• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III : ASPEK HUKUM PENANAMAN MODAL DI INDONESI A

C. Pelayanan Penanaman Modal

Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung.53 Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan hak atas tanah dapat diberikan dan diperpanjang di muka sekaligus dan dapat diperbarui kembali atas permohonan penanam modal.54Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas fasilitas keimigrasian yang diberikan kepada penanaman modal diberikan setelah penanam modal mendapat rekomendasi dari Badan Koordinasi Penanaman Modal.55Kemudahan pelayanan dan/atau perizinan atas fasilitas perizinan impor dapat diberikan untuk impor.56

Pelayanan terpadu satu pintu bertujuan membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan pelayanan, fasilitas fiskal, dan informasi mengenai penanaman modal.57 Pelayanan terpadu satu pintu dilakukan oleh lembaga atau instansi yang berwenang di bidang penanaman modal yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan nonperizinan di tingkat pusat atau lembaga atau instansi yang berwenang mengeluarkan perizinan dan nonperizinan di provinsi atau kabupaten/kota.58

53

Rianti, “Pengertian Pelayanan apa itu Pelayanan”, http://www.pengertianahli.com /2014/08/pengertian-pelayanan-apa-itu-pelayanan.html, diakses tanggal 30 April 2015

54

Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

55

Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

56

Pasal 24 Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

57

Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

58

Proses persetujuan dan perizinan penanaman modal yang mudah, cepat, efisien serta tidak berbelit-belit merupakan sesuatu yang sangat didambakan oleh pelaku usaha. Sementara prosedur persetujuan dan perizinan yang berbelit-belit dan birokrasi yang panjang merupakan suatu kendala yang sangat memberatkan bagi pelaku usaha. Untuk itu pemerintah berkewajiban menciptakan kondisi yang dapat meningkatkan penanaman modal. Singkatnya menciptakan iklim yang kondusif bagi pelaku usaha merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah.

Pelaksanaan pelayanan perizinan di bidang penanaman modal sejak dikeluarkan Keputusan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 29 Tahun 2004, menandakan satu era globalisasi dilakukannya pelayanan perizinan penanaman modal secara sentralistik di BKPM. Dikeluarkan aturan tersebut maka pemerintah daerah tidak lagi punya kewenangan untuk melakukan penerbitan Surat Persetujuan Penanaman Modal. Persetujuan dan perizinan Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri berdasarkan Peraturan Presiden nomor 39 tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal, pada dasarnya untuk mememberikan pelayanan yang baik bagi para penanam modal. Namun persetujuan dan perizinan pelayanan dengan sistem satu atap (one roof service) lebih bernuansa sentraliasasi daripada memberikan pelayanan yang baik kepada para penanam modal. Karena pelayanan yang terdapat dalam Peraturan Presiden nomor 39 tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal secara substantif hanyalah menekankan pada semua persetujuan dan perizinan penanaman modal berada di

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Pusat. Seharusnya konsep pelayanan satu atap juga bisa dilaksanakan oleh institusi penyelenggaraan penanaman modal yang ada di Propinsi, Kabupaten atau kota.59

Realita pelayanan menunjukkan bahwa pelayanan dari waktu ke waktu yang dilakukan oleh suatu lembaga pelayanan dapat berubah-ubah. Baik tidaknya kualitas pelayanan selalu berhubungan dengan apa yang dialami calon investor/investor. Mutu sebuah pelayanan hanya diketahui secara pasti apabila terjadi proses dalam konsumsi, sedangkan prilaku calon investor sangat dipengaruhi oleh mutu yang diberikan. Sedangkan untuk mengetahui pelayanan yang diberikan dengan diterbitkannya Peraturan Kepala BKPM No. 12 Tahun 2009 mengalami kenaikan atau penurunan kualitas pelayanan adalah sangat penting dilakukan. Hasil analisis kualitas pelayanan ini tentu akan merupakan suatu masukan yang sangat berarti bagi peningkatan proses pelayanan di BKPM khususnya.

Dalam rangka menindaklanjuti Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dan Perpres Nomor 27 Tahun 2009 tersebut saat ini BKPM telah melakukan pembenahan baik secara internal maupun untuk kepentingan pelaksanaan pelayanan perizinan di daerah antara lain dengan melakukan perubahan pedoman tata cara permohonan penanaman modal, pengendalian pelaksanaan penanaman modal, mengatur kembali standar prosedur perizinan penanaman modal, membangun Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE).

59

Analisis Terhadap Sentralisasi Persetujuan dan Perizinan Penanmana Modal Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal Dalam Rangka Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri Melalui Pelayanan Satu Atap, hal 133-134, 2005

Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia. Menurut Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007, penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum dan badan usaha yang tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan.

Pelayanan permohonan perizinan penanaman modal di Indonesia dilakukan oleh Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP). Kewenangan pelayanan di tingkat pusat dimiliki oleh PTSP Badan Koordinasi Penanaman Modal ( BKPM) . PTSP BKPM melayani penyelenggaraan:

1. penyelenggaraan penanaman modal yang ruang lingkupnya lintas provinsi; 2. kepentingan nasional pemerintahan di bidang penanaman modal

3. penanaman modal asing dan penanam modal yang menggunakan modal asing.

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di tingkat provinsi dilaksanakan oleh Perangkat Daerah Provinsi bidang Penanaman Modal (PDPPM). Sementara itu, penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu di tingkat kabupaten/ kota dilaksanakan oleh Perangkat Daerah Kabupaten/ Kota bidang Penanaman Modal (PDKPM). Lebih lanjut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Penanam modal asing wajib melakukan Pendaftaran untuk melakukan penanaman modal sementara penanam modal dalam negeri tidak diwajibkan melakukan Pendaftaran kecuali memang diperlukan.

2. Penanam modal yang akan melakukan penanaman modal dapat langsung mengajukan permohonan Pendaftaran ke Pelayanan Tepadu Satu Pintu untuk mendapatkan izin pendaftaran sebelum berstatus badan hukum perseroan terbatas dan wajib ditindaklanjuti dengan pembuatan akta pendirian perseroan terbatas.

3. Penanam modal yang akan melakukan penanaman modal dapat mengajukan permohonan Pendaftaran ke Pelayanan Tepadu Satu Pintu untuk mendapatkan izin pendaftaran sebelum berstatus badan hukum perseroan terbatas apabila memiliki akta pendirian perusahaan dari notaris.

4. Penanam modal yang telah disahkan sebagai badan hukum perseroan terbatas oleh Departemen Hukum Dan Hak Asasi Manusia yang akan melakukan penanaman modal dapat mengajukan permohonan Pendaftaran ke Pelayanan Tepadu Satu Pintu untuk mendapatkan izin pendaftaran.

5. Penanam modal yang sudah mendapatkan izin pendaftaran dapat mengajukan Izin Pelaksanaan konstruksi perusahaan sebelum melakukan kegiatan produksi atau komersialisasi.

6. Penanam modal yang sudah mendapatkan izin pendaftaran dapat menerima fasilitas non fiscal.

7. Perusahaan penanaman modal asing yang telah berstatus badan hukum perseroan terbatas yang bidang usahanya dapat memperoleh fasilitas dan dalam pelaksanaan penanaman modalnya membutuhkan fasilitas fiskal, wajib mengajukan permohonan kepemilikan Izin Prinsip Penanaman Modal. Perusahaan penanaman modal asing yang belum melakukan Pendaftaran, dapat langsung mengajukan permohonan Izin Prinsip.

8. Perusahaan penanaman modal yang dalam pelaksanaan penanaman modalnya telah siap melakukan kegiatan/ berproduksi komersial, wajib mengajukan permohonan Izin Usaha Tetap (IUT) ke Pelayanan Tepadu Satu Pintu.60

D. Bidang Usaha Penanaman Modal

Setiap penggolongan bidang usaha penanaman modal khususnya penanaman modal asing selalu berkaitan dengan bidang usaha penanaman modal.61

1. Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan.

Dalam penanaman modal terdiri atas bidang usaha yang terbuka untuk penanaman modal dalam negeri dan bidang usaha yang terbuka untuk penanaman modal asing. Bidang usaha penanaman modal ini, diatur pada pasal 12 Undang- Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yaitu:

2. Bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing adalah: a. produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan b. bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang

3. Pemerintah berdasarkan Peraturan Presiden menetapkan bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dengan berdasarkan kriteria kesehatan, moral, kebudayaan, lingkungan hidup, pertahanan dan keamanan nasional, serta kepentingan nasional lainnya.

60

Rahmi, “Penanaman Modal”, http://kumpulanmakalahrahmi915.blogspot. com/2014/10/makalah-penanaman-modal.html, diakses tanggal 30 April 2015

61

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Kencana Media Group, 2007), hal.80.

4. Kriteria dan persyaratan bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan serta daftar bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan masing-masing akan diatur dengan Peraturan Presiden.

5. Pemerintah menetapkan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan berdasarkan kriteria kepentingan nasional, yaitu perlindungan, pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi, pengawasan produksi dan distribusi, peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam negeri, serta kerjasama dengan badan usaha yang ditunjuk Pemerintah.

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum, atau usaha perorangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.62 Sedangkan untuk Penanaman Modal Asing (PMA), wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang.63

62

Pasal 5 Ayat (1), UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

63

Pasal 5 Ayat (2), Ibid

UUPM tidak memberikan penjelasan perihal PMA yang tidak berbentuk perseroan terbatas. Dalam bentuk apa menanamkan modal di Indonesia jika penanam modal asing yang bersangkutan tidak berbentuk perseroan terbatas tidak dijelaskan dalam UUPM ini. Hal ini tentunya memberikan “celah” ketidakpastian hukum sehingga tidak sejalan dengan asas yang tertuang dalam Pasal 3 maupun Pasal 4 UUPM itu sendiri. Pasal 20 UUPM yang menyatakan bahwa “Fasilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 tidak berlaku bagi penanaman modal asing yang tidak berbentuk perseroan terbatas”, maka sebenarnya UUPM mengakui keberadaan

PMA yang tidak berbentuk perseroan terbatas dimana terhadap PMA tersebut tidaklah mendapatkan fasilitas sebagaimana tertuang dalam Pasal 18 UUPM. Mengenai bentuk badan usaha bagi penanaman modal di Indonesia berdasarkan ketentuan Pasal 5 UU No. 25 Tahun 2007 adalah sebagai berikut :

1. Penanaman modal dalam negeri dapat dilakukan dalam bentuk badan usaha yang berbentuk badan hukum, tidak berbadan hukum atau usaha perseorangan, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.64

2. Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.65

3. Untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dilakukan dengan Pengambilan bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas, membeli saham, atau dengan melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.66

Bidang usaha yang tertutup merupakan bidang usaha tertentu yang dilarang diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal.67

64

Pasal 5 Ayat (1), Ibid

65

Pasal 5 Ayat (2), Ibid

66

Pasal 5 Ayat (3), Ibid

67

Pasal 1 ayat (1) Peraturan Presiden nomor 39 tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal

Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu, yaitu bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan, bidang usaha yang dipersyaratkan

kepemilikan modalnya, bidang usaha yang dipersyaratkan dengan lokasi tertentu, dan bidang usaha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus.68 Penanaman modal pada bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus memenuhi persyaratan lokasi sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang tata ruang dan lingkungan hidup.69Dalam hal izin penanaman modal telah ditetapkan lokasi usahanya dan penanam modal bermaksud memperluas usaha dengan melakukan kegiatan usaha yang sama di luar lokasi yang sudah ditetapkan dalam izin penanaman modal tersebut, penanam modal harus memenuhi persyaratan lokasi.70 Untuk memenuhi persyaratan lokasi, penanam modal tidak diwajibkan untuk mendirikan badan usaha baru atau mendapatkan izin usaha baru, kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang.71 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dan Pasal 2 tidak berlaku bagi penanaman modal tidak langsung atau portofolio yang transaksinya dilakukan melalui pasar modal dalam negeri.72

E. Pembatasan Kepemilikan Saham Asing

Untuk menentukan apakah para pemegang saham WNI dapat menjual seluruh sahamnya kepada WNA, terlebih dahulu harus dilihat apakah bidang usaha perusahaan tersebut termasuk ke dalam bidang usaha yang tertutup untuk asing, terbuka dengan persyaratan, atau justru tidak diatur. Jika tidak diatur

68

Pasal 2 ayat (1) Peraturan Presiden nomor 39 tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal

69

Pasal 4 ayat (1) Peraturan Presiden nomor 39 tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal

70

Pasal 4 ayat (2) Peraturan Presiden nomor 39 tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal

71

Pasal 4 ayat (3) Peraturan Presiden nomor 39 tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal

72

Pasal 5 Peraturan Presiden nomor 39 tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal

mengenai pembatasan kepemilikan saham oleh asing, maka seluruh saham para pemegang saham WNI dapat dijual kepada WNA. Sebaliknya jika terdapat pembatasan berapa persen WNA boleh memiliki saham di perusahaan dengan bidang usaha tersebut, maka tidak seluruh saham dapat dijual kepada asing. Jika bidang usaha tersebut tertutup untuk asing, maka saham tersebut tidak boleh dijual sama sekali kepada asing, misalnya dalam penanaman Modal Asing dalam bidang Usaha Rumah Sakit Perushaan asing hanya bias menanam saham sebesar 65% ada pun alasnya di batasinya jumlah saham asing adalah mengutamakan kepentingan perekonomian nasional agar tidak di dominasi oleh pihak asing, dimana Indonesia harus memperkuat kondisi dalam negeri sendiri. Akan tetapi mengenai pembatasan kepemilikan asing ini (terbuka dengan persyaratan), tidak berlaku bagi perusahaan yang berlokasi di dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), sebagaimana disebutkan dalam Pasal 20 ayat (3) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 5 Tahun 2013 tentang Pedoman Dan Tata Cara Perizinan Dan Nonperizinan Penanaman Modal sebagaimana diubah dengan Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia No. 12 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal No. 5 Tahun 2013 tentang Pedoman Dan Tata Cara Perizinan Dan Nonperizinan Penanaman Modal (“Perka BKPM 5/2013”).73

73

Dalam hal terjadi perubahan kepemilikan modal akibat penggabungan, pengambilalihan, atau peleburan dalam perusahaan penanaman modal yang bergerak di bidang usaha yang sama, berlaku ketentuan sebagai berikut:74

1. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan penanaman modal yang menerima penggabungan adalah sebagaimana yang tercantum dalam surat persetujuan perusahaan tersebut.

2. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan penanaman modal yang mengambil alih adalah sebagaimana tercantum dalam surat persetujuan perusahaan tersebut.

3. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan baru hasil peleburan adalah sebagaimana ketentuan yang berlaku pada saat terbentuknya perusahaan baru hasil peleburan dimaksud.

Persetujuan penanaman modal asing diberikan dalam rangka mendirikan perusahaan penanaman modal asing yang berbentuk Perseroan Terbatas menurut Hukum lndonesia dan berkedudukan di Indonesia.75 Penanaman modal asing dapat dilakukan dalam bentuk :76

1. Patungan antara modal asing dengan modal yang dimiliki warga negara lndonesia dan atau badan hukum Indonesia, atau;

2. Langsung, dalam arti seluruh modalnya dimiliki oleh warga negara dan/atau hadan hukum asing.

74

Pasal 6 Peraturan Presiden nomor 39 tahun 2014 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal.

75

Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 Tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing

76

Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 Tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing

Jumlah modal yang ditanamkan dalam rangka penanaman modal asing ditetapkan sesuai dengan kelayakan ekonomi kegiatan usahanya.77Kepada perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing diherikan izin usaha untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun terhitung sejak perusahaan berproduksi komersial.78 lzin usaha dapat diperbarui oleh Menteri Negara Penggerak Dana lnvestasi/Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal, apabila perusahaan masih tetap menjalankan usahanya yang bermantaat bagi perekonomian dan pembangunan nasional.79

Kegiatan usaha perusahaan dalam rangka penanaman modal asing dapat herkrkasi diseluruh wilayah Repuhlik lndonesia.80 Bagi daerah yang telah ada Kawasan Berikat atau Kawasan Industri, lokasi kegiatan perusahaan tersebut diutamakan di dalam kawasan tersebut.81

1. Mendirikan perusahaan baru, dan/atau;

Disamping rnelakukan penambahan modal saham dalam perusahaan sendiri, perusahaan yang didirikan dalarn rangka penanaman modal asing yang telah berproduksi komersial dapat pula :

2. Membeli saham perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman rnodal tlalam negeri dan/atau perusahaan yang didirikan bukan dalam rangka penanaman modal asing ataupun penanaman modal dalam negeri, yang telah

77

Pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 Tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing

78

Pasal 3 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 Tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing

79

Pasal 3 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 Tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing

80

Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 Tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing

81

Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 Tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing

berdiri baik yang telah atau belurn herproduksi komersial melalui pasar mudal dalam negeri.82

Saham dapat juga diperoleh perusahaan yang didirikan melalui pemilikan langsung sesuai kesepakatan para pihak.83 Pembelian saham perusahaan dapat dilakukan sepanjang bidang usaha perusahaan tersebut tetap terbuka hagi penanaman modal asing.84 Badan hukum asing dapat rnernbeli saham perusahaan haik yang didirikan dalarn rangka penanaman modal asing, yang didirikan dalam rangka penanaman modal dalam negeri, maupun perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing ataupun penanaman modal dalarn negeri yang belum atau telah berproduksi komersial.85 Pembelian saham perusahaan yang didirikan baik dalam rangka penanamarr modal dalam negeri maupun bukan dalam rangka penanaman modal asing ataupun modal dalam negeri hanya dapat dilakukan apabila bidang usahanya pada saat pernhelian saham terbuka bagi penanaman modal asing.86 Pembelian saham perusahaan dilakukan melalui pemilikan langsung dan/atau pasar modal dalam negeri.87 Pemilikan langsung oleh badan hukum asing hanya dapat dilakukan dalam upaya penyelamatan dan penyehatan perusahaan.88

82

Pasal 8 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 Tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing

83

Pasal 8 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 Tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing

84

Pasal 8 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 Tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing

85

Pasal 9 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 Tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing

86

Pasal 9 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 Tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing

87

Pasal 9 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 Tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing

88

Pasal 9 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 Tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing

Perusahaan yang didirikan dalarn rangka penanaman modal asing yang telah berdiri sendiri dan/atau berproduksi komersial sebelum

berlakunya Peraturan Pemerintah ini, atau kesepakatan para pemegang saham dapat menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah ini.89

Dalam hal penanaman modal asing melakukan perluasan kegiatan usaha dalam bidang usaha yang sama dan perluasan kegiatan usaha tersebut membutuhkan penambahan modal melalui penerbitan saham dengan hak memesan efek terlebih dahulu (rights issue) dan penanam modal dalam negeri tidak dapat berpartisipasi dalam penambahan modal tersebut, maka berlaku ketentuan mengenai hak mendahului bagi penanam modal asing, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perseroan terbatas. 90

1. Penanam modal asing menjual kelebihan saham yang dimilikinya kepada penanam modal dalam negeri;

Dalam hal penambahan modal mengakibatkan jumlah kepemilikan modal asing melebihi batasan maksimum yang tercantum dalam Surat Persetujuan, maka dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, kelebihan jumlah kepemilikan modal asing tersebut harus disesuaikan dengan batas maksimum yang tercantum dalam surat persetujuan, melalui cara:

2. Penanam modal asing menjual kelebihan sahamnya melalui penawaran umum yang dilakukan oleh perusahaan yang sahamnya dimiliki oleh penanam modal asing tersebut pada pasar modal dalam negeri; atau

89

Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 Tentang Pemilikan Saham dalam Perusahaan yang didirikan dalam Rangka Penanaman Modal Asing

Dokumen terkait