• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Yuridis Implikasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Terhadap Penanaman Modal Asing pada Sektor Usaha Rumah Sakit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kajian Yuridis Implikasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Terhadap Penanaman Modal Asing pada Sektor Usaha Rumah Sakit"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN YURIDIS IMPLIKASI MASYARAKAT EKONOMI

ASEAN (MEA) TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING

PADA SEKTOR USAHA RUMAH SAKIT

S K R I P S I

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

NIM : 090200444

EGGIANINA SINUHAJI

Departemen Hukum Ekonomi

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAK

KAJIAN YURIDIS IMPLIKASI MASYARAKAT ASEAN (MEA) TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING PADA SEKTOR

USAHA RUMAH SAKIT *) Eggianina Sinuhaji

**) Budiman Ginting ***) Mahmul Siregar

MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya system perdagaangan bebas antara Negara-negara asean. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). Sebagai contoh adalah Penanaman Modal Asing dibidang Kesehatan yaitu,pendirian Rumah Sakit diIndonesia.hal ini Menimbulkan Daya saing serta dampak baik itu Positif maupu dampak Negatif. Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana aspek hukum pembentukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), bagaimana aspek Hukum penanaman modal di indonsia dan bagaimana implikasi MEA terhadap penanaman modal asing pada sektor rumah Sakit

Metode penelitian menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder,dan tersier. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan (libraryreaseacrh) dan Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai pasar tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan langkah - langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi; mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat; dan memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan mengatasi kesenjangan pembangunan dan mempercepat integrasi terhadap Negara melalui Initiative for ASEAN Integration dan inisiatif regional lainnya. Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menjadi salah satu sumber pembiayaan yang penting bagi wilayah yang sedang berkembang dan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan. Kondisi tenaga kesehatan di Rumah Sakit di Indonesia, dengan jumlah pelayanan dan tenaga medis yang masih sangat jauh kurang kemungkinan Indonesia bakal banyak dimasuki tenaga kerja asing. Hal ini didukung dengan mudahnya akses keluar masuk barang, jasa, investasi, modal dan tentunya pekerja yang terlatih termasuk tenaga medis. Upaya pemerintah menetapkan perincian bidang-bidang usaha yang terbuka bagi modal asing menurut urutan prioritas dan menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh penanaman modal asing dalam tiap-tiap usaha tersebut. Pemerintah menyusun rencana-rencana pembangunan jangka menengah dan jangka panjang dengan memperhatikan perkembangan ekonomi serta tekhnologi. Kata kunci: Masyarakat Ekonomi ASEAN, Penanaman Modal Asing

*) Mahasiswi Fakultas Hukum USU **) Dosen Pembimbing I

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang diberikan.

Skripsi ini adalah sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam skripsi ini, penulis membahas mengenai “Kajian Yuridis Implikasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) Terhadap Penanaman Modal Asing pada Sektor Usaha Rumah Sakit”.

Skripsi ini dapat penulis selesaikan karena adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, dalam bentuk material maupun spiritual serta informasi yang berhubungan dengan penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

2. Bapak Prof Dr. Budiman Ginting SH.,M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan waktu untuk memberikan saran dan petunjuk serta bimbingan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini 3. Bapak Syafruddin SH., M.Hum.,DFM., selaku Pembantu Dekan II

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

4. Bapak Muhammad Husni, SH.,M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

(4)

6. Bapak Ramli Siregar, SH., M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan;

7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH.M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini;

8. Bapak Arif. SH., M.Hum selaku dosen pembimbing akademik penulis selama mengikuti masa perkuliahan;

9. Bapak dan ibu staf pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang dengan penuh dedikasi menuntun dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini;

10.Kupersembahkan karya sederhana ini terkhusus buat kedua Orang Tuaku, Ayahanda FREDDY ERWIN SINUHAJI dan Ibunda INGANTA br

Ginting serta saudara saya ANDY GRAY SINUHAJI SE, SISKA br MILALA S.Fam dan CHELSEA PASADENA br SINUHAJI.

(5)

11.Buat sahabatku Riadhi Alhayyan SH.,MH yang menemani saya suka dan duka dalam perjaanan study saya, shila, Della, Bermita Milala, Irman Taufik ,Lastio,Yan Farta Wijaya dan Lina yang telah mendukung saya dan semua teman-teman Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas semangat, doa, bantuan, nasehat, hiburan, traktiran, tumpangan, kebersamaannya, dukungan yang telah diberikan selama 4 tahun ini. semoga sukses selalu dalam mengejar mimpi kita masing-masing.

12.Semua pihak yang membantu penulis dalam berbagai hal yang tidak dapat disebut satu-persatu Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan yang setimpal atas kasih, jerih payah, dan jasa-jasa mereka. Penulis mohon maaf kepada Bapak/Ibu dosen pembimbing, dan dosen penguji atas sikap dan kata-kata yang tidak berkenaan selama penulisan skripsi ini.

Akhir kata sebagai makhluk ciptaan-Nya, penulis berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa dan penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada lagi kekurangan dalam menyelesaikan skripsi ini, baik dari segi bahasa, penulisan maupun penyajian materinya. Namun demikian penulis tetap berusaha untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Mei 2015 Penulis,

(6)

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ……….. v

ABSTRAK ……….. vii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakan ...……….. 1

B. Perumusan Masalah ...………..….….. 6

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ....……….…..….. 6

D. Keaslian Penulisan ...………..….….. 7

E. Tinjauan Kepustakaan ...……….…..….. 8

F. Metode Penelitian ………...….. 16

G. Sistematika Penulisan ………..….… 19

BAB II : ASPEK HUKUM PEMBENTUKAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) A. Sejarah singkat pembentukan MEA ....……….…... 22

B. Tujuan pembentukan MEA ....……….……….…... 25

C. Ruang lingkup Kesepakatan dalam MEA ……… 29

D. Kesepakatan Penanaman Modal (Investasi) dalam MEA …… 33

E. Kesepakatan MEA terkait dengan Bidang Jasa Kesehatan ….. 36

BAB III : ASPEK HUKUM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA A. Perkembangan pengatuaran penanaman modal di Indonesia .. 45 B. Kebijakan Penanaman Modal Indonesia ……….. 49

(7)

D. Bidang usaha Penanaman Modal ………. 62

E. Pembatasan Kepemilikan Saham Asing ………. 65

F. Fasilitas Penanaman Modal ……… 70 BAB IV: IMPLIKASI MEA TERHADAP PENANAMAN

MODAL ASING SEKTOR USAHA RUMAH SAKIT

A. Pengaturan Rumah Sakit di Indonesia ………... 74 B. Rumah Sakit sebagai Bidang usaha yang terbuka bagi kegiatan

penanaman modal asing ………... 73 C. Tata cara dan persyaratan pendirian Rumah Sakit yang

didalamnya terdapat modal asing ……… 76 D. Implikasi MEA terhadap pengaturan penanaman modal

asing sektorusaha rumahs akit di Indonesia ……… 84 E. Upaya pemerintah Indonesia dalam menghadapi investasi

sektor usaha rumah sakit terkait dengan diberlakunya MEA . 87

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 106 B. Saran ... 107

(8)

ABSTRAK

KAJIAN YURIDIS IMPLIKASI MASYARAKAT ASEAN (MEA) TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING PADA SEKTOR

USAHA RUMAH SAKIT *) Eggianina Sinuhaji

**) Budiman Ginting ***) Mahmul Siregar

MEA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam artian adanya system perdagaangan bebas antara Negara-negara asean. Indonesia dan sembilan negara anggota ASEAN lainnya telah menyepakati perjanjian Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC). Sebagai contoh adalah Penanaman Modal Asing dibidang Kesehatan yaitu,pendirian Rumah Sakit diIndonesia.hal ini Menimbulkan Daya saing serta dampak baik itu Positif maupu dampak Negatif. Pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana aspek hukum pembentukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), bagaimana aspek Hukum penanaman modal di indonsia dan bagaimana implikasi MEA terhadap penanaman modal asing pada sektor rumah Sakit

