SITUASI UPAYA KESEHATAN
Cakupan DPT/HB1 secara Provinsi tahun 2010 belum mencapai target
B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG 1. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa cakupan BIAS secara provinsi masih belum mencapai target dengan pencapaian BIAS Campak pada kelas 1 SD hanya 46,9%, BIAS DT kelas 1 hanya 49,6%, BIAS TT kelas 1 baru mencapai 52,3% dan BIAS kelas 3 sebesar 49% (target 95%).
B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN DAN PENUNJANG 1. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit biasanya dilihat dari berbagai segi yaitu tingkat pemanfaatan sarana, mutu dan tingkat efisiensi pelayanan. Beberapa indikator standar terkait dengan pelayanan kesehatan di rumah sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata – rata lama hari perawatan (LOS), rata – rata tempat tidur dipakai (BTO), rata – rata
selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI), persentase pasien keluar yang meninggal (GDR) dan persentase pasien keluar yang meninggal <24 jam perawatan (NDR). Data pencapaian indikator tidak semua Rumah Sakit masuk, terutama Rumah Sakit swasta (lihat Lampiran Tabel 63). Gambar 4.17. Pencapaian Indikator Standar Pelayanan Rumah Sakit Di Provinsi Riau Tahun 2010 44,3 3,7 9,4 2,6 1 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 BO R LO S TO I GD R ND R
Sumber : Profil RS Kab/Kota Th 2010
2. Pelayanan Kesehatan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (JPKMM).
Tujuan umum JPKMM adalah terselenggaranya jaminan pemeliharaan masyarakat miskin secara berhasil guna dan berdaya guna. Tujuan tersebut dijabarkan ke dalam tujuan khusus yang meliputi : (i) terlaksananya registrasi masyarakat miskin; (ii) terlaksananya pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif dalam meningkatkan pemanfaatan dan taraf kesehatan masyarakat miskin; (iii) terlaksananya pengelolaan keuangan yang akuntabel dan efisien dalam program jaminan kesehatan masyarakat miskin.
Salah satu program yang memberi andil besar dalam peningkatan kesehatan masyarakat adalah program jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin (JPKMM). Program ini menjadi vital mengingat sebagian penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan. Mereka yang termasuk kelompok miskin (gakin) sering kali direpotkan masalah biaya saat berhadapan dengan problem kesehatan. Melalui program ini, gakin bisa terbebas dari beban biaya kesehatan. Sebab dalam JPKMM pemerintah menanggung biaya pelayanan kesehatan untuk gakin.
Komitmen pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya bidang kesehatan, Pemerintah baik Pusat, Provinsi Riau dan Pemerintah Kabupaten/Kota setiap tahun. sejak tahun 2006 persentase Jaminan pemeliharaan Kesehatan Masyarakat miskin dan rentan di Provinsi Riau sudah 100% dengan persentase pencapaian 100%. Capaian indikator sasaran berupa persentase Jaminan Pemeliharaan Kesehatan masyarakat Miskin dan rentan dinilai sangat baik atau sangat berhasil.
Pendanaan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin dan rentan di Provinsi Riau sejak tahun 2006 – 2008 di dapat selain dari program Jamkesmas Departemen Kesehatan juga merupakan komitmen pemerintah Provinsi Riau dan pemerintah Kabupaten/Kota. Sedangkan pada tahun 2009 dan tahun 2010 disamping program Jamkesmas juga ada program jamkesda .Rincian pelaksanaan hasil kegiatan jaminan kesehatan keluarga miskin di Propinsi Riau adalah sebagai berikut:
Visit rate Jamkesmas 100 % sesuai dengan target. Visit rate Kab/Kota tertinggi
adalah Kabupaten Indragiri hilir (85,31%) dan yang terendah adalah Kabupaten Pelalawan (0,67 %) dan Kabupaten Siak (1.81 %).
Cakupan pelayanan kesehatan terhadap keluarga miskin tahun 2010 dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 4.18. Cakupan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin Provinsi Riau Tahun 2010 0 5 10 15 20 25 30 35 Persentase 10,89 5,78 34,7 2,69 6,83 4,3 K4 Gakin PersalinanGak in Oleh Nakes Pel.Kes.dasar masy.miskin Bumil Risti yg dirujuk Kn gakin Pel. Kes Rujukan ‐ Jumlah proporsi kunjungan bumil keluarga miskin jamkesmas di Provinsi Riau sebesar 10,89 % masih jauh dari target Riau (35 %) apalagi target Nasional (95 %).
‐ Persalinan gakin oleh tenaga kesehatan Prov.Riau sebesar 5,78% juga masih jauh dari target pada Renja(50 %)
3. Pemantauan Kasus Penyalahgunaan Obat & NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan zat adiktif lainnya) di Rumah Sakit
Narkotika dan Psikotropika adalah salah satu obat yang diperlukan dalam bidang pengobatan, bidang penelitian dan ilmu pengetahuan. Namun bila disalahgunakan dan salah menggunakan akan berakibat luas karena menimbulkan ketergantungan yang mengakibatkan gangguan social, kamtibnas dan ketahanan nasional.
Dampak arus globalisasi disegala bidang dapat berpengaruh terhadap kehidupan, termasuk juga terhadap perilaku penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain di Indonesia. Masalah tersebut cenderung meningkat terutama di kalangan generasi muda dan merupakan masalah yang dirasakan oleh berbagai Negara termasuk Indonesia. Namun data yang absah dan mampu mengungkapkan keadaan atau masalah penyalahgunaan tersebut merupakan kendala yang belum terpecahkan.
Data penyalahgunaan tetap diperlukan untuk menetapkan tingkat kewaspadaan, tetapi belum ada metoda yang tepat untuk mendapatkan data tersebut. Untuk itu telah ditempuh berbagai pendekatan diantaranya melalui studi kasus. Banyak kasus yang berkaitan dengan masalah penyalahgunaan, kasus kesehatan, kasus kejahatan (kriminal) yang dapat digunakan sebagai gambaran tentang masalah tersebut. Untuk mendapatkan data penyalahgunaan dari kasus kesehatan masih kurang berarti karena dari kasus kesehatan sangat kecil kemungkinannya korban penyalahgunaan secara sadar melakukan pengobatan medis. Tetapi bagi korban yang sudah bermasalah dengan kesehatannya secara langsung ataupun tidak langsung akan terkait dengan pelayanan kesehatan.
Penyalahgunaan / ketergantungan napza dari tahun ke tahun semakin meningkat, sementara fenomena napza itu sendiri bagaikan gunung es (ice berg) artinya yang tampak dipermukaan lebih kecil dibandingkan yang tidak tampak dipermukaan laut.
Tahun 2010 dilaksanakan monitoring di 32 (Tiga puluh dua) Rumah sakit di Provinsi Riau dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran langsung data atau
“trend“ tentang data kasus penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan bahan berbahaya. Dari monitoring tersebut diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan data dari tahun sebelumnya sebesar 592 kasus sedangkan tahun tahun sebelumnya tahun 2009 yakni 499 kasus. Laporan berasal dari 22 Rumah sakit di Propinsi Riau baik Rumah sakit Pemerintah dan Swasta .Sedangkan 10 Rumah sakit laporannya tidak diterima oleh Dinas Kesehatan Propinsi Jumlah kasus Berdasarkan jenis kelamin yang menggunakan : 1. Perempuan 250 kasus (42,22 %) 2. Laki‐laki 342 kasus (57,78 %) Gambar 4.19. Kasus NAPZA Hasil Survey di 32 Rumah Sakit Di Provinsi Riau Tahun 2010 42,22 57,78 Perempuan Laki2