• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) BAGI LANJUT USIA DI PUSKESMAS PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) BAGI LANJUT USIA DI PUSKESMAS PADANG BULAN KECAMATAN MEDAN BARU SKRIPSI"

Copied!
228
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) BAGI LANJUT USIA DI PUSKESMAS PADANG BULAN

KECAMATAN MEDAN BARU

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Ilmu Administrasi Publik Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara

OLEH :

ANNISA SORAYA LUBIS

NIM : 150903138

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

(2)

IMPLEMENTATION OF NATIONAL HEALTH INSURANCE PROGRAM (JKN) FOR FURTHER AGE IN PADANG HEALTH CENTER, PULANG MEDAN BARU

THESIS

Submitted as a Requirement for Obtaining a Bachelor Degree (S1) in Public Administration at the Faculty of Social and Political Sciences, University of North Sumatra

BY:

ANNISA SORAYA LUBIS NIM: 150903138

PUBLIC ADMINISTRATION SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE

UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA 2019

(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya tulis saya, skripsi adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di Universitas Sumatera Utara maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya Tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi.

Medan, 28 September 2019 Yang membuat Pernyataan

Annisa Soraya Lubis NIM: 150903138

(4)

IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) BAGI LANSIA DI PUSKESMAS PADANG BULAN

Annisa soraya (150903138)

ABSTRAK

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah salah satu program pemerintah yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, berperan penting meringankan biaya kesehatan dan mempermudah pasien dalam pelayanan obat. Program ini berfungsi strategis dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, termasuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan kesejahteraan para lansia. Untuk melihat keberhasilan program tersebut perlu dilakukan penelitian.

Penelitian tersebut berjudul “Implementasi Program JKN bagi lansia di Puskesmas Padang Bulan”. Tujuan penelitian untuk mengetahui standar dan sasaran kebijakan, mendiskripsikan sumberdaya, hubungan antar organisasi, dan untuk mengetahui karakteristik agen pelaksana yang mempengaruhi proses implementasi dan keberhasilan Program JKN bagi lansia di Puskesmas Padang Bulan.

Peneliti menggunakan landasan teori yang dikemukan Van Meter dan Van Horn. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh organisasi publik yang diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya. Metode yang digunakan adalah wawancara dengan kepala puskesmas, pegawai puskesmas, bidan atau perawat serta para lansia yang menggunakan kartu JKN sebagai media untuk berobat ke Puskesmas Padang Bulan Medan.

Hasil penelitian yang ditemukan pertama, sumberdaya sarana dan prasarana yang masih belum memadai, seperti ruang tunggu khusus lansia belum tersendiri disediakan, masih dicampur dengan kalangan dewasa dan pasien lainnya. Kedua, Obat-obatan yang didapat dan diterima pasien belum cukup seperti yang dianjurkan dokter dan pasien lansia masih membeli obat tertentu dari luar untuk persediaan obat yang harus dimiliki pasien. Kendala lainnya adalah belum maksimalnya pegawai puskesmas dalam melayani surat rujukan, karena lambatnya pergerakan perawat/bidan menyelesaikan berkas rekam medis yang dibutuhkan pasien lansia.. Pengurusan surat rujukan ini menurut pasien lansia memakan waktu yang cukup lama untuk dapat digunakan berobat kerumah sakit tertentu. Ketiga, hubungan antar organisasi sudah berjalan dengan baik, namun sosialisasinya kepadamasyarakat masih dianggap kurang.

Kata Kunci : Implementasi, JKN, dan Lansia

(5)

IMPLEMENTATION OF NATIONAL HEALTH GUARANTEE PROGRAM FOR ELDERLY IN PADANG BULAN COMMUNITY HEALTH CENTER

Annisa soraya (150903138)

ABSTRAC

The National Health Insurance Program (JKN) is one of the government programs that provides health services to the community, plays an important role in reducing health costs and facilitate patients in drug services. This program has a strategic function in improving the degree of public health, including improving health services and the welfare of the elderly. To see the success of the program, research needs to be done. The study was entitled "Implementation of the JKN Program for the elderly at the Padang Bulan Health Center". The research objective is to determine the standards and policy objectives, describe resources, relationships between organizations, and to find out the characteristics of implementing agencies that influence the implementation process and the success of the JKN Program for the elderly at the Padang Bulan Health Center.

Researchers use the theoretical basis put forward by Van Meter and Van Horn.

Actions taken by public organizations that are directed to achieve the goals set in previous decisions. The method used was interviews with the head of the puskesmas, puskesmas employees, midwives or nurses as well as the elderly who used JKN cards as a medium for treatment at the Padang Bulan Puskesmas in Medan.

The results of the study were found first, inadequate facilities and infrastructure resources, such as special waiting rooms for the elderly have not been separately provided, are still mixed with adults and other patients. Second, the medicines obtained and received by patients are not enough as recommended by doctors and elderly patients still buy certain drugs from outside to supply drugs that patients must have. Another obstacle is that the puskesmas staff have not yet maximally served referral letters, due to the slow movement of nurses / midwives to complete the medical record files needed by elderly patients. According to elderly patients, this referral letter takes a long time to be used for treatment at certain hospitals.

Third, relations between organizations have been going well, but socialization to the community is still considered lacking.

Keywords: Implementation, JKN, and Elderly

(6)

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkankehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin. Shalawat beriring salam penulis persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW berserta keluarga dan para ahlul bait, yang senantiasa menjadi tauladan bagi setiap ummat manusia. Semoga kita mendapat syafa’atnya di yaumil akhir kelak. Amin

Adapun skripsi ini berjudul “Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Bagi Lansia Di Puskesmas Padang Bulan”. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program JKN Bagi Lansia.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan program pendidikan strata 1 (S-1) di Departemen Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan baik itu dari permasalahan penulis maupun dari substansi penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini selanjutnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada orang tua tersayang Ibu Almarhumah Nurlina Ginting dan Bapak Almarhumah A. Rahman Lubis yang dengan tulus, sabar, dan penuh kasih sayang telah membesarkan, mendidik, membimbing, dan memberikan dukungan yang terbaik moril dan material serta kepada paman saya yang sudah saya anggap sebagai orang tua pengganti Bapak Maulana Ginting yang telah mengarahkan, membimbing,

(7)

mengingatkan, dan mendukung saat untuk tidak menyerah dan semangat dalam mengerjakan skripsi saya. Penulis juga ingin banyak terima kasih kepada keluarga besar Ibu yang telah memberikan dukungan penuh dan memotivasi saya untuk mengerjakan skripsi saya. Selain itu, penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yaitu kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara serta Bapak Wakil Dekan I Bapak Husni Thamrin, S.Sos., M.S.P. , Wakil Dekan II Bapak Muhammad Arifin Nasution, S.Sos., M.S.P. , dan Bapak Wakil Dekan III Ibu Dra. Rosmiaini, M.A.

2. Bapak Dr. Tunggul Sihombing, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Asima Yanti S. Siahaan, M.A, Ph.D. selaku Sekretaris Departemen Ilmu Adminsitrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Arlina, S.H, M.Hum, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam membantu mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh Staf Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membekali penulisan dengan berbagai ilmu selama mengikuti perkuliahan sampai akhir penulisan skripsi ini.