Metode penelitian menggunakan jenis penelitian hukum normatif. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder, yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder,dan tersier. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan (libraryreaseacrh) dan Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai pasar tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan langkah - langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi; mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat; dan memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan mengatasi kesenjangan pembangunan dan mempercepat integrasi terhadap Negara melalui Initiative for ASEAN Integration dan inisiatif regional lainnya. Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) menjadi salah satu sumber pembiayaan yang penting bagi wilayah yang sedang berkembang dan mampu memberikan kontribusi yang cukup besar bagi pembangunan. Kondisi tenaga kesehatan di Rumah Sakit di Indonesia, dengan jumlah pelayanan dan tenaga medis yang masih sangat jauh kurang kemungkinan Indonesia bakal banyak dimasuki tenaga kerja asing. Hal ini didukung dengan mudahnya akses keluar masuk barang, jasa, investasi, modal dan tentunya pekerja yang terlatih termasuk tenaga medis. Upaya pemerintah menetapkan perincian bidang-bidang usaha yang terbuka bagi modal asing menurut urutan prioritas dan menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh penanaman modal asing dalam tiap-tiap usaha tersebut. Pemerintah menyusun rencana-rencana pembangunan jangka menengah dan jangka panjang dengan memperhatikan perkembangan ekonomi serta tekhnologi. Kata kunci: Masyarakat Ekonomi ASEAN, Penanaman Modal Asing

*) Mahasiswi Fakultas Hukum USU **) Dosen Pembimbing I

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah. Pertumbuhan Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. hingga pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,2 persen. Negara Indonesia termasuk salah satu anggota ASEAN. ASEAN merupakan suatu organisasi perkumpulan bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Pada tahun 2015, ASEAN merencanakan penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), untuk menjaga stabilitas politik dan keamanan regional ASEAN, meningkatkan daya saing kawasan secara keseluruhan di pasar dunia, dan mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, serta meningkatkan standar hidup masyarakat.

Indonesia kini tengah berpacu dengan waktu dalam menyambut pelaksanaan pasar bebas Asia Tenggara atau biasa disebut dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan dimulai pada tahun 2015.1

1

Humphrey Wangke, Peluang Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, Kajian singkat terhadap Isu-isu Terkini, Peneliti Utama Masalah-Masalah Hubungan Internasional pada bidang Hubungan Internasional, Pusat Pengkajian, Pengolahan Data, dan Informasi (P3DI) Setjen DPR RI, Journal Info Singkat Hubungan Internasional Vol. VI, No. 10/II/P3DI/Mei/2014, hlm 5

(10)

Indonesia dapat bersaing dengan unggul dan mendominasi segala potensi dalam berbagai bidang khususnya dalam bidang ekonomi. Selain itu jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar dibandingkan Negara ASEAN lainnya dapat menjadi peluang yang besar pula.2

Dalam ekonomi internasional yang liberal seperti sekarang ini maka otoritas pemerintah untuk menghadang barang dari luar atau bahkan orang asing yang akan masuk bekerja ke dalam teritorial domestik jelas tidak dimungkinkan lagi. Meskipun dasar untuk menghadang pergerakan itu adalah demi kepentingan nasional. Zaman perlindungan dengan menghadang atau menghambat apakah dengan alasan tarif atau alasan lain non tarif menjadi sesuatu yang dianggap mengadaada dan yang pasti melanggar kesepakatan perdagangan bebas. Dengan

kondisi seperti itu maka penanam modal asing diberi kemudahan dan keleluasaan

untuk memindahmindahkan investasinya kemanapun sesuai dengan perhitungan

mereka mengenai akumulasi laba dan efisiensi dari bisnisnya. Andaikan segala peraturan dan kondisi nyata dari harga upah buruh, keamanan, pengurusan ijin dan lainnya dipertimbangkan menempati skala kesulitan tinggi sedangkan masuknya barang ke Indonesia relatif mudah termasuk jaringan distribusi yang dikuasai.3

Masyarakat Ekonomi Asean dengan sasarannya yang mengintegrasikan ekonomi regional Asia Tenggara menggambarkan karakteristik utama dalam bentuk pasar tunggal dan basis produksi, kawasan ekonomi yang sangat

2

Ahmad Yaris Firdaus dan Muhammad Andi Hakim, Penerapan “Acceleration To Improve The Quality Of Human Resources” Dengan Pengetahuan, Pengembangan, Dan Persaingan Sebagai Langkah Dalam Mengoptimalkan Daya Saing Indonesia Di Mea 2015, Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia, Journal Unnes ISSN 2252-6889, tahun 2013, hlm 153

3

(11)

kompetitif, kawasan pengembangan ekonomi yang merata atau seimbang, dan kawasan yang terintegrasi sepenuhnya menjadi ekonomi global.

Keterlibatan berbagai pihak, mulai dari para pembuat kebijakan hingga masyarakat umum sangatlah diperlukan untuk memastikan kesiapan seluruh elemen bangsa dalam menghadapi pasar bebas yang disebut Masyarakat Ekonomi Asean ini. Berbagai diskusi atau seminar sudah dilakukan pemerintah dengan melibatkan para pakar dari berbagai lembaga pemerintah maupun non-pemerintah guna memastikan kesiapan masyarakat Indonesia menghadapi Pasar Bebas ASEAN 2015 yang menuntut efisiensi dan keunggulan produk yang lebih kompetitif dan inovatif. Meski Masyarakat Ekonomi Asean dipandang sebagai sebuah peluang positif bagi perkembangan ekonomi nasional, namun sejumlah tantangan dan hambatan klasik yang terus menghantui Indonesia dari waktu ke waktu mesti segera diatasi. Hambatan dan tantangan mendasar yang perlu dibenahi pemerintah saat ini, antara lain mencakup masalah yaitu infrastruktur, birokrasi, masalah kualitas sumber daya manusia dan masalah perburuhan, sinergi kebijakan nasional dan daerah, daya saing pengusaha nasional, korupsi dan pungutan liar yang mengakibatkan ekonomi biaya tinggi (high-cost economy).4

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) menyepakati pembebasan arus barang, jasa, tenaga kerja, investasi dan modal. Kesepakatan tersebut diperkuat dengan penghapusan tarif perdagangan antarnegara ASEAN. Hal ini berarti akan

4

Aisyah Mayasari, “Masyarakat Ekonomi ASEAN”

(12)

ada pergerakan barang dan jasa di kawasan ASEAN.5 Modal tidak mengenal bendera (capital cariers no flag) negara dan tidak mengenal ideologi. Di bidang perdagangan, melahirkan saling ketergantungan yang makin erat sehingga mengarah pada integrasi ekonomi dunia. Inilah sekiranya gambaran umum globalisasi ekonomi yang terbungkus rapi dalam bentuk liberalisasi, kapitalisasi dan neoliberalisasi di bidang ekonomi. Hal ini menyisakan tanda tanya besar sampai sekarang bagi para pakar dan pengamat ekonomi, politik, ekologi, dan soial budaya dalam menyikapi komunitas ASEAN secara kritis. Terlebih untuk keberlanjutan pembangunan ekonomi Indonesia, dimana Indonesia merupakan salah satu anggota komunitas tersebut.6

Para penanam modal (investor) diundang masuk ke suatu negara dengan harapan agar modal yang masuk tersebut dapat menggerakkan roda perekonomian Pendirian suatu rumah sakit dibutuhkan modal yang tidak sedikit jumlahnya, untuk dapat mendirikan suatu rumah sakit tidak menutup kemungkinan adanya kerjasama antara para investor asing maupun lokal. Penanaman modal yang sumber modalnya berasal dari luar negeri merupakan suatu upaya untuk meningkatkan nilai penanaman modal. Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka 1 menyebutkan ”penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia”.

5

Setia Zain, “Masyarakat Ekonomi ASEAN Tantangan di Indonesia”, Februari 2015

6

Adhitya Pratama, “Analisis Kritis Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)”,

(13)

nasional sehingga mampu mempercepat proses pembangunan nasional. Tujuan dari para penanam modal dalam menanamkan modalnya adalah untuk mencari keuntungan (profit oriented), sehingga para penanaman modal tersebut membutuhkan suatu kepastian hukum dan rasa aman dalam menempatkan modalnya dalam suatu negara. Sebagai negara berkembang, Indonesia memerlukan kepastian hukum yang lebih besar ketimbang negara-negara maju guna menjamin perdagangan internasional yang terbuka dan adil. Tujuannya adalah untuk menarik penanam modal agar mau menanamkan modalnya, maka pemerintah sudah siap terhadap hal-hal yang dibutuhkan bagi para penanam modal tersebut. Dengan demikian maka tugas dari pemerintah adalah mempersiapkan perencanaan yang matang, untuk memberi jaminan kepastian hukum bagi para penanam modal dengan jalan menetapkan kebijakan pelaksanaan dan pengawasan yang efektif pada kegiatan penanaman modal, sehingga dapat diarahkan pada prioritas pembangunan nasional.

