Konsultasi radiologi, pengambilan sample laboratorium, konsultasi anestesi, gizi (diet dan konsultasi), farmasi (depo dan klinik), rehab medik (pelayanan fisioterapi dan konsultasi) (Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Kelas B, 2012).
Kebutuhan ruang, fungsi, luas, dan fasilitas. Dalam ruang rawat inap pada rumah sakit kelas B, memiliki kebutuhan ruangan yang diantaranya yaitu:
1. Ruang Perawatan, yang berfungsi untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam. Memiliki luas ruang tergantung pada kelas & keinginan desain, kebutuhan ruang 1 tempat tidur minimal 7,2 m2. Fasilitas yang dimiliki
diantaranya tempat tidur pasien, lemari, nurse call, meja, kursi, televisI, tirai pemisah bila ada, (sofa untuk ruang perawatan VIP).
2. Ruang Stasi Perawat (Nurse Station), yang berfungsi untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian asuhan dan pelayanan keperawatan (pre dan postconfrence, pengaturan jadwal), dokumentasi sampai dengan evaluasi pasien. Memiliki luas ruang 3-5 m2/ perawat (perhitungan 1 stasi perawat untuk melayani maksimum 25 tempat tidur). Fasilitas yang dimiliki diantaranya meja, kursi, lemari arsip, lemari obat, telepon/ intercom alat monitoring untuk pemantauan terus menerus fungsi-fungsi vital pasien.
3. Ruang Konsultasi, yang berfungsi untuk melakukan konsultasi oleh profesi kesehatan kepada pasien dan keluarganya. Luas ruangan sesuai kebutuhan.
Fasilitas yang dimiliki diantaranya meja, kursi, lemari arsip, telepon/intercom, peralatan kantor lainnya.
4. Ruang Tindakan, yang berfungsi untuk melakukan tindakan pada pasien baik berupa tindakan invasive ringan maupun non-invasive. Memiliki luas ruangan 12 - 20 m2. Fasilitas yang dimiliki lemari alat periksa & obat, tempat tidur periksa, tangga roolstool, wastafel, lampu periksa, tiang infus dan kelengkapan lainnya
5. Ruang Administrasi/ Kantor, yang berfungsi untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi khususnya pelayanan pasien di ruang rawat inap, yaitu berupa registrasi dan pendataan pasien, penandatanganan inform concern, dan lain-lain. Memiliki luas ruangan 3 - 5 m2/ petugas (minimal 9 m2). Fasilitas yang dimiliki meja, kursi, lemari arsip, telepon/ intercom, komputer, printer dan peralatan kantor lainnya.
12
6. Ruang Dokter Jaga, yang berfungsi sebagai Ruang kerja dan kamar jaga dokter. Luas ruangan sesuai kebutuhan. Fasilitas yang dimiliki tempat tidur, sofa, lemari, meja/ kursi, wastafel.
7. Ruang pendidikan/ diskusi yang berfungsi sebagai tempat melaksanakan kegiatan pendidikan/ diskusi. Luas ruangan sesuai kebutuhan. Fasilitas yang dimiliki meja, kursi, perangkat audio visual, dan lain-lain.
8. Ruang Perawat, yang berfungsi sebagai ruang istirahat perawat. Luas ruangan sesuai kebutuhan. Fasilitas yang dimiliki sofa, lemari, meja/ kursi, wastafel.
9. Ruang kepala instalasi rawat inap, yang berfungsi untuk tempat kepala ruangan melakukan manajemen asuhan dan pelayanan keperawatan diantaranya pembuatan program kerja dan pembinaan. Luas ruangan sesuai kebutuhan. Fasilitas yang dimiliki Lemari, meja/ kursi, sofa, komputer, printer dan peralatan kantor lainnya.
10. Ruang Loker, berfungsi sebagai ruang ganti pakaian bagi petugas instalasi rawat inap. Luas ruangan sesuai kebutuhan. Fasilitas yang dimiliki Loker, dilengkapi toilet (KM/ WC).
11. Ruang Linen Bersih, yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahanbahan linen steril/ bersih. Luas ruangan minimal 4 m2. Fasilitas yang dimiliki lemari.
12. Ruang Linen Kotor, yang berfungsi untuk meletakkan sementara bahan-bahan linen kotor yang telah digunakan. Luas ruangan minimal 4 m2. Fasilitas yang dimiliki bak penampungan linen kotor.
13. Ruang Gudang Kotor (Spoolhoek/ Dirty Utility), yang berfungsi untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien khususnya yang berupa cairan.