(8)

6. Seluruh Staf Tata Usaha Departemen Ilmu Administrasi Publik yang telah banyak membatu peneliti selama mengikuti perkuliahan sampai akhir penulisan skripsi ini.

7. Seluruh pimpinan dan Pegawai Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru, yang telah membantu saya dalam memperoleh hasil wawancara dan data yang saya perlukan.

8. Kedua orang tua peneliti, Ayahanda Almarhum A. Rahman Lubis, S.H dan Ibunda Almarhumah Nurlina Ginting, Amd , serta kedua saudara kandung peneliti Abang Rahmadsyah Lubis, S.E, dan Abang Ridho Prananta Lubis, Amd dan Kedua Kakak Ipar saya Susi Pujianti, S.E, dan Kakak Chairunnisa Febrina, Amd. Kata-kata tidak akan dapat melukiskan kasih sayang, pengorbanan, serta jasa kalian yang tidak terhingga kepada saya.

Semoga skripsi ini menjadi langkah awal kesuksesan saya agar dapat membahagiakan kalian.

9. Kepada Sahabat saya tercinta Fani Rizfi Nurkhair, Siti Maisarah, Delafina Diris menjadi anggota kelompoknya di mata perkuliahan yang ada.

Teman-teman susah senang Siti Maisarah, Fani Rizfi, dan Delafina yang selalu menemani di kampus menunggu mata kuliah di jam sore dan selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

10. Kepada teman-teman dari FISIP USU: Soufika Rahmi, Hera Jeni, Desi, Santi Aprilia, Mayyang Mayuni, Mayyang Junair, Anjani, Rayhan Suryani, Tri Wulandari, Tria Aida, Feby Syahfitri, Amelia Jenny yang selalu mendukung dan selalu ada dalam setiap permasalahan saya hadapi

(9)

dan selalu senantiasa saling memotivasi dalam penyelesaian skripsi masing-masing.

11. Kepada sahabat saya Desy Adventina, Mudho Pardede, Miftah Masruri, Yesy Liwinsky, Zulfa Sofiani, Rahmi Azriani yang selalu mendukung dan mendengarkan keluh kesahku dalam setiap perjalanan perkuliahan yang saya hadapi dan selalu senantiasa saling memotivasi dalam penyelesaian skripsi saya.

12. Kepada teman-teman seperjuangan PKL: sarah, ribka, fani, namira, chatreen, rasyid, restu, candra, lestari hulu, anggy myalfa, sandro sinaga, terima kasih atas kebersamaan dan kerjasama yang telah kalian berikan di samosir yang tidak akan pernah terlupakan.

13. Para sahabat dan rekan-rekan seluruh keluarga besar Program Studi Ilmu Adminstrasi Publik FISIP USU Stambuk 2015 yang telag bersama-sama saling mendukung dan menyertai saya menyelesaikan studi ini.

14. Kepada Pujaan Hatiku yang tersayang Rafiq Ahmadi Nasution yang telah memberikan dukungan kasih sayang dan memotivasi serta menemani sepanjang hari-hari saya yang telah meluangkan waktunya untuk menemani dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

15. Kepada Pandu. S.Kep, dan Derizi S.Kep, yang telah mendukung dan memotivasi serta menemani saya dalam mengerjakan skripsi saya.

16. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhirnya, saya berharap Allah SWT berkenaan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Peneliti berharap adanya saran

(10)

dan kritik yang diharapkan untuk membantu penyempurnaan dalam skripsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat buat pengembangan keilmuan.

Medan, September 2019

Peneliti

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ...ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ...xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah. ... 7

1.3.Tujuan Penelitian. ... 8

1.4.Manfaat Penelitian.. ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kebijakan Publik ... 9

2.2 Model Implementasi Kebijakan ... 12

2.3 Pelayanan Publik ... 15

2.4 Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia ... 16

2.5 Jaminan Kesehatan Nasional Bagi Lansia ... 20

2.6 Definisi Konsep ... 22

2.7 Hipotesis Kerja ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 25

3.1 Bentuk Penelitian ... 25

3.2 Lokasi Penelitian ... 25

3.3 Informan Penelitian ... 26

(12)

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.5 Teknik Analisis Data ... 30

3.6 Teknik Keabsahan Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1 Puskesmas Padang Bulan ... 34

4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Padang Bulan ... 34

4.1.2 Letak Geografis dan Fasilitas Kesehatan ... 36

4.1.3 Nilai-nilai Organisasi Puskesmas Padang Bulan... ... 39

4.1.4 Visi dan Misi Puskesmas Padang Bulan ... 40

4.1.5 Tugas Pokok dan Fungsi Puskesmas Padan Bulan ... 41

4.1.6 Struktur Organisasi Puskesmas Padang Bulan ... 46

4.1.7 Kondisi Pegawai Puskesmas Padang Bulan ... 47

4.1.8 Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Bagi Lansia Di Puskesmas ... 48

4.2 Implementasi Program JKN Bagi Lansia Di Puskesmas Padang Bulan ... 53

4.2 1 Standar dan Tujuan Kebijakan ... 53

4.2.2 Sumber Daya ... 69

4.2 3 Hubungan antara organisasi ... 79

4.2 4 Karakteristk Agen Pelaksana ... 85

4.2 5 Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik ... 89

4.2 I Disposisi Implementor ... 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

5.1 Kesimpulan ... 102

5.2 Saran ... 107

DAFTAR PUSTAKA ... 110

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Lansia... 2

Tabel 1.2 Lansia yang mendapatkan program JKN-PBI dan Non PBI ... 5

Tabel 3.3. Matriks Informan Penelitian ... 26

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Baru. ... 34

Tabel 4.1.2.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk ... 37

Tabel 4.1.2.2 Sarana Pendukung Puskesmas Padang Bulan ... 37

Tabel 4.1.2.3 Fasilitas Puskesmas Padang Bulan ... 37

Tabel 4.1.2.4 Sarana Kesehatan Puskesmas Padang Bulan ... 38

Tabel 4.1.2.5 Keseluruhan Sarana yang digunakan di Puskesmas Padang Bulan ... 39

Tabel 4.1.7.1 Tenaga Kesehatan Puskesmas Padang Bulan ... 47

Tabel 4.1.7.2 Kondisi Pegawai Berdasarkan Pangkat atau Golongan... 48

Tabel 4.1.8 Peserta yang mengikuti program JKN di Puskesmas Padang Bulan .. 52

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Lansia... 2

Tabel 1.2 Lansia yang mendapatkan program JKN-PBI dan Non PBI ... 5

Tabel 3.3. Matriks Informan Penelitian ... 26

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Baru. ... 34

Tabel 4.1.2.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk ... 37

Tabel 4.1.2.2 Sarana Pendukung Puskesmas Padang Bulan ... 37

Tabel 4.1.2.3 Fasilitas Puskesmas Padang Bulan ... 37

Tabel 4.1.2.4 Sarana Kesehatan Puskesmas Padang Bulan ... 38

Tabel 4.1.2.5 Keseluruhan Sarana yang digunakan di Puskesmas Padang Bulan ... 39

Tabel 4.1.7.1 Tenaga Kesehatan Puskesmas Padang Bulan ... 47

Tabel 4.1.7.2 Kondisi Pegawai Berdasarkan Pangkat atau Golongan... 48

Tabel 4.1.8 Peserta yang mengikuti program JKN di Puskesmas Padang Bulan .. 52

(15)