Salah satu penanaman modal yang sekarang banyak dilakukan adalah penanaman modal di bidang kesehatan, salah satunya adalah pada pendirian rumah sakit. Dengan adanya investasi dalam pembangunan rumah sakit asing di Indonesia menimbulkan daya saing antara rumah sakit asing dan rumah sakit lokal, hal ini akan membawa dampak positif dan juga dampak negatif.

(14)

dikeluarkan guna mendapatkan kualitas pelayanan yang baik, hal ini dapat menimbulkan perbedaan sosial yang cukup jauh antara si kaya dan si miskin.

Berdasarkan uraian tersebut, hal mengenai Kajian Yuridis Implikasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) terhadap Penanaman Modal Asing pada Sektor usaha Rumah Sakit merupakan sesuatu yang penting untuk diteliti.

B. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas di dalam skripsi ini adalah : 1. Bagaimanakah aspek hukum pembentukan Masyarakat Ekonomi Asean

(MEA)?

2. Bagaimanakahaspek hukum penanaman modal di Indonesia?

3. Bagaimanakah implikasi MEA terhadap penanaman modal asing sektor usaha rumah sakit?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Penulisan ini dilakukan dengan tujuan dan manfaat yang hendak dicapai, yaitu:

1. Tujuan penulisan

Berdasarkan perumusan masalah sebagaimana yang telah diuraikan diatas maka tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui aspek hukum pembentukan Masyarakat Ekonomi Asean(MEA).

b. Untuk mengetahui aspek hukum penanaman modal di Indonesia.

(15)

2. Manfaat Penulisan

Berdasarkan permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian ini dan tujuan yang ingin dicapai maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Manfaat teoritis

Secara teoritis diharapkan dapat menambah informasi atau wawasan yang lebih konkrit bagi aparat penegak hukum dan pemerintah, khususnya dalam menangani pasar rakyat dan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum pada umumnya, serta pengkajian hukum khususnya hukum penanaman modal asing yang berkaitan dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pemikiran dan pertimbangan dalam menangani Implikasi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) terhadap Penanaman Modal Asing, serta dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi aparat penegak hukum dan pemerintah khususnya dalam menangani Masyarakat Ekonomi ASEAN.

D. Keaslian Penulisan

(16)

Asing pada Sektor usaha Rumah Sakit”. Penulisan skripsi ini merupakan ide asli penulis, adapun tambahan ataupun kutipan dalam penulisan ini bersifat menambah penguraian penulis dalam skripsi ini. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini adalah ide penulis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan akademik.

Penulis bertanggungjawab sepenuhnya apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa skripsi ini merupakan hasil plagiat dari penelitian lain yang tidak ada sebelumnya.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Masyarakat dan Ekonomi

Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata Latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa Arab syaraka yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui warga-warganya dapat saling berinteraksi. Definisi lain, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.7

Masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan, tata cara dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok, penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia. Masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama untuk jangka waktu yang cukup lama sehingga

7

(17)

menghasilkan suatu adat istiadat. Masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama, sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan dengan jelas. 8

Menurut Djuretnaa Imam Muhni keseluruhan ilmu pengetahuan tentang masyarakat harus didasari pada prinsip-prinsip fundamental yaitu realitas sosial dan kenyataan sosial. Kenyataan sosial diartikan sebagai gejala kekuatan sosial didalam bermasyarakat. Masyarakat sebagai wadah yang paling sempurna bagi kehidupan bersama antar manusia. Hukum adat memandang masyarakat sebagai suatu jenis hidup bersama dimana manusia memandang sesamanya manusia sebagai tujuan bersama.9

Istilah “ekonomi‟ berasal dari bahasa Yunani yaitu ”oikos” dan ”nomos”.

Artinya “tata kelola rumah tangga‟. Tata-kelola itu diperlukan supaya

kesejahteraan hidup rumah tangga bisa tercapai. Disini istilah “ekonomi‟ merujuk

pada proses atau usaha pengadaan barang dan jasa untuk kebutuhan hidup rumah tangga.10

2. Masyarakat Ekonomi ASEAN

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah sebuah revolusi ekonomi ASEAN dimana menjadikan sebuah wilayah regional yang tidak memiliki batas untuk melakukan pergerakan barang dan jasa serta tenaga kerja yang didukung oleh modal baik domestik maupun asing. Indonesia sebagai negara anggota

8

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada. 2006). hlm 22

9

Djuretnaa Imam Muhni. Moral dan Religi. (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1994), hlm 29-31

10

(18)

ASEAN yang ikut mensetujui pembentukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) harus menghadapi berbagai tantangan dibidang ekonomi khususnya domestik. Kesiapan Indonesia untuk membuka pasar ekonomi bebas di tingkat regional mau tidak mau memberikan perhatian serius bagi pihak pemerintah sebagai aktor negara dan pelaku-pelaku ekonomi lainnya atau aktor non negara yaitu pengusaha dan organisasi ekonomi. Dengan terciptanya integrasi kawasan dalam bentuk Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) selain merupakan suatu tantangan yang akan dihadapi negara di kawasan tersebut, perlu diperhatikan masalah-masalah yang akan ditimbulkan. Masalah tersebut lebih kepada kesiapan negara anggota khususnya,Indonesia untuk menghadapi persaingan ekonomi global yang bersifat terbuka dan represif. Indonesia perlu segera memperhatikan faktor-faktor pendukung, baik internal maupun eksternal agar dampak yang ditimbulkan di kemudian hari akibat arus barang dan jasa yang bebas, memberikan dampak dan pengaruh yang positif.

Pembentukan MEA diharapkan akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, daya saing kawasan dalam perekonomian global melalui 4 (empat) kerangka strategis yang meliputi pertama, pasar tunggal dan basis produksi internasional. Kedua, kawasan ekonomi yang saling memiliki daya saing tinggi.

(19)

manfaat yang signifikan bagi pertumbuhan ekonomi di negara ASEAN yang mayoritas merupakan negara berkembang.11

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi; mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat; dan memperkuat kelembagaan mekanisme ASEAN. Sebagai langkah awal untuk mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN.

Mendirikan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), ASEAN harus bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip terbuka, berorientasi ke luar, inklusif, dan berorientasi pasar ekonomi yang konsisten dengan aturan multilateral serta kepatuhan terhadap sistem untuk kepatuhan dan pelaksanaan komitmen ekonomi yang efektif berbasis aturan.

12

Masyakarat Ekonomi ASEAN (MEA) atau pasar bebas ASEAN mulai berlaku pada Desember tahun 2015. Artinya tidak lama lagi kita bangsa Indonesia akan memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Dimana MEA ini mengintegrasikan seluruh negara-negara Asia Tenggara dalam berbagai bidang terutama di bidang ekonomi. Misalnya, mulai dari bidang ketenagakerjaan, investasi, produk, modal, investasi hingga jasa. Ada beberapa keuntungan bagi negara yang sudah siap menyongsog MEA ini, antara lain adalah meningkatkan

11

Nicholas Adityas, “Peluang dan Tantangan Koperasi dalam Menghadapi MEA 2015”,

12

(20)

kompetitif dalam persaingan ekonomi antar negara, serta meratakan pertumbuhan ekonomi antara negara Asia Tenggara.

Konsep dari MEA tersebut digagas oleh negara-negara Asia Tenggara dengan berdasarkan pada ASEAN Economic Blueprint atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN yakni pertemuan puncak antara pemimpin-pemimpin negara anggota ASEAN dalam hubungannya terhadap pengembangan ekonomi dan budaya antar negara-negara Asia Tenggara. MEA ini tercetus dalam KTT ke-14 dimana hasil penandatanganan persetujuan pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN-Australia-Selandia Baru. Tujuannya adalah meratakan pertumbuhan ekonomi di setiap negara-negara Asia Tenggara. Dengan kata lain menghilangkan kesenjangan ekonomi.

(21)

dibangun dan dikembangkan di Indonesia, yang pada gilirannya akan mendorong transformasi struktur ekonomi secara lebih cepat.