Spoolhoek berupa bak/ kloset yang dilengkapi dengan leher angsa (water
seal). Luas ruangan 4-6 m2. Fasilitas yang dimiliki kloset leher angsa, keran air bersih (tinggi bibir kloset + 80-100 m dari permukaan lantai).
14. KM/ WC (pasien, petugas, pengunjung), berfungsi untuk kamar mandi atau WC. Luas ruangan 2-3 m2. Fasilitas yang dimiliki kloset, wastafel, bak air.
15. Dapur Kecil (Pantry), yang berfungsi untuk menyiapkan makanan dan minuman bagi petugas di ruang rawat inap rumah sakit. Luas ruangan sesuai kebutuhan. Fasilitas yang dimiliki kursi+meja untuk makan, sink, dan perlengkapan dapur lainnya.
16. Gudang bersih, yang berfungsi untuk penyimpanan alat-alat medis dan bahan-bahan habis pakai yang diperlukan. Luas ruangan sesuai kebutuhan. Fasilitas yang dimiliki lemari.
17. Janitor/ Ruang Petugas Kebersihan, yang berfungsi untuk menyimpan alat-alat kebersihan/ cleaning service. Pada ruang ini terdapat area basah. Luas ruaangan minimal 4 - 6 m2. Fasilitas yang dimiliki lemari atau rak.
18. High Care Unit (HCU), yang berfungsi sebagai ruang perawatan yang diletakkan didepan atau bersebelahan dengan nurse station, untuk pasien dalam kondisi stabil yang memerlukan pelayanan keperawatan lebih intensif dibandingkan ruang perawatan biasa. Luas ruangan minimal 9 m2/ tempat tidur. Fasilitas yang dimiliki tempat tidur pasien, lemari, nurse call.
19. Ruang Perawatan Isolasi, yang berfungsi untuk pasien yang berpotensi menular, mengeluarkan bau dan pasien yang gaduh gelisah. Luas ruangan minimal 12 m2/tempat tidur. Fasilitas yang dimiliki tempat tidur pasien, lemari, nurse call (Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Kelas B, 2012).
14
Persyaratan khusus ruangan. Persyaratan khusus yang ada pada ruang rawat inap rumah sakit kelas B yaitu:
1. Perletakan ruangannya secara keseluruhan perlu adanya hubungan antar ruang dengan skala prioritas yang diharuskan dekat dan sangat berhubungan/
membutuhkan.
2. Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan perancangan, sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya dibuat secara linier/lurus (memanjang).
3. Konsep rawat inap yang disarankan “Rawat Inap Terpadu (Integrated Care)”
untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan ruang.
4. Apabila ruang rawat inap tidak berada pada lantai dasar, maka harus ada tangga landai (;Ramp) atau Lift Khusus untuk mencapai ruangan tersebut.
5. Bangunan ruang rawat inap harus terletak pada tempat yang tenang (tidak bising), aman dan nyaman tetapi tetap memiliki kemudahan aksesibilitas dari sarana penunjang rawat inap.
6. Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ruangan.
7. Alur petugas dan pengunjung dipisah.
8. Masing-masing ruang Rawat Inap 4 spesialis dasar mempunyai ruang isolasi.
9. Ruang Rawat Inap anak disiapkan 1 ruangan neonatus.
10. Lantai harus kuat dan rata tidak berongga, bahan penutup lantai, mudah dibersihkan, bahan tidak mudah terbakar.
11. Pertemuan dinding dengan lantai disarankan berbentuk lengkung agar memudahkan pembersihan dan tidak menjadi tempat sarang debu/kotoran.
12. Plafon harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak mengumpulkan debu.
13. Tipe R. Rawat Inap adalah VVIP, VIP, Kelas I, Kelas II dan Kelas III.
14. Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan seperti : a. Pasien yang menderita penyakit menular.
b. Pasien dengan pengobatan yang menimbulkan bau (seperti penyakit tumor, ganggrein, diabetes, dsb).
c. Pasien yang gaduh gelisah (mengeluarkan suara dalam ruangan)
15. Stasi perawat harus terletak di pusat blok yang dilayani agar perawat dapat mengawasi pesiennya secara efektif, maksimum melayani 25 tempat tidur (Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Kelas B, 2012).