DAFTAR BAGAN

Bagan 4.1.8 Alur Pelayanan Program Prolanis ... 51

Bagan 4.2.1 Alur Pelayanan mendaftar peserta Prolanis JKN ... 61

Bagan 4.2.2 Sasaran Program JKN ... 63

Bagan 4.2.3 Masalah Yang Terjadi Pada Program JKN ... 66

Bagan 4.2.4 Alur Pelayanan Berobat Di Puskesmas Padang Bulan ... 88

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1.6 Struktur Organisasi Puskesmas Padang Bulan ... 46

Gambar 4.1.8.1 Prosedur Pelayanan PRB ... 50

Gambar 4.1.8.2 Kegiatan Prolanis (Senam Prolanis) ... 50

Gambar 4.2.1.1 SOP Program Rujuk Balik (PRB) ... 56

Gambar 4.2.1.2 SOP Prolanis ... 58

Gambar 4.2.1.3 Alur Pelayanan (SOP) PRB JKN ... 66

Gambar 4.2.1.4 Pasien Sedang Menunggu Antrian Di Ruang Tunggu ... 68

Gambar 4.2.3.1 Komunikasi yang dilakukan melalui telegram ... 84

Gambar 4.2.3.2 Koordinasi pegawai khusus JKN dengan pegawai puskesmas ... 84

Gambar 4.2.5 Antusias lansia mengikuti Perlombaan 17 Agustus 2019 ... 95

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Pedoman Wawancara ... 1

LAMPIRAN 2. Pedoman Observasi ... 6

LAMPIRAN 3. Pedoman Dokumentasi ... 7

LAMPIRAN 4. Matriks Wawancara ... 8

LAMPIRAN 5. Transkrip Observasi ... 52

LAMPIRAN 6. Transkrip Dokumentasi ... 64

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangsa Indonesia sebagai bangsa memiliki nilai-nilai keagamaan dan budaya, sangat menghormati dan menghargai peran dan kedudukan penduduk yang telah lanjut usia sebagai teladan bagi generasi penerusnya. Perwujudan nilai-nilai tersebut harus dipelihara dan dipertahankan. Upaya memelihara, mempertahankan, dan mengembangkan nilai-nilai budaya tersebut dilaksanakan antara lain melalui upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi penduduk yang telah lanjut usia.

Salah satu upaya pemerintah untuk menjamin kesejahteraan penduduk lanjut usia ialah dengan memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat usia lanjut.

Lanjut usia adalah fase akhir dari rentang kehidupan, menurut Undang-Undang No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 1 dikatakan bahwa lanjut usia adalah “seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas. Dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan pada pasal 19 disebutkan bahwa kesehatan penduduk lanjut usia diarahkan untuk selalu terpelihara dan selalu diupayakan untuk meningkatkan kesehatan dan kemampuannya agar tetap produktif, serta pemerintah akan selalu membantu penyelenggaraan upaya perbaikan penduduk kesehatan lanjut usia agar selalu terpelihara derajat kesehatannya.

Berbicara mengenai kesehatan, yang dilandaskan kepada Undang- Undang Kesehatan yang terdapat pada Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 disebutkan bahwa “kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental

(19)

spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi”. Sedangkan upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Upaya kesehatan ialah pelayanan kesehatan secara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

WHO (World Health Organization) telah memperhitungkan pada tahun 2025, Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia sampai 41,4%, merupakan peningkatan tertinggi di dunia. Bahkan Perserikatan Bangsa- Bangsa memperkirakan bahwa di tahun 2025 jumlah warga lansia di Indonesia akan mencapai ±60 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk di negara berkembang akan meningkat menjadi 20% antara tahun 2015-2050. Kondisi ini menempatkan Indonesia berada di urutan keempat, setelah China, India, dan Jepang. Adapun peningkatan jumlah penduduk lansia di Indonesia dari tahun ke tahun sebagai berikut.

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Lansia

Tahun Jumlah Keterangan

2010 18,04 juta Orang

2011 18,27 juta Orang

2012 18,55 juta Orang

2013 20,04 juta Orang

2014 16,08 juta Orang

2015 21,8 juta Orang

2016 22,6 juta Orang

2017 23,66 juta Orang

2018 24 juta Orang

Sumber : www.BPS.go.id (sensus penduduk lansia 2010-2018)

(20)

Dari tabel diatas, terlihat jumlah penduduk lansia di Indonesia meningkat dari 18,04 juta jiwa pada tahun 2010 menjadi 24 juta jiwa pada tahun 2018. Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah lansia peningkatannya sangat tinggi.

Apabila tidak dikelola dengan baik maka akan membawa dampak terhadap sosial ekonomi baik dalam keluarga, masyarakat, maupun dalam negara. Ada berbagai dampak yang akan dirasakan baik jika para lansia berada pada keadaan yang aktif, produktif, dan sehat maka itu akan berdampak positif karena akan mewujudkan lansia yang mandiri. Tetapi akan menjadi beban jika lansia memiliki masalah penurunan kesehatan yang akan mengakibatkan peningkatan biaya pelayanan kesehatan.

Maka dari itu pemerintah sebagai fasilitator harus terus mendukung gerakan kesehatan lansia dengan membentuk program jaminan sosial yakni program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Dalam Undang-Undang tentang Jaminan Kesehatan Nasional yakni Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada pasal 19 ayat 2 tentang jaminan kesehatan disebutkan tujuannya adalah mendapatkan manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan atas kebutuhan dasar kesehatan. Dan pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) adalah merupakan salah satu perundang-undangan yang menjadi rujukan pemerintah untuk menyusun program jaminan kesehatan bagi lansia.

Pada 1 Januari 2014 pemerintah membentuk Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan untuk melaksanakan program Jaminan Kesehatan Nasional. Sistem jaminan nasional merupakan program dari negara Indonesia yang mempunyai tujuan untuk memberikan kepastian perlindungan

(21)

serta kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia terutama lanjut usia (lansia). Untuk mewujudkan tujuan sistem jaminan nasional tersebut maka perlu dibentuk badan penyelenggara yang berbentuk badan hukum berdasarkan prinsip kegotongroyongan, nirlaba, keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, portabilitas, kepersertaan bersifat wajib, dana amanat, hasil pengelolaan dana jaminan sosial seluruhnya untuk pengembangan program dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta.

Dengan adanya JKN, masyarakat khususnya lansia mendapatkan kesempatan untuk memproteksi kesehatan mereka dengan lebih baik. Dengan menyisihkan sebagian uangnya untuk membayar iuran apabila ia peserta mandiri (Non PBI) dan apabila iurannya dibayarkan oleh pemerintah yakni sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI).

