• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Daerah

Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Daerah

Tujuan Pemeriksaan

7.1 Pemeriksaan kinerja atas pelayanan kesehatan rumah sakit daerah pada empat rumah sakit daerah kabupaten/kota bertujuan untuk:

• menilai pencapaian kinerja pelayanan kesehatan, mengidenti fi kasikan kegiatan yang ti ngkat pencapaian kinerjanya masih belum opti mal serta memberikan rekomendasi untuk perbaikannya;

• mengetahui dan menilai apakah sarana dan prasarana kesehatan telah tersedia sesuai prasyarat yang ditetapkan dan telah dimanfaatkan sesuai dengan peruntukkannya; dan apakah biaya kegiatan upaya pelayanan kesehatan tersebut telah dilaksanakan secara ekonomis, efi sien dan efekti f.

Hasil Pemeriksaan

7.2 Hasil pemeriksaan kinerja atas pelayanan kesehatan rumah sakit daerah secara umum menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan rumah sakit daerah belum opti mal dan masih harus diti ngkatkan, selengkapnya dapat diuraikan sebagai berikut.

Pencapaian Indikator Kinerja

7.3 Pencapaian kinerja pelayanan dari keempat rumah sakit sebagai berikut:

• Kinerja pelayanan kesehatan RSUD Kota Bekasi Tahun 2007 termasuk dalam kategori kurang sehat. Selain itu ditemukan kelemahan pada aspek pelayanan, mutu pelayanan dan keuangan yang dapat menghambat pencapaian kinerja RSUD Kota Bekasi.

• Tingkat kesehatan BRSUD Waled Cirebon Tahun 2007 dan Semester I Tahun 2008 termasuk dalam kategori sehat A.

• KPI RSD Kudus pada Tahun Anggaran 2007 adalah baik. Selain itu ditemukan aspek positi f yaitu tercapainya KPI atas SPM dan aspek negati f yaitu belum atau ti dak tercapainya KPI atas SPM serta adanya temuan-temuan pemeriksaan terkait kinerja pelayanan RSD Kudus.

• KPI RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal terbagi atas pencapaian kinerja bidang keuangan yaitu terdapat realisasi belum maksimal, bidang pelayanan termasuk kategori kurang, dan fasilitas rumah sakit termasuk dalam kategori sedang.

Sistem Pengendalian Intern

7.4 Pemeriksaan kinerja atas pelayanan kesehatan rumah sakit daerah antara lain diarahkan pada sistem pengendalian intern. Hasil pemeriksaan menunjukkan

masih adanya kelemahan terhadap sistem pengendalian intern sebanyak 16 kasus. Kelemahan tersebut terdiri dari ti ga kasus kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, ti ga kasus kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, serta sepuluh kasus kelemahan struktur pengendalian intern.

Penyebab Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

7.5 Permasalahan tersebut diantaranya terjadi karena keti dakcermatan dalam pelaksanaan tugas, kurangnya kesadaran dalam pelaksanaan ketentuan perundang-undangan, dan lemahnya pengawasan dan pengendalian oleh atasan langsung.

Rekomendasi atas Kelemahan Sistem Pengendalian Intern

7.6 Atas temuan kelemahan SPI tersebut BPK menyarankan agar pimpinan enti tas yang diperiksa memberikan sanksi yang tegas kepada pihak yang bertanggung jawab sesuai ketentuan yang berlaku, serta meningkatkan pengawasan dan pengendalian.

Temuan Efekti vitas dan Kepatuhan terhadap Ketentuan Perundang-undangan

7.7 Hasil pemeriksaan kinerja menunjukkan keti dakefekti fan serta adanya keti dakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang mengakibatkan potensi kerugian daerah, kekurangan penerimaan dan masalah administrasi. Hasil pemeriksaan berdasar kelompok temuan menurut enti tas disajikan dalam tabel 8.