Alur kegiatan. Alur kegiatan pada ruang rawat inap rumah sakit kelas B dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1. Alur kegiatan pada ruang rawat inap rumah sakit kelas B
16
Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Pada umumnya tugas rumah sakit adalah menyediakan keperluan untuk pemeliharaan dan pemulihan kesehatan. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan rujukan (Kepmenkes RI, 1992).
Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi, yaitu menyelenggarakan pelayanan medik, pelayanan penunjang medik dan nonmedik, pelayanan dan asuhan keperawatan, pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan, pelayanan rujukan upaya kesehatan, administrasi umum dan keuangan (Rijadi, 1997).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas tersebut, Rumah Sakit mempunyai fungsi:
1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis;
3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan;
4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan (UU RI No 44, 2009).
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
Kesehatan Lingkungan rumah sakit adalah upaya pencegahan penyakit atau gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi maupun sosial di dalam rumah sakit. Kualitas lingkungan rumah sakit yang sehat ditentukan melalui pencapaian atau pemenuhan Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan pada media air, udara, tanah, pangan, sarana dan bangunan, dan vector dan binatang pembawa penyakit (Permenkes RI Nomor 7, 2019).
Upaya kesehatan lingkungan berperan penting dalam mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan masyarakat. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Permenkes RI Nomor 7, 2019).
Lingkungan Fisik
Lingkungan fisik adalah semua keadaan yang terdapat disekitar, seperti suhu udara, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna akan berpengaruh secara signifikan tehadap hasil
18
kerja manusia tersebut (Wingjosoebroto, 2000).
Lingkungan fisik juga bersifat abiotik atau benda mati seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, rumah panas, sinar, radiasi dan lain - lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan dengan manusia sepanjang waktu dan masa serta memengang peran penting dalam proses terjadinya penyakit pada masyarakat (Chandra, 2005).
Karakteristik Lingkungan fisik terdiri dari : 1. Suhu Udara
2. Kelembaban 3. Pencahayaan
Suhu udara. Suhu adalah derajat panas atau dingin udara dalam suatu ruang atau wilayah. Jika suhu telah rendah dan kelembaban terlalu tinggi akan dapat mempermudah berkembangbiaknya bakteri, jamur, virus dan berbagai macam bibit penyakit yang lain. Dengan demikian, jika suhu dan kelembaban tidak diperhatikan dengan baik, maka akan dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat rumah sakit (Suyatno,1981).
Setiap bakteri mempunyai suhu optimum. Pada suhu optimum ini, pertumbuhan bakteri berlangsung dengan cepat. Suhu mempengaruhi pembelahan sel bakteri pada suhu yang tidak sesuai dengan kebutuhan bakteri dapat menyebabkan kerusakan sel (Waluyo, 2009).
Sastrowinoto (1985) memberikan catatan mengenai hal-hal yang perlu dipahami berhubungan dengan suhu ruangan sebagai berikut:
1. Suhu bidang dari dinding terluar tergantung pada kapasitas isolasinya dan suhu yang ada di dalam maupun di luar dinding. Dinding dengan kapasitas
isolasi yang tinggi akan mencegah hilang panas ataupun tambah panas.
Kapasitas isolasi tersebut sebaiknya dibuat tinggi agar suhu di dalam kamar tidak terlalu banyak terombang-ambing oleh suhu luar ruang.
2. Ukuran jendela (terutama jendela kaca) besar pula peranannya terhadap pengendalian suhu di dalam dan di luar ruang. Jendela yang besar mempersulit pengendalian. Suhu luar yang dingin akan mengakibatkan suhu dalam ruang menjadi dingin, dan sebaliknya bila suhu di luar panas ruanganpun akan menjadi panas. Kaca merupakan sarana yang baik bagi radiasi, oleh karena itu agar suhu ruangan tidak terombang ambing sebaiknya dipasang tirai untuk menutupinya.
3. Suhu yang diperkirakan cukup nyaman untuk ruang istirahat diberbagai keadaan ialah 24°C (Sastrowinoto, 1985).
Menurut Vindrahapsari (2016) Berdasarkan suhu pertumbuhan yang dibutuhkan, Mikroorganisme dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Psikrofil ( organisme yang suka dingin) dapat tumbuh baik pada suhu dibawah 20°C, kisaran suhu optimal adalah 10°C sampai 20°C.
2. Mesofil (organisme yang suka pada suhu sedang) memiliki suhu pertumbuhan optimal antara 20°C sampai 45°C.
3. Termofil (organisme yang suka pada suhu tinggi) dapat tumbuh baik pada suhu diatas 45°C, kisaran pertumbuhan optimalnya adalah 50°C sampai 60°C.