Program ini memiliki besaran iuran dan juga regulasi yang terkait. Sampai akhirnya tanggal 1 januari 2014 ditetapkan iuran untuk mandiri pembayaran premi kelas III sebesar Rp 25.000,00, kelas II sebesar Rp 51.000,00, dan kelas I sebesar Rp 80.000,00. Sedangkan untuk penerima bantuan iuran (PBI) sebesar Rp 23.000,00 dibayarkan oleh pemerintah. 1

Sejak tahun 2014 hingga 2018, pelaksanaan program JKN telah dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan ini di seluruh tingkat layanan mencapai 874,1 juta pemanfaatan dan rata-rata hingga tahun 2018 sebanyak 640.821 peserta untuk setiap harinya. Biaya kesehatan yang dikeluarkan pemerintah selama 5 tahun mencapai Rp 302,2 triliun. Pemerintah telah membiayai Penerima Bantuan

1 https://media.neliti.com/media/publications/105465-ID-pelaksanaan-program-jaminan- kesehatan-na.pdf diakses pada tanggal 07 Juli 2019 Pukul 22.00 WIB

(22)

Iuran (PBI) sebanyak 92,1 juta jiwa dengan akumulasi iuran selama 5 tahun sebanyak Rp 115,5 triliun.2

Dana tersebut dikumpulkan dari warga masyarakat yang membayarkan iurannya sebagai peserta mandiri dan adapun iuran yang dibayar pemerintah dari suntikan dana anggaran untuk kesehatan. Pemerintah telah berkomitmen dengan keberlangsungan program JKN untuk memberikan jaminan kesehatan bagi rakyatnya.

Tabel 1.2 Lansia yang mendapatkan program JKN-PBI dan Non PBI

Sumber : www.bps.go.id/Statistik-penduduk-lansia-2017

Berdasarkan tabel diatas, diketahui para lansia sudah banyak terdaftar menjadi peserta program JKN. Contohnya, pada tahun 2017, para lansia sudah banyak mendaftar sebagai peserta BPJS kesehatan, dengan mendaftar sebagai Peserta Bantuan Iuran (PBI) sebanyak 33,47%, sedangkan yang mendaftar non PBI sejumlah 17,08%. Angka ini menunjukkan lansia lebih banyak mendaftar sebagai PBI dibandingkan non PBI.

2 https://ekonomi.bisnis.com/read/20190312/12/898615/8264-penduduk-indonesia-sudah- terlindungi-jkn-kis diakses pada tanggal 11 Juli 2019 Pukul .00 WIB

(23)

Dilihat dari sisi peningkatan angka harapan hidup di Indonesia, salah satunya di Provinsi Sumatera Utara sudah sangat berhasil, karena angka harapan hidupnya meningkat yaitu 65,69 tahun pada tahun 2010 menjadi 70,29 tahun pada tahun 2017 (www.BPS.go.id). Namun, angka harapan hidup yang meningkat justru sebagai beban bagi masyarakat, karena populasi lansia yang meningkat mengakibatkan kelompok resiko dalam masyarakat menjadi lebih tinggi (Kemenkes, 2013b). Dengan adanya program JKN dari pemerintah ini, diharapkan dapat mengurangi beban dari masyarakat dalam aspek kesejahteraan.

Program ini dilaksanakan oleh pemerintah (BPJS Kesehatan) dan bermitra dengan Puskesmas untuk melaksanakan program-program yang ada dalam JKN. Program ini dilaksanakan di Puskesmas bagi lansia yakni membuat ruangan khusus bagi lansia, untuk cek kesehatan dan program lainnya dan lansia tidak diperkenankan untuk antri saat pengobatan. Program JKN yang dijalankan di Puskesmas ini sudah muncul sejak tahun 2017, alasan pemerintah mengeluarkan program JKN ini dikarenakan kalangan lansia menjadi prioritas.

Program ini dilaksanakan oleh tenaga medis dan aparatur pemerintah seperti pegawai kesehatan, pegawai BPJS Kesehatan, dokter dan perawat yang tersedia dan pihak-pihak terkait lainnya. Fokus program JKN umumnya ialah membantu meringankan biaya terhadap kesehatan dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak.

Dalam pelaksanaan program JKN ini, munculnya masalah-masalah dalam penerapannya pada masyarakat. Masalah tersebut seperti kurangnya sosialisasi dari BPJS Kesehatan terhadap pendaftaran dan prosedur pembayaran iuran yang

(24)

akan dibayarkan dan minimnya sumber daya kesehatan yang tersedia, seperti sumber daya manusia dan fasilitas serta pelayanan kesehatan yang dirasakan kurang efektif. Contoh lambatnya proses penyelesaian berkas rujukan, terbatasnya ketersediaan obat, dan pelayanan lain pasien lansia, misalnya dibiarkan menunggu lama pada saat antri dan ruang khusus lansia yang tersedia tidak dipergunakan dengan baik. Hal tersebut disayangkan oleh masyarakat lanjut usia, karena masyarakat berharap dengan adanya program JKN dapat membantu masyarakat dalam pengobatan secara berkelanjutan, bahkan membuat masyarakat kurang puas dengan prosedur dan masyarakat khusus lansia masih kurang merasakan manfaat yang diperoleh.

Melalui Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diharapkan menjadi langkah awal untuk optimalisasi puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi publik. Program ini dimaksudkan salah satunya dilaksanakan untuk semua kalangan masyarakat dan khususnya bagi lansia dalam aspek pengobatan berkelanjutan untuk meningkatkan kesehatan lansia. Oleh karena itu, penulis tertarik menulis karya ilmiah dengan judul “Implementasi program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi Lanjut Usia Di Puskesmas Padang Bulan Selayang Kecamatan Medan Baru”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah ini adalah “Bagaimana Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional di Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru”.

(25)

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang diajukan mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana Implementasi Program Jaminan Kesehatan Nasional Bagi Masyarakat Lanjut Usia Di Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian sebagai berikut :

1. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan dan menambah khazanah keilmuan dalam bidang Administrasi Publik khususnya berkaitan dengan Implementasi Program Pemerintah.

2. Secara Akademis, diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kepustakaan Program Studi Ilmu Administrasi Publik.

3. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan akan memberikan masukan atau sumbangan pemikiran bagi penulis lainnya maupun berbagai pihak yang terkait dalam penerapan program JKN untuk pelayanan kesehatan lansia.

