• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Sedangkan menurut Santoso (2012:8) berpendapat bahwa Kesehatan adalah keadaan seimbang yang dinamis, dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pola hidup sehari-hari seperti makan, minum, seks, kerja, istirahat, hingga pengelolaan kehidupan emosional.

Sementara itu menurut Mu’rifah (2007:14) mengatakan bahwa kesehatan pribadi adalah segala usaha dan tindakan seseorang untuk menjaga, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri dalam batas-batas kemampuannya, agar mendapatkan kesenangan hidup dan mempunyai tenaga kerja yang sebaik-baiknya.

Dari beberapa definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kesehatan adalah segala usaha untuk mencapai keadaan seimbang yang dinamis yang dipengaruhi beberapa faktor dalam hidupnya.

Dalam menjalankan upaya kesehatan yang bertujuan untuk memelihara dan menjaga kesehatan dengan cara pengendalian yakni dengan pelayanan kesehatan.

Untuk menerapkan pelayanan kesehatan perlu dipahami tentang pelayanan kesehatan.

Menurut Levei dan Loamba (Azrul, 1996:36) pelayanan kesehatan merupakan setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat.

Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo pelayanan kesehatan merupakan sebuah bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) mempunyai sasaran yaitu publik dan masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Veronika Komalawati (2006:77) berpendapat bahwa pelayanan kesehatan (health care service) merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 untuk melakukan upaya peningkatkan derajat kesehatan baik perseorangan, maupun kelompok atau masyarakat secara keseluruhan.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang dilakukan sendiri atau bersama-sama dalam suatu sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan..

Berdasarkan Pasal 52 ayat (1) UU Kesehatan, disebutkan pelayanan kesehatan secara umum terdiri dari dua bentuk pelayanan kesehatan yaitu:

a. Pelayanan kesehatan perseorangan (medical service) yakni pelayanan yang diselenggarakan oleh perorangan secara mandiri (self care), dan keluarga (family care) atau kelompok anggota masyarakat yang bertujuan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga. Upaya pelayanan perseorangan tersebut dilaksanakan di rumah sakit, klinik bersalin, praktik mandiri.

b. Pelayanan kesehatan masyarakat (public health service) yakni pelayanan yang diselenggarakan oleh kelompok dan masyarakat yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang mengacu pada tindakan promotif dan preventif. Upaya pelayanan masyarakat tersebut dilaksanakan di puskesmas.

Kegiatan pelayanan kesehatan secara paripurna diatur dalam Pasal 52 ayat (2) UU Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu:

a. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.

b. Pelayanan kesehatan preventif merupakan kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.

c. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.

d. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat, semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap warganegara, sejak dari fase pembuahan hingga tutup usia. Pelayanan ini dirasakan oleh semua kalangan usia, baik itu kalangan muda hingga kalangan lansia. Pemerintah telah menciptakan pelayanan kesehatan khususnya bagi lansia untuk memprioritaskan kesehatan mereka melalui pelayanan seperti fasilitas dan jasa yang tersedia. Setelah kita mengetahui pelayanan tersebut diprioritaskan bagi lansia, maka terlebih dahulu dapat dipahami apa itu lanjut usia.

Lanjut Usia adalah suatu kondisi dimana seseorang yang sudah menua.

Lanjut usia dalam usianya sudah mengalami penurunan fisik dalam melakukan aktivitasnya. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari

suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan, Pudjiastuti (Effendi, 2009). Sedangkan Fatimah (2010) menjelaskan lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial, sehingga akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupannya, termasuk kesehatannya.

Menurut pasal 1 ayat (2) Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menjelaskan bahwa Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.

Dari definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Lanjut Usia adalah seseorang yang berada pada tahap lanjut yakni mencapai usia 60 tahun keatas yang sudah mengalami perubahan baik itu penurunan fisik jiwa maupun biologis.

