• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tenaga Kesehatan

Dalam dokumen PROFIL KESEHATAN PROVINSI RIAU TAHUN 2010 (Halaman 139-146)

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN

Sumber : Dinas Kesehatan Kab/Kota

D.   Tenaga Kesehatan

D.   Tenaga Kesehatan 

Salah  satu  dampak  dari  otonomi  adalah  kesulitan  dalam  menginventaris  tenaga  kesehatan.  Tenaga  kesehatan  yang  bekerja  di  Kab/Kota,  seringkali  keluar/masuk  tanpa  sepengetahuan  maupun  dilaporkan  ke  Dinas  Kesehatan  Propinsi. Bentuk pengumpulan data kepegawaian salah satunya dilakukan melalui  pembuatan profil kesehatan kabupaten/ kota yang dikompilasi di tingkat Propinsi.  Oleh  karena  itu  tingkat  validasi  dan  akurasi  seringkali  menjadi  permasalahan  utama. 

Pada  tahun  2005  rasio  dokter  terhadap  100.000  penduduk  adalah  15,19  terjadi  peningkatan  pada  tahun  2006  (16,5),  tahun  2007  menurun  lagi  menjadi  13,86 per 100.000 penduduk, tahun 2008 naik kembali menjadi 16,25 per 100.000  penduduk dan di tahun 2009 meningkat kembali menjadi 17,19 per 100.000 tetapi  di tahun 2010 menurun lagi menjadi 16,8 per 100.000 penduduk. Angka tersebut  belum  mencapai  target  Riau  2010  (25  per  100.000  penduduk),  apalagi  jika  dibandingkan dengan standar nasional yaitu 40 per 100.000 penduduk masih jauh.  Hal ini berarti penambahan penduduk tidak dibarengi dengan penambahan jumlah  dokter  di  daerah.  Ratio  dokter  spesialis  setiap  tahun  meningkat,  tahun  2005  sebesar 4,96 per 100.000 naik menjadi 7,9 pada tahun 2006 dan naik lagi menjadi  8,6 per 100.000 penduduk pada tahun 2007, tahun 2008 menjadi 9,25 per 100.000  penduduk  dan  di  tahun  2009  terjadi  peningkatan  sampai  dengan  11,19  per  100.000, tetapi menurun kembali tahun 2010 menjadi 10,9 per 100.000 penduduk.  Penambahan  dokter  spesialis  yang  cukup  signifikan  berada  di  Kota  Pekanbaru.  Rasio dokter spesialis ini melebihi standar nasional (6:100.000).Walaupun rasio ini  sudah melampaui namun dilapangan distribusi penempatan tidak merata, terfokus  pada  ibukota  Propinsi.  Untuk  masa  mendatang  masih  diperlukan  penambahan  dokter  spesialis  khusus  penanganan  kedaruratan  mengingat  lokasi  dan  geografis  Propinsi Riau yang terdiri dari pulau‐pulau dan daerah‐daerah sulit guna perluasan  jangkauan pelayanan. 

Ratio  dokter  gigi  terhadap  100.000  penduduk  5,79  di  Tahun  2005,  lalu  turun  pada  tahun  2006  menjadi  4,8  per  100.000  penduduk,  dan  turun  kembali  pada tahun 2007 menjadi 4,52, tetapi tahun 2008 s/d 2010 terjadi kenaikan , tahun  2008  sebesar  5,16  per  100.000  penduduk,  tahun  2009  sebesar  5,39  per  100.000  dan tahun 2010 sebesar 5,83 per 100.000 penduduk, namun angka ini masih jauh  dibawah  target  nasional  (11:100.000)  dan  masih  dibawah  target  Renstra  Riau  (7:100.000). 

Ratio perawat terhadap 100.000 penduduk adalah 90,81 pada tahun 2005,  tahun  2006  turun  menjadi  90,7  dan  pada  tahun  2007  menurun  kembali  menjadi  84,84, tahun 2008 meningkat lagi menjadi 97,41 dan pada 2009 meningkat cukup  tajam menjadi 106,76 per 100.000 penduduk tetapi menurun lagi menjadi 103,15  per 100.000 penduduk di tahun 2010, belum mencapai target Renstra 2010 (115 : 

100.000). Kebutuhan perawat masih merupakan prioritas mengacu kepada standar  atau target nasional (117,5:100.000).  

Rasio  bidan  terhadap  100.000  penduduk  pada  tahun  2005  adalah  31,59,  pada  tahun  2006  ratio  bidan  menjadi  35  per  100.000  penduduk.  Dengan  adanya  program desa siaga ratio bidan meningkat dari tahun 2007 s/d 2010. 