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Publik

Kebijakan yang dirumuskan oleh pemerintah umumnya disebabkan adanya isu-isu lingkungan di masyarakat, dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah yang sedang hangat terjadi dalam ruang lingkup publik . Untuk memahami lebih jauh terkait kebijakan tersebut, ada beberapa pemahaman teoritis mengenai kebijakan public, seperti menurut Lester dan Stewart (Kusumanegara, 2010:4) mengungkapkan bahwa kebijakan publik adalah suatu kebijakan yang dibuat oleh yang berwewenang yang memiliki dampak yang bertujuan untuk mengatasi masalah publik. Sementara itu menurut Thomas R Dye (Suaib, 2016:xvi) kebijakan publik adalah apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk melakukan tindakan atau tidak. Sedangkan menurut James E. Anderson (Abidin, 2004:21) mengatakan bahwa kebijakan publik adalah suatu tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang dilaksanakan oleh aktor dan sejumlah aktor dalam memecahkan masalah tertentu. Kebijakan terdiri dari beberapa komponen menurut Charles O.Jones (Tangkilisan, 2003:3) yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam kebijakan yang dibuat (goal), uraian kerja atau langkah kegiatan yang lebih jelas dilaksanakan untuk pencapaian yang ditargetkan dalam kebijakan tertulis atau yang terdapat opada proposal kebijakan (plans). Hasil dari perumusan kebijakan yang dibuat berupa output keputusan kebijakan yang diambil, untuk kemudian diimplementasikan, dan terakhir setelah kebijakan tersebut

(27)

diimplementasikan dalam jangka waktu tertentu selanjutnya ditinjau akibat-akibat yang terjadi dari keputusan tersebut apakah tepat sasaran atau tidak.

Dalam membentuk kebijakan publik (public policy) diperlukan beberapa tahapan secara sistematis. Dunn (dalam Winarno, 2012:35-37) mengemukakan tahap-tahap kebijakan publik sebagai berikut :

1. Penyusunan Agenda (Agenda Setting)

Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebenarnya masalah-masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk ke dalam agenda kebijakan.

2. Formulasi Kebijakan (Policy formulating)

Permasalahan yang telah dipilah dan masuk dalam agenda publik kemudian dilakukan analisis untuk mencari akar permasalahan dan dibentuk rumusan kebijakan oleh para pembuat kebijakan. Dalam proses ini para formulator mencari berbagai alternatif, kemudian dari berbagai alternatif itu akan bersaing dan dipilih mana solusi terbaik melalui identifikasi dalam menyelesaikan masalah yang muncul.

3. Adopsi/ Legtimasi Kebijakan (Policy Adoption)

Tahapan ini untuk memberikan otoritas kepada produk kebijakan publik yang dihasilkan oleh para formulator. Dengan melewati proses legitimasi kebijakan masyarakat yang menjadi sasaran kebijakan publik tersebut harus percaya dan mengikuti apa yang diputuskan pemerintah.

4. Implementasi Kebijakan (Policy Implementation)

Pada tahap ini kebijakan publik yang dihasilkan dijalankan oleh segala lapisan masyarakat secara paksa dan berkelanjutan untuk mencapai tujuan dari kebijakan tersebut. Bila kebijakan telah disepakati namun tidak ada tindakan nyata dari para implementor maka kebijakan tersebut hanya sebatas administrasi. Dalam implementasi kebijakan akan didapatkan dukungan dari para pelaksana dan sebagian lagi akan mendapatkan tentangan dari para pelaksana.

5. Evaluasi Kebijakan (Policy Evaluation)

Tahapan terakhir adalah dilakukan penilaian terhadap kebijakan publik yang mencakup substansi, implementasi, dan dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan publik tersebut (Winarno, 2002:29). Bila dalam penilaian didapatkan dampak yang kurang baik maka kebijakan tersebut patut dilakukan peninjauan kembali terhadap isinya.

(28)

Dari beberapa pendapat yang dikutip diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kebijakan publik adalah suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah yang mempunyai tujuan (goal) tertentu untuk memecahkan masalah yang sedang terjadi dan memiliki dampak terhadap masyarakat.

Dalam merumuskan suatu kebijakan, terdapat berbagai proses yang dilewati mulai dari tahap penyusunan agenda, perumusan kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan evaluasi. Suatu kebijakan yang telah melwati beberapa tahap perumusan kemudian dicari alternatif yang tepat oleh pemerintah. Langkah selanjutnya ialah implementasi, sebagai tahapan penting yang harus ada dalam keseluruhan proses kebijakan publik (Wahab, 2014:133).

Implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan pelaksanaan dalam hasil sebuah kebijakan yang berupa Undang-Undang atau keputusan peradilan yang dibuat lembaga-lembaga pemerintah. Implementasi kebijakan merupakan yang paling berat pelaksanaannya, karena masalah yang ditemui dalam lapangan atau tidak dijumpai dilapangan.

Pengertian Implementasi Kebijakan menurut Mazmanian dan Sabatier (Agustino, 2006: 139) bahwa implementasi adalah :

“Implementasi kebijakan adalah pelaksanaan keputusan kebijakan dasar berupa Undang-Undang dan keputusan peradilan, yang mana keputusan tersebut mengidentifikasi masalah sesuai tujuan dan sasaran yang ingin dicapai”.

Pengertian Implementasi yang lain menurut Van Meter dan Van Horn (Suaib, 2016:82) bahwa Implementasi adalah :

(29)

“Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh individu- individu/ kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diiarahkan pada pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan”.

Kemudian menurut Grindle (Agustino, 2006:154) menjelaskan bahwa implementasi :

“Suatu keberhasilan implementasi dapat diukur melalui prosesnya, dengan menentukan pelaksanaan program sesuai yang telah dilakukan dengan melihat para pelaku program dan tujuan program tersebut tercapai”.

Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan merupakan proses pelaksanaan kebijakan yang dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat ataupun pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan.

Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat kajian mengenai Implementasi suatu program/kebijakan berupa Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Bagi Lansia di Puskesmas Padang Bulan Selayang Kecamatan Medan Baru.

2.2 Model Implementasi Kebijakan

Model adalah sebuah kerangka sederhana yang merupakan sebuah usaha untuk memudahkan penjelasan terhadap suatu fenomena. Kesulitan akan banyak ditemui jika fenomena sosial harus dijelaskan dengan konsep abstrak. Oleh karena itu, model diperlukan untuk menyampaikan fenomena yang rumit dan kompleks dengan tujuan menyelaraskan persepsi terhadap suatu fenomena.

(30)

Keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan oleh banyak variabel atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain.

Beberapa variabel dan faktor yang terlibat dalam keberhasilan implementasi dapat dipahami melalui model implementasi kebijakan. Berkaitan dengan beberapa konsep implementasi kebijakan yang telah dijelaskan diatas, maka model implementasi kebijakan dari Van Meter dan Van Horn yang akan digunakan sebagai pengukur atau indikator dalam penelitian ini.

Model yang diungkapkan oleh Van Meter dan Van Horn yakni model (top- down) untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang membuat implementasi sukses (Fadillah, 2003:83). Van Meter dan Van Horn menggunakan pendekatan implementasi kebijakan dengan disebut A Model of the Policy Implementation.

Proses implementasi ini merupakan sebuah abstraksi atau performansi suatu pengejewantahan kebijakan yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai variabel. Model ini menjelaskan bahwa kinerja kebijakan dipengaruhi oleh variabel-variabel yang saling berkaitan.

Model implementasi kebijakan oleh Van Meter dan Van Horn (Agustino 2008:141-144), terdapat 6 variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik, yaitu:

1. Standar Dasar dan Tujuan Kebijakan (Sasaran Kebijakan)

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika Standar dan tujuan kebijakan sesuai pada pada level pelaksana kebijakan.