Namun salah satu senjata utama yang dimiliki untuk memenangkan persaingan MEA ini adalah generasi muda bangsa Indonesia. Pemerintah Indonesia harus fokus untuk memoles generasi muda bangsa ini. Daya saing harus ditingkatkan, menciptakan lebih banyak tenaga kerja yang ahli (skilled labor), berikan perhatian lebih pada generasi muda yang mempunyai potensi besar namun kekurangan dalam segi ekonomi. Salah satu solusinya tarik semua sumber daya manusia yang bekerja diluar negeri dan berikan posisi strategis di industri maupun pemerintahan Indonesia dan berikan bantuan ekonomi pada generasi muda yang memiliki potensi, agar mampu dan terus kreatif. Harus menjadi perhatian kita semua masyarakat indonesia, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan berlaku tahun depan. Indonesia sebagai salah satu anggota tentunya harus ikut mempersiapkan segalanya, karena yang terpenting adalah bagaimana negara kita sendiri bisa siap bersaing atau tidak dengan negara ASEAN lainnya. Indonesia tidak bisa menunda lagi proses konsolidasi perbankan. Pasalnya hal itu sudah dilakukan negara lain dalam 5 (lima) tahun terakhir dalam menghadapi MEA. Sejumlah bankir menyatakan, sepakat soal pentingnya konsolidasi perbankan di Tanah Air khususnya dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015.

(22)

sehingga industri manufaktur dan industri kreatif dalam negeri terus bertumbuh dan tetap terkendali dari serbuan produk-produk impor dari negara-negara ASEAN lainnya. Oleh sebab itu marilah bergabung untuk senantiasa menggunakan produk dalam negeri serta bersatu antara pengusaha dan pemerintah agar tercapai sinergi dan meningkatkan efektiitas dan efisiensi untuk menghadapi tantangan MEA 2015.13

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 memberikan suatu peluang bagi Indonesia untuk melakukan ekspor secara besar-besaran, dimana ini akan mendukung perkembangan perekonomian negara Indonesia. Karena MEA merupakan bentuk visi dari ASEAN yang akan menjadikan sebuah kawasan pasar tunggal yang berarti bahwa barang-barang dan jasa akan bergerak secara bebas.

Dengan adanya MEA tersebut, maka akan tercipta suatu pasar besar kawasan ASEAN yang akan berdampak besar terhadap perekonomian negara anggotanya. Oleh karena itu, diperlukan adanya penyetaraan ekonomi seluruh anggota ASEAN agar tidak terjadi ketimpangan atau ketidakmerataan ekonomi. Untuk mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan kawasan ASEAN dalam memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015 tentu redenominasi dianggap penting.

Redenominasi merupakan sarana yang akan diterapkan pemerintah untuk menyetarakan perekonomian tersebut. Redenominasi juga akan membantu perekonomian Indonesia terutama perdagangan. Pecahan uang Indonesia yang besar akan menimbulkan ketidakefisiesanan dan ketidaknyamanan dalam melakukan transaksi, karena diperlukan waktu yang banyak untuk mencatat, menghitung dan membawa uang untuk melakukan transaksi sehingga terjadi ketidakefisienan dalam transaksi ekonomi.

13

Arief Chaniago Niagara, Menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN Awal MEA 2015,

(23)

Pada dasarnya MEA tertuju pada sasaran dalam mengintegrasikan ekonomi regional Asia Tenggara, dimana dalam pembentukan kawasan ekonomi yang kompetitif memerlukan kerjasama yang erat bagi negara-negara anggota ASEAN agar kawasan yang terintegrasi ini sepenuhnya dapat menjadi kawasan ekonomi global.14

3. Penanaman Modal Asing

Yang dimaksud dengan penanaman modal asing (PMA) hanyalah meliputi penanaman modal asing secara langsung dan yang digunakan menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanaman modal tersebut. Pengertian modal asing di sini adalah alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.15

Artinya penanaman modal asing merupakan transfer modal, baik yang nyata maupun yang tidak nyata dari suatu Negara ke Negara lain, tujuannya untuk digunakan di Negara tersebut agar menghasilkan keuntungan di bawah pengawasan dari pemilik modal, baik secara total atau sebagian. Dalam definsi ini, penanaman modal asing (PMA) dikontruksikan sebagai pemindahan modal dari Negara yang satu ke Negara lain. Tujuan penggunaannya adalah mendapat keuntungan.16

diakses tanggal 17 Februari 2015

15

I.G. Rai Widjaja, Penanaman Modal, Cetakan kedua, (Jakarta: Penerbit Pradnya Paramita, 2005), hlm 25

16

(24)

Penanaman Modal Asing menurut Pasal 1 ayat 3 Undang-undang No. 25 Tahun 2007 adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.

Pengertian penanaman modal asing meliputi penanaman modal asing secara langsung yang dilakukan menurut atau berdasarkan ketentuan-ketentuan Undang-undang ini dan yang digunakan untuk menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti bahwa pemilik modal secara langsung menanggung risiko dari penanaman modal tersebut. perusahaan yang dimaksud dalam pasal 1 Undang-undang No. 25 Tahun 2007 yang dijalankan untuk seluruhnya atau bagian terbesar di Indonesia sebagai kesatuan perusahaan tersendiri harus berbentuk Badan Hukum menurut Hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.

F. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, oleh karena penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten dengan mengadakan analisa dan konstruksi.17

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penulisan yang digunakan antara lain:

17

(25)

1. Spesifikasi penelitian

Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif terutama dilakukan untuk penelitian norma hukum dalam pengertian ilmu hukum sebagai ilmu tentang kaidah atau apabila hukum dipandang sebagai sebuah kaidah yang perumusannya secara otonom tanpa dikaitkan dengan masyarakat.18

2. Sumber data

Penelitian normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer dan sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperolah gambaran yang lengkap dan secara jelas tentang permasalahan yang terdapat pada masyarakat yang digunakan dapat dikaitan dengan ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan hukum yang berlaku. Adapun metode pendekatan penelitian yang dipakai adalah pendekatan yuridis.

Penyusunan skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Data sekunder adalah mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.19

b. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni norma atau kaidah dasar, Peraturan dasar dan Peraturan perundang-undangan yang terkait seperti:

Sumber data diperoleh dari:

18

Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar, (Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009), hlm. 54.

19

(26)

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata) 2) Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing 3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal 4) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

5) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 147/MENKES/PER/I/2010 Tentang Perizinan Rumah Sakit

c. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai hukum bahan hukum primer,20

d. Bahan hukum tersier atau bahan penunjang yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder yakni kamus hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

seperti: hasil-hasil penelitian, artikel, literatur, jurnal, hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya dari kalangan pakar hukum.

21

3. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan (library reaseacrh) yaitu serangkaian usaha untuk memperoleh data dengan jalan membaca, menelaah, mengklarifikasi, mengidentifikasi, dan dilakukan pemahaman terhadap bahan-bahan hukum yang berupa peraturan perUndang - Undangan serta buku-buku literatur yang ada relevansinya dengan permasalahan penelitian. Hasil dari kegiatan pengkajian tersebut kemudian dibuat ringkasan secara sistematis sebagai inti sari hasil pengkajian studi dokumen. Tujuan dari

20

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Penerbit Rajawali Pers, 2013), hal 118 dan 119

21

(27)

teknik dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.22

Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif, yaitu dengan menguraikan semua data menurut mutu, dan sifat gejala dan peristiwa hukumnya melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut di atas agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas dengan mempertautkan bahan hukum yang ada. Mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan kesimpulan dari permasalahan serta memaparkan kesimpulan dan saran, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yakni kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.

4. Analisis data

23

G. Sistematika penulisan

Skripsi ini diuraikan dalam 5 bab, dan tiap-tiap bab berbagi atas beberapa sub-sub bab, untuk mempermudah dalam memaparkan materi dari skripsi ini yang dapat digambarkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan gambaran umum yang berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan dan manfaat penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

22

Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Op.Cit, hlm.24.

23

(28)

BAB II ASPEK HUKUM PEMBENTUKAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

Dalam bab ini berisi tentang Sejarah singkat pembentukan MEA, Tujuan pembentukan MEA, Ruang lingkup Kesepakatan dalam MEA, Kesepakatan Penanaman Modal (Investasi) dalam MEA dan Kesepakatan MEA terkait dengan Bidang Jasa Kesehatan. BAB III ASPEK HUKUM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

Bab ini berisikan tentang Perkembangan pengaturan penanaman modal di Indonesia, Kebijakan Penanaman Modal Indonesia, Pelayanan Penanaman Modal, Bidang usaha Penanaman Modal, Pembatasan Kepemilikan Saham Asing dan Fasilitas Penanaman Modal.