Kelembaban. Kelembaban adalah persentase kandungan uap air udara dalam suatu ruang atau wilayah. Kelembaban udara pada masing-masing ruang harus diupayakan memenuhi syarat (40-60%). Pertumbuhan bakteri membutuhkan
20
kelembaban yang tinggi, kelembaban yang dibutuhkan di atas 85 % yang dapat menyembabkan tumbuhnya bermacam-macam jamur dan spora (Vindrahapsari, 2016).
Selain itu, sumber kelembaban dalam ruangan berasal dari konstruksi bangunan yang tidak baik seperti atap yang bocor, lantai, dan dinding rumah yang tidak kedap air, serta kurangnya pencahayaan baik buatan maupun alami.
Kelembaban relatif udara yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme. Pengurangan kadar air atau kelembaban dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti (Vindrahapsari, 2016).
Jika suhu telah rendah dan kelembaban terlalu tinggi akan dapat mempermudah berkembangbiaknya bakteri, jamur, virus dan berbagai macam bibit penyakit yang lain. Dengan demikian, jika suhu dan kelembaban tidak diperhatikan dengan baik, maka akan dapat menimbulkan kerugian bagi masyarakat rumah sakit (Pangastuti, 2008).
Adapun persyaratan suhu dan kelembaban untuk masing-masing ruang atau unit yang harus dipenuhi rumah sakit adalah seperti berikut.
1. Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi dan laboratorium perlu mendapat perhatian yang khusus karena sifat pekerjaan yang terjadi di ruang-ruang tersebut.
2. Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif sedikit (minimum 0,10 mbar) dibandingkan ruang-ruang lain di rumah sakit.
3. Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian rupa sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban seperti dalam table berikut (Kepmenkes RI, 2004).
Tabel 1
Standar Baku Mutu Suhu, Kelembaban, dan Tekanan Udara menurut Jenis Ruang (Peraturan Menteri Kesehatan RI No 7, 2019)
Ruang atau Unit Suhu (˚C) Kelembaban (%) Tekanan
Operasi 22-27 40-60 Positif
Bersalin 24-26 40-60 Positif
Pemulihan/perawatan 22-23 40-60 Seimbang
Observasi bayi 27-30 40-60 Seimbang
Perawatan bayi 32-34 40-60 Seimbang
Perawatan 32-34 40-60 Positif
ICU 22-23 40-60 Positif
Jenazah/autopsy 21-24 40-60 Negatif
Penginderaan medis 21-24 40-60 Seimbang
Laboratorium 20-22 40-60 Negatif
Radiologi 17-22 40-60 Seimbang
Sterilisasi 21-30 40-60 Negatif
Dapur 22-30 40-60 Seimbang
Gawat darurat 20-24 40-60 Positif
Administrasi,
Pertemuan 20-28 40-60 Seimbang
Ruang luka bakar 24-26 40-60 Positif
Pencahayaan. Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan ruang. Apabila tidak disediakan akses pencahayaan, ruang yang telah dirancang tidak dapat memenuhi fungsinya dengan baik. Pencahayaan di dalam ruang memungkinkan orang yang menempatinya dapat melihat benda-benda.
Tanpa dapat melihat benda-benda dengan jelas maka aktivitas di dalam ruang akan terganggu. Sebaliknya, cahaya yang terlalu terang juga dapat mengganggu penglihatan (Santosa, 2006).
Pencahayaan merupakan salah satu faktor yang dapat menyebab pertumbuhan kuman. Pencahayaan yang kurang merupakan kondisi yang disukai bakteri karena dapat tumbuh dengan baik pada kondisi yang gelap. Posisi ruang yang kurang menguntungkan mengakibatkan kurangnya cahaya, misalnya posisi ruang yang ada diantara ruang lain mengakibatkan terhalangnya cahaya yang
22
masuk, apalagi tidak memanfaatkan lampu listrik yang ada. Ada juga ruang-ruang yang seharusnya memungkinkan cukup pencahayaan, namun tidak dimanfaatkan secara optimal, misalnya jendela tidak dibuka. Sumber cahaya dalam ruangan dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Pencahayaan harus cukup baik waktu siang maupun malam hari. Pada malam hari pencahayaan yang ideal adalah penerangan listrik sedangkan pada waktu pagi hari sinar matahari dapat menjadi sumber utama penerangan dalam ruangan. Paparan cahaya dengan intensitas sinar ultraviolet (UV) tinggi dapat berakibat fatal bagi pertumbuhan bakteri. Bakteri akan mengalami iradiasi yang berdampak pada kelainan dan kematian bakteri (Vindrahapsari. 2016).
Tata pencahayaan dalam ruang rawat inap dapat mempengaruhi kenyamanan pasien selama menjalani rawat inap, disamping juga berpengaruh bagi kelancaran paramedis dalam menjalankan aktivitasnya untuk melayani pasien (Santosa, 2006).
Penerangan di rumah sakit, merupakan hal yang sangat penting. Hal ini, karena penerangan di rumah sakit berhubungan dengan keselamatan pasien yang sedang dirawat, petugas dan pengunjung rumah sakit. Selain itu penerangan yang mencukupi akan meningkatkan pencermatan, kesehatan yang lebih baik dan suasana yang nyaman (Sastrowinoto, 1985).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2019, intensitas pencahayaan untuk ruang pasien saat tidak tidur sebesar 250 lux dengan warna cahaya sedang, sementara pada saat tidur 50 lux dengan warna cahaya juga sedang, dan untuk toilet minimal 100 lux. Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan silau dan intensitasnya sesuai dengan
peruntukannya (Permenkes RI Nomor 7, 2019).
Menurut Zulmiar (1999), pencahayaan buatan umumnya menggunakan energi listrik yang disebut juga penerangan listrik.
Pencahayaan buatan harus memiliki syarat sebagai berikut :
1. Penerangan listrik harus sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan oleh tenaga kerja dengan intensitas yang cukup.
2. Penerangan listrik tidak boleh menimbulkan perubahan suhu udara yang berlebihan pada tempat kerja.
3. Penerangan listrik harus memberikan penerangan dengan intensitas yang tepat, menyebar merata tidak berkedip, tidak menyilaukan dan tidak menimbulkan bayangan yang mengganggu (Zulmiar, 1999).
Dalam kaitannya dengan masalah penerangan, berarti standar penerangan yang dapat digunakan sebagai tolok ukur pada ruang rawat inap ini adalah standar pencahayaan orang pada umumnya, dimana standar untuk orang yang sakit dianggap tidak berbeda dengan standar untuk orang yang sehat.
Tabel 2
Standar Baku Mutu Intensitas Pencahayaan menurut Jenis Ruangan atau Unit (Peraturan Menteri Kesehatan RI No 7, 2019)
Ruang atau Unit Intensitas Cahaya (lux)
Rawat Jalan 200 Ruangan tindakan
Unit Gawat Darurat
(UGD) 300 Maksimal 60 Ruangan tindakan
R. Operasi Umum 300-500 Maksimal 30 Warna cahaya sejuk (bersambung)
24
Tabel 2
Standar Baku Mutu Intensitas Pencahayaan menurut Jenis Ruangan atau Unit (Peraturan Menteri Kesehatan RI No 7, 2019)
Ruang atau Unit Intensitas Cahaya (lux)
Faktor Refleksi Cahaya (%)
Keterangan Meja operasi 10.000 - 20.000 Maksimal 9 Warna cahaya
sejuk atau sedang
SinarX Minimal 60 Maksimal 30 Warna cahaya
Sejuk
Koridor Minimal 100
Tangga Minimal 100 Malam hari
Administrasi/Kantor Minimal 100 Warna cahaya
sejuk Ruang alat/gedung Minimal 200
Farmasi Minimal 200
Dapur Minimal 200
Ruang cuci Minimal 100
Toilet Minimal 100
Ruang isolasi
khusus penyakit 0,1 - 0,5 Maksimal 30 Warna cahaya biru Ruang luka bakar 100-200 Maksimal 10 Warna cahaya
sejuk Mikrobiologi Udara
Kuman adalah mikroorganisme atau jasad hidup yang sangat kecil ukurannya, sulit di amati tanpa alat pembesar, berukuran beberapa mikron dan meliputi bakteri, jamur, algae, protozoa, maupun kuman (Pangastuti, 2008).
Mikroorganisme adalah organisme berukuran mikroskopis yang antara lain terdiri dari bakteri, fungi, dan virus (Waluyo, 2009). Mikroorganisme terdapat di dalam tanah, air, udara maupun pada makhluk hidup termasuk pada jaringan tubuh kita sendiri (kulit dan selaput lender) (M.A.K, 2005).
Flora mikroorganisme yang ada di udara bersifat sementara dan beragam.
