• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

4.1.5 Unit Pelayanan

Sistem jaringan distribusi perpipaan merupakan suatu sarana fisik yang bertujuan membawa atau memindahkan air minum dari reservoir menuju konsumen di daerah pelayanan. Selain itu sistem distribusi harus pula dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan lain agar dapat berfungsi dengan baik.

 Klasifikasi Sistem Perpipaan

Tujuan dari pengklasifikasian jaringan perpipaan ini adalah:

 Memisahkan bagian jaringan menjadi suatu sistem hidrolis tersendiri sehingga memberikan beberapa keuntungan seperti:

 Kemudahan dalam pengoperasian, sesuai dengan debit yang mengalir.  Mempermudah perbaikan jika terjadi kerusakan.

 Meratakan sisa tekan dalam jaringan perpipaan, sehingga setiap daerah pelayanan mendapatkan sisa tekan relatif tidak jauh berbeda.

 Mempermudah pengembangan jaringan perpipaan, sehingga jika dilakukan perluasan tidak perlu mengganti jaringan yang sudah ada, dengan catatan masih memenuhi syarat kriteria hidrolis.

Pengklasifikasian jaringan perpipaan direncanakan terbagi tiga yaitu pipa induk, pipa cabang dan pipa pelayanan yang perencanaannya dibatasi oleh kriteria tertentu (Tabel 4.3).

Tabel 4-3 Perencanaan Pipa Induk, Pipa Cabang Dan Pipa Pelayanan

No Klasifikasi Pipa Kriteria / Batasan

1 Pipa Induk

(Pipa Utama)

 Diameter minimal 150 mm (6”).

 Kecepatan aliran maksimal 3,0 – 5,0 m/det, tergantung

jenis pipa.

 Head statis yang tersedia tidak lebih dari 80 m.

 Tekanan pada sistem harus dapat mengjangkau titik

kritis dan sisa tekan tidak kurang dari 15 m.

 Tidak melayani penyadapan langsung ke rumah-rumah.

 Mampu mengalirkan air sampai akhir tahap dengan

Qpeak.

 Jenis pipa yang dipilih harus mempunyai ketahanan

tinggi.

 Dimensi direncanakan untuk mengalirkan air sampai

dengan akhir perencanaan dengan debit puncak.

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 4 1

No Klasifikasi Pipa Kriteria / Batasan

(Tapping) melayani konsumen

 Kriteria kecepatan sama dengan pipa induk

 Sisa tekan tidak kurang dari 15 m

 Klas pipa yang sama dan atau lebih rendah dari pipa

induk.

3 Pipa Pelayanan

(Pipa Service)

 Diameter tidak lebih besar dari 50 mm ( 2”)

 Kriteria kecepatan sama dengan pipa induk

 Sisa tekan tidak kurang dari 15 m

 Penyadapan dilakukan dengan alat Clamp Saddle,

diameter 1 “ pada posisi vertikal dan 2 “ untuk posisi

horisontal.

Sumber: Harun et al., “Draft Guidelines For Design and Contruction of Public Water Supply System in Indonesia”, 1980 Dept. Teknik Penyehatan – ITB.

Tujuan dari pengklasifikasian jaringan perpipaan ini adalah:

1. Memisahkan bagian jaringan menjadi satu sistem hidrolis tersendiri sehingga memberikan beberapa keuntungan seperti:

 Kemudahan dalam pengoperasian sesuai dengan debit yang mengalir.  Mempermudah perbaikan jika terjadi kerusakan.

 Meratakan sisa tekan dalam jaringan perpipaan, sehingga setiap daerah pelayanan mendapatkan sisa tekan relatif tidak jauh berbeda.

2. Mempermudah pengembangan jaringan perpipaan, sehingga jika dilakukan masih memenuhi syarat kriteria hidrolis.

Jaringan perpipaan distribusi air bersih diklasifikasikan sebagai berikut: a. Feeder System (Pipa Hantar Distribusi)

Pipa hantar dalam sistem distribusi air bersih biasanya memberikan bentuk atau kerangka dasar sistem distribusi. Tidak dibenarkan dibuat sambungan rumah pada sistem pipa hantar distribusi ini. Feeder system ini dibedakan menjadi: b. Primary Feeder (Pipa Induk Utama)

Pipa induk utama merupakan pipa distribusi yang mempunyai jangkauan terluas dan diameter terbesar. Pipa ini melayani dan menghubungkan daerah-daerah (blok-blok) pelayanan di daerah-daerah pelayanan, dan di setiap blok memiliki satu atau dua titik penyadap (tap) yang dihubungkan dengan pipa cabang atau sekunder (Secondary Feeder). Hubungan ini dikenal sebagai tapping.

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 4 2

Secara fisik, pipa induk utama diatas adalah sebagai berikut:

 Dimensinya direncanakan untuk dapat mengalirkan air sampai dengan akhir perencanaan dengan debit jam puncak.

 Diameter pipa minimal 150 mm (6").

 Head statis yang tersedia tidak lebih dari 80 m tergantung jenis dan kelas pipa.

 Tekanan pada sistem harus dapat menjangkau titik krtitis, dengan sisa tekan tidak kurang dari 10 m.

 Tidak melayani penyadapan langsung ke konsumen.  Jenis pipa yang dipilih harus mempunyai ketahanan tinggi.

Sedangkan kriteria teknis yang harus diambil dalam perencanaan pipa induk adalah:

 Lokasi jalur pipa dipilih menghindari medan yang sulit, seperti halnya tanah longsor, banjir 1-2 tahunan atau bahaya lainnya yang menyebabkan lepas atau pecahnya pipa.

 Jalan pintas sedapat mungkin dipilih tepat berada diatas tanah milik pemerintah atau sepanjang jalan raya atau jalan umum.

 Jalur pipa sedapat mugkin menghindari belokan tajam baik horizontal maupun vertikal dan menghindari siphon yang aliran airnya diatas garis hidrolis.

 Untuk jalur pipa yang panjang dimana air terpaksa dipompa, katup atau tangki pengaman harus dapat mencegah terjadinya water hammer.

 Jalur pipa diusahakan sedikit mungkin melintasi jalan raya, sungai, jalur kereta api, jalur yang kurang stabil sebagai dasar pipa dan daerah yang dapat menjadi sumber kontaminasi.

c. Secondary Feeder (Pipa Cabang)

Pipa cabang nerupakan jenis hantaran yang kedua dari sistem. Pipa ini meneruskan air yang disadap dari pipa induk utama ke suatu blokj pelayanan.

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 4 3

Pipa ini selanjutnya mempunyai percabangan terhadap pipa service. Secara fisik, pipa induk dibatasi sebagai berikut:

 Tidak melayani penyadapan langsung ke konsumen.

 Dimensi dihitung berdasarkan banyaknya sambungan yang melayani konsumen.

 Kelas pipa yang dipergunakan sama atau lebih dari pipa induk utama. d. Distribusi System (Pipa Pelayanan Distribusi)

Pipa pelayanan adalah pipa yang menyadap dari pipa induk sekunder dan langsung melayani konsumen. Diameter yang dipakai tergantung pada besarnya pelayanan terhadap konsumen. Sistem pipa ini dibedakan menjadi:

 Small Distribution Main

Dapat mengalirkan langsung ke rumah dan dapat mengalirkan ke pipa yang lebih kecil.

 Service Line

Pipa ini merupakan pipa sambungan rumah. a. Perencanaan Jalur Perpipaan

Penyampaian air secara baik dan optimum kepada konsumen perlu memperhatikan perencanaan jalur perpipaan yang akurat, seperti:

 Pemakaian energi untuk operasi diusahakan seminimal mungkin.

 Jaringan sedapat mungkin mengikuti jalur yang ada, untuk memudahkan pemasangan, pengoperasian, dan pemeliharaan.

 Jaringan memenuhi syarat-syarat teknis, yaitu air dapat sampai ke konsumen sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang diharapkan.

 Jaringan direncanakan dengan biaya yang paling ekonomis, yaitu mencari jalur yang terpendek dan diameter kecil.

Sedangkan kriteria teknis yang perlu dipenuhi dalam perencanaan jalur pipa induk adalah:

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 4 4

 Jalur pipa menghindari medan yang sulit.

 Jalur pipa sedapat mungkin dipilih di atas tanah milik pemerintah atau sepanjang jalan umum

 Jalur pipa harus menghindari belokan tajam baik horizontal maupun vertikal dan harus menghindari siphon yang aliran airnya di atas garis hidrolis.

 Jalur pipa sedikit mungkin melintasi jalan raya, sungai, jalan kereta api, jalan kurang stabil, sebagai dasar pipa dan daerah yang dapat menjadi sumber kontaminan.

b. Pola Jaringan Perpipaan

Pola jaringan perpipaan sistem distribusi air bersih umumnya dapat diklasifikasikan menjadi sistem jaringan melingkar (Loop System), sistem jaringan bercabang (Branch System) dan sistem kombinasi dari keduanya. Bentuk sistem jaringan perpipaan tersebut tergantung pada pola jalan, topografi, tingkat dan tipe perkembangan daerah pelayanan serta lokasi instalasi pengolahan.

a. Cabang b. Kisi atau Loop c. Kombinasi

Gambar 4-2 Pola Jaringan Distribusi Air Bersih

Untuk lebih jelasnya berikut ini diterangkan mengenai ketiga sistem tersebut. 1. Sistem Jaringan Perpipaan Bercabang

Sistem jaringan bercabang terdiri dari pipa induk utama (main feeder) disambungkan dengan pipa sekunder, lalu disambungkan lagi dengan pipa cabang lainya sampai akhirnya pada pipa yang menuju konsumen.

Dari segi ekonomis sistem bercabang ini sangat menguntungkan, karena jalur pipa lebih pendek dan diameter yang kecil, namun dari segi operasional mempunyai keterbatasan diantaranya:

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 4 5

 Jika terjadi kerusakan, akan terdapat daerah pelayanan yang tidak akan mendapatkan air karena tidak adanya sirkulasi air.

 Jika terjadi kebakaran, suplai air pada fire hidran lebih sedikit karena aliranya satu arah.

Sistem jaringan perpipaan bercabang digunakan untuk daerah pelayanan dengan karakteristik sebagai berikut:

 Bentuk dan arah perluasan memanjang dan terpisah.  Jalur jalannya tidak berhubungan satu sama lainya.

 Elevasi permukaan tanahnya mempunyai perbedaan tinggi.  Luas daerah pelayanan relative kecil.

2. Sistem Perpipaan Lingkaran

Sistem jaringan perpipaan melingkar terdiri dari pipa induk dan cabang yang saling berhubungan satu sama lainnya dan membentuk suatu loop (jaringan yang melingkar), sehingga terjadi sirkulasi air ke seluruh jaringan distribusi. Dari pipa induk dilakukan penyadapan oleh pipa cabang dan selanjutnya dari pipa cabang dilakukan pendistribusian untuk konsumen.

Dari segi ekonomis, sistem ini kurang menguntungkan karena diperlukan katup dan diameter pipa yang bervariasi, sedangkan dari segi hidrolis (pengaliran), sistem ini lebih baik karena jika terjadi kerusakan pada sebagian sistem, selama perbaikan daerah layanan masih dapat disuplai melalui loop lainnya.

Sistem jaringan perpipaan melingkar digunakan untuk daerah pelayanan dengan karakteristik sebagai berikut:

 Bentuk dan perluasannya menyebar ke seluruh arah.  Jaringan jalannya berhubungan satu dengan yang lainya.  Elevasi tanahnya relatif datar.

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 4 6

Sistem jaringan perpipaan kombinasi merupakan gabungan dari sistem jaringan perpipaan bercabang dan jaringan perpipaan melingkar. Sistem ini diterapkan untuk daerah pelayanan dengan karakteristik sebagai berikut:  Kota yang sedang berkembang.

 Bentuk perluasan kota yang tidak diatur, demikian pula jaringan jalannya tidak berhubungan satu sama lain pada bagian tertentu.

 Terdapat daerah pelayanan yang terpencil.  Elevasi muka tanah yang bervariasi.

Kriteria Disain Jalur Pipa a. Gradien Pipa:

 Gradien Minimum Pipa : 1 sampai 500 diatas garis horizontal untuk kemiringan pipa yang sesuai dan searah dengan arah aliran air.

: 1 sampai 300 dibawah garis horizontal untuk kemiringan pipa yang berlawanan dengan arah aliran air.

 Gradien maksimum pipa : 1 persen. b. Penutup Pipa

Penutup minimum pipa yang digunakan untuk melindungi pipa yang ditanam di dalam tanah disarankan sebagai berikut:

 60 cm di luar jalur

 90 cm di dalam jalur jalan

Sedangkan penutup maksimum pipa disarankan tidak lebih 2 m dibawah permukaan tanah.

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 4 7

Menghindari resiko pecahnya pipa eksisting yang umurnya sudah lebih dari 10 tahun, maka diusahakan tekanan yang terjadi pada saat tidak ada aliran pada semua titik junction lebih kecil dari 5 m.

d. Penanaman Pipa  Pipa Transmisi

Perpipaan Transmisi sedapat mungkin dipasang didalam tanah. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi biaya konstruksi serta kemungkinan rusaknya pipa secara fisik seperti tumbuhnya pepohonan, hewan, manusia ataupun kerusakan yang disebabkan oleh faktor lainnya.

Kedalaman penanaman pipa dihitung dari permukaan tanah terhadap bagian atas pipa. Perimbangan kedalaman pemasangan pipa antara lain untuk menghindari rusaknya pipa akibat external pressure dan akar-akar pohon. Demikian pula dengan jenis pipa, diameter serta kondisi tanah setempat.

 Penanaman Pipa Distribusi

Pipa induk distribusi sedapat mungkin dipasang di dalam tanah. Kedalaman tanah penutup pipa minimum ditentukan sebesar 80 cm pada kondisi biasa dan 100 cm pada kondisi pipa dibawah jalan.

Untuk kemudahan pemasangan dan pemeriksaan, pipa induk disarankan dipasang pada sepanjang pinggir jalan.

 Pipa Sekunder

Sambungan rumah tidak boleh dilakukan terhadap pipa induk distribusi yang lebih besar dari diameter 100 mm (4”). Untuk itu diperlukan adanya perpipaan sekunder yang berukuran diameter 75 mm (3”) atau 50 mm (2”) yang dipasang sejajar (sesuai denga keperluan) dengan diameter induk tadi sebagai tempat penyadapan sambungan rumah tersebut.

Apabila pada kedua tepi jalan, posisi bangunan rumah cukup rapat, maka diperlukan pemasangan pipa sekunder di kedua tepi jalan tersebut untuk mengurangi terjadinya penyeberangan pipa terhadap jalan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya kebocoran yang umumnya terjadi pada penyeberangan pipa akibat pecahnya pipa tersebut.

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 4 8

e. Pipa Pararel

Pipa Pararel selalu dipasang pada kondisi dimana terdapat kepadatan bangunan yang terdiri pada kedua sistem penyediaan air bersih jalan, dengan maksud mencegah terjadinya perlintasan jalan yag terlalu banyak dalam penyambungan terhadap pelanggan. Pipa distribusi utama pada beberapa tempat/ segmen dipasang pararel untuk mendapatkan losses yang lebih rendah dan dengan maksud tetap memanfaatkan pipa distribusi utama eksisting. sehingga dengan demikian biaya konstruksi untuk pengembangan dapat direduksi.

f. Kecepatan Aliran

Kecepatan aliran didalam pipa tidak kurang dari 0,3 m/dt untuk mencegah terjadinya pengendapan dan penyumbatan pipa, dan lebih kecil dari 5 m/det, untuk mencegah terjadinya gangguan hidrolis dan mekanik pada jaringan pipa.

Dalam menghitung dimensi pipa dan menetapkan besarnya kecepatan aliran perlu diingat bahwa:

 Kecepatan aliran yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya kehilangan tekanan total dari pompa, yang berarti dapat menyebabkan meningkatnya biaya operasi dan pemeliharaan.

 Kecepatan aliran yang rendah menyebabkan pemakaian pipa dengan diameter yang besar, yang berarti meningkatkan biaya investasi dari sistem.

c. Hidrolika Jaringan Perpipaan 1. Sisa Tekan

Sisa tekan yang tersedia besarnya bervariasi menurut klasifikasi jaringan perpipaan dan daerah pelayanan, serta jenis pipanya. Kriteria sisa tekan menurut Draft Guidelines for Design and Construction of Publik Water Supply System in Indonesia, 1980 sisa tekan minimum yang harus disediakan adalah:  Untuk pipa Distribusi Utama, sisa tekan minimum pada daerah kritis

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 4 9

 Untuk pipa pelayanan ditentukan menurut daerah layanannya terendah, yaitu 10 meter kolom air .

2. Kecepatan Aliran

Kecepatan rata-rata aliran dalam pipa distribusi menurut Al-Layla dalam bukunya Water Supply Engineering Design, 1980 adalah sampai 0,1 – 1,5 m/det.

d. Jenis Perlengkapan Pipa  Jenis Pipa

Pemilihan jenis pipa dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut yaitu ketentuan dan daya tahan terhadap tekanan yang terdiri dari:

 Tekanan dari dalam yaitu tekanan statik dan water hammer.

 Tekanan dari luar pipa yaitu tekanan tanah dan air tanah serta beban lalu lintas.

 Diameter yang tersedia dipasaran.  Daya tahan terhadap korosi dari luar.

 Kemudahan pengadaan, pengangkutan dan pemasangan di daerah yang bersangkutan.

 Pipa Distribusi Utama

Jenis pipa yang umum dipakai untuk pipa induk adalah ACP (Asbestos Cement Pipe), DCIP (Ductile Cast Iron Pipe), GIP (Galvanized Iron Pipe), Steel Pipe dan pipa HDPE.

Pipa CIP terbuat dari besi tuang. Pipa jenis ini sangat kuat, berat dan tahan lama tetapi mudah terkena korosi terutama pada bagian permukaan dan sambungannya, oleh karena itu ada jenis pipa CIP yang diberi lapisan anti korosi yaitu DCIP.

Pipa GIP terbuat dari baja atau besi. Umumnya tidak tahan terhadap korosi, tahan terhadap kesadahan tinggi, harganya mahal, pengangkutan dan pemasangan mudah tetapi tidak tahan terhadap tekanan dari luar.

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 5 0

Steel Pipe merupakan pipa yang terbuat dari baja. Umumnya tahan terhadap benturan ringan, pembuatanya mudah tetapi tidak tahan terhadap korosi dan membutuhkan banyak waktu untuk penyambungan serta mahal harganya.

Pipa PVC (Poly Vinyl Chlorida) merupakan pipa yang terbuat dari palstik Poly Vinyl Chlorida. Umumnya tahan terhadap korosi, ringan, pemasangan dan pengangkutannya mudah.

Pipa HDPE adalah jenis pipa plastic yang sekarang direkomendasikan untuk mendukung pada drinking water atau air siap minum.

 Pipa Pelayanan

Jenis pipa yang umum dipakai adalah GIP, Steel Pipe dan pipa PVC (Poly Vinyl Chlorida). Dengan melihat jalur distribusi saat ini dan mudah ditemukan dipasaran, maka untuk pipa pelayanan memakai pipa PVC. Dengan berkembangnya teknologi dan bergesernya kearah pelayanan air minum maka dari aspek standar kualitas yang mendukung adalah pipa PE.  Perlengkapan Pipa

Perlengkapan perpipaan berfungsi agar jaringan perpipaan berjalan baik sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa perlengkapan perpipaan beserta fungsinya diuraikan dibawah ini.

a. Katup Isolasi Berfungsi untuk :

 Membuka dan menutup aliran

 Mengatur aliran, terutama bila satu bagian jalur pipa akan dites, diperiksa dan diperbaiki.

Katup isolasi menggunakan standard gate valve. Katup butterfly mempunyai katup yang lebih kecil dan mudah dioperasikan, tetapi bila tidak dapat ditempatkan maka gate valve yang dipergunakan.

Pada pipa induk dengan aliran secara gravitasi perlu dilengkapi gate valve dengan penutupan lambat agar dapat melindungai (mengurangi) gelombang air (water hammer).

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 5 1

b. Fitting (sambungan) Berfungsi untuk:

 Menyambung pipa pada jenis dan ukuran yang sama.

 Menyambungg dengan ukuran yang berlainan digunakan reducer pipe.  Mengubah dan membagi aliran dipergunakan:

 Elbow / Bend, dipakai dalam belokan.  Tee, untuk membagi aliran menjadi dua  Cross, untuk membagi aliran menjadi tiga. c. Trust Block dan Angker (blok penahan dan jangkar)

Berfungsi untuk menahan pipa dan fittingnya pada tempat tertentu yang mendapat beban tekanan yang mengakibatkan pipa tidak stabil (bergerak). Blok penahan ini memindahkan beban dari sambungan ke bidang tanah sekitarnya. Peralatan ini digunakan jika pipa menyebrangi saluran sungai, irigasi atau lembah. Untuk panjang lebih dari 4 m dipergunakan tiang penyangga jembatan pipa.

d. Air Valve (katup udara)

Berfungsi untuk mengeluarkan udara dalam pipa. Adanya udara ini akibat aliran turbulen dan tidak meratanya aliran dalam pipa. Udara dalam pipa akan terakumulasi pada titik tertinggi dan pada setiap 1 km jalur pipa di titik tertinggi dipasang alat ini .

e. Blow Off (Pipa Penguras)

Berfungsi mengeluarkan endapan (lumpur) dalam pipa. Ditempatkan pada posisi terendah dalam jalur pipa, tempat lumpur diperkirakan terakumulasi. Perlu diperhatikan saluran pembawa air penguras beserta lumpurnya, sehingga tidak mengganggu lingkungan sekitarnya.

f. Perlintasan Jalan Raya

Untuk perlintasan jalan raya (jalur pipa bersilangan dengan jalan), konstruksi lintasan dibuat seperti penimbunan biasa dengan memperkuat bagian sebelah atasnya dengan memakai plat beton atau urugan pasir ditambah sirtu.

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 5 2

g. Water Meter (Meteran Air)

Water meter mempunyai fungsi untuk mengukur besarnya aliran air yang mengalir dalam pipa. Jenis water meter biasanya ditentukan berdasarkan penempatan water meter itu sendiri misalnya:

 Water meter yang dipasang didekat instalasi biasanya disebut water meter induk

 Water meter yang dipasang pada zona pelayanan tertentu biasanya disebut dengan water meter zoning

 Water meter yang dipasang pada sambungan rumah disebut water meter pelanggan.

Pemasangan water meter induk biasanya dilengkapi dengan chamber guna menghindari gangguan dari luar dan dilengkapi bypass dengan maksud jika water meter tersebut rusak atau ada gangguan air dapat dilairkan memalui bypass.

h. Meter Pengukuran Aliran (Flow Meter)

Flow meter berfungsi untuk mengukur debit aliran air didalam pipa, flow meter dipasang pada pipa utama distribusi dan transmisi sebagai kelengkapan untuk kontrol debit dan kontrol pompa atau dapat juga dipasang pada sistem dosing dengan maksud alat pelengkap untuk dapat menentukan dosing rate yang akurat. Flow meter dapat dipasang secara permanen/ terus-menerus atau dapat juga dipasang secara temporer tergantung dari fungsi dan tujuannya. i. Pressure Gauges

Pressure Gauges berfungsi untuk mengatur tekanan air yang ada didalam pipa. Pressure gauges biasanya dipasang pada:

 Rumah pompa, untuk kontrol bekerjanya pompa agar sesuai.

 Pada bak pelepas tekan dan perlengkapan kontrol debit lainnya dengan sistem gravitasi, fasilitas pelengkap untuk pemeriksaan kondisi peralatan kontrol.

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 5 3

Regulating Valves diperlukan bila aliran air atau besarnya tekanan perlu dikontrol. Katup ini merupakan jenis Disc-valve atau Butterfly valves. Disc-valves dipergunakan dalam mengurangi besarnya tekanan tetapi pada bak pelepas tekan dipergunakan Butterfly valves.

k. Air Resease Valve

Air Resease Valves dipasang pada belokan pipa yang mengarah kebawah. Katup yang akan dipergunakan merupakan disain standard (flosing balls) l. Prssure Release Valves

Pressure Release Valves yang menggunakan tipe per (spring operated type). Katup ini dipasang pada pipa induk dengan aliran gravitasi dengan arah aliran lagsung dimulai dan peralatan kontrol aliran (bak pelepas tekan, PRV, Washouts dan katup pemeliharaan).

m.Float Valve

Float Valve dipasang pada bak pelepas tekan dan pada bak penampung (reservoir). Tipe disesuaikan dengan bak pelepas tekan/ reservoir.

n. Wash - Out

Wash - out dipasang pada jalur pipa distribusi induk dengan lokasi pada profil memanjang yang memperlihatkan adanya depresi, seperti perlintasan sungai dan sebelum bak pelepas tekan daripada keadaan dimana terdapat ujung atau akhir dari pipa cabang.

Pada sistem distribusi dipasang pada setiap titik terendah untuk semua diameter pipa distribusi lebih besar dari 25 mm, dengan maksimum jarak sebesar 2 km.

o. Fire Hydrant

Unit ini dipasang pada perpipaan distribusi sebagai tempat (sarana) pengambilan air saat terjadi kebakaran. Biasanya ditempatkan pada lokasi-lokasi yang menjadi pusat keramaian.

Penempatan Fire Hydrant tersebut disarankan pada lokasi-lokasi dengan kepadatan tinggi seperti pusat-pusat keramaian. Selain itu, pada umumnya Fire hydrant ini dipasang pada setiap interval jarak sejauh 500 m dengan diameter pipa sebesar 75 mm atau 65 mm.

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rencana Induk Sistem Pelayanan Air Minum (RI-SPAM)

S t a n d a r / K r i t e r i a P e r e n c a n a a n | 4 - 5 4

e. Sistem Pengaliran

Sistem pengaliran dalam sistem distribusi air bersih dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Sistem Gravitasi

Sistem pengaliran dengan gravitasi dilakukan dengan memanfaatkan beda tinggi muka tanah, dalam hal ini jika daerah pelayanan terletak lebih rendah dari sumber air (reservoir). Untuk daerah pelayanan yang mempunyai beda tinggi yang besar, sistem gravitasi sangat baik digunakan, karena menghemat

Dokumen terkait