Tahun  2007  sebesar  41,89  per  100.000  penduduk,  tahun  2008  sebesar  54,32 per 100.000 penduduk, tahun 2009 : 57,57 per 100.000 penduduk dan 66,19  per  100.000  penduduk.  Walaupun  terjadi  peningkatan  rasio  tenaga  bidan  dalam  empat tahun terakhir, jumlah bidan di Propinsi Riau masih sangat kurang (target  Nasional  100:100.000),  target  Riau  2010  (85:100.000).  Disamping  itu  kebijakan  Menteri Kesehatan RI dengan menetapkan status desa siaga pada setiap desa mau  tidak mau penambahan jumlah bidan mutlak diperlukan. 

Ratio  tenaga  gizi  di  Propinsi  Riau  di  Tahun  2005  sebesar  3,9  per  100.000  penduduk,  namun  pada  tahun  2006  dijumpai  penurunan  2,75  per  100.000  penduduk,  tahun  2007  meningkat  cukup  signifikan  menjadi  4,45  per  100.000  penduduk, tahun 2008 sebesar 5,09 per 100.000 penduduk dan meningkat kembali  di tahun 2009 dengan rasio tenaga sebesar 5,33 tetapi menurun lagi menjadi 4,42  per  100.000  penduduk  di  tahun  2010.  Jumlah  tenaga  gizi  di  Provinsi  Riau  masih  sangat  kurang  mengingat  standar  nasional  adalah  22  per  100.000  penduduk.  Hal  ini  sangat  mempengaruhi  operasional  dan  pelayanan  upaya  perbaikan  gizi  masyarakat. Kedepan diharapkan penempatan dan pengangkatan tenaga gizi dapat  menjadi prioritas pemenuhan tenaga kesehatan. 

Dalam  mendukung  terwujudnya  konsep  paradigma  sehat  peranan  tenaga  kesehatan masyarakat merupakan ujung tombak pada tingkat pelayanan kesehatan  dasar  di  Puskesmas.  Pada  tahun  2005  rasio  tenaga  kesehatan  masyarakat  di  Propinsi Riau adalah 3,74 per 100.000 penduduk , dan jumlah ini terus mengalami  peningkatan sejak tahun 2006 yaitu 3,86 per 100.000 penduduk di tahun 2006, di  tahun 2007 menjadi 5,88 per 100.000 penduduk, tahun 2008 berjumlah 7,65 per  100.000 penduduk, dan di tahun 2009 ini rasio meningkat cukup signifikan yaitu  10,01  per  100.000,  tetapi  menurun  lagi  di  tahun  2010  menjadi  8,85  per  100.000  penduduk.  Hal  ini  disebabkan  karena  sudah  banyak  tenaga  kesehatan  yang  melanjutkan studinya ke fakultas kesehatan masyarakat. Walaupun terjadi jumlah 

peningkatan  tenaga  kesehatan  dari  tahun  ketahun,  jumlah  ini  masih  jauh  dari  standar  nasional  (40  :  100.000  penduduk).  Merujuk  kepada  visi  Depkes  ”  Masyarakat  Yang  Mandiri  Untuk  Hidup  Sehat”  seyogyanya  keutuhan  tenaga  kesehatan  masyarakat  menjadi  prioritas  pengangkatan  pegawai  sesudah  tenaga  medis dan paramedis.  

Peluang pengangkatan ini pada dasarnya sangat memungkinkan mengingat  Propinsi Riau mempunyai dana cukup dan keberadaan Sekolah Tinggi di Propinsi  Riau.  

Keberhasilan  pembangunan  kesehatan  tidak  lepas  dari  kontribusi  lintas  program  dan  lintas  sektor,  khususnya  dalam  penanganan  kesehatan  lingkungan,  penyediaan air bersih dan penyiapan sarana infrastruktur lainnya. Tenaga sanitasi  merupakan  fasilitator  dan  inovator  dalam  menjembatani  perbaikan  lingkungan  yang  sehat  termasuk  air  bersih.  Untuk  itu  peranan  sanitasi  didalam  peningkatan  upaya  kesehatan  masyarakat  akan  berdampak  terhadap  keberhasilan  pembangunan  kesehatan.  Pada  tahun  2005  ratio  tenaga  sanitasi  di  Propinsi  Riau  5,39  per  100.000  penduduk,  turun  menjadi  4,64  per  100.000  penduduk  di  tahun  2006 dan tahun 2007 ada sedikit peningkatan menjadi 4,7 per 100.000, tahun 2008  terjadi  penurunan  kembali  menjadi  4,43  per  100.000  penduduk,  dan  tahun  2009  menjadi  4,94  per  100.000,tahun  2010  menurun  lagi  menjadi  3,52  per  100.000  penduduk,  rasio  masih  sangat  jauh  dari  target  nasional  (40  per  100.000  penduduk). 