Ketika Standar kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal untuk dilaksanakan di level warga, maka agak sulit merealisasikan kebijakan publik untuk dapat dikatakan berhasil.

(31)

2. Sumber-Sumber Kebijakan (Sumber Daya)

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung pada kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Suatu keberhasilan proses implementasi dengan adanya sumber daya manusia yang berkualitas dan berkompetensi sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan kemudian sumber daya lainnya ialah sumber daya finansial dan sumber daya waktu.

3. Karakteristik Agen Pelaksana

Pusat perhatian para pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat pada pengimplementasian kebijakan publik. Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan (publik) banyak dipengaruhi ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya.

4. Sikap/Kecenderungan (Disposisi) para Pelaksana

Disposisi implementor yaitu dalam implementasi kebijakan sikap atau disposisi implementor ini dibedakan menjadi tiga hal, yaitu respons implementor

terhadap kebijakan, kondisi, yakni pemahaman terhadap kebijakan yang telah ditetapkan dan intens disposisi implementor , yakni preferensi nilai yang dimiliki tersebut.

5. Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka asumsinya kesalahan- kesalahan akan sangat kecil terjadi dan begitu pula sebaliknya.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik

Kondisi lingkungan sosial, politik dan ekonomi dalam variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan;

karekteristik para partisipan, yakni mendukung dan menolak; bagi sifat opini publik yang ada dilingkungan dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.

Keunggulan model Van Meter dan Van Horn ini lah yang dapat menawarkan kerangka berpikir untuk menjelaskan dan menganalisis proses implementasi kebijakan. Selain itu model ini juga memberikan penjelasan bagi

(32)

pencapaian dan kegagalan program. Karena model ini menitikberatkan pada sikap, perilaku dan kinerja para perilaku di dalam implementasi kebijakan.

2.3 Pelayanan Publik

Manusia dalam memenuhi kebutuhannya, memerlukan pelayanan dari orang lain. Oleh karena itu, pelayanan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan pelayanan publik diharapkan terselenggara untuk memenuhi kepentingan umum atau perorangan dengan cara tepat dan memuaskan pihak yang dilayani.

Konsep pelayanan publik atau pelayanan umum pada dasarnya merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang, atau kelompok, atau birokrasi untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam mencapai suatu tujuan tertentu (Istianto, 2011:121).

Sedangkan menurut Kurniawan (2005:4) diartikan sebagai pemberi layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut Undang-Undang menurut No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yaitu:

“Pelayanan publik adalah segala bentuk dalam rangka pengaturan, pembinaan, bimbingan, penyediaan fasilitas, jasa dan lainnya yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah sebagai pemenuhan kebutuhan kepada masyarakat sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku”

(33)

Berdasarkan definisi diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pelayanan publik adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok yang memberikan kebutuhan atau kemudahan kepada masyarakat dalam tujuan tertentu dengan peraturan yang berlaku.

2.4 Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Sedangkan menurut Santoso (2012:8) berpendapat bahwa Kesehatan adalah keadaan seimbang yang dinamis, dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pola hidup sehari-hari seperti makan, minum, seks, kerja, istirahat, hingga pengelolaan kehidupan emosional.

Sementara itu menurut Mu’rifah (2007:14) mengatakan bahwa kesehatan pribadi adalah segala usaha dan tindakan seseorang untuk menjaga, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatannya sendiri dalam batas-batas kemampuannya, agar mendapatkan kesenangan hidup dan mempunyai tenaga kerja yang sebaik-baiknya.

Dari beberapa definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa kesehatan adalah segala usaha untuk mencapai keadaan seimbang yang dinamis yang dipengaruhi beberapa faktor dalam hidupnya.

Dalam menjalankan upaya kesehatan yang bertujuan untuk memelihara dan menjaga kesehatan dengan cara pengendalian yakni dengan pelayanan kesehatan.

Untuk menerapkan pelayanan kesehatan perlu dipahami tentang pelayanan kesehatan.

Menurut Levei dan Loamba (Azrul, 1996:36) pelayanan kesehatan merupakan setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

(34)

menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat.

Menurut Prof. Dr. Soekidjo Notoatmojo pelayanan kesehatan merupakan sebuah bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) mempunyai sasaran yaitu publik dan masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Veronika Komalawati (2006:77) berpendapat bahwa pelayanan kesehatan (health care service) merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar 1945 untuk melakukan upaya peningkatkan derajat kesehatan baik perseorangan, maupun kelompok atau masyarakat secara keseluruhan.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang dilakukan sendiri atau bersama-sama dalam suatu sistem pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan..

Berdasarkan Pasal 52 ayat (1) UU Kesehatan, disebutkan pelayanan kesehatan secara umum terdiri dari dua bentuk pelayanan kesehatan yaitu:

a. Pelayanan kesehatan perseorangan (medical service) yakni pelayanan yang diselenggarakan oleh perorangan secara mandiri (self care), dan keluarga (family care) atau kelompok anggota masyarakat yang bertujuan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga. Upaya pelayanan perseorangan tersebut dilaksanakan di rumah sakit, klinik bersalin, praktik mandiri.

b. Pelayanan kesehatan masyarakat (public health service) yakni pelayanan yang diselenggarakan oleh kelompok dan masyarakat yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang mengacu pada tindakan promotif dan preventif. Upaya pelayanan masyarakat tersebut dilaksanakan di puskesmas.

Kegiatan pelayanan kesehatan secara paripurna diatur dalam Pasal 52 ayat (2) UU Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu:

(35)

a. Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.

b. Pelayanan kesehatan preventif merupakan kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.

c. Pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.

d. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat, semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap warganegara, sejak dari fase pembuahan hingga tutup usia. Pelayanan ini dirasakan oleh semua kalangan usia, baik itu kalangan muda hingga kalangan lansia. Pemerintah telah menciptakan pelayanan kesehatan khususnya bagi lansia untuk memprioritaskan kesehatan mereka melalui pelayanan seperti fasilitas dan jasa yang tersedia. Setelah kita mengetahui pelayanan tersebut diprioritaskan bagi lansia, maka terlebih dahulu dapat dipahami apa itu lanjut usia.

Lanjut Usia adalah suatu kondisi dimana seseorang yang sudah menua.

Lanjut usia dalam usianya sudah mengalami penurunan fisik dalam melakukan aktivitasnya. Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari

(36)

suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan, Pudjiastuti (Effendi, 2009). Sedangkan Fatimah (2010) menjelaskan lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial, sehingga akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupannya, termasuk kesehatannya.

Menurut pasal 1 ayat (2) Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia menjelaskan bahwa Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas.

Dari definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Lanjut Usia adalah seseorang yang berada pada tahap lanjut yakni mencapai usia 60 tahun keatas yang sudah mengalami perubahan baik itu penurunan fisik jiwa maupun biologis.