Proses penuaan pada lansia terjadi seiring bertambahnya umur lansia, yang akan menimbulkan permasalahan terkait aspek kesehatan. Berdasarkan aspek kesehatan, lansia akan mengalami proses penuaan yang ditandai dengan penurunan pada daya tahan fisik sehingga rentan terhadap penyakit. Penurunan fungsi fisik yang terjadi pada lansia yakni penurunan sistem tubuh seperti sistem saraf, perut, limpa, dan hati, penurunan kemampuan panca indera seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perasa, serta penurunan kemampuan motorik seperti kekuatan dan kecepatan. Berbagai penurunan ini berpengaruh terhadap kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan terhadap status kesehatannya. Oleh karena itu perlunya peningkatan pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia sehingga lansia dapat meningkatkan kualitas hidupnya..

Pelayanan kesehatan pada lansia harus diberikan sejak dini yaitu pada usia pra lansia (45-59 tahun). (situs : http://www.depkes.go.id diakses pada tanggal 09 Juli 2019 Pukul 01.30 WIB)

Pembinaan kesehatan yang dilakukan pada lansia yaitu dengan memperhatikan faktor-faktor risiko yang harus dihindari untuk mencegah berbagai penyakit yang mungkin terjadi. Kemudian perlu juga memperhatikan faktor-faktor protektif yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan lansia. Upaya yang telah dilakukan pelayanan kesehatan pada lansia antara lain pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit, pelayanan kesehatan di puskesmas, pendirian home care bagi lansia yang berkebutuhan khusus, dan adanya Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia atau Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu). Pelayanan kesehatan ini tidak hanya memberikan pelayanan pada upaya kuratif, melainkan juga menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif.

Berbagai pelayanan kesehatan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia (situs: http://www.bappenas.go.id diakses pada tanggal 10 Juli 2019 Pukul 02.00 WIB).

2.5 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Bagi Lansia

Kata “jaminan” secara bahasa dapat berarti asuransi (insurance), peyakinan (assurance), garansi (gurantee/warranty, janji (promise/pledge) dan dapat berarti pengamanan (security). Istilah jaminan sosial dalam bahasa inggris adalah social security. Kata “jaminan” yang berarti asuransi di Indonesia berakar dari proses pengumpulan dana untuk kepentingan bersama.

Asuransi kesehatan mencakup asuransi kesehatan sosial maupun komersial.

Menurut Thabrany (2014) Asuransi sosial adalah asuransi yang wajib yang diikuti oleh seluruh atau sebagian penduduk, premi atau iurannya bukan nilai nominal tetapi presentase upah yang wajib dibayarkan dan manfaat asuransi (benefit) ditetapkan peraturan perundangan dan sama untuk semua peserta.

Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh menfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah (Perpres No.19, 2016).

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial. Bersifat wajib bagi seluruh masyarakat Indonesia dan orang asing yang yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak, yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, serta diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan (Sulastomo, 2008).

Program JKN-KIS khusus diprioritaskan bagi lansia sesuai Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yakni mengedepankan promotif dan preventif sesuai dengan pengecekan kesehatan berkala oleh dokter, mendirikan ruang khusus bagi lansia di instansi kesehatan atau puskesmas, dan mewujudkan pelayanan kesehatan tanpa antrian khusus bagi para lansia baik di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atau Puskesmas dan Rumah sakit, sehingga tidak terjadi lagi para lansia yang harus datang pagi buta hanya untuk mendapatkan nomor antrian dan mengantri lama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara langsung. (situs : https://www.superradio.id/mewujudkan-kesejahteraan-dan-kesehatan-lansia-melalui-program-jkn-kis/ diakses pada tanggal 25/januari/2019 pukul 17.15 WIB)

Program JKN bagi lansia yang tersedia di puskesmas yakni PRB dan Prolanis. PRB merupakan pemberian obat-obatan untuk penyakit kronis di faskes tingkat pertama sebagai bagian dari program pelayanan rujuk balik. Sedangkan Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.