BAB IV IMPLIKASI MEA TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING SEKTOR USAHA RUMAH SAKIT

(29)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(30)

BAB II

ASPEK HUKUM PEMBENTUKAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

(MEA)

A. Sejarah Singkat Pembentukan MEA

Sejak dibentuknya ASEAN sebagai organisasi regional pada tahun 1967, negara- negara anggota telah meletakkan kerjasama ekonomi sebagai salah satu agenda utama yang perlu dikembangkan. KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003 menyepakati pembentukan komunitas ASEAN yang salah satu pilarnya adalah Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC). AEC bertujuan untuk menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang ditandai dengan bebasnya aliran barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan perpindahan barang modal secara lebih bebas.

(31)

1. Menuju single market dan production base (arus perdagangan bebas untuk sektor barang, jasa, investasi, pekerja terampil dan modal).

2. Menuju penciptaaan kawasan regional ekonomi yang berdaya saing tinggi (regional competition policy, action plan, infrastructure development, ICT, energy cooperation, taxation, dan pengembangan UKM)

3. Menuju suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata (region of equitable economic development) melalui pengembangan UKM dan program-program Initiative for ASEAN Integration (IAI)

4. Menuju integrasi penuh pada ekonomi global (pendekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi eksternal serta mendorong keikutsertaan dalam

global supply network).24

Masyarakat ASEAN terdiri dari tiga pilar yang terkait satu dengan yang lain: Masyarakat Politik Keamanan ASEAN, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan Masyarakat Sosial Budaya ASEAN. Dengan demikian, para pemimpin sepakat untuk mentransformasi ASEAN menjadi suatu kawasan yang ditandai oleh pergerakan bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil dan arus modal yang lebih bebas.

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) memiliki karakteristik utama sebagai berikut: (1) pasar tunggal dan basis produksi; (2) kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi; (3) kawasan pengembangan ekonomi yang merata; dan (4) kawasan yang secara penuh terintegrasi ke dalam perekonomian global. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) juga memiliki lima pilar utama, yakni: (1)

24

(32)

Aliran bebas barang (free flow of goods) (2) Aliran bebas jasa (free flow of sevice) (3) Aliran bebas investasi (free flof of investment) (4) Aliran bebas tenaga kerja terampil (free flow of skilled labour) dan (5) Aliran bebas modal (free flow of capital).25

1. Kemudian melalui deklarasi Bali Concord II pada 2003 di Bali, Komunitas ASEAN 2020 diimplementasikan melalui 3 pilar, yakni ASEAN Security Community, ASEAN Economic Community, dan ASEAN Socio-Cultural

Community. Namun, pada saat ASEAN Summit ke-12 pada 2007, dalam Cebu Declaration, ASEAN memutuskan untuk mempercepat pembentukan integrasi kawasan ASEAN menjadi 2015.

Inisiatif pembentukan integrasi ASEAN sebenarnya telah muncul pada 1997. Saat itu, ASEAN meluncurkan inisiatif pembentukan integrasi kawasan ASEAN atau komunitas masyarakat ASEAN melalui ASEAN Vision 2020 saat berlangsungnya ASEAN Second Informal Summit di Kuala Lumpur, Malaysia. Inisiatif ini kemudian diwujudkan dalam bentuk roadmap jangka panjang yang bernama Hanoi Plan of Action yang disepakati pada 1998.

2. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) hadir untuk menggantikan ASEAN Free Trade Area (AFTA) yang telah ada sejak tahun 2003. AFTA disahkan pada saat ASEAN Summit ke IV di Singapura pada Januari 1992 bersama penandatanganan Deklarasi Singapura dan Perjanjian untuk Meningkatkan Kerjasama Ekonomi ASEAN (Singapore Declaration and Agreement for Enhancing ASEAN Economic Cooperation). Kehadiran AFTA juga telah

25

Widodo Suryandono, “Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 siap pasar bebas

bukan bagian dari konsep”,

(33)

menjadi pembuka pintu liberalisasi dengan Negara-negara di luar anggota ASEAN melalui pembentukan ASEAN Free Trade Area (AFTA) dengan beberapa Negara mitra seperti China, Jepang, Korea Selatan, Australia, New Zealand, dan India.

3. Dengan berlakunya ASEAN Free Trade Area (AFTA), maka secara otomatis telah mengikat komitmen Negara-negara anggota ASEAN untuk juga bermitra secara bilateral. Indonesia telah mengadopsi ASEAN Free Trade Area (AFTA) ke dalam hukum nasional yang dilanjutkan dengan menandatangani perjanjian perdagangan secara bilateral antara Indonesia dengan keenam Negara mitra ekonomi ASEAN, yakni China, Jepang, Korea Selatan, Australia, New Zealand, dan India.

4. Pembentukan basis produksi ASEAN akan mendorong kebutuhan pasar tenaga kerja yang sangat besar. Industrialisasi akan menjadi strategi utama yang semakin memperkuat peran korporasi multinasional. Berbagai kebijakan tenaga kerja Indonesia akan didorong untuk dapat memenuhi kepentingan industri seperti penciptaan tenaga kerja yang berdaya saing tinggi dan mampu meningkatkan produktifitas industri. 26

B. Tujuan Pembentukan MEA

Indonesia tengah bersiap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Dampak terciptanya MEA adalah pasar bebas di bidang permodalan, barang dan jasa, serta tenaga kerja. Memang tujuan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) untuk meningkatkan stabilitas

26

Pemahaman Tentang Masyarakat Ekonomi Asean 2015”,

(34)

perekonomian dikawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi antar negara ASEAN.

ASEAN merupakan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah Jepang dan Tiongkok, di mana terdiri dari 10 Negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, dan Kamboja. Pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) berawal dari kesepakatan para pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia. Kesepakatan ini bertujuan meningkatkan daya saing ASEAN serta persaingan Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing. Modal asing dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan warga ASEAN.

Pada KTT selanjutnya yang berlangsung di Bali Oktober 2003, petinggi ASEAN mendeklarasikan bahwa pembentukan MEA pada tahun 2015. Ada beberapa dampak dari konsekuensi MEA, yakni dampak aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja terampil, dan dampak arus bebas modal. Tidak hanya dampak, ada beberapa hambatan Indonesia untuk menghadapi MEA.

Pertama, mutu pendidikan tenaga kerja masih rendah, di mana hingga Febuari 2014 jumlah pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat sebanyak 76,4 juta orang atau sekitar 64 persen dari total 118 juta pekerja di Indonesia. Kedua, ketersediaan dan kualitas infrastuktur masih kurang sehingga memengaruhi kelancaran arus barang dan jasa. Ketiga, sektor industri yang rapuh karena ketergantungan impor bahan baku dan setengah jadi. Keempat,

(35)

impor, dan sekarang produk impor Tiongkok sudah membanjiri Indonesia. Menjelang MEA yang sudah di depan mata, pemerintah Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan langkah strategis dalam sektor tenaga kerja, sektor infrastuktur, dan sektor industri.27

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tampaknya menyetarakan integrasi ekonomi kawasan semata-mata dengan sesederhana dan cepatnya liberalisasi. Tidak jelas, apakah keuntungan integrasi kawasan diperuntukkan bagi kawasan ini (ASEAN). Dengan tujuan berselaras dengan aturan-aturan internasional, tampaknya Masyarakat Ekonomi ASEAN hanya sebuah rancangan sehingga anggota ASEAN dapat meliberalisasi lebih cepat. Cetak biru tersebut lebih kuat dalam usahanya mengakses pasar eksternal (menjadikan ASEAN sebuah kawasan kompetitif, meliberalisasi seluruh area ekonomi) ketimbang usaha pengembangan sebuah pasar kawasan di dalamnya (internal). Hanya sektor-sektor integrasi

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah sebuah tujuan ambisius yang sayangnya dikembangkan tanpa konsultasi berarti dengan sektor-sektor ekonomi yang berbeda di kawasan ini. Sebagai hasilnya, cetak biru yang dirancang untuk mendukungnya bersifat agak teknis dan tidak memberikan pelaku ekonomi umum menemukan peran penting mereka di dalamnya. Pelaku-pelaku ekonomi besar dan bisnis mungkin berada pada posisi untuk mengambil keuntungan dari kebijakan dan proyek-proyek yang diperhitungkan di dalam cetak biru tersebut, namun cetak biru ini kekurangan banyak kebijakan dan proyek lainnya yang dapat membantu produsen dan bisnis/usaha kecil mengatasi integrasi.

27

Melania Kiswandari, “Pahami Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)”,

(36)

prioritas saja yang secara khusus menjadi sasaran dukungan kawasan dan pembangunan pasar internal (“made in ASEAN” = buatan ASEAN), namun tetap saja harus dilihat bagaimana upaya ini berhasil.