Enti tas Total Temuan Keti dakefek-ti fan

Keti dakpatuhan Terhadap Peraturan Yang Mengakibatkan : Potensi Kerugian Daerah Kekurangan Pener-imaan Administrasi Jml Ka-sus N i l a i (juta Rp) Jml Ka-sus N i l a i (juta Rp) J m l Kasus Nilai (juta Rp) J m l Kasus N i l a i (juta Rp) Jml Kasus

RSUD Kota Bekasi 24 21.020,59 21 20.035,14 1 268,62 2 716,83 -BRSUD Waled Kab. Cirebon 8 - 8 - - - - - -RSUD Dr. H. Soewondo

Kab. Kendal

8 6.660,64 3 3.511,18 - - 3 3.149,46 2 RSD Kudus 10 1.778,70 6 - - - 1 421,75 3 50 29.459,93 38 23.546,32 1 268,62 6 4.288,04 5

Tabel 8: Kelompok Temuan Menurut Enti tas

Pemeriksaan Kinerja atas Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Daerah

Sumber: Lampiran 9 buku IHPS ini

7.8 Berdasarkan tabel diatas hasil pemeriksaan menunjukkan terdapat 50 kasus senilai Rp29,45 miliar yang terdiri dari 38 kasus keti dakefekti fan atas pelayanan kesehatan rumah sakit daerah dan dua belas kasus keti dakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. Rincian per jenis temuan dapat dilihat pada

Efekti vitas

7.9 Temuan mengenai keti dakefekti fan mengungkap mengenai kegiatan yang ti dak memberikan manfaat atau hasil sesuai rencana yang telah ditetapkan serta fungsi instansi yang ti dak opti mal sehingga tujuan organisasi ti dak tercapai.

7.10 Hasil pemeriksaan kinerja atas pelayanan kesehatan pada rumah sakit daerah menunjukkan bahwa terdapat 38 kasus keti dakefekti fan senilai Rp23,54 miliar yang terdiri dari:

• 2 kasus barang yang dibeli ti dak dapat dimanfaatkan;

• 3 kasus pelaksanaan kegiatan terlambat terhambat sehingga mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi;

• 16 kasus pelayanan kepada masyarakat ti dak opti mal; dan

• 17 kasus fungsi atau tugas instansi yang diperiksa ti dak diselenggarakan dengan baik, termasuk target penerimaan ti dak tercapai.

7.11 Kasus-kasus tersebut di antaranya

• Penatausahaan rekam medis rawat jalan di BRSUD Waled Kabupaten Cirebon belum terti b sehingga pelayanan kesehatan kepada masyarakat ti dak opti mal dan adanya kemungkinan tuntutan hukum di masa datang apabila terdapat kegagalan ti ndakan medis terkait keti dakakuratan data rekam medis.

• Pemanfaatan alat kesehatan dan barang inventaris pada RSUD Dr. H. Soewondo Kendal senilai Rp3,51 miliar belum opti mal karena belum dimanfaatkan. Hal tersebut mengakibatkan tujuan pengadaan alat untuk peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat belum tercapai dan belum memberikan pendapatan bagi RSUD Dr. H. Soewondo Kendal atas pengoperasian alat-alat tersebut.

Penyebab Keti dakefekti fan

7.12 Permasalahan tersebut di antaranya terjadi karena sistem informasi manajemen dan kualitas personil yang ada belum memadai, dan sumber daya yang ada belum mampu memanfaatkan sarana dan prasarana yang dimiliki rumah sakit daerah untuk mendukung terciptanya pelayanan yang opti mal.

Rekomendasi atas Keti dakefekti fan

7.13 Atas keti dakefekti fan yang terjadi pada pelayanan kesehatan rumah sakit daerah, BPK menyarankan agar kelemahan yang ada diatasi dengan menyempurnakan sistem informasi manajemen rumah sakit daerah, meningkatkan kemampuan masing-masing personil sesuai tugas pokok dan fungsinya dan mengopti malkan penggunaan sarana dan prasarana yang dimiliki dalam mendukung pelayanan kepada masyarakat.

Kepatuhan terhadap Ketentuan Perundang-undangan

7.14 Hasil pemeriksaan kinerja juga menunjukkan masih adanya keti dakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan:

• potensi kerugian daerah atau potensi kerugian daerah yang terjadi di perusahaan, yaitu adanya suatu perbuatan melawan hukum baik sengaja maupun lalai yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya kerugian di masa yang akan datang berupa berkurangnya kekayaan daerah atau perusahaan daerah berupa uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan pasti jumlahnya. Kasus potensi kerugian daerah terdiri dari satu kasus senilai Rp268,62 juta di RSUD Kota Bekasi, yaitu adanya piutang yang ti dak tertagih atas pelayanan kesehatan rawat inap yang diberikan oleh RSUD Kota Bekasi yang belum diterima pembayarannya.

• kekurangan penerimaan daerah, yaitu adanya penerimaan yang sudah menjadi hak daerah d.h.i. perusahaan daerah tetapi ti dak atau belum masuk ke kas perusahaan daerah karena adanya unsur keti dakpatuhan terhadap peraturan. Kasus kekurangan penerimaan daerah terdiri dari enam kasus senilai Rp4,288 miliar. Kekurangan penerimaan meliputi permasalahan penerimaan rumah sakit yang belum diterima. Kasus tersebut diantaranya adalah klaim jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat (JAMKESMAS) Dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal pada Tahun 2008 minimal sebesar Rp2,80 miliar belum diselesaikan.

• masalah administrasi yang meliputi permasalahan pertanggungjawaban ti dak akuntabel, penyimpangan terhadap ketentuan pengelolaan barang milik daerah, penyimpangan terhadap peraturan perundang-undangan bidang tertentu lainnya dan adanya aset yang belum didukung bukti yang sah. Kasus keti dakpatuhan yang mengakibatkan masalah administrasi terdiri dari lima kasus diantaranya adalah mengenai pengeluaran sebesar Rp1,35 miliar pada RSD Kudus yang ti dak valid/ti dak lengkap sehingga ti dak dapat diyakini kewajarannya.

Penyebab Keti dakpatuhan

7.15 Permasalahan tersebut diantaranya terjadi karena sistem informasi akuntansi dan pengendalian pendapatan rumah sakit daerah belum memadai, keti dakcematan dalam pelaksanaan tugas, dan lemahnya pengawasan dan pengendalian oleh atasan langsung.

Rekomendasi atas Keti dakpatuhan

7.16 Atas keti dakpatuhan terhadap peraturan, BPK menyarankan agar pimpinan enti tas yang diperiksa memberikan sanksi sesuai peraturan yang berlaku kepada pejabat yang bertanggung jawab, meningkatkan pengawasan dan meningkatkan koordinasi untuk mengintensifk an penerimaan daerah.

7.17 Hasil pemeriksaan secara lengkap dapat dilihat pada soft copy LHP dalam cakram padat terlampir atau diakses melalu laman (website) www.bpk.go.id.

Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

Pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT) bertujuan untuk memberikan simpulan atas suatu hal yang diperiksa. PDTT ti dak memberikan opini ataupun untuk memberikan penilaian kinerja dan memberikan rekomendasi. PDTT bisa bersifat eksaminasi (pengujian), reviu, atau prosedur yang disepakati .

• Eksaminasi; pemeriksa menyatakan simpulan dengan ti ngkat keyakinan positi f bahwa suatu pokok masalah telah sesuai atau telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material, sesuai dengan kriteria.

• Reviu; pemeriksa menyatakan simpulan dengan ti ngkat keyakinan negati f bahwa ti dak ada informasi yang diperoleh pemeriksa bahwa pokok masalah ti dak sesuai dengan kriteria dalam semua hal yang material.

• Dalam prosedur yang disepakati (agreed upon procedures); pemeriksa menyatakan simpulan atas hasil pelaksanaan prosedur tertentu yang disepakati dengan pemberi tugas terhadap pokok masalah.

Sebagian besar pemeriksaan yang dilaksanakan BPK bersifat eksaminasi.

Dalam Semester I Tahun 2009, BPK telah melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu atas 73 enti tas (103 obyek pemeriksaan) yang terdiri dari 46 obyek pemeriksaan di lingkungan pemerintah pusat, 36 obyek pemeriksaan di lingkungan pemerintah daerah, 16 obyek pemeriksaan di lingkungan BUMN, dan 5 obyek pemeriksaan di lingkungan BUMD. Cakupan pemeriksaan atas 103 obyek pemeriksaan tersebut adalah senilai Rp136,63 triliun (termasuk Rp28,22 miliar ekuivalen dari USD2.76 juta berdasar nilai kurs tengah BI per 30 Juni 2009 USD1=Rp10.225,00).

Hasil pemeriksaan tersebut dapat dikelompokkan dalam tujuh tema sebagai berikut: • pelaksanaan belanja dan penerimaan negara;

• pengelolaan dana otonomi khusus;

• pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan nasional; • manajemen hutan;

• pelaksanaan subsidi /kewajiban pelayanan umum; • pendapatan dan biaya perusahaan daerah; dan • pemeriksaan dengan tujuan tertentu lainnya.