2.6 Definisi Konsep

Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Implementasi kebijakan merupakan proses dilakukan oleh individu atau sekelompok orang yang dimana tindakan tersebut berasal dari keputusan kebijakan dasar yang diatur dan digunakan dalam mengungkapkan hambatan-hambatan yang terjadi dengan menggunakan empat variabel yakni komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur organisasi dalam pelaksanaan proses kebijakan.

2. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah bagian dari Sistem Jaminan Sosial yang mengutamakan asuransi kesehatan nasional yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannnya dibayar oleh pemerintah.

3. Lanjut Usia adalah adalah seseorang yang berada pada tahap lanjut yakni mencapai usia 60 tahun keatas yang sudah mengalami perubahan baik itu penurunan fisik jiwa maupun biologisnya yang memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupannya terutama kesehatannya.

2.7 Hipotesis Kerja

Dalam sebuah penelitian, hipotesis digunakan sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian kualitatif, hipotesis tidak diuji, tetapi diusulkan sebagai satu panduan dalam proses analisis data.

Hipotesis kerja (Sugiyono, 2010) adalah jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. Adapun penulis merumuskan hipotesis kerja dalam penelitian ini, yaitu Implementasi Kebijakan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi Lanjut Usia di Kecamatan Medan Baru Kota Medan meliputi Standar dasar dan sasaran kebijakan, sumber-sumber

kebijakan (sumber daya), karakteristik agen pelaksana, disposisi para pelaksana, komunikasi antar organisasi, dan pengaruh lingkungan ekonomi, sosial, dan politik yang mendukung proses keberhasilan dari program ini.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.

Metode ini digunakan untuk menggambarkan secara langsung dengan lisan maupun nonlisan. Menurut Denzin dan Lincoln dalam buku Maleong (2006:5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dengan menggunakan metode yang ada. Metode yang biasanya digunakan yakni metode wawancara, pengamatan (observasi), dan pemanfaatan dokumen. Metode yang diakukan dengan cara mengumpulkan, menyajikan, serta menganalisis data tentang pelaksanaan program JKN yang dikeluarkan oleh pemerintah yang digunakan bagi lansia di salah satu puskesmas Kota Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data-data dan informasi untuk menjawab masalah permasalah yang telah dikemukakan, Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Padang Bulan yang terletak di Jalan Jamin Ginting, Komplek Pamen, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Adapun alasan pemilihan tempat ini adalah :

1. Puskesmas Padang Bulan merupakan salah satu sarana dalam pelaksanaan program JKN.

2. Penulis ingin mengetahui bagaiamana proses pelaksanaan pelayanan kesehatan yang telah didapat dari program JKN bagi lansia.

3.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subyek penelitian inilah yang menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang akan diperlukan (Suyanto, 2005:108). Adapun informan penelitian yaitu Kepala Puskesmas dan Pegawai Puskesmas dan Pegawai Khusus Program JKN sebagai informan kunci yang terlibat langsung sebagai pelaksana program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi lansia sedangkan informan utamanya yakni Pasien Lansia yang berkaitan dalam program kesehatan JKN baik itu peserta PBI dan Non PBI, sedangkan informan tambahannya yakni Pegawai BPJS Kesehatan, yang berkaitan terhadap informasi program JKN bagi lansia.

Tabel 3.3. Matriks Informan Penelitian

No. Status Informan Informasi Yang Dibutuhkan Jumlah Metode 1. Kepala Puskesmas Padang

Bulan

Informasi terkait penerapan kebijakan program JKN bagi lansia di Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru yang meliputi Standar dasar dan Sasaran Kebijakan, komunikasi pelaksana,

1 Wawancara

sumber-sumber kebijakan (sumber daya), sikap pelaksana kebijakan, kinerja antara pelaksana yang terlibat (karakteristik agen pelaksana), yang meliputi Standar dasar dan Sasaran kebijakan, komunikasi pelaksana, sumber-sumber kebijakan (sumber daya), sikap pelaksana kebijakan, kinerja antara pelaksana yang terlibat (karakteristik agen pelaksana),

suatu program JKN.