Cetak biru Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tidak memasukkan diskusi bagaimana belajar dari pertumbuhan ekonomi dan pengalaman pembangunan dari negara-negara ASEAN yang lebih maju. Contohnya, cetak biru ini tidak membahas bagaimana dukungan perlindungan diberikan oleh Malaysia, Thailand, dan Indonesia membantu mengembangkan industri mereka; atau bagaimana investasi besar Singapura pada jasa-jasa publik dan infrastruktur penting dalam pembangunan pasar internal negara ini. Cetak biru ini malah membicarakan penghapusan seluruh mekanisme perlindungan tersebut (contohnya persyaratan kinerja dan peraturan nasional menjadi hambatan non-tarif) dan menarik sektor swasta. Sementara menyebutkan perlindungan konsumen dan kebijakan kompetisi, namun cetak biru ini tidak menjelaskannya lebih lanjut. Transparansi dan akses ke informasi, peran serta masyarakat juga tidak dibahas sebagai bagian dari upaya perlindungan ini.

(37)

Namun, cetak biru Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ini bukanlah cetak biru untuk masyarakat. Karena jika Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) ingin benar-benar relevan, ia harus berorientasi dan lebih banyak melibatkan rakyat dalam perencanaan dan pelaksanaannya. Tekanan bagi pertumbuhan akan didamba jika motivasinya adalah untuk meningkatkan kehidupan rakyat biasa dan komunitas umumnya. Sebuah masyarakat yang nyata adalah sebuah komunitas yang merangkul rakyat biasa, dan menyatukan aspirasi solidaritas dan kerja sama mereka.

Tujuan pembentukan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 adalah terciptanya kawasan ekonomi ASEAN yang kompetitif dan terintegrasi dengan ekonomi global. "MEA merupakan realisasi misi 2020 untuk menciptakan kawasan ekonomi yang terintegrasi dalam bentuk pasar tunggal dan basis industri bersama. Tujuan dibentuknya MEA untuk meningkatkan stabilitas perekonomian dikawasan ASEAN, serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi antar negara ASEAN. Selama hampir dua dekade ASEAN terdiri dari hanya lima negara Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand yang pendiriannya pada tahun 1967.28

C. Ruang Lingkup Kesepakatan dalam MEA

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan salah satu dari pilar-pilar impian Masyarakat ASEAN yang dicetuskan dalam kesepakatan Bali Concord II. ASEAN berharap dapat membentuk sebuah pasar tunggal dan basis produksi sebelum tahun 2015. Artinya, sebelum tahun 2015, pergerakan barang,

28

(38)

jasa, investasi, dan buruh terampil di ASEAN akan dibuka dan diliberalisasi sepenuhnya, sementara aliran modal akan dikurangi hambatannya. Masih ada keleluasaan, pengecualian dan hambatan-hambatan (khususnya dalam aliran uang dan modal) dalam liberalisasi ini, dan para anggota yang belum siap untuk meliberalisasi sektor jasa mereka dapat memilih menunda pembukaan sektor tersebut. Namun, tujuan strategis dan komitmennya adalah menyingkirkan semua hambatan dan pengecualian ini, serta seluruh Anggota harus memiliki komitmen yang sama.

Sebuah pasar tunggal dan basis produksi pada dasarnya adalah sebuah kawasan yang secara keseluruhan dilihat oleh negara-negara anggota ASEAN, bukannya sekedar pasar dan sumber daya yang berada dalam batas-batas nasional dan hanya melibatkan para pelaku ekonomi di tingkat nasional. Hal ini berarti sebuah negara anggota akan memperlakukan barang dan jasa yang berasal dari mana saja di ASEAN secara setara sebagaimana perlakuan mereka atas barang (produk) nasional. Hal ini akan memberi keistimewaan dan akses yang sama kepada investor-investor ASEAN seperti halnya investor nasional mereka, buruh terampil dan para profesional akan bebas melakukan pekerjaan mereka di mana saja di ASEAN.

(39)

sektor-sektor yang paling diminati anggota ASEAN, dan menjadi tempat mereka berkompetisi satu sama lain. Gagasannya adalah jika sektor-sektor ini diliberalisasi penuh, sektor-sektor ini akan berintegrasi (menyatu), anggota ASEAN akan mengembangkan keunggulan wilayah di sektor-sektor ini dengan menarik investasi dan perdagangan di dalam ASEAN (contohnya dengan saling melakukan outsourcing), serta membantu mengembangkan produk-produk “buatan ASEAN”.

Fokus khusus pada pangan, pertanian dan kehutanan berkaitan dengan bagaimana mengembangkan sebuah sektor yang dipertimbangkan paling sensitif oleh anggota ASEAN. Karena hal ini akan diintegrasikan dalam sebuah pasar tunggal, Cetak Biru Masyarakat.

Kesepakatan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) adalah kerangka ekonomi utama di ASEAN. AFTA diterapkan melalui Skema Common Effective Preferential Tariff (CEPT) yang mencanangkan semua tarif bakal dihapus sebelum tahun 2010 untuk ASEAN-6 dan sebelum tahun 2015 untuk Cambodia-Lao PDR-Myanmar-Vietnam (CLMV) Kamboja, Myanmar, Laos, dan Vietnam. Seluruh produk sensitif akan dimasukkan dalam skema tersebut sebelum tahun 2018.

Di samping AFTA, sebagai sebuah kawasan ASEAN juga terlibat dalam tujuh kesepakatan perdagangan bebas lainnya, yaitu:

(40)

dilaksanakan di Filipina, Indonesia, dan Thailand; sementara perundingan-perundingan di negara lainnya sedang dalam tahap penyelesaian.

2. ASEAN-Korea (AKFTA) – perjanjian ini sudah ditandatangani, kecuali oleh Thailand

3. ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP) (Kemitraan Ekonomi Menyeluruh ASEAN-Jepang)-perundingan telah diselesaikan dan kesepakatannya diharapkan akan ditandatangani awal 2008.

4. ASEAN-India Regional Trade and Investment Area -perundingan-perundingan dalam hal barang diharapkan selesai sebelum Mei 2008

5. ASEAN- Australia and New Zealand (AFTA) – perundingan-perundingan ini masih berjalan ASEAN – European Union (AFTA) – sebuah deklarasi bersama telah ditandatangani pada November 2007 tetapi perundingan-perundingannya belum dimulai East Asia Free Trade Area (EAFTA)-masih dalam konsultasi dan studi/penelitian.29

AFTA merupakan bagian agak kecil dari perdagangan di dalam ASEAN dan total perdagangan ASEAN, dan tetap dipandang apakah kawasan perdagangan bebas ini akan meningkat nilainya sebelum 2015. Kesepakatan dengan negara-negara lain mungkin hanya mencakup lebih sedikit produk dan masa pemberlakuan yang lebih panjang. Lagi pula, petunjuk umum menyebutkan membuka perdagangan dengan negara-negara tersebut secara progresif. Isu utama bagi petani adalah bagaimana kawasan-kawasan perdagangan bebas (FTA) ini berdampak pada pertanian lokal. Contohnya, penelitian awal pada Early Harvest

29

(41)

Program ACFTA antara ASEAN-China FTA, menunjukkan adanya dampak besar pada petani Thailand dan Indonesia.30

D. Kesepakatan Penanaman Modal (Investasi) dalam MEA

Lebih dari satu dekade lalu, para pemimpin asean sepakat membentuk sebuah pasar tunggal di kawasan asia tenggara pada akhir 2015 mendatang. Ini dilakukan agar daya saing asean meningkat serta bisa menyaingi cina dan india untuk menarik investasi asing. Penanaman modal asing di wilayah ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan.

Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan masyarakat ekonomi Asean ini nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh asia tenggara sehingga kompetesi akan semakin ketat.

Indonesia tengah bersiap menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015. Dampak terciptanya MEA adalah pasar bebas di bidang permodalan barang dan jasa serta tenaga kerja. Memang tujuan kekuatan ekonomi ketiga terbesar setelah jepang dan tiongkok, di mana terdiri dari 10 negara yaitu indonesia, malaysia, filipina, singapura, thailand, brunei darussalam, vietnam, laos, myanmar, dan kamboja.