Udara bukan merupakan medium tempat mikroba tmbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat, debu dan tetasan air yang semuanya sangat memungkin dumuati mikroba. Jumlah dan tipe mikroba yang mencemarin udara ditentukan oleh sumber pencemaran di dalam lingkungan, misalnya didalam pernafsan manusia disemprotkan melalui batuk dan bersin (Waluyo, 2009).
Jumlah koloni mikroorganisme di udara tergantung pada aktifitas dalam ruangan serta banyaknya debu dan kotoran lain. Ruangan yang kotor akan berisi udara yang banyak mengandung mikroorganisme dari pada ruangan yang bersih (Moerdjoko, 2004).
Droplet dapat memepengaruhi jumlah bakteri pada udara. Bakteri disebarkan oleh droplet yang dikeluarkan melalui hidung atau mulut selama batuk, bersin dan bicara. Droplet dalam ukuran kecil tetap tersuspensi di udara untuk periode waktu yang lama, sedangkan yang lebih besar jatuh dengan cepat sebagai debu. Selama ada aktivitas dalam ruangan, debu kembali melayang-layang sebagai akibat adanya gerakan udara (Waluyo, 2009).
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri diantaranya adalah nutrient, suhu, tersedianya oksigen, konsentrasi Ion Hidrogen (pH), pencahayaan, kelembaban, dan kepadatan hunian (Vindrahapsari, 2016).
26
Tabel 3
Standar Baku Mutu Mikrobiologi Udara (Peraturan Menteri Kesehatan RI No 7, 2019)
Menurut WHO, sanitasi lingkungan (environmental sanitation) adalah upaya pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia.
Dalam pengertian lain, sanitasi merupakan perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia (Notoatmodjo, 2003).
Perawatan Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu dan persyaratan penyehatan sarana dan bangunan dalam penyelenggaraan kesehatan lingkungan pada konstruksi bangunan rumah sakit, maka dilakukan upaya sebagai berikut:
1. Kegiatan pembersihan ruang minimal dilakukan pagi dan sore hari.
2. Pembersihan lantai di ruang perawatan pasien dilakukan setelah pembenahan/merapikan tempat tidur pasien, jam makan, jam kunjungan dokter, kunjungan keluarga, dan sewaktu-waktu bilamana diperlukan.
3. Cara-cara pembersihan yang dapat menebarkan debu harus dihindari.
4. Harus menggunakan cara pembersihan dengan perlengkapan pembersih (gagang pel) yang memenuhi syarat dan bahan anti septik yang tepat. Setiap gagang pel diberikan koding untuk mencegah terjadinya infeksi di rumah sakit, yakni: kamar pasien dengan warna kuning, kamar mandi dengan warna merah, dapur dengan warna hijau dan selasar dan koridor dengan warna biru.
5. Pada masing-masing ruang supaya disediakan perlengkapan pel tersendiri.
6. Pembersihan dinding dilakukan secara periodik minimal 2 (dua) kali setahun dan dicat ulang apabila sudah kotor atau cat sudah pudar.
7. Setiap percikan ludah, darah atau eksudat Iuka pada dinding harus segera dibersihkan dengan menggunakan anti septik.
8. Pembersihan ruangan sesuai dengan prosedur yang mengatur tata cara pembersihan seluruh ruangan yang berada di ruang lingkup area Operating Theatre (OT) atau Kamar Operasi lantai rumah sakit harus mengikuti SOP.
Pembersihan ruangan operasi dilakukan setelah kegiatan operasi pasien selesai dilakukan. Untuk ruangan lainnya pembersihan dilakukan minimal 2 kali sehari. Apabila ada temuan petugas kebersihan, pengawas ataupun perawat maka dilakukan pembersihan tambahan sehingga kebersihan di ruangan Operating Theatre tetap terjaga. Petugas kebersihan di area Operating Theatre bersifat khusus menggunakan seragam warna putih dan
28
selalu ada di dalam area Operating Theatre selama 24 jam penuh yang terbagi dalam 3 shift (Permenkes RI Nomor 7, 2019).
Ruang Rawat Inap
Menurut Pedoman Teknis Bagunan Rumah Sakit Ruang Rawat inap, ruang rawat inap ialah ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam.Untuk tiap-tiap rumah sakit akan mempunyai ruang perawatan dengan nama
Menurut Pedoman Teknis Bagunan Rumah Sakit Ruang Rawat inap, ruang rawat inap ialah ruang untuk pasien yang memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara berkesinambungan lebih dari 24 jam.Untuk tiap-tiap rumah sakit akan mempunyai ruang perawatan dengan nama