Proses penuaan pada lansia terjadi seiring bertambahnya umur lansia, yang akan menimbulkan permasalahan terkait aspek kesehatan. Berdasarkan aspek kesehatan, lansia akan mengalami proses penuaan yang ditandai dengan penurunan pada daya tahan fisik sehingga rentan terhadap penyakit. Penurunan fungsi fisik yang terjadi pada lansia yakni penurunan sistem tubuh seperti sistem saraf, perut, limpa, dan hati, penurunan kemampuan panca indera seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perasa, serta penurunan kemampuan motorik seperti kekuatan dan kecepatan. Berbagai penurunan ini berpengaruh terhadap kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan terhadap status kesehatannya. Oleh karena itu perlunya peningkatan pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia sehingga lansia dapat meningkatkan kualitas hidupnya..

(37)

Pelayanan kesehatan pada lansia harus diberikan sejak dini yaitu pada usia pra lansia (45-59 tahun). (situs : http://www.depkes.go.id diakses pada tanggal 09 Juli 2019 Pukul 01.30 WIB)

Pembinaan kesehatan yang dilakukan pada lansia yaitu dengan memperhatikan faktor-faktor risiko yang harus dihindari untuk mencegah berbagai penyakit yang mungkin terjadi. Kemudian perlu juga memperhatikan faktor-faktor protektif yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan lansia. Upaya yang telah dilakukan pelayanan kesehatan pada lansia antara lain pelayanan kesehatan geriatri di rumah sakit, pelayanan kesehatan di puskesmas, pendirian home care bagi lansia yang berkebutuhan khusus, dan adanya Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia atau Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu). Pelayanan kesehatan ini tidak hanya memberikan pelayanan pada upaya kuratif, melainkan juga menitikberatkan pada upaya promotif dan preventif.

Berbagai pelayanan kesehatan tersebut, diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia (situs: http://www.bappenas.go.id diakses pada tanggal 10 Juli 2019 Pukul 02.00 WIB).

2.5 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Bagi Lansia

Kata “jaminan” secara bahasa dapat berarti asuransi (insurance), peyakinan (assurance), garansi (gurantee/warranty, janji (promise/pledge) dan dapat berarti pengamanan (security). Istilah jaminan sosial dalam bahasa inggris adalah social security. Kata “jaminan” yang berarti asuransi di Indonesia berakar dari proses pengumpulan dana untuk kepentingan bersama.

(38)

Asuransi kesehatan mencakup asuransi kesehatan sosial maupun komersial.

Menurut Thabrany (2014) Asuransi sosial adalah asuransi yang wajib yang diikuti oleh seluruh atau sebagian penduduk, premi atau iurannya bukan nilai nominal tetapi presentase upah yang wajib dibayarkan dan manfaat asuransi (benefit) ditetapkan peraturan perundangan dan sama untuk semua peserta.

Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh menfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah (Perpres No.19, 2016).

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial. Bersifat wajib bagi seluruh masyarakat Indonesia dan orang asing yang yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak, yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, serta diselenggarakan dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan (Sulastomo, 2008).

(39)

Program JKN-KIS khusus diprioritaskan bagi lansia sesuai Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yakni mengedepankan promotif dan preventif sesuai dengan pengecekan kesehatan berkala oleh dokter, mendirikan ruang khusus bagi lansia di instansi kesehatan atau puskesmas, dan mewujudkan pelayanan kesehatan tanpa antrian khusus bagi para lansia baik di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atau Puskesmas dan Rumah sakit, sehingga tidak terjadi lagi para lansia yang harus datang pagi buta hanya untuk mendapatkan nomor antrian dan mengantri lama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan secara langsung. (situs : https://www.superradio.id/mewujudkan- kesejahteraan-dan-kesehatan-lansia-melalui-program-jkn-kis/ diakses pada tanggal 25/januari/2019 pukul 17.15 WIB)

Program JKN bagi lansia yang tersedia di puskesmas yakni PRB dan Prolanis. PRB merupakan pemberian obat-obatan untuk penyakit kronis di faskes tingkat pertama sebagai bagian dari program pelayanan rujuk balik. Sedangkan Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan, dan BPJS Kesehatan dalam rangka pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien.

2.6 Definisi Konsep

Adapun defenisi konsep dalam penelitian ini adalah :

(40)

1. Implementasi kebijakan merupakan proses dilakukan oleh individu atau sekelompok orang yang dimana tindakan tersebut berasal dari keputusan kebijakan dasar yang diatur dan digunakan dalam mengungkapkan hambatan-hambatan yang terjadi dengan menggunakan empat variabel yakni komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur organisasi dalam pelaksanaan proses kebijakan.

2. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah bagian dari Sistem Jaminan Sosial yang mengutamakan asuransi kesehatan nasional yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannnya dibayar oleh pemerintah.

3. Lanjut Usia adalah adalah seseorang yang berada pada tahap lanjut yakni mencapai usia 60 tahun keatas yang sudah mengalami perubahan baik itu penurunan fisik jiwa maupun biologisnya yang memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupannya terutama kesehatannya.

2.7 Hipotesis Kerja

Dalam sebuah penelitian, hipotesis digunakan sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian kualitatif, hipotesis tidak diuji, tetapi diusulkan sebagai satu panduan dalam proses analisis data.

Hipotesis kerja (Sugiyono, 2010) adalah jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. Adapun penulis merumuskan hipotesis kerja dalam penelitian ini, yaitu Implementasi Kebijakan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi Lanjut Usia di Kecamatan Medan Baru Kota Medan meliputi Standar dasar dan sasaran kebijakan, sumber-sumber

(41)

kebijakan (sumber daya), karakteristik agen pelaksana, disposisi para pelaksana, komunikasi antar organisasi, dan pengaruh lingkungan ekonomi, sosial, dan politik yang mendukung proses keberhasilan dari program ini.

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.

Metode ini digunakan untuk menggambarkan secara langsung dengan lisan maupun nonlisan. Menurut Denzin dan Lincoln dalam buku Maleong (2006:5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dengan menggunakan metode yang ada. Metode yang biasanya digunakan yakni metode wawancara, pengamatan (observasi), dan pemanfaatan dokumen. Metode yang diakukan dengan cara mengumpulkan, menyajikan, serta menganalisis data tentang pelaksanaan program JKN yang dikeluarkan oleh pemerintah yang digunakan bagi lansia di salah satu puskesmas Kota Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data-data dan informasi untuk menjawab masalah permasalah yang telah dikemukakan, Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Padang Bulan yang terletak di Jalan Jamin Ginting, Komplek Pamen, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Adapun alasan pemilihan tempat ini adalah :

1. Puskesmas Padang Bulan merupakan salah satu sarana dalam pelaksanaan program JKN.

(43)

2. Penulis ingin mengetahui bagaiamana proses pelaksanaan pelayanan kesehatan yang telah didapat dari program JKN bagi lansia.

3.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan secara sengaja. Subyek penelitian inilah yang menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang akan diperlukan (Suyanto, 2005:108). Adapun informan penelitian yaitu Kepala Puskesmas dan Pegawai Puskesmas dan Pegawai Khusus Program JKN sebagai informan kunci yang terlibat langsung sebagai pelaksana program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi lansia sedangkan informan utamanya yakni Pasien Lansia yang berkaitan dalam program kesehatan JKN baik itu peserta PBI dan Non PBI, sedangkan informan tambahannya yakni Pegawai BPJS Kesehatan, yang berkaitan terhadap informasi program JKN bagi lansia.

Tabel 3.3. Matriks Informan Penelitian

No. Status Informan Informasi Yang Dibutuhkan Jumlah Metode 1. Kepala Puskesmas Padang

Bulan

Informasi terkait penerapan kebijakan program JKN bagi lansia di Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru yang meliputi Standar dasar dan Sasaran Kebijakan, komunikasi pelaksana,

1 Wawancara

(44)

sumber-sumber kebijakan (sumber daya), sikap pelaksana kebijakan, kinerja antara pelaksana yang terlibat (karakteristik agen pelaksana), dan lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi penerapan suatu program JKN.

2. Pegawai Puskesmas Padang Bulan

Informasi terkait penerapan kebijakan program JKN bagi lansia di Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru yang meliputi Standar dasar dan Sasaran kebijakan, komunikasi pelaksana, sumber-sumber kebijakan (sumber daya), sikap pelaksana kebijakan, kinerja antara pelaksana yang terlibat (karakteristik agen pelaksana), dan lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang mempengaruhi penerapan

5 Wawancara dan Observasi

(45)

suatu program JKN.

3. Pegawai Puskesmas yang bertugas dalam program

JKN

Informasi terkait pelaksanaan program JKN bagi lansia yang terdapat pada program yang dimiliki BPJS Kesehatan.

1 Wawancara

4. Pasien Lanjut Usia kategori JKN

Informasi terkait penerapan program JKN bagi lansia di Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru yakni sebagai seorang yang menerima program JKN dari Puskesmas.

8 Wawancara

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Sumber data adalah salah satu paling penting dalam penelitian. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang diharapkan. Pada teknik pngumpulan data, menggunakan multi sumber bukti (triangulasi) yang mana artinya peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Dalam hal ini yang digunakan adalah observasi, partisipatif, wawancara, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama (Sugiyono, 2012:83). Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data primer

(46)

Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data dengan mengambil data secara langsung pada lokasi penelitian. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data primer dilakukan melalui:

a) Wawancara

Metode wawancara adalah yakni dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan secara langsung dan terbuka kepada informan atau pihakpihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian. Wawancara yang dilakukan termasuk wawancara yang mendalam (in-dept interview) yaitu dengan terlibat secara tatap muka dengan menggunakan wawancara yang bersifat semi struktur (semi structure-interview).

b) Observasi

Metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung terhadap fenomena-fenomena yang menjadi objek penelitian dan mencatat segala gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk mempelajari data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan tertulis maupun dokumen-dokumen yang ada di lokasi penelitian sebagai sumber kedua atau sumber sekunder untuk mendukung data primer. Hal ini dapat dilakukan melalui instrument berikut :

a) Dokumentasi adalah yaitu pengumpulan data yang diperoleh menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada dalam lokasi

(47)

penelitian serta sumber-sumber lain yang relevan dengan masalah penelitian.

b) Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui buku- buku, karya ilmiah, jurnal, peraturan-peraturan dan lain sebagainya yang berkaitan dengan penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Teknik analisa data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menalaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya dalam satu-satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap be]rikutnya, dan memeriksa keabsahan data serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2006:247). Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2007:243) ada tiga macam kegiatan dalam analisis data kualitatif, diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dengan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, dan memfokuskan pada hal-hal yang penting tentang penelitian dengan mencari tema dengan pola hingga memberikan gambaran yang lebih jelas serta mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan

2. Penyajian data /Data Display

(48)

Setelah langkah pertama selesai, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data dalam penelitian dengan teks yang bersifat naratif, bagan maupun dalam bentuk tabel sehingga memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

3. Penarikan kesimpulan

Kesimpulan awal yang dikemukkan masih bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun, apabila kesimpulan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

3.6 Teknik Keabsahan Data

Teknik keabsahan data dalam penelitian kualitatif merupakan salah satu bagian yang sangat penting untuk mengetahui derajat kepercayaan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi dalam pengumpulan data. Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Triangulasi adalah suatu pendekatan riset yang memakai suatu kombinasi lebih dari satu strategi dalam suatu penelitian untuk menjaring data/informasi.

Dengan mengumpulkan dan membandingkan multiple dataset satu sama lain, triangulasi membantu meniadakan ancaman bagi setiap validitas dan reliabilitas data. Triangulasi tidak hanya membandingkan data dari berbagai

(49)

sumber data, akan tetapi juga mempergunakan berbagai teknik dan metode untuk meneliti dan menjaring data/informasi dari fenomena yang sama (Wirawan, 2011:156). Dalam penelitian dapat dipergunakan 3 jenis triangulasi, yaitu (Bungin, 2011:264)

1. Triangulasi dengan Sumber Data.

Dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan Moeleong, (2006) : 1). Penilaian hasil penelitian dilakukan oleh responden 2). Mengoreksi kekeliruan oleh sumber data 3).

Menyediakan tambahan informasi secara sukarela .4). Memastikan informan dalam kancah penelitian, menciptakan kesempatan mengikhtisarkan sebagai langkah awal analisis data. 5). Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.

2. Triangulasi dengan Metode

Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat dengan metode interview sama dengan metode observasi, atau apakah hasil observasi sesuai dengan informasi ketika di interview.

3. Triangulasi dengan Teori.

Triangulasi dengan teori menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong, berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa dengan derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Hal ini dapat dilakukan sebagai

(50)

pembanding teori dengan menyertakan usaha pencarian teori dan cara lainnya untuk mengorganisasikan data yang mungkin mengarahkan pada upaya penemuan penelitian yang lebih relevan.

Ketiga macam triangulasi diatas, adalah cara peneliti dalam melakukan analisis data dengan menggunakan triangulasi sumber data dan teknik.

Triangulasi sumber data dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan data hasil wawancara dari para informan yang dituju.

Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan mengecek data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yaitu data yang diperoleh dari wawancara,kemudian dicek dengan observasi dan dokumen.

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Lansia
Tabel 1.2 Lansia yang mendapatkan program JKN-PBI dan Non PBI
Tabel 3.3. Matriks Informan Penelitian
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Baru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT SURABAYA MENGENAI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) MELALUI WEBSITE BPJS KESEHATAN ini adalah salah satu

Program Jaminan Kesehatan Nasional (selanjutnya disebut program JKN) merupakan bentuk komitmen pemerintah terhadap pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat Indonesia

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien program jaminan kesehatan nasional (JKN) sangat puas dengan kualitas pelayanan RSUD Muntilan berdasarkan perhitungan

“Determinan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Kotanopan Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun

Jaminan kesehatan nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari sistem jaminan sosial nasional yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme

Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh peserta jaminan kesehatan nasional JKN di Puskesmas Mekarsari Tahun 2019 Menganalisis hubungan

Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional Program Jaminan Kesehatan Nasional merupakan program jaminan sosial yang menjamin biaya pemeliharaan kesehatan serta pemenuhan kebutuhan dasar

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Penerapan Good Governance Dalam Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional Melalui Aplikasi Mobile JKN Di Kantor Badan Penyelenggara Jaminan Sosial BPJS