3. Pegawai Puskesmas yang bertugas dalam program Kecamatan Medan Baru yakni sebagai seorang yang mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang diharapkan. Pada teknik pngumpulan data, menggunakan multi sumber bukti (triangulasi) yang mana artinya peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Dalam hal ini yang digunakan adalah observasi, partisipatif, wawancara, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama (Sugiyono, 2012:83). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data primer

Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data dengan mengambil data secara langsung pada lokasi penelitian. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui:

a) Wawancara

Metode wawancara adalah yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan atau pihakpihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian. Wawancara yang dilakukan termasuk wawancara yang mendalam (in-dept interview) yaitu dengan terlibat secara tatap muka dengan menggunakan wawancara yang bersifat semi struktur (semi structure-interview).

b) Observasi

Metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung terhadap fenomena-fenomena yang menjadi objek penelitian dan mencatat segala gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk mempelajari data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang ada di lokasi penelitian sebagai sumber kedua atau sumber sekunder untuk mendukung data primer. Hal ini dapat dilakukan melalui instrument berikut :

a) Dokumentasi adalah yaitu pengumpulan data yang diperoleh menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada dalam lokasi

penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan masalah penelitian.

b) Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui buku-buku, karya ilmiah, jurnal, peraturan-peraturan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Teknik analisa data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menalaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu-satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap be]rikutnya, dan memeriksa keabsahan data serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2006:247). Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2007:243) ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dengan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dan memfokuskan pada hal-hal yang penting tentang penelitian dengan mencari tema dengan pola hingga memberikan gambaran yang lebih jelas serta mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan

2. Penyajian data /Data Display

Setelah langkah pertama selesai, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data dalam penelitian dengan teks yang bersifat naratif, bagan maupun dalam bentuk tabel sehingga memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

3. Penarikan kesimpulan

Kesimpulan awal yang dikemukkan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun, apabila kesimpulan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

3.6 Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data dalam penelitian kualitatif merupakan salah satu bagian yang sangat penting untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data. Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Triangulasi adalah suatu pendekatan riset yang memakai suatu kombinasi lebih dari satu strategi dalam suatu penelitian untuk menjaring data/informasi.

Dengan mengumpulkan dan membandingkan multiple dataset satu sama lain, triangulasi membantu meniadakan ancaman bagi setiap validitas dan reliabilitas data. Triangulasi tidak hanya membandingkan data dari berbagai

sumber data, akan tetapi juga mempergunakan berbagai teknik dan metode untuk meneliti dan menjaring data/informasi dari fenomena yang sama (Wirawan, 2011:156). Dalam penelitian dapat dipergunakan 3 jenis triangulasi, yaitu (Bungin, 2011:264)

1. Triangulasi dengan Sumber Data.

Dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan Moeleong, (2006) : 1). Penilaian hasil penelitian dilakukan oleh responden 2). Mengoreksi kekeliruan oleh sumber data 3).

Menyediakan tambahan informasi secara sukarela .4). Memastikan informan dalam kancah penelitian, menciptakan kesempatan mengikhtisarkan sebagai langkah awal analisis data. 5). Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.

2. Triangulasi dengan Metode

Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat dengan metode interview sama dengan metode observasi, atau apakah hasil observasi sesuai dengan informasi ketika di interview.

3. Triangulasi dengan Teori.

Triangulasi dengan teori menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong, berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa dengan derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Hal ini dapat dilakukan sebagai

pembanding teori dengan menyertakan usaha pencarian teori dan cara lainnya untuk mengorganisasikan data yang mungkin mengarahkan pada upaya penemuan penelitian yang lebih relevan.