Pembentukan MEA berawal dari kesepakatan para pemimpin asean dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) pada desember 1997 di kuala lumpur, malaysia. Kesepakatan ini berjutuan meningkatkan daya saing asean serta bisa menyaingi

30

(42)

tiongkok dan india untuk menarik investasi asing. Modal asing dibutuhkan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan warga asean. Pada KTT selanjutnya yang berlangsung di bali oktober 2003, petinggi asean mendeklarasikan bahwa pembentukan MEA pada tahun 2015. Menjelang MEA yang sudah di depan mata, pemerintah indonesia diharapkan dapat mempersiapkan langkah strategis dalam sektor tenaga kerja, sektor infrastuktur, dan sektor industri.31

Potensi investasi yang cukup besar di ASEAN merupakan peluang yang harus dimanfaatkan oleh ASEAN. Namun ternyata kemudahan dan daya tarik investasi antar sesama negara ASEAN cukup beragam. Indonesia sendiri perlu lebih meningkatkan peringkat kemudahan investasi yang cukup rendah dibanding negara ASEAN lainnya. Negara sumber investasi di ASEAN yang tertinggi adalah negara di kawasan Uni Eropa yang saat ini tengah dilanda krisis, untuk mengantisipasi kemungkinan penurunan investasi yang masuk ke ASEAN karena krisis tersebut, ASEAN perlu menarik investasi yang lebih besar dari kawasan lain. Hasil kesepakatan yang telah dicapai dalam ASEAN Investment Forum yang terkait dengan promosi investasi, pelayanan investasi, after-care for investment, insentif fiskal dan non-fiskal, co-investment, dan Public-Private Partnership

sebagai langkah-langkah strategis dalam menarik investasi ke ASEAN, bila dilaksanakan dengan tepat akan dapat meningkatkan investasi ke kawasan ASEAN. Melalui ASEAN Investment Forum yang berperan secara intensif, diharapkan sesama negara ASEAN dapat saling membantu perkembangan

31

“Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015”,

(43)

investasi dan menjadikan kawasan ASEAN sebagai kawasan tujuan investasi utama.32

Setelah mengalami pembahasan yang cukup alot sejak tahun 2006, ASEAN akhirnya berhasil menyelesaikan pembahasan ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA). Draft ACIA dimaksud telah dibahas dan

di-endorse pada Pertemuan ke-40 ASEAN Economic Ministers (AEM) tahun 2008. Diharapkan ACIA akan dapat ditandatangani pada KTT ke- 14 ASEAN mendatang di Chiang Mai, Thailand, Desember 2008. Dengan ditandatanganinya ACIA, diharapkan akan dapat menjadikan ASEAN menjadi wilayah yang sangat Pada pertemuan Menteri Ekonomi ASEAN Ke-40 yang berlangsung di Singapura bulan Agustus 2008, negara-negara ASEAN sepakat untuk membentuk suatu rejim investasi ASEAN yang lebih terbuka serta mendukung proses integrasi ekonomi di Asia Tenggara. Rejim yang dimaksud adalah ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA) yang merupakan hasil revisi dan penggabungan dari ASEAN Investment Area (AIA) dan ASEAN Investment Guarantee Agreement (ASEAN-IGA). ACIA mencakup empat pilar utama yang meliputi: liberalisation, protection, facilitation and promotion.

ACIA lebih bersifat komprehensif dibandingkan dengan AIA dan ASEAN IGA, dikarenakan ACIA telah mengadopsi international best practices dalam bidang investasi dengan mengacu kepada kesepakatan-kesepakatan investasi internasional. Dengan adanya ACIA, diharapkan ASEAN dapat meningkatkan iklim investasi di kawasan dan menarik lebih banyak investasi asing.

32

(44)

kompetitif untuk menarik Foreign Direct Investment (FDI) serta mendukung realisasi ASEAN Economic Community.

Melalui ASEANComprehensive Investment Agreement (ACIA) yang mulai berlaku tanggal 29 Maret 2012, ASEAN mencoba mewujudkan elemen-elemen tersebut di atas. ACIA bertujuan untuk menciptakan lingkungan investasi di ASEAN yang bebas, fasilitatif, transparan, dan kompetitif. Empat pilar utama ACIA, yaitu liberalisasi, proteksi, promosi, dan fasilitasi. ACIA merupakan hasil proliferasi dari ASEAN Investment Guarantee Agreement (ASEAN IGA) dan the Framework Agreement on ASEAN Investment Area (AIA Framework Agreement). Implementasi ACIA merupakan fokus kerja sama ASEAN di bidang investasi. Pertemuan ke-45 AEM di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam pada Agustus 2013 telah mengesahkan Protocol to Amend the ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA). Protokol tersebut bertujuan untuk mengimplementasikan amandemen terhadap ACIA Schedule dan mendelegasikan tanggung jawab melakukan amandemen dari AEM kepada ASEAN Investment Area (AIA) Council.33

E. Kesepakatan MEA terkait Bidang Jasa Kesehatan

Sejak awal pembentukannya, ASEAN secara intensif menyepakati berbagai kesepakatan dalam bidang ekonomi. Diawali dengan kesepakatan Preferential Tariff Arrangement (PTA) pada tahun 1977. Kesepakatan yang cukup menonjol dan menjadi cikal bakal visi pembentukan AEC (AEC) pada tahun 2015 adalah disepakatinya Common Effective Preferential Tariff – ASEAN Free Trade

33

(45)

Area (CEPT-AFTA) pada tahun 1992 dengan target implementasi semula tahun 2008, kemudian dipercepat menjadi tahun 2003 dan 2002 untuk ASEAN-6.

Pada tahun 1995, ASEAN mulai memasukkan bidang jasa dalam kesepakatan kerjasamanya yang ditandai dengan ditandatanganinya ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS). Selanjutnya pada tahun 1998 disepakati pula kerjasama dalam bidang investasi ASEAN Investment Area (AIA). Pada tahun 1997, para Kepala Negara ASEAN menyepakati ASEAN Vision 2020 yaitu mewujudkan kawasan yang stabil, makmur dan berdaya-saing tinggi dengan pembangunan ekonomi yang merata yang ditandai dengan penurunan tingkat kemiskinan dan perbedaan sosial ekonomi. (ASEAN Summit, Kuala Lumpur, Desember 1997). Kemudian pada tahun 2003, kembali pada pertemuan Kepala Negara ASEAN disepakati 3 (tiga) pilar untuk mewujudkan ASEAN Vision 2020 yang dipercepat menjadi 2015 yaitu: (1) ASEAN Economic Community, (2) ASEAN Political-Security Community , (3) ASEAN Socio-Cultural Community (ASEAN Summit, Bali, Oktober 2003).

(46)

ASEAN-China FTA (Services), dan ASEAN-Korea FTA (Services). Selanjutnya pada tahun 2008, AEC Blueprint mulai diimplementasikan dan ASEAN Charter mulai berlaku 16 December 2008. Pada waktu yang sama, ASEAN-Japan CEP mulai berlaku. Pada tahun 2009 ditandatangani ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA); ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA)

ASEAN-Australia-New Zealand FTA, ASEAN-India FTA (Goods), ASEAN-Korea FTA (Investment),

ASEAN-China FTA (Investment) dan AEC Scorecard.

Adapun kesepakatan MEA terkait bidang jasa kesehatan adalah: 1. ASEAN Economic Community (AEC)

(47)

kesehatan, harus mampu melihat peluang tersebut. Untuk meningkatkan tenaga kesehatan yang terampil itulah, kita harus membuka kesempatan untuk membangun dan melatih para tenaga kesehatan, dan mempromosikan tenaga kesehatan yang sesuai standar dan kualifikasi yang bagus, serta memfasilitasi mobilitas para tenaga kesehatan dan pertukaran informasi.

Indonesia harus mampu melaksanakan akselerasi diri agar siap dalam menghadapi AEC 2015, dan yang perlu diperhatikan dalam bidang kesehatan di antaranya, (1) ketersediaan sumber daya manusia bidang kesehatan yang baik dan berkualitas belum memenuhi kebutuhan, (2) ketersediaan alat-alat kesehatan yang berstandar internasional belum semuanya terpenuhi, (3) sulitnya akses dan pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum.

Isi kesepakatan AEC yaitu untuk melakukan integrasi terhadap ekonomi negara-negara ASEAN dengan membentuk pasar tunggal dan basis produksi bersama dan arus bebas tenaga kerja terampil. salah satu pilar dari 10 visi mewujudkan ASEAN Community. Kesepuluh pilar kesepakatan ASEAN Community tersebut adalah outward looking, economic integration, harmonious environment, prosperity, caring societies, common regional identity, living in

peace, stability, democratic, dan shared cultural heritage.34 2. ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS)

AFAS memberikan tuntunan bagi negara-negara ASEAN untuk meningkatkan Akses Pasar secara progresif dan menjamin Perlakuan Nasional yang setara bagi para penyedia jasa di kawasan ASEAN. Seluruh isi kesepakatan

34

(48)

dalam AFAS konsisten dengan kesepakatan internasional bagi perdagangan jasa yang ditetapkan dalam GATS-WTO. Keberadaan AFAS mendorong negara-negara ASEAN untuk membuat komitmen melebihi apa yang diberikan dalam GATS.