Dalam  penyelenggaraan  upaya  pelayanan  kesehatan  baik  tingkat  dasar  maupun  tingkat  rujukan  pertama  ketersediaan  obat  merupakan  salah  satu  faktor  penentu.  Distribusi  dan  pengawasan  obat  di  Puskesmas  maupun  bidang  farmasi  menjadi  tugas  dan  tanggungjawab  apoteker.  Keberadaan  tenaga  apoteker  di  Propinsi  Riau  tahun  2005  memiliki  ratio  4,92  per  100.000  penduduk  menurun  menjadi  1,7  per  100.000  penduduk  tahun  2006,  tahun  2007  mengalami  peningkatan yang cukup signifikan yaitu 7,77 per 100.000 penduduk, menurun lagi  di dua tahun terakhir yaitu 2008 menjadi 2 per 100.000 penduduk dan tahun 2009  menjadi  1,9  per  100.000.  Tahun  2010  naik  menjadi  8,05  per  100.000  penduduk  (angka ini bergabung dengan sarjana farmasi). Angka ini masih kurang dari target  nasional  (10  per  100.000  penduduk).  Namun  dilapangan  kekurangan  tenaga‐

tenaga  ini  disubsitusi  dengan  tenaga  asisten  apoteker.  Jumlah  tenaga  asisten  apoteker  di  tahun  2006  adalah  276  orang  (ratio  =  5,44  per  100.000  penduduk),  rasio meningkat menjadi 6,37 per 100.000 penduduk tahun 2007 , meningkat lagi  tahun  2008  menjadi  6,8  per  100.000  penduduk  dan  rasio  turun  menjadi  6,77  di  tahun  2009,  tahun  2010  meningkat  lagi  menjadi  8,25  per  100.000  penduduk.  Jumlah  ini  masih  sangat  kurang  dibandingkan  dengan  standar  nasional  (30  :  100.000 penduduk).  

Dari data‐data diatas secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa secara  kuantitas  tenaga  kesehatan  di  Propinsi  Riau  masih  belum  mencukupi,  disamping  itu  distribusi  belum  merata,  sehingga  di  daerah  sulit  masih  banyak  yang  belum  tersedia tenaga‐tenaga kesehatan yang utama. 

Berbicara  mengenai  sumber  daya  manusia  kesehatan  meliputi  3  pokok  program : perencanaan, pendayagunaan tenaga kesehatan dan pengelolaan tenaga  kesehatan. Ketiga faktor tersebut harus saling terkait satu sama lain dan dilakukan  evaluasi secara terus menerus. 

Tenaga  kesehatan  di  Propinsi  Riau  baik  kuantitas  maupun  kualitas  masih  merupakan  masalah,  didukung  dengan  penempatan,  tanggungjawab  yang  sesuai  dengan  kompetensi  yang  dimiliki.  Untuk  itu  salah  satu  langkah  awal  kedepan  adalah  pemetaan  tenaga  kesehatan  disertai  dengan  analisis  kebutuhan  berdasarkan problema spesifik dan kewilayahan. Gambaran tenaga kesehatan per  Kab/Kota di Propinsi Riau tahun 2010 dapat dilihat pada grafik dan peta berikut.  Gambar 5.9. Ratio Tenaga Kesehatan Propinsi Riau Tahun 2010 di Provinsi Riau Tahun  2010  16,8 10,9 5,83 66,19 103,15 4,42 8,85 3,52 8,05 8,25 0 20 40 60 80 100 120 Dokter dokter gigi

perawat kesmas apoteker

   

Gambar 5.10. Rasio Dokter Umum per 100.000 Penduduk Menurut Kab/Kota di Provinsi  Riau Tahun 2010        Gambar 5.11. Rasio Dokter Spesialis per 100.000 Penduduk Menurut Kab/Kota di  Provinsi Riau Tahun 2010        Gambar 5.12. Rasio Dokter Gigi per 100.000 Penduduk Menurut Kab/Kota di Provinsi  Riau Tahun 2010     

Gambar 5.13. Rasio Bidan per 100.000 Penduduk Menurut Kab/Kota di Provinsi Riau  Tahun 2010        Gambar 5.14. Rasio Perawat per 100.000 Penduduk Menurut Kab/Kota di Provinsi Riau  Tahun 2010        Gambar 5.15. Rasio Tenaga Gizi per 100.000 Penduduk Menurut Kab/Kota di Provinsi  Riau Tahun 2010     

Gambar 5.16. Rasio Tenaga Sanitasi per 100.000 Penduduk Menurut Kab/Kota di  Provinsi Riau Tahun 2010       

Dalam dokumen PROFIL KESEHATAN PROVINSI RIAU TAHUN 2010 (Halaman 139-146)

Dokumen terkait