Ketiga macam triangulasi diatas, adalah cara peneliti dalam melakukan analisis data dengan menggunakan triangulasi sumber data dan teknik.

Triangulasi sumber data dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan data hasil wawancara dari para informan yang dituju.

Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan mengecek data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yaitu data yang diperoleh dari wawancara,kemudian dicek dengan observasi dan dokumen.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Puskesmas Padang Bulan

4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Padang Bulan

Lokasi penelitian ini dilakukan pada Kecamatan Medan Baru sebagai salah satu kecamatan dari 21 Kecamatan yang ada di Kota Medan. Kecamatan Medan Baru terbentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 1973.

terbentuk dan disahkan menjadi kecamatan defenitif dari 4 Kecamatan yang ada di Kota Medan, membawahi 18 Kelurahan dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1991 tentang Pembentukan Kecamatan Medan Baru di Provinsi Sumatera Utara dan pemekaran 8 Kecamatan di Kota Medan, salah satu kecamatan yang wilayahnya dimekarkan adalah Kecamatan Medan Baru yang membawahi 6 Kelurahan serta 64 Lingkungan sampai saat ini, memiliki luas 541 km2 dengan jumlah populasi penduduk 40.560 orang yang terdiri dari jumlah penduduk laki-laki 20.035 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 20.525 jiwa.

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Baru

Kelurahan Jumlah Penduduk

Titi Rantai 4.375 4.861 9.236 10 2.352 8.713 Jumlah 20.035 20.525 40.560 64 11.071 7.497 Sumber : Hardcopy UPT Puskesmas Padang Bulan

Kecamatan ini memiliki unit pelayanan kesehatan yang berperan penting dalam meningkatkan kesadaran kesehatan masyarakat. Unit pelayanan kesehatan tersebut yakni UPT Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru. Awal mula terbentuknya suatu lembaga yang memberikan pelayanan kesehatan ini dilahirkan sejak tahun 1968 ketika adanya Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Jakarta. Melalui Rakernas tersebut berdirilah pelayanan kesehatan tingkat pertama yang dinamakan dengan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), waktu itu Pusat Kesehatan Masyarakat terbagi atas 4 yaitu, tingkat desa, tingkat kecamatan, tingkat kawedanan, dan tingkat kabupaten. Selanjutnya pada rakernas kedua dibagi lagi menjadi 3 kategori yakni, puskesmas tipe A, tipe B, dan tipe C. sesuai dengan perkembangannya, pemerintah mengeluarkan INPRES Kesehatan No 5 Tahun 1974, Nomor 7 Tahun 1975, dan nomor 4 tahun 1976 dan berhasil mendirikan dan menempatkan tenaga dokter diseluruh pelosok tanah air.

Demikian sejak tahun 1979 tersebut mulai dirintis pembangunan puskesmas didaerah tingkat kelurahan atau desa. Untuk mengkoordinir kegiatan di Puskesmas yang ada pada daerah kecamatan, maka salah satu puskesmas ditunjuk sebagai penanggung jawab, dan puskesmas ini disebut dengan nama Puskesmas Kecamatan. Sebelum konsep Puskesmas diterapkan dalam rangka pelayanan kesehatan dibangunlah Balai Pengobatan (BP) dan Balai Kesejahteraan Ibu dan

Demikian sejak tahun 1979 tersebut mulai dirintis pembangunan puskesmas didaerah tingkat kelurahan atau desa. Untuk mengkoordinir kegiatan di Puskesmas yang ada pada daerah kecamatan, maka salah satu puskesmas ditunjuk sebagai penanggung jawab, dan puskesmas ini disebut dengan nama Puskesmas Kecamatan. Sebelum konsep Puskesmas diterapkan dalam rangka pelayanan kesehatan dibangunlah Balai Pengobatan (BP) dan Balai Kesejahteraan Ibu dan

Dokumen terkait