Guna mempercepat liberalisasi perdagangan jasa di ASEAN, para menteri ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Ministers atau AEM) menandatangani Protokol untuk Mengamandemen AFAS pada tanggal 2 September 2003 di Phnom Penh, Kamboja. Isi pokok dari protokol tersebut adalah dimungkinkannya penerapan formula “ASEAN minus X” dalam pelaksanaan komitmen jasa di antara negara-negara anggota. Dengan formula tersebut, negara-negara ASEAN yang siap untuk meliberalisasikan satu sektor jasa tertentu dapat tetap melakukannya tanpa berkewajiban untuk memberikan manfaat tersebut ke negara-negara yang tidak turut serta.

Sebagai tindak lanjut penandatanganan kesepakatan dan dalam rangka pencapaian tujuan AFAS, rangkaian perundinganpun segera dilaksanakan. Empat putaran perundingan telah dilakukan sejak 1 Januari 1996, dan tiap putaran telah menghasilkan paket-paket komitmen yang disusun dalam sektor/subsektor yang disepakati dan moda suplai. Pada Pertemuan Kelompok Kerja Jasa Kesehatan tidak dihasilkan kesepakatan khusus dan masih membahas Improved Offers dari beberapa negara yakni Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam untuk Paket Komitmen AFAS ke-7. 35

Dalam upaya meningkatkan kerja sama ekonomi melalui liberalisasi perdagangan di sektor jasa, negara anggota ASEAN telah menyepakati dan

35

(49)

mengesahkan ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) pada tanggal 15 Desember 1995 di Bangkok,Thailand. Untuk menindaklanjuti kesepakatan tersebut, telah dibentuk Coordinating Committee on Services (CCS) yang memiliki tugas menyusun modalitas untuk mengelola negosiasi liberalisasi jasa dalam kerangka AFAS yang mencakup 8 (delapan) sektor, yaitu: Jasa Angkutan Udara dan Laut, Jasa Bisnis, Jasa Konstruksi, Jasa Telekomunikasi, Jasa Pariwisata, Jasa Keuangan, Jasa Kesehatan dan Jasa Logistik.36

3. Mutual Recognition Agreement (MRA)

Pada tingkat ASEAN, liberalisasi sektor jasa dikenal dengan AFAS (Asean Framework Area of Services), termasuk di dalamnya adalah jasa kesehatan, secara progresif (Progressive liberalization) mulai diberlakukan tahun 2008.

MRA merupakan perkembangan terbaru dalam kerja sama perdagangan jasa ASEAN yang ditujukan untuk mempermudah pergerakan penyedia jasa profesional di kawasan ASEAN. Dengan adanya MRA, para negara penandatangan kesepakatan saling memberikan pengakuan atas kualifikasi para penyedia jasa profesional yang berasal dari negara-negara tersebut.

Salah satu perkembangan yang relatif baru dalam integrasi ASEAN di bidang jasa adalah Pengaturan Saling Pengakuan (Mutual Recognition Arrangements/ MRA). ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) menegaskan pentingnya MRA dalam keseluruhan integrasi bidang jasa.

Secara umum MRA (Mutual Recognition Arrangement) diartikan sebagai suatu kesepakatan saling pengakuan terhadap produk-produk tertentu antar dua

36

(50)

atau beberapa negara untuk mempermudah kegiatan perdagangan – impor maupun ekspor – tanpa melalui dua atau beberapa kali pengujian.

Dalam konteks kerja sama jasa ekonomi ASEAN, MRA merupakan kesepakatan untuk mengakui kualifikasi pendidikan dan pengalaman seorang profesional. MRA digunakan untuk memudahkan perpindahan tenaga kerja profesional antar negara-negara ASEAN, khususnya dalam rangka integrasi pasar dengan tetap mempertahankan kekhususan masing-masing negara. Hingga saat ini terdapat delapan kesepakatan MRA di bidang jasa yang telah ditandatangani oleh Negara Anggota ASEAN, yaitu MRA on Engineering Services, MRA on Nursing Services, MRA on Architectural Services, Framework Arrangement for Mutual Recognition on Surveying Qualification, MRA on Tourism Professional, MRA on Accountancy Services, MRA on Medical Practitioners, dan MRA on Dental Practitioners.37

Kesepakatan dalam bentuk kerjasama antara negara yang satu dengan yang lain telah dilaksanakan termasuk juga kesepakatan dalam bidang kesehatan. Sebagai contoh 10 negara ASEAN termasuk didalammnya Indonesia telah melaksanakan Mutual Recognition Arrangement (MRA) yang selanjutnya MRA ini nantinya akan berpotensi menjadi Movement of Natural Person (MNP) yang hal ini berarti tenaga kerja dari Negara ASEAN termasuk Indonesia dengan bebas akan dapat bekerja di Negara ASEAN.38

37

Alex Hardiansyah, “Kerjasama ASEAN dalam berbagai Bidang”,

tanggal 29 April 2015

38

Dini Kesrawati, “Sosialisasi tenaga kerja kesehatan ke keluar negeri”,

(51)

Hingga kini ASEAN telah menyepakati 8 (Delapan) MRA, yaitu :

a) MRA on Engineering Services, yang ditandatangani pada tanggal 9 Desember 2005 di Kuala Lumpur, Malaysia.

b) MRA on Nursing Service, yang ditandatangani pada tanggal 8 Desember 2006 di Cebu, Filipina.

c) MRA on Framework arragementArrangement for the Mutual Recognition of Surveying Qualifications, yang keduanya ditandatangani pada tanggal 19 November 2006 di Singapura.39

d) MRA on Accountancy Services yang ditandatangani pada tanggal 26 Febuari 2009

e) MRA on medical Practitioners yang ditandatangani pada tanggal 26 Febuari 2009, Cha-am, Thailand

f) MRA on dental practitioners yang ditandatangani pada tanggal 26 Febuari 2009 di Cha-am, Thailand

g) MRA on Touristm Professional yang ditandatangani pada tanggal 9 januari 2990 di Hanoi,Vietnam

h) MRA on architectural Services yang ditandatangani pada tanggal 19 November 2007 di Singapura

Hingga kini, beberapa negara ASEAN telah menyampaikan notifikasi keikutsertaannya dalam MRA tersebut di atas. Setiap aspek jasa di era globalisasi mempunyai perjanjian termasuk aspek pelayanan kesehatan sehingga menteri perdagangan tiap Negara ASEAN membuat perjanjian untuk praktik kedokteran

39

(52)

di era globalisasi berupa ASEAN Mutual Recognition Arrangement on Medical Practitioners (MRA) yang bertujuan memfasilitasi mobilitas para dokter di Negara ASEAN dan pertukaran informasi , meningkatkan kerja sama antar tenaga dokter di ASEAN, mempromosikan praktik kedokteran sesuai standar dan kualifikasi serta membuka kesempatan untuk membangun dan melatih para dokter di negara ASEAN.40

40

(53)

BAB III

ASPEK HUKUM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

A. Perkembangan Pengaturan Penanaman Modal di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Jawa

tersebut terbuka untuk investasi asing, dan jika terbuka (Tbk), berapa besar komposisi penanaman modal asing yang diperbolehkan. Untuk pendirian perusahaan PMA, maka

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Penanaman Modal Asing (PMA), Pengeluaran Pemerintah dan Tenaga Kerja

Hasil analisis menunjukkan bahwa penanaman modal asing (PMA), penanaman modal dalam negeri (PMDN), dan tingkat inflasi berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan

PEMBERIAN FASILITAS PENANAMAN MODAL DALAM KEGIATAN PENANAMAN MODAL ASING (PMA) DI BIDANG USAHA PERIKANAN.. DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25

Selain itu kebijakan penanaman modal baik penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang masih ditangani pusat merupakan kendala lainnya

Tujuan dari penelitian ini adalah peneliti akan menghitung estimasi pengaruh antara Penanaman Modal Asing PMA dan Penanaman Modal Dalam Negri PMDN terhadap pertumbuhan ekonomi

Dalam Pasal 1 UU PMA menjelaskan Penanaman Modal Asing yaitu aktivitas menanamkan modal untuk melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik