4.1 Dukungan Dana APBD Provinsi dan APBN Kegiatan Kesehatan Ibu
dan Anak, Kesehatan Reproduksi serta Kesehatan Anak Remaja dan Usia Lanjut Provinsi Jawa Timur Tahun 2010-2014
Tabel 4.2 Nilai Indikator Pemakaian Tempat Tidur Rumah Sakit di Provinsi Jawa
Timur Tahun 2012-2014
Tabel 4.3 Persentase Ketersediaan Obat per Kabupaten/Kota Provinsi Jawa
Timur Tahun 2014
Tabel 5.1 Jumlah Rumah Sakit Berdasarkan Kepemilikan di Provinsi Jawa Timur
Tahun 2014
Tabel 5.2 Jumlah Sarana Farmasi dan Perbekalan Kesehatan di Provinsi Jawa
Timur Tahun 2010-2014
Tabel 5.3 Jumlah Tenaga Medis, Paramedis dan Tenaga Kesehatan Lainnya di
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dalam konstitusi organisasi kesehatan dunia yang bernaung di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), disebutkan bahwa salah satu hak asasi manusia adalah memperoleh manfaat, mendapatkan dan atau merasakan derajat kesehatan setinggi-tingginya, sehingga Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan tidak hanya berpihak pada kaum tidak punya, namun juga berorientasi pada pencapaian
Millenium Development Goals (MDGs).
Dari 8 (delapan) agenda pencapaian MDGs, 5 (lima) di antaranya merupakan bidang kesehatan, yakni terdiri dari memberantas kemiskinan dan kelaparan (Tujuan 1); menurunkan angka kematian anak (Tujuan 4); meningkatkan kesehatan ibu (Tujuan 5); memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lainnya (Tujuan 6) dan melestarikan lingkungan hidup (Tujuan 7).
Untuk mendukung keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan tersebut, salah satunya dibutuhkan adanya ketersediaan data dan informasi yang akurat bagi proses pengambilan keputusan dan perencanaan program. Selain itu, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 17 Ayat 1 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pada Pasal 168 juga menyebutkan bahwa untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan yang dilakukan melalui sistem informasi dan melalui kerjasama lintas sektor, dengan ketentuan lebih lanjut akan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan pada pasal 169 disebutkan pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Salah satu produk dari penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan adalah Profil Kesehatan Provinsi yang diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu sarana untuk memantau dan mengevaluasi pencapaian program. Profil Kesehatan merupakan salah satu indikator dari Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2011-2014, yakni tersedianya buku Profil Kesehatan Indonesia, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sejalan dengan penyusunan Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur ini, di tingkat Kabupaten/Kota juga disusun Profil Kesehatan Kabupaten/Kota sebagai salah satu paket penyajian data/informasi kesehatan yang lengkap. Dengan kata lain, penyusunan Profil Kesehatan disusun secara berjenjang, dimulai dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi hingga Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Profil Kesehatan berisi data/informasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan serta data/informasi lainnya yang menggambarkan kinerja sektor kesehatan di suatu wilayah, baik pemerintah maupun swasta selama satu tahun.
Akhirnya dengan pembangunan yang intensif, berkeninambungan dan merata, serta didukung dengan data/informasi yang tepat, maka diharapkan pembangunan di bidang kesehatan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa Timur.
I.2 SISTEMATIKA PENYAJIAN
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 terdiri dari beberapa bagian, yakni sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan.
Bab ini berisi penjelasan latar belakang pembangunan kesehatan, maksud dan tujuan penyusunan Profil Kesehatan serta sistematika penyajiannya.
Bab II Gambaran Umum.
Bab ini menyajikan gambaran umum Provinsi Jawa Timur meliputi keadaan geografis, data kependudukan dan informasi umum lainnya.
Bab III Situasi Derajat Kesehatan.
Bab ini berisi uraian tentang berbagai indikator derajat kesehatan yang mencakup angka kematian, angka/umur harapan hidup, angka kesakitan dan status gizi masyarakat.
Bab IV Situasi Upaya Kesehatan.
Bab ini menguraikan pelaksanaan program pembangunan di bidang kesehatan, yang meliputi pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan (dan penunjang), pemberantasan penyakit menular, perbaikan gizi masyarakat serta pembinaan kesehatan lingkungan dan sanitasi dasar.
Bab V Situasi Sumber Daya Kesehatan.
Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, kefarmasian dan perbekalan kesehatan, anggaran kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.
Bab VI Penutup.
BAB 2
GAMBARAN UMUM JAWA TIMUR
II.1 KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI
Provinsi Jawa Timur terletak di bagian timur Pulau Jawa yang memiliki luas wilayah
daratan 47.959 km2 (sumber Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Timur). Jawa
Timur berada pada 111º0‟ hingga 114º4‟ Bujur Timur (BT) dan 7º12‟ hingga 8º48‟ Lintang Selatan (LS) dengan batas wilayah sebagai berikut :
sebelah utara : Laut Jawa
sebelah selatan : Samudera Hindia
sebelah barat : Selat Bali
sebelah timur : Provinsi Jawa Tengah
Gambar 2.1 Peta Administrasi Provinsi Jawa Timur
Sumber : http://navperencanaan.com/appe/peta/viewmap?prov_code=jatim Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, 2013
Provinsi Jawa Timur memiliki 229 pulau, yang terdiri dari 162 pulau bernama dan 67 pulau tidak bernama, dengan panjang pantai sekitar 2.833,85 km. Pulau Madura merupakan pulau terbesar yang saat ini sudah terhubung dengan wilayah daratan Jawa
Timur melalui jembatan „Suramadu‟. Di sebelah timur Pulau Madura terdapat gugusan
pulau-pulau, yang paling timur adalah Kepulauan Kangean dan yang paling utara adalah Kepulauan Masalembu. Di bagian selatan Provinsi Jawa Timur, terdapat 2 (dua) pulau kecil, yakni Nusa Barung dan Pulau Sempu. Sedangkan di bagian utara terdapat Pulau Bawean yang berada 150 km sebelah utara Pulau Jawa. Kabupaten Banyuwangi memiliki wilayah paling luas di antara kabupaten/kota lainnya di Provinsi Jawa Timur.
Secara administratif, Provinsi Jawa Timur terdiri dari 29 kabupaten, 9 kota, 662
kecamatan dan 8.505 desa/kelurahan (dapat dilihat di Lampiran Data Profil Kesehatan
Tabel 1). Kabupaten Malang memiliki kecamatan terbanyak (33 kecamatan) dan Kabupaten Lamongan dengan desa/kelurahan terbanyak (474 desa/kelurahan).
II.2 TOPOGRAFI
Gambar 2.2 Peta Topografi Provinsi Jawa Timur
Sumber : http://navperencanaan.com/appe/peta/viewmap?prov_code=jatim Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia, 2013
Letak ketinggian wilayah di Provinsi Jawa Timur dari permukaan air laut terbagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu :
Dataran tinggi (> 100 meter dari permukaan air laut) meliputi :
Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Blitar, Kabupaten Malang, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Magetan, Kota Blitar, Kota Malang dan Kota Batu
Dataran sedang (45-100 meter dari permukaan air laut) meliputi :
Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Kediri, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Bangkalan, Kota Kediri dan Kota Madiun.
Dataran rendah (< 45 meter dari permukaan air laut) meliputi :
Kabupaten Pacitan, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Gresik, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sumenep, Kota Probolinggo, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto dan Kota Surabaya.
II.3 HIDROGRAFI
Provinsi Jawa Timur memiliki 2 (dua) sungai terpenting, yaitu Sungai Brantas dan Sungai Bengawan Solo. Sungai Brantas memiliki mata air di daerah Malang dan sampai di Mojokerto terpecah menjadi 2 (dua) yaitu Kali Mas dan Kali Porong yang keduanya bermuara di Selat Madura. Sementara Sungai Bengawan Solo berasal dari Provinsi Jawa Tengah dan bermuara di Kabupaten Gresik.
Di lereng Gunung Lawu di dekat perbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah terdapat Telaga Sarangan, yang merupakan sebuah danau alami. Selain itu, juga terdapat bendungan di Provinsi Jawa Timur antara lain Bendungan Sutami dan Bendungan Selorejo yang keduanya digunakan untuk irigasi, pemeliharaan ikan dan pariwisata.
II.4 IKLIM
Provinsi Jawa Timur memiliki iklim basah. Dibandingkan dengan wilayah Pulau Jawa bagian barat, Jawa Timur pada umumnya memiliki curah hujan yang relatif lebih sedikit. Curah hujan rata-rata 1.900 mm per tahun, dengan musim hujan selama 100 hari. Suhu rata-rata berkisar antara 21-34 ºC. Suhu di daerah pengunungan relatif lebih rendah dan bahkan di daerah Ranu Pani (lereng Gunung Semeru) suhu mencapai minus 4 ºC, yang menyebabkan turunnya salju lembut.
II.5 KEPENDUDUKAN
Berdasarkan data hasil proyeksi Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, jumlah penduduk Provinsi Jawa Timur tahun 2014 sebesar 38.610.202 jiwa dengan rincian jumlah penduduk laki-laki 19.051.636 jiwa dan penduduk perempuan 19.558.566 jiwa. Daerah dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kota Surabaya (2.833.924 jiwa), sedangkan jumlah penduduk paling sedikit adalah Kota Mojokerto (124.719 jiwa). Kepadatan penduduk di kota relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten. Kota Surabaya memiliki kepadatan penduduk tertinggi dengan 8.683,16 km/jiwa.
Gambar 2.3 Piramida Persentase Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Provinsi Jawa Timur Tahun 2014
Sumber : Proyeksi Jumlah Penduduk Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2014
Dari grafik piramida di atas, komposisi penduduk terbesar adalah kelompok umur 10-14 tahun dan 15-19 tahun, masing-masing sebesar 8,02%. Sedangkan komposisi
penduduk paling sedikit adalah kelompok umur 70-74 tahun, yakni 2,06 %. (Data
BAB 3
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
Situasi derajat kesehatan di Provinsi Jawa Timur digambarkan empat indikator pembangunan kesehatan, yaitu Angka Kematian (Mortalitas), Angka/Umur Harapan Hidup, Angka Kesakitan (Morbiditas) dan Status Gizi Masyarakat.
III.1 ANGKA KEMATIAN (MORTALITAS)
Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir (outcome) dari berbagai penyebab kematian langsung maupun tidak langsung. Kejadian kematian di suatu wilayah dari waktu ke waktu dapat memberikan gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat, di samping seringkali digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan program pembangunan dan pelayanan kesehatan.
Data kematian di komunitas pada umumnya diperoleh melalui data survei kerena sebagian besar kejadian kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian di fasilitas kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Perkembangan tingkat kematian di tahun 2014 akan diuraikan di bawah ini.
III.1.1 ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dampak Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), di samping Angka Kematian Bayi (AKB). AKI dan AKB merupakan indikator keberhasilan pembangunan daerah dan juga digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Angka Kematian Ibu di Jawa Timur cenderung menurun tiga tahun terakhir. Hal ini bisa dipahami mengingat selama ini telah dilakukan dukungan dari provinsi ke kabupaten/kota berupa fasilitasi baik dari segi manajemen program KIA maupun sistem pencatatan dan pelaporan, peningkatan klinis keterampilan petugas di lapangan serta melibatkan multi pihak dalam pelaksanaan program KIA. Menurut MDG‟s tahun 2015, target untuk AKI sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2014, AKI Provinsi Jawa Timur mencapai 93,52 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 97,39 per 100.000 kelahiran hidup.
Gambar 3.1 Perkembangan Capaian, Target Renstra dan MDGs AKI (per 100.000 Kelahiran Hidup) Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014
Sumber : Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/Kota Tahun 2010 - 2014 Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Berdasarkan data pada Lampiran Data Profil Kesehatan Tabel 6. Kota Surabaya
memiliki angka tertinggi jumlah kematian ibu yakni 39 kematian, sedangkan Kota Batu dan Kota Mojokerto memiliki angka terendah yakni 1 kematian.
Gambar 3.2 Proporsi Penyebab Kematian Ibu Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014
Sumber : Laporan Kematian Ibu (LKI) Kabupaten/Kota Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Dilihat dari penyebab kematian ibu tahun 2013-2014, terjadi peningkatan pada faktor Pendarahan dan infeksi, sedangkan faktor PE/E mengalami penurunan. Dari proporsi tahun 2014, faktor PE/E masih menjadi faktor dominan (31,04%) penyebab kematian ibu di Jawa Timur seperti digambarkan pada grafik 3.2 di atas.
III.1.2 ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB)
Keadaan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) yang diperoleh dari laporan rutin relatif sangat kecil, sehingga data AKB yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (Provinsi Jawa Timur) diharapkan mendekati kondisi di lapangan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Jawa Timur Tahun 2011-2013, AKB Provinsi Jawa Timur tahun 2013 sebesar 27,23 per 1.000 kelahiran hidup.
Namun, berdasarkan data yang direlease AKB Provinsi Jawa Timur tahun 2014 di bawah
target RENSTRA, namun masih di atas target MDGs yang ditetapkan.
Untuk mencapai target MDGs, dukungan lintas program dan lintas sektor serta organisasi profesi yang terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi sangat diharapkan.
Gambar 3.3 Perkembangan Capaian, Target Renstra dan MDGs AKB (per 1.000 Kelahiran Hidup) Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur
Angka Kematian Bayi (AKB) di atas 26,66 per 1.000 kelahiran hidup masih didominasi oleh kabupaten/kota wilayah timur dan utara, hal ini dapat disebabkan sosial budaya serta ekonomi, tidak semata-mata karena ratio petugas kesehatan dengan penduduk yang cukup besar, dan juga karena sarana/prasarana yang kurang berkualitas.
Jumlah kabupaten/kota yang memiliki AKB di atas angka provinsi adalah 20 kabupaten/kota (52,63 %). AKB tertinggi di Kabupaten Probolinggo yang mencapai 61,48 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan terendah pada Kota Blitar sebesar 17,99 per 1.000 kelahiran hidup. Komposisi kedua kabupaten/kota tertinggi dan terendah tersebut masih sama dengan tahun 2013.
Gambar 3.4 Pemetaan Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup Provinsi Jawa Timur Tahun 2014
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur
III.2 ANGKA/UMUR HARAPAN HIDUP (AHH/UHH)
Angka/Umur Harapan Hidup (AHH/UHH) secara definisi adalah perkiraan rata-rata lamanya hidup yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk dari sejak lahir. AHH dapat dijadikan salah satu alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah pada keberhasilan pembangunan kesehatan serta sosial ekonomi di suatu wilayah, termasuk di dalamnya derajat kesehatan. Data AHH diperoleh melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai 273,65 juta jiwa pada tahun 2025.
Pada tahun yang sama, AHH Nasional diperkirakan mencapai 73,7 tahun (sumber Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional). Pada tahun 2014, berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Timur, AHH Provinsi Jawa Timur mencapai 70,43 tahun. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 70,19 tahun. Perkembangan AHH Provinsi Jawa Timur dapat dilihat di grafik berikut ini.
Gambar 3.5 Perkembangan Capaian dan Target Renstra AHH (satuan Tahun) Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur
Berdasarkan pemetaan, AHH dapat ditampilkan seperti gambar 3.7 di bawah ini, dimana kabupaten/kota yang memiliki AHH di bawah angka provinsi didominasi oleh wilayah timur dan wilayah utara Jawa Timur, seperti halnya persebaran AKB.
Gambar 3.6 Pemetaan Angka Harapan Hidup Provinsi Jawa Timur Tahun 2014
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur
Pada tahun 2014, kabupaten/kota dengan AHH tertinggi adalah Kota Blitar sebesar 73,28 tahun yang diikuti Kabupaten Trenggalek sebesar 72,55 tahun dan Kota Mojokerto sebesar 72,35 tahun. Sedangkan AHH terendah terdapat di Kabupaten Probolinggo
sebesar 62,16 tahun yang diikuti Kabupaten Jember sebesar 63,58 tahun dan Kabupaten Situbondo sebesar 63,81 tahun. Komposisi tiga kabupaten/kota yang memiliki angka tertinggi dan terendah di tahun 2014 sama dengan tahun 2013 dan 2012.
III.3 ANGKA KESAKITAN (MORBIDITAS)
Selain menghadapi transisi demografi, Indonesia juga menghadapi transisi epidemiologi yang menyebabkan beban ganda. Di satu sisi, kasus gizi kurang serta
penyakit-penyakit infeksi, baik re-emerging maupun new-emerging disease masih tinggi.
Namun di sisi lain, penyakit degeneratif, gizi lebih dan gangguan kesehatan akibat kecelakaan juga meningkat. Masalah perilaku tidak sehat juga menjadi faktor utama yang harus dirubah terlebih dahulu agar beban ganda masalah kesehatan teratasi.
Angka kesakitan (Morbiditas) pada penduduk berasal dari community based data
yang diperoleh melalui pengamatan (surveilans), terutama yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin serta insidentil. Sementara untuk kondisi penyakit menular, berikut ini akan diuraikan situasi beberapa penyakit menular yang perlu mendapatkan perhatian, termasuk penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dan penyakit yang memiliki potensi untuk menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB).
III.3.1 PENYAKIT MENULAR LANGSUNG III.3.1.1 TUBERKULOSIS (TB)
Capaian indikator program, Provinsi Jawa Timur menempati urutan kedua di Indonesia dalam jumlah penemuan penderita TB BTA positif kasus baru (di bawah Jawa
Barat). Akan tetapi dari angka penemuan kasus baru BTA positif (Case Detection
Rate/CDR), Provinsi Jawa Timur menempati urutan kedelapan dari 33 provinsi di
Indonesia. CDR pada tahun 2014 adalah 52%, dengan jumlah kasus TB BTA positif sebanyak 21.036 penderita. Target CDR yang ditetapkan adalah minimal 70%. Dari sisi kesembuhan penderita yang diobati, angka yang didapatkan adalah 85%. Angka tersebut merupakan data pasien yang diobati pada tahun 2013 yang telah menyelesaikan keseluruhan pengobatannya. Target kesembuhan yang ditetapkan adalah 85%.
Sedangkan angka keberhasilan (Success Rate) penderita TB BTA positif kasus baru di
Jawa Timur pada tahun 2014 sudah sebesar 91%, sedangkan taget yang ditetapkan adalah lebih dari 90%.
Dengan succes rate >90%, menggambarkan semakin banyak masyarakat yang menderita TB bisa disembuhkan. Mayoritas penderita TB adalah usia produktif, sehingga dengan sembuhnya masyarakat dari penyakit TB berarti produktifitas mereka bisa
meningkat dan mereka bisa hidup secara normal di masyarakat. Maka impact-nya adalah
masyarakat Jawa Timur terbebas dari TB dan masalah-masalah sosial ekonomi yang diakibatkan karena penyakit TB.
Gambar 3.7 Perkembangan Persentase CDR dan Success Rate TB Provinsi Jawa Timur Tahun 2010– 2014
Sumber : Laporan Program TB
Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
III.3.1.2 KUSTA
Program Pemberantasan Penyakit Kusta di Provinsi Jawa Timur mulai dilaksanakan pada tahun 1989 yang meliputi wilayah Gerbangkertasusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan). Pada tahun 1994 mulai dikembangkan seluruh kabupaten/kota dimana pada saat itu jumlah penderita Kusta yang diobati
sebanyak 11.427 dengan prevalensi rate 3,40 per 10.000 penduduk, sampai dengan
Desember tahun 2014 jumlah penderita yang diobati sebanyak 4.114 orang dengan
prevalensi rate 1,07 per 10.000 jumlah penduduk.
Penurunan ini merupakan dampak dari keberhasilan peningkatan cakupan MDT (Multi Drug Therapy) coverage 100% pada unit pelayanan kesehatan (Puskesmas dan
RSUD) serta serta keberhasilan pengobatan (RFT rate) mencapai 90%. Setiap tahun
penderita Kusta yang dapat menyelesaikan pengobatan dengan MDT rata-rata 5.300 orang, sampai dengan Desember 2014 Program Pemberantasan Penyakit (P2) Kusta di
Provinsi Jawa Timur telah menyembuhkan 137.801 penderita Kusta. Untuk pencapaian
RFT rate di tingkat provinsi mencapai 90,3%, sedangkan pencapaian RFT rate sebesar > 90% ada di 24 kabupaten/kota.
Hasil dari intensifikasi kegiatan penemuan penderita terlihat dari penurunan
endemisitas (prevalensi rate) di beberapa kabupaten/kota. Pada tahun 2011 ada kegiatan
penemuan penderita baru secara intensif di 8 (delapan) kabupaten/kota maka kabupaten/kota endemis menjadi 17 kabupaten/kota. Sedangkan untuk tahun-tahun selanjutnya kabupaten/kota endemis berkurang menjadi 16 pada tahun 2012, 12 kabupaten/kota pada tahun 2013 dan 13 kabupaten/kota pada tahun 2014.
Untuk pencapaian program baik berdasarkan target Rencana Strategis, indikator kinerja dari rencana kerja dan target program secara lengkap tergambar pada tabel berikut :
Tabel 3.1 Pencapaian Program Pemberantasan Penyakit Kusta Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014
Sumber : Laporan Program Kusta
Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
No Indikator Program Target
2014
Pencapaian
2010 2011 2012 2013 2014
1 Prevalensi Rate / 10.000
penduduk > 1 1,48 1,63 1,46 1,12 1,07
2 Penemuan Penderita Baru 4.600 4.653 5.284 4.807 4.132 4.110
3 Penderita Baru Usia Anak
(0-14 tahun) 515 574 435 359 387
% Anak < 5 12 11 11 9 9
4 Penderita Baru yang Cacat
2 598 697 676 509 527
% Cacat 2 < 5 13 13 14 12 13
5 RFT Rate (%) ≥ 90 91 88 90 87 90
6 % Kabupaten/Kota yang
III.3.1.3 HUMAN IMMUNODEFICIENCY VIRUS (HIV) DAN ACQUIRED IMMUNODEFICIENCY SYNDROME (AIDS)
Sampai dengan Desember 2014, jumlah kasus AIDS yang dilaporkan adalah 12.630 orang, dan 26.433 kasus HIV. Dari jumlah tersebut 3.058 (24,2%) diantaranya meninggal dunia. Angka tersebut sesungguhnya jauh lebih kecil dibandingkan angka yang sebenarnya terjadi, dan dari hasil estimasi sampai dengan tahun 2012 diperkirakan jumlah ODHA di Jawa Timur mencapai 57.321 orang. Dan sejak September 2003, Provinsi Jawa Timur ditetapkan sebagai wilayah dengan prevalensi HIV yang terkonsentrasi bersama 5 (lima) provinsi lainnya, yaitu DKI Jakarta, Papua, Bali, Riau dan Jawa Barat.
Secara teoritis WHO membagi tingkat epidemi HIV menjadi 3 tingkat, yaitu :
1. Tingkat epidemi HIV rendah (low level epidemic), dimana prevalensi HIV pada
kelompok risiko tinggi masih di bawah 5%.
2. tingkat epidemic HIV terkonsentrasi (concentrated level epidemic), dimana pada sub
populasi tertentu (kelompok risiko tinggi) seperti kelompok Pekerja Seks Komersial
(PSK), kelompok Injecting Drug Users/Use (IDU), kelompok Waria, Narapidana di
Lembaga Permasyarakatan dan sebagainya, prevalensi HIV sudah lebih dari 5% secara konsisten (dalam beberapa tahun pengamatan) dan atau prevalensi HIV pada ibu hamil masih di bawah 1%.
3. tingkat epidemic HIV meluas (generalized level epidemic), dimana pada wilayah
dengan tingkat epidemic HIV terkonsentrasi ditambah prevalensi HIV pada ibu hamil sudah lebih dari 1%.
Berdasarkan waktu, maka nampak sekali pesatnya peningkatan jumlah penderita HIV/AIDS dari waktu ke waktu. Kalau tahun 1989 hanya 1 orang penderita yang dilaporkan maka mulai tahun 1999 meningkat tajam sekali dari tahun ke tahun dan jumlahnya terus bertambah hingga Desember 2014.
Penambahan kasus AIDS dari tahun ke tahun sebagian besar berasal dari faktor seksual. Sampai Desember 2014 secara kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 12.630 kasus dimana 3.058 (24%) diantaranya sudah meninggal. Sedangkan Kasus HIV yang ditemukan melalui VCT sebanyak 26.433 kasus. Dari 38 kabupaten/kota, semua sudah melaporkan adanya kasus AIDS dan berdasarkan tempat asal penderita di seluruh kabupaten/kota sudah ada kasus AIDS. Berdasarkan tempat tinggal, sebagian besar ditemukan di Kota Surabaya, Kabupaten Sidarjo, Kota Malang, Kabupaten Pasuruan, Kab Malang.
Namun sangat disadari bahwa kasus AIDS tersebut masih jauh lebih sedikit dibandingkan kasus yang sesungguhnya mengingat tidak seluruh kasus AIDS yang ada
Ditinjau dari cara penularan pada kasus AIDS dari data laporan Surveilans nampak bahwa, faktor risiko yang tertinggi adalah heteroseksual 9.871 kasus, kemudian penggunaan narkoba suntik (IDU) 1.673 kasus dan homoseksual 467 kasus yang selama ini mendominasi sebagai faktor risiko. Dan yang perlu mendapat perhatian adalah kasus AIDS sudah nampak penularan dari ibu ke janinnya 463 kasus.
Gambar 3.8 Perkembangan Kasus HIV, AIDS dan Jumlah Kematian per Tahun Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014
Sumber : Laporan Program HIV/AIDS
Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Gambar 3.9 Proporsi Kasus AIDS Berdasarkan Faktor Resiko Penderita Provinsi Jawa Timur, Sampai Dengan Tahun 2013 dan 2014
Sumber : Laporan Program HIV/AIDS
Dari segi jenis kelamin, kasus AIDS didominasi kelompok laki-laki sebesar 7.864 kasus (62,3 %) dan wanita sebesar 4.766 kasus (37,7 %). Namun proporsi perempuan cenderung mengalami peningkatan secara tajam dari tahun ke tahun. Dan dari segi kelompok umur, maka kasus AIDS didominasi oleh kelompok umur seksual aktif, yang tertinggi adalah kelompok usia 25-29 tahun 2.854 kasus, disusul kelompok usia 30-34 tahun dengan 2.783 kasus, serta kelompok usia 35-39 tahun dengan 1.862 kasus. Disamping itu kasus HIV sudah ada yang manifestasi menjadi AIDS di kalangan anak-anak dengan 446 kasus usia 0-9 tahun.
Gambar 3.10 Proporsi Kasus AIDS Berdasarkan Jenis Kelamin Penderita Provinsi Jawa Timur, Sampai Dengan Tahun 2014
Sumber : Laporan Program HIV/AIDS
Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
III.3.1.4 PNEUMONIA
Pada tahun 2014, dari 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, hanya 1 (satu) kabupaten/kota yang telah mencapai target penemuan penderita Pneumonia. Sedangkan yang lain masih belum mencapai target nasional sebesar 100%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik cakupan penemuan penderita Pneumonia di Jawa Timur tahun 2014.
Gambar 3.11 Persentase Cakupan Penemuan Kasus Pneumonia Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014
Sumber : Laporan Program Pneumonia
Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Dari grafik terlihat mulai tahun 2007 sampai dengan tahun 2014, cakupan penemuan Pneumonia di Jawa Timur belum pernah mencapai target nasional yang telah ditentukan. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak, baik pelaksana program maupun pengambil kebijakan serta masyarakat.
Dari 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur hanya 1 (satu) kabupaten/kota yang memenuhi target cakupan penemuan penderita Pneumonia balita, yaitu Kabupaten Gresik. Beberapa kabupaten/kota yang sudah mendekati dengan capaian > 60% adalah Kabupaten Bojonegoro, Kota Madiun, Kota Mojokerto, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Tuban, Kota Pasuruan dan Kabupaten Bangkalan. Sedangkan untuk kabupaten/kota lainnya masih belum bahkan masih jauh dari target nasional. Masih ada kabupaten/kota yang capaiannya < 10% seperti : Kota Blitar, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Jombang, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Sumenep, yang perlu kerja keras dan komitmen untuk meningkatkan capaian penemuan dan tatalaksana penderita secara cepat dan tepat.
III.3.1.5 DIARE
Cakupan pelayanan penyakit Diare dalam kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir cenderung meningkat, dimana pada tahun 2013 mencapai 118,39 %, dan sedikit menurun pada tahun 2014 menjadi 106 %. Hal ini terjadi karena penurunan angka morbiditas dari tahun 2012 yang sebesar 411/1.000 penduduk menjadi 214/1.000 penduduk pada tahun 2013. Kualitas tata laksana program Diare dari sisi pelaporan dalam kurun waktu 6 (enam) tahun terakhir belum seluruhnya mencapai target karena angka penggunaan Oralit kurang dari 100 % dan angka penggunaan infus lebih besar dari 1 %.
Gambar 3.12 Cakupan Penemuan Kasus Diare per Bulan Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2014
Sumber : Laporan Program Diare
Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Dari grafik 3.11 di atas terlihat bahwa mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 2014, capaian penemuan kasus diare cenderung meningkat setiap tahunnya. Dan dari trend pada gambar 3.12 di bawah, kasus Diare selama tahun 2009 – 2014, perlu diwaspadai terjadinya peningkatan kasus pada bulan Februari, Juli, dan Nopember. Puncak kasus terjadi awal tahun yaitu bulan Januari. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak, baik pelaksana program maupun pengambil kebijakan serta masyarakat.
Gambar 3.13 Cakupan Penemuan Kasus Diare per Bulan Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2014
Sumber : Laporan Program Diare
Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
III.3.2 PENYAKIT MENULAR BERSUMBER BINATANG III.3.2.1 DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
Insiden rate (Incidence Rate) Provinsi Jawa Timur atau Angka Kesakitan Demam
Berdarah Dengue (DBD) pada tahun 2014 mengalami penurunan, yakni 39 per 100.000 penduduk pada tahun 2013 menjadi 24,1 per 100.000 penduduk pada tahun 2014. Angka ini masih di bawah target nasional 51 per 100.000 penduduk. Meskipun mengalami penurunan angka tersebut, di beberapa kabupaten/kota masih terjadi peningkatan jumlah penderita DBD dibandingkan sebelumnya.
Tabel 3.2 Pencapaian Hasil Kinerja Program DBD Provinsi Jawa Timur Tahun 2014
Sumber : Laporan Program DBD
Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
No Indikator Satuan Target Realisasi
1 Angka Kesakitan (Incidence Rate) per 100.000
penduduk 52 24,1
2 Angka Kematian (Case Fatality Rate) persen ≤ 1 1,16
Dari tabel 3.2 di atas, angka kematian pada tahun 2014 berada di atas target, yakni mencapai 1,16 %. Ini menunjukkan bahwa perlu peningkatan diagosa dini dan tata laksana kasus DBD di rumah sakit serta sosialisasi tentang penyakit DBD perlu ditingkatkan. Wilayah dengan Case Fatality Rate melebihi 1 % mencapai 17 kabupaten/kota (dari target 5 kabupaten/kota), serta rendahnya Angka Bebas Jentik (ABJ) menunjukkan bahwa di sekitar rumah penduduk masih banyak ditemukan vektor penular DBD, sehingga penularan DBD masih terus terjadi.
III.3.2.2 MALARIA
Hasil surveilans rutin Malaria sampai dengan tahun 2014, menginformasikan terdapat penderita Malaria sebanyak 592 penderita, dan dari jumlah tersebut terdapat
penderita Malaria Indigenous (tertular setempat sebanyak 75 penderita). Penularan
setempat ini terjadi di Pulau Sadulang Besar dan Pulau Saular Kecamatan Sapeken Wilayah Kabupaten Sumenep. Penularan setempat diduga berasal dari nelayan yang datang dari daerah endemis Malaria di wilayah kepulauan Kalimantan. Penanganan peningkatan penderita Malaria sudah dilakukan sesuai dengan standart penanganan kejadian peningkatan penularan malaria setempat.
Gambar 3.14 Lokasi KLB Malaria di Kabupaten Sumenep Tahun 2014
Sumber : Laporan Program Diare
Tabel 3.3 Pencapaian Hasil Kinerja Program Malaria Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014
Sumber : Laporan Program Malaria
Seksi Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Berdasarkan data tersebut diatas, Provinsi Jawa Timur sudah memenuhi sebagai wilayah eliminasi Malaria, mengingat API sudah dibawah 1 per 1.000 penduduk. Tetapi
belum bisa dinyatakan daerah bebas Malaria bila dilihat dari kasus Indigenous masih
terdapat kasus di 3 (tiga) tahun terakhir. Wilayah Jawa Timur masih terdapat daerah reseptif yang siap menularkan malaria setempat.
Sebaran penderita Malaria di Provinsi Jawa Timur terbanyak di wilayah Kabupaten Pacitan, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Madiun, Kabupaten Malang, Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Sumenep. Untuk kabupaten/kota dengan 0 (nol) penderita atau tidak menemukan penderita masih perlu dilakukan pembinaan pengendalian Malaria terutama dalam diagnosis dini penemuan Malaria.
Pada tahun 2014 terdapat peristiwa penting dalam pengendalian Malaria di Provinsi Jawa Timur, yaitu diterimakannya Sertifikat Eliminasi Malaria pada 34 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur, dan masih tersisa 4 (empat) kabupaten/kota yang belum menerima sertifikat tersebut, yaitu Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Madiun, Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Trenggalek.
No Indikator Satuan 2010 2011 2012 2013 2014
1 Jumlah Sediaan Darah
Diperiksa ribuan 56,1 23,6 35,4 31,9 28,43
2 ABER persen 1.06 0,46 1,8 0,1 0,1
3 SPR persen - - 3.3 3,4 2,1
4 Penderita Malaria orang 947 1.222 1.074 1.070 592
5 API permil 0,18 0,24 0,2 0,028 0,015
6 Proporsi Plasmodium
Falsiparum persen 46,5 50,7 35.7 32,1 39,8
7 Proporsi Kasus
Indigenous persen 10.67 11,7 0,8 0,1 13,7
8 Proporsi Malaria Import persen 85.4 87,4 92,4 99,9 86,3
III.3.3 PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) III.3.3.1 CAMPAK
Campak adalah penyakit yang disebabkan virus Morbili, yang disebarkan melalui
droplet bersin/batuk dari penderita. Gejala awal dari penyakit ini adalah demam, bercak
kemerahan, batuk-pilek, mata merah (conjunctivitis) yang kemudian menimbulkan ruam di
seluruh tubuh.
Kasus Campak mengalami peningkatan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Pada tahun 2011 telah dilakukan “Kampanye Campak” untuk mengurangi kasus ini, sehingga di tahun 2012 kasus Campak mengalami penurunan menjadi 1.085 kasus. Pada tahun 2013, kasus Campak meningkat mencapai 2.529 dan pada tahun 2014 kembali turun mencapai 762 kasus.
Grafik perkembangan kasus campak tampak fluktuatif dan membentuk siklus dua tahunan. Untuk mencegah kenaikan kasus di tahun – tahun yang akan datang, diperlukan peningkatan pembinaan secara terpadu, koordinasi dan kemitraan dengan organisasi massa yang ada.
Campak dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 digambarkan dalam gambar
3.15 di bawah ini. Sedangkan data jumlah kasus Campak bisa dilihat di Lampiran Data
Profil Kesehatan Tabel 20.
Gambar 3.15 Perkembangan Kasus Campak Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014
Sumber : Laporan Program Surveilans Campak Seksi P3PMK, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
III.3.3.2 DIFTERI
Difteri merupakan kasus “re-emerging disease” di Jawa Timur karena kasus Difteri
sebenarnya sudah menurun di tahun 1985, namun kembali meningkat di tahun 2005 saat terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kabupaten Bangkalan. Sejak saat itulah, penyebaran Difteri semakin meluas dan mencapai puncaknya pada tahun 2012 sebanyak 955 kasus dengan 37 kematian karena Difteri dan sudah tersebar di 38 kabupaten/kota (dapat dilihat di Lampiran Data Profil Kesehatan Tabel 21).
Pada tahun 2014, kasus Difteri mengalami penurunan menjadi 442 kasus dengan 9 kematian karena Difteri. Kota Surabaya memiliki kasus terbanyak, yakni 47 kasus, diikuti
Kabupaten Sidoarjo (37 kasus) dan Kabupaten Malang (35 kasus).
Upaya yang dilakukan untuk menekan kasus Difteri adalah dengan melakukan imunisasi dasar pada bayi dengan vaksin Difteri-Pertusis-Tetanus dan Hepatitis B (DPT-HB). Vaksin tersebut diberikan 3 (tiga) kali yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Selain itu, karena terjadi lonjakan kasus pada umur anak sekolah maka imunisasi
tambahan Tetanus Difteri (TD) juga diberikan pada anak Sekolah Dasar (SD) dan
sederajat kelas 4-6 serta Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Gambar 3.16 Perkembangan Kasus Difteri dan Distribusi Kasus Difteri di Kabupaten/Kota Tahun 2010 – 2014
Sumber : Laporan Program Surveilans Difteri Seksi P3PMK, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
III.3.3.3 TETANUS NEONATORUM (TN)
Tetanus Neonatorum (TN) adalah penyakit yang disebabkan Clostridium Tetani pada
bayi (umur < 28 hari) yang dapat menyebabkan kematian. Penanganan Tetanus Neonatorum tidak mudah, sehingga yang terpenting adalah upaya pencegahan melalui
pertolongan persalinan yang higienis dan imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ibu hamil serta
perawatan tali pusat.
Gambar 3.17 Perkembangan Kasus TN dan Kematian Akibat TN Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014
Sumber : Laporan Program Surveilans TN Seksi P3PMK, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Seperti yang digambarkan pada grafik 3.16 di atas, TN mengalami peningkatan kasus menjadi 33 kasus dengan kasus kematian 15 orang.
III.3.3.5 ACUTE FLACID PARALYSIS (AFP) NON POLIO
AFP merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan. Sedangkan Non Polio AFP adalah kasus lumpuh layuh akut yang diduga kasus Polio sampai dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium bukan kasus Polio. AFP Rate Non Polio dihitung berdasarkan per 100.000 penduduk/populasi anak usia < 15 tahun. Di tahun 2014, angka AFP Rate Non Polio Jawa Timur sebesar 2,83 (atau 254 kasus). Angka ini mengalami
kenaikan dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 2,46 (atau 222 kasus). Angka AFP Rate pada tahun 2014 ini telah mencapai target nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI sebesar minimal 2/100.000. Data jumlah kasus AFP Non Polio
dan AFP Rate Non Polio masing-masing kabupaten/kota dapat dilihat di Lampiran Data
Profil Kesehatan Tabel 18.
III.4 STATUS GIZI MASYARAKAT
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Status gizi balita, anemia gizi besi pada ibu dan pekerja wanita, serta Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). Status gizi balita merupakan salah satu indikator MDGs yang perlu mendapatkan perhatian dan akan banyak dibahas (di samping BBLR) pada sub bagian berikut ini.
III.4.1 STATUS GIZI BALITA
Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiannya dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita dapat diukur berdasarkan umur, berat badan (BB), tinggi badan (TB). Ketiga variabel ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu : Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB).
Gambar 3.18 Perkembangan Persentase Status Gizi Balita BB/U Provinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2014
Sumber : Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2009, 2010, 2012, 2013 dan 2014 Seksi Gizi, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Provinsi Jawa Timur, dalam hal ini Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur memiliki kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG) untuk mengukur ketiga indikator tersebut. Adapun hasil PSG untuk indicator BB/U tahun 2009, 2010, 2012, 2013 dan 2014 disajikan pada gambar 3.17 di atas.
Prevalensi kurang gizi merupakan salah satu indikator MDGs dan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, diukur dari Berat Badan menurut Umur (BB/U), yakni dari angka berat badan (BB) sangat kurang dan berat badan (BB) kurang. Dan berdasarkan hasil PSG tahun 2014, Jawa Timur sudah berhasil mencapai angka di bawah target MDGs (15,0%) dan Renstra (15,0%) yakni sebesar 12,3% (Berat Badan Kurang 10,3% dan Berat Badan Sangat Kurang 2,0%).
BAB 4
SITUASI UPAYA KESEHATAN
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu dilakukan upaya pelayanan kesehatan yang melibatkan masyarakat sebagai individu dan masyarakat sebagai bagian dari kelompok atau komunitas. Upaya kesehatan mencakup upaya-upaya pelayanan kesehatan, promosi kesehatan, pemeliharaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular, penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, penanggulangan bencana dan sebagainya. Upaya kesehatan di Provinsi Jawa Timur tergambar dalam uraian di bawah ini.
IV.1 PELAYANAN KESEHATAN DASAR
Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan dasar yang cepat, tepat dan efektif diharapkan dapat mengatasi sebagian masalah kesehatan masyarakat. Pada uraian berikut dijelaskan jenis pelayanan kesehatan dasar yang diselenggarakan di sarana pelayanan kesehatan.
IV.1.1 PELAYANAN KESEHATAN KELUARGA
Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa upaya kesehatan ibu ditujukan untuk menjaga kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat dan berkualitas, serta dapat mengurangi angka kematian ibu sebagai salah satu indikator Renstra dan MDGs. Upaya kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada Undang-Undang tersebut meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan kegiatan prioritas mengingat terdapat indikator dampak, yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang merupakan indikator keberhasilan pembangunan daerah, khususnya pembangunan kesehatan. Indikator ini juga digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Untuk melihat kinerja kesehatan ibu dan anak, maka perlu untuk melihat secara keseluruhan indikator kesehatan ibu dan anak, diantaranya :
IV.1.1.1 CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K1
Berdasarkan data Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), capaian cakupan ibu hamil K1 Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 adalah 96,20 %. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 95,07%. 4 (empat) Kabupaten/Kota memiliki capaian 100 % yaitu Kota Surabaya, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Sidoarjo. Terdapat penurunan dibandingkan tahun 2013 bahwa terdapat sebanyak 7 (tujuh) kabupaten/kota yang memiliki capaian 100 %. Capaian cakupan K1 terbesar dimiliki oleh Kota Surabaya yakni sebesar 100,81 %. Dan sama seperti tahun 2013, Kota Blitar tetap memiliki cakupan terendah di tahun 2014 yakni sebesar 87,96 %. Cakupan K1 per kabupaten/kota dapat
dilihat di Lampiran Data Profil Kesehatan Tabel 29. Pada tahun 2012, cakupan K1
mengalami penurunan dikarenakan adanya perubahan data sasaran program, yakni sasaran ibu hamil yang bersumber dari data estimasi BPS Provinsi Jawa Timur.
Gambar 4.1 Perkembangan Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K1 Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014
Sumber : Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
IV.1.1.2 CAKUPAN PELAYANAN IBU HAMIL K4
Capaian cakupan ibu hamil K4 Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 adalah 88,66 %. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 87,35%. Capaian cakupan ibu hamil K4 tertinggi dimiliki oleh Kota Madiun yakni sebesar 98,23 % dan terendah dimiliki oleh Kabupaten Jember yakni sebesar 75,44 %. Cakupan ibu hamil
K4 per kabupaten/kota dapat dilihat di Lampiran Data Profil Kesehatan Tabel 29. Sama
halnya pada capaian cakupan ibu hamil K1, cakupan ibu hamil K4 pada tahun 2012 juga mengalami penurunan dikarenakan sebab yang sama.
Gambar 4.2 Perkembangan Persentase Cakupan Pelayanan Ibu Hamil K4 Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014
Sumber : Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
IV.1.1.3 CAKUPAN PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH TENAGA KESEHATAN
Capaian cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Linakes) untuk Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 mencapai 92,45 %. Angka ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 92,04 %. Seperti yang ditunjukkan gambar 4.3 di bawah ini, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan mengalami peningkatan dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014. Namun terdapat pengecualian di tahun 2012 yang mengalami penurunan capaian. Salah satu penyebabnya adalah karena perubahan sasaran Ibu Bersalin (Bulin) yang disesuaikan dengan data sasaran BPS Provinsi Jawa Timur. Namun, dari sisi angka absolut (jumlah)
capaian Jawa Timur mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya, seperti yang disajikan pada gambar 4.3.
Gambar 4.3 Perkembangan Persentase Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014
Sumber : Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Pada tahun 2014, target untuk program ini adalah 95 %. Dengan kondisi ini, angka cakupan Provinsi Jawa Timur masih belum mencapai target. Dari 38 Kabupaten/Kota, 10 Kabupaten/Kota telah mencapai target. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan melakukan pemetaan dan pemantauan ibu hamil dengan melibatkan multi pihak. Selain itu, peningkatan bidan di desa yang menempati desa, mengingat pada tahun 2014, jumlah bidan yang tinggal di desa hanya mencapai 85 % dari 9.253 bidan. Data pada Gambar 4.4 menunjukkan perbandingan antara jumlah desa dengan jumlah bidan yang tinggal di desa. Dan dari jumlah bidan yang ada (15.094), hanya 70,7 % yang telah mengikuti APN. Bila keterampilan ini dimiliki oleh lebih banyak bidan, diharapkan pelayanan yang diberikan kepada ibu bersalin akan lebih berkualitas.
Gambar 4.4 Perbandingan Jumlah Desa dan Jumlah Bidan Tinggal di Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
Sumber : Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
IV.1.1.4 CAKUPAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DITANGANI
Berdasarkan data Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), 4 (empat) kabupaten/kota masih di bawah target Provinsi (80%) dan 14 kabupaten/kota memiliki cakupan di bawah cakupan Provinsi, yakni 91,48 %. Untuk itu perlu penguatan Puskemas PONED agar cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani dapat mencapai target yang telah ditentukan. Kabupaten/Kota yang belum memenuhi target pada umumnya karena kelengkapan tim PONED sudah tidak lengkap, sedangkan simulasi PONED perlu untuk segera dilakukan agar tetap dapat melakukan penanganan Komplikasi Kebidanan.
Jika dilihat dari perkembangan cakupan komplikasi kebidanan ditangani dari tahun 2010 sampai dengan 2014, Jawa Timur mengalami kenaikan dikarenakan karena adanya perubahan definisi operasional (DO) dari maternal komplikasi ditangani menjadi komplikasi kebidanan ditangani, serta dikarenakan menurunnya fungsi Puskesmas PONED yang disebabkan karena adanya mutasi tim PONED atau promosi ke Puskesmas yang bukan PONED. Trend perkembangan cakupan komplikasi kebidanan ditangani disajikan pada gambar 4.5 di bawah ini.
Gambar 4.5 Perkembangan Persentase Cakupan Komplikasi Kebidanan Ditangani Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014
Sumber : Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
IV.1.1.5 CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL (KN) LENGKAP
Cakupan Kunjungan Neonatal (KN) Lengkap sebagai salah satu program Kesehatan Anak juga memiliki kasus yang sama dengan indikator-indikator program Kesehatan Ibu terkait perubahan sasaran. Tahun 2014 masih terdapat 10 kabupaten/kota yang belum mencapai target 95% dan capaian cakupan terendah dimiliki oleh Kabupaten Pacitan (90,79 %) dan capaian cakupan terbesar dimiliki oleh Kota Mojokerto (104,97 %). Namun, pada tahun 2014, cakupan KN Lengkap mengalami peningkatan menjadi 97,42 %. Angka ini telah mencapai target (95 %) dan mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013.
Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan angka cakupan indikator ini adalah dengan fasilitasi, baik dari segi manajemen program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) maupun pencatatan dan pelaporan, peningkatan klinis keterampilan petugas di lapangan serta melibatkan multi pihak dalam pelaksanaan program dimaksud. Kabupaten/Kota yang belum mencapai target diharapkan melakukan pelayanan neonatal yang berkualitas dengan memulai pemetaan serta pemantauan mulai ibu hamil serta melakukan pelayanan AnteNatal Care (ANC) yang berkualitas.
Gambar 4.6 Perkembangan Persentase Cakupan KN Lengkap Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014
Sumber : Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
IV.1.1.6 CAKUPAN NEONATAL KOMPLIKASI DITANGANI
Pada tahun 2014, Angka cakupan Neonatal Komplikasi yang tertinggi terdapat pada Kota Kediri dengan angka 110,88 sedangakan yang terendah adalah Kabupaten Sidoarjo dengan angka 39,56. Terdapat 9 (Sembilan) kabupaten/kota yang belum mencapai target (77 %) pada tahun 2014 yaitu Kabupaten Lumajang, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Gresik dan Kabupaten Sidoarjo. Untuk itu, perlu dilakukan upaya untuk menvalidasi kembali fungsi Puskesmas PONED bagi 9 (Sembilan) kabupaten/kota dimaksud. Hal ini, mengingat banyaknya Tim PONED yang sudah tidak lengkap karena mutasi atau promosi ke Puskesmas bukan PONED.
Angka Provinsi Jawa Timur untuk cakupan neonatal komplikasi ditangani adalah 80,75%. Jika dilihat dari perkembangan cakupan indikator ini, terdapat peningkatan setiap tahun. Seperti yang tersaji pada gambar 4.7.
Gambar 4.7 Perkembangan Persentase Cakupan Neonatal Komplikasi Ditangani Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014
Sumber : Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
IV.1.1.7 CAKUPAN (KUNJUNGAN) BAYI
Target pelayanan bayi paripurna selama 5 (lima) tahun telah tercapai. Pelayanan bayi ini berkaitan erat dengan cakupan KN Lengkap. Cakupan (kunjungan) bayi Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 mencapai 95,43 %, dan hanya 3 (tiga) kabupaten/kota belum mencapai target yang ditentukan (90 %). Kabupaten/kota tersebut adalah Kota Blitar, Kabupaten Jember dan Kabupaten Situbondo. Angka cakupan kunjugan bayi tertinggi pada tahun 2014 terdapat pada Kabupaten Bojonegoro dengan angka 106,23 dan yang terendah terdapat pada Kota Blitar dengan angka 80,95. Bagi kabupaten/kota yang belum mencapai target perlu dilakukan upaya peningkatan pelayanan yang berkualitas pada bayi paripurna yang sudah mendapatkan ASI Eksklusif, vitamin A serta pelayanan lainnya sehingga diharapkan pada tahun 2015 semua kabupaten/kota dapat memberikan pelayanan kepada bayi secara berkualitas.
Angka cakupan Kunjungan Bayi Provinsi Jawa Timur pada tahun 2014 yaitu 95.43 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat trend peningkatan sejak tahun 2010 seperti yang tersaji pada gambar 4.8 di bawah ini.
Gambar 4.8 Perkembangan Persentase (Cakupan)Kunjugan Bayi Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014
Sumber : Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
IV.1.1.8 PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (KB)
Cakupan peserta KB Aktif pada tahun 2014 Provinsi Jawa Timur mencapai 72,80 %. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 73,48 %. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya KB atau sistem pelaporan yang kurang tepat.
Gambar 4.9 Cakupan Peserta KB Aktif Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
Sedangkan untuk KB Baru mengalami peningkatan dari 12,25 % pada tahun 2013 menjadi 14,70 % pada tahun 2014. Cakupan KB Aktif dan KB Baru masing-masing kabupaten/kota tersaji pada gambar di bawah ini.
Gambar 4.10 Cakupan Peserta KB Baru Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2014
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2014
IV.1.1.9 DUKUNGAN DANA APBD DAN APBN UNTUK PROGRAM KESEHATAN KELUARGA
Sebagai program prioritas, program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) mendapatkan dukungan dana dari APBD Provinsi Jawa Timur dan APBN, seperti yang tersaji pada tabel 4.1 di bawah ini. Harapan ke depan, dengan dukungan dana yang memadai diharapkan target MDG‟s goal 4 dan 5 pada tahun 2015 dapat tercapai, dengan secara terus-menerus melakukan kegiatan yang terintegrasi dan komprehensif bersama mitra terkait.
Tabel 4.1 Dukungan Dana APBD Provinsi dan APBN Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak, Kesehatan Reproduksi serta Kesehatan Anak Remaja dan Usia Lanjut
Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014
Kegiatan Tahun APBD Provinsi
(Rp.) APBN (Rp.)
Kesehatan Ibu dan Anak
2010 2.800.000.000 8.323.912.000
2011 2.850.000.000 2.912.774.000
Sumber : Laporan
Seksi Kesehatan Keluarga, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
IV.1.3 PELAYANAN IMUNISASI
Pelayanan imunisasi merupakan bagian dari upaya pencegahan dan pemutusan mata rantai penularan pada Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan program imunisasi adalah angka UCI (Universal Child Immunization).
Pada awalnya UCI dijabarkan sebagai tercapainya cakupan imunisasi lengkap minimal 80% untuk tiga jenis antigen yaitu DPT3, Polio dan Campak. Namun sejak tahun 2003, indikator perhitungan UCI sudah mencakup semua jenis antigen, yakni BCG 1 (satu) kali, DPT 3 (tiga) kali, HB 3 (tiga) kali, Polio 4 (empat) kali dan Campak 1 (satu) kali. Adapun sasaran program imunisasi ádalah bayi (0-11 bulan), ibu hamil, Wanita Usia Subur (WUS) dan murid SD.Upaya peningkatan kualitas imunisasi dilaksanakan melalui kampanye, peningkatan skill petugas imunisasi, kualitas penyimpanan vaksin dan sweeping sasaran.
Cakupan desa/kelurahan UCI di Jawa Timur tahun 2014 sebesar 87,50 %. Angka ini mengalami penurunan dibandingkan tahun 2014 (yakni 87,50%). Adapun trend capaian cakupan desa/kelurahan UCI dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 disajikan pada gambar 4.16 di bawah ini.
2013 2.220.000.000 3.728.309.000 2014 1.500.000.000 6.087.514.000 Kesehatan Reproduksi 2010 800.000.000 1.723.963.000 2011 500.000.000 621.631.000 2012 500.000.000 586.602.000 2013 360.000.000 881.620.000 2014 350.000.000 1.230.824.000
Kesehatan Anak Remaja dan Usia Lanjut
2010 900.000.000 1.220.672.000
2011 1.520.000.000 533.584.000
2012 550.000.000 770.123.000
2013 420.000.000 811.081.000
Gambar 4.11 Perkembangan Cakupan Desa/Kelurahan UCI Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2010 – 2014 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
IV.1.4 PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
Kesadaran masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut mengalami peningkatan, di tahun 2013 yang mendapatkan tindakan tumpatan gigi tetap sebesar 166.998 orang, dan di tahun 2014 sebesar 166.968 orang. Sedangkan tindakan pencabutan gigi tetap mengalami peningkatan yakni pada tahun 2013 sebesar 216.502 orang dan tahun 2014 sebesar 201.922 orang.
Sedangkan pemeriksaan gigi terhadap anak SD/MI melalui program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) terhadap kesehatan gigi dan mulut semakin meningkat sehubungan dengan jumlah murid SD/MI mengalami peningkatan. Di tahun 2013 jumlah murid SD/MI sebanyak 6.011.009 anak dan ditahun 2014 sebanyak 2.623.594 anak. Pada tahun 2013 yang memerlukan perawatan gigi sebanyak 575.284 anak dan di tahun 2014 sebanyak 462.832 anak. Jadi, jumlah murid yang memerlukan perawatan mengalami penurunan sebesar 112.452 anak. Dari kegiatan UKGS tersebut, jumlah murid yang memerlukan perawatan dan di rujuk untuk mendapatkan perawatan di Puskesmas semakin menurun. Data tahun 2013 murid yang mendapatkan perawatan sebanyak 390.391 anak terhadap yang memerlukan perawatan sebanyak 575.284 anak. Sedangkan, tahun 2014 yang mendapatkan perawatan sebanyak 305.400 anak terhadap yang memerlukan perawatan sebanyak 462.832 anak. Oleh karenanya, diperlukan
kerjasama antara petugas kesehatan dengan pihak sekolah untuk meningkatakan pengetahuan dan kesehatan tentang pentingnya kesehatan gigi.
Gambar 4.12 Perkembangan Hasil Program Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014
Sumber : Seksi Kesehatan Dasar dan Penunjang, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Gambar 4.13 Perkembangan Hasil Program UKGS (Perawatan Gigi) Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 – 2014
Sumber : Seksi Kesehatan Dasar dan Penunjang, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur