• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PERANAN PPAT DALAM PERALIHAN HAK GUNA

B. Akibat Hukum

Sejak berlakunya Peraturan Pemerintah tentang Pendaftaran Tanah, maka jual beli juga harus dilakukan para pihak di hadapan PPAT yang bertugas membuat akta. Dengan dilakukannya jual beli dihadapan PPAT, dipenuhi syarat terang (bukan perbuatan hukum yang gelap, yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi). Untuk dibuatkan akta jual beli tanah tersebut, pihak yang memindahkan hak, harus memenuhi syarat yaitu berwenang memindahkan hak tersebut, sedangkan pihak yang menerima harus memenuhi syarat subjek dari tanah yang akan dibelinya itu, serta harus disaksikan oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi.

Adapun fungsi akta PPAT dalam jual beli, sesuai dengan pendapat Mahkamah Agung dalam Putusannya No. 1363/K/Sip/1997 bahwa Pasal 19 PP No. 10 Tahun 1961 (sekarang PP No. 24 Tahun 1997) secara jelas menentukan bahwa akta PPAT hanyalah suatu alat bukti dan tidak menyebut bahwa akta itu adalah syarat mutlak tentang sah tidaknya suatu jual beli tanah. Menurut Boedi Harsono, akta PPAT berfungsi sebagai alat pembuktian mengenai benar sudah dilakukannya jual beli. Akan tetapi, dalam PP No. 24

Tahun 1997, disebutkan bahwa pendaftaran jual beli hanya boleh dilakukan dengan akta PPAT sebagai buktinya, sedangkan tanpa akta PPAT seseorang tidak akan memperoleh sertifikat, meskipun jual belinya sah menurut hukum. Oleh karena itu, selambat-lambatnya 7 hari kerja sejak tanggal ditandatanganinya akta tersebut, PPAT wajib mendaftarkan ke Kantor Pertanahan untuk memperkuat pembuktian terhadap pihak ketiga.37

Setelah pendaftaran tanah di Kantor Pertanahan, tidak begitu saja persoalan di antara kedua belah pihak selesai, melainkan kemungkinan pihak-pihak lain pun terkait di dalamnya, disebabkan semula adanya itikad tidak baik dari salah satu pihak dalam transaksi jual beli tanah tersebut. Apabila PPAT dituntut oleh pihak ketiga yang merasa dirugikan ataupun diminta sebagai saksi di Pengadilan, maka hal tersebut hanya sebatas dimintakan keterangan sehubungan dengan akta yang dibuatnya, disamping itu PPAT pun dapat meminta perlindungan hukum/upaya pembelaan kepada IPPAT sebagai suatu organisasi profesi dimana ia bernaung.

Dalam hal ini, posisi PPAT sebatas sebagai saksi dan PPAT tidak bertanggunggugat atas ketidakbenaran materiil yang dikemukakan oleh para pihak, apabila kesalahan disebabkan oleh para pihak. Tetapi apabila PPAT terbukti bersalah, maka ia dapat dikenakan sanksi administratif maupun sanksi pidana, juga tidak tertutup kemungkinan dituntut ganti rugi oleh pihak yang dirugikan secara perdata.38

37

Adrian Sutedi, Op.cit., Hal 79-81 38

Mahatman Filiano Sutawan, “Tanggunggugat Notaris Selaku PPAT Dalam Sengketa Perdata Jual Beli Hak Milik Atas Tanah”, diakses darihttp://adln.lib.unair.ac.id, pada tanggal 27 Oktober

BAB IV

AKIBAT PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN PERTANAHAN INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 ATAS PENUNJUKAN WILAYAH-WILAYAH TERTENTU

TERHADAP WILAYAH DI LUAR YANG DITETAPKAN

A. Peralihan Hak Guna Bangunan

Hak Guna Bangunan diatur dalam Pasal 35 s/d Pasal 40 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (selanjutnya disebut UUPA). Pengaturan lebih lanjut mengenai Hak Guna Bangunan tersebut kemudian diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah.

Pasal 35 ayat (3) Undang-Undang Pokok Agraria secara tegas menyatakan bahwa Hak Guna Bangunan dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Hal ini juga disesuaikan dengan yang telah ditentukan dalam Pasal 36 ayat (2) UUPA yang menentukan bahwa :

“ Orang atau badan hukum yang mempunyai Hak Guna Bangunan dan tidak lagi memenuhi syarat-syarat yang tersebut dalam ayat (1) pasal ini dalam jangka waktu 1 tahun wajib melepaskan atau mengalihkan hak itu kepada pihak lain yang memenuhi syarat. Ketentuan ini berlaku juga terhadap pihak yang memperoleh Hak Guna Bangunan, jika ia tidak memenuhi

syarat-syarat tersebut. Jika Hak Guna Bangunan yang bersangkutan tidak dilepaskan atau dialihkan dalam jangka waktu tersebut, maka hak itu hapus karena hukum, dengan ketentuan, bahwa hak-hak pihak lain akan diindahkan, menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah”.

Ketentuan ini selanjutnya dipertegas kembali dalam Pasal 34 Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996, yang menentukan :

Ayat (1) Hak Guna Bangunan dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. Ayat (2) Peralihan Hak Guna Bangunan terjadi karena :

a. Jual-beli;

b. Tukar-menukar;

c. Penyertaan dalam modal;

d. Hibah;

e. Pewarisan.

Ayat (3) Peralihan Hak Guna Bangunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus didaftarkan pada Kantor Pertanahan.

Ayat (4) Peralihan Hak Guna Bangunan karena jual-beli kecuali jual-beli melalui lelang, tukar-menukar, penyertaan dalam modal, dan hibah harus dilakukan dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah.

Ayat (5) Jual-beli yang dilakukan melalui pelelangan dibuktikan dengan Berita Acara Lelang.

Ayat (6) Peralihan Hak Guna Bangunan karena pewarisan harus dibuktikan dengan surat wasiat atau surat keterangan waris yang dibuat oleh instansi yang berwenang.

Ayat (7) Peralihan Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Pengelolaan harus dengan persetujuan tertulis dan pemegang Hak Pengelolaan.

Ayat (8) Peralihan Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik harus dengan persetujuan tertulis dan pemegang Hak Milik yang bersangkutan.

Maksud dari pasal tersebut adalah bahwa undang-undang secara tegas membedakan syarat peralihan Hak Guna Bangunan atas tanah Negara dengan Hak Guna Bangunan yang diberikan di atas tanah Hak Pengelolaan atau di atas Hak Milik terhadap Hak Guna Bangunan yang diberikan di atas Tanah Hak Milik, karena pemberian tersebut lahir dari perjanjian, maka sebagai konsekuensi dari sifat perjanjian itu sendiri, yang menurut ketentuan Pasal 1315 dan Pasal 1340 BW/Kitab Undang-Undang Hukum Perdata hanya berlaku di antara para pihak, yaitu Pemegang Hak Milik dan Pemegang Hak Guna Bangunan di atas tanah tersebut, termasuk peralihannya.

Sebagaimana halnya peralihan Hak Milik dan Hak Guna Usaha, peralihan Hak Guna Bangunan ini pun wajib didaftarkan. Ketentuan mengenai pendaftaran peralihan Hak Guna Bangunan juga diatur dalam ketentuan yang sama seperti halnya peralihan Hak Milik dan Hak Guna Usaha, yaitu mulai dari Pasal 37 hingga Pasal 46 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997.

Dari rangkaian pasal-pasal tersebut di atas, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan :

a. Peralihan Hak Guna Bangunan, yang dilakukan dengan cara jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) yang berwenang.

Dengan demikian, berarti setiap peralihan Hak Guna Bangunan, yang dilakukan dalam bentuk jual beli, tukar menukar atau hibah harus dibuat dihadapan PPAT. Jual beli, tukar menukar, atau hibah ini, dalam konsepsi hukum adat adalah suatu perbuatan hukum yang bersifat terang dan tunai. Dengan terang dimaksudkan bahwa perbuatan hukum tersebut harus dibuat di hadapan pejabat yang berwenang untuk menyaksikan dilaksanakan atau dibuatnya perbuatan hukum tersebut. Tunai diartikan bahwa dengan selesainya perbuatan hukum di hadapan PPAT, berarti pula selesainya tindakan hukum yang dilakukan dengan segala akibat hukumnya.

Ini berarti perbuatan hukum tersebut tidak dapat dibatalkan kembali, kecuali terdapat cacat cela secara substansi mengenai Hak Guna Bangunan yang dialihkan tersebut, atau cacat mengenai kecakapan dan kewenangan bertindak atas bidang tanah tersebut.

b. Dengan demikian berarti, agar peralihan Hak Guna Bangunan tersebut dapat terselenggara secara benar, maka seorang PPAT yang akan membuat peralihan Hak Guna Bangunan tersebut harus memastikan kebenaran mengenai Hak Guna Bangunan yang akan dialihkan tersebut, dan

mengenai kecakapan dan kewenangan bertindak dari mereka yang akan mengalihkan dan menerima pengalihan hak atas tanah tersebut.

PPAT harus memeriksa kebenaran dari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan Hak Guna Bangunan yang akan dialihkan tersebut. Dalam hal surat tersebut tidak dapat diserahkan, atau tidak ada, maka PPAT wajib menolak membuat akta pemindahan Hak Guna Bangunan yang akan dialihkan tersebut.39

B. Pelayanan Peralihan Hak Guna Bangunan

Dalam rangka meningkatkan kemudahan berbisnis di Indonesia yang berdasarkan survei Bank Dunia masih berada di peringkat 109 dari 180 negara, Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR) memangkas waktu mengurus izin Hak Guna Bangunan (HGB) menjadi hanya 2 hari dari sebelumnya sekitar 30 hari. Ini khusus untuk HGB dengan luas di bawah 5.000 meter persegi (m2).

Izin HGB pun bisa diajukan secara online. Kemudahan ini diatur dalam Peraturan Menteri ATR Nomor 8 Tahun 2016 (Permen ATR 8/2016) yang baru ditandatangani Menteri ATR, Ferry Mursyidan Baldan.

“Berkaitan dengan tugas kami, kami sudah siapkan Permen ATR Nomor 8 Tahun 2016 yang mempercepat proses HGB menjadi 2 hari, juga menyiapkan online. Ini untuk HGB di bawah 5.000 m2, jadi mudah,” kata Ferry, usai Rapat Koordinasi di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Rabu (24/2/2016).

Ferry menjamin, HGB bisa diselesaikan dalam 2 hari. Apalagi pihaknya telah menunjuk Kepala Kantor BPN sebagai PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) Khusus agar proses perizinan HGB bisa lebih cepat. “Prosesnya paling lama 2 hari dengan PPAT-nya, bahkan kami punya ketentuan bisa menunjuk PPAT Khusus, yaitu Kepala Kantor. In case butuh langkah cepat, fungsi itu ada di Kepala Kantor,” paparnya.

Kemudahan ini sebenarnya hanya disiapkan untuk Jakarta dan Surabaya yang menjadi lokasi survei kemudahan berusaha oleh Bank Dunia. Tetapi, agar pelayanan ini bisa dirasakan lebih luas, Ferry menambahkan Bandung, Semarang, dan Yogyakarta untuk memperoleh kemudahan perizinan HGB. Dengan demikian, perizinan HGB yang bisa diurus online hanya 2 hari ini bisa dinikmati di 5 kota.

“Bukan hanya di Jakarta dan Surabaya, kami masukkan juga dalam Permen itu Bandung, Semarang, dan Yogyakarta. Ini bukan hanya untuk menjawab survei Bank Dunia, tapi juga supaya manfaat pelayanannya dirasakan oleh masyarakat,” imbuh Ferry.

Dia menambahkan, masyarakat juga bisa mendapatkan informasi pertanahan, mengecek sampai di mana berkas-berkas perizinan yang diajukannya, hingga status dan nilai tanah secara online.

“Kita sudah mulai online dari pengecekan, status, informasi. Juga berkaitan dengan peta, sebaran bidang tanah berdasarkan jenis haknya. Kita juga beri informasi penyebaran titik transaksi jual beli tanah, dan informasi zona nilai tanah,” tuturnya.

Sebelumnya diberitakan, Jokowi mengaku merasa malu terkait dengan kemudahan berbisnis di Indonesia hanya berada di peringkat ke 109. Sementara Negara seperti Thailand di peringkat 49, Malaysia peringkat 18, dan Singapura peringkat 1.40

Berdasarkan uraian di atas, untuk permasalahan pada Pasal 1 Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN RI Nomor 8 Tahun 2016, adalah bahwa ruang lingkup Peraturan Menteri ini hanya mengatur pelayanan peralihan Hak Guna Bangunan tertentu karena jual beli, di Wilayah tertentu, yang meliputi Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Kota Bandung, Kota Semarang, Kota Yogyakarta, dan Kota Surabaya. Dan juga Peraturan Menteri tersebut hanya berlaku pada Hak Guna Bangunan yang dialihkan kepada badan hukum yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang 100% (seratus persen) sahamnya berasal dari modal dalam negeri, dan luas tanahnya sampai dengan 5.000 m2 (lima ribu meter persegi). Lantas, bagaimana dengan Wilayah yang tidak tercantum pada Peraturan Menteri tersebut? Dan juga bagaimana dengan ketentuan mengenai peralihan Hak Guna Bangunan yang tidak sesuai dengan yang dimaksud dalam Peraturan Menteri tersebut?

Maka, jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan di atas adalah, bagi wilayah di luar yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri tersebut dan juga peralihan Hak Guna Bangunan yang tidak sesuai dengan yang dimaksud dalam Peraturan Menteri tersebut masihlah mengikuti peraturan lama yang mengatur mengenai peralihan Hak Guna Bangunan yaitu Pasal 38

Undang-40Michael Agustinus,“Mau Urus Izin HGB? Sekarang Bisa Online dan Selesai 2 Hari”, diakses

dari http://m.detik.com/finance/properti/d-3149849/mau-urus-izin-hgb-sekarang-bisa-online-dan-selesai-2-hari, pada tanggal 27 Oktober 2016 pukul 14.23 WIB

undang No. 5 Tahun 1960 yang diatur lebih lanjut dalam Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996, yang menyatakan bahwa peralihan Hak Guna Bangunan harus didaftarkan pada kantor pertanahan setempat.

Untuk keperluan pendaftaran, berdasarkan Pasal 34 ayat 4 s/d 8 Peraturan Pemerintah No. 40 tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas tanah, peralihan Hak Guna Bangunan harus dibuktikan dengan bukti peralihan sebagai berikut :

1. Peralihan Hak Guna Bangunan karena tukar menukar, penyertaan modal, jual-beli kecuali jual beli melalui lelang, dan hibah harus dilakukan dengan akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). 2. Jual-beli yang dilakukan melalui pelelangan dibuktikan dengan Berita

Acara Pelelangan.

3. Pewarisan dibuktikan dengan surat wasiat atau surat keterangan waris yang dibuat oleh instansi yang berwenang.

4. Peralihan Hak Guna Bangunan atas tanah pengelolaan harus dengan persetujuan tertulis dari pemegang Hak Pengelolaan.

5. Peralihan Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Milik harus dengan persetujuan tertulis dari pemegang Hak Milik yang bersangkutan.

Berdasarkan Pasal 103 ayat (2) Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah, dalam rangka pendaftaran peralihan hak, maka dokumen-dokumen yang wajib dilampirkan adalah sebagai berikut :

1. Surat permohonan pendaftaran peralihan hak yang ditandatangani oleh penerima hak atau kuasanya.

2. Surat kuasa tertulis dari penerima hak apabila yang mengajukan permohonan pendaftaran peralihan hak bukan penerima hak.

3. Akta tentang perbuatan hukum pemindahan hak yang bersangkutan yang dibuat oleh PPAT yang pada waktu pembuatan akta masih menjabat dan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan.

4. Bukti identitas pihak yang mengalihkan hak. 5. Bukti identitas penerima hak.

6. Sertifikat hak atas tanah.

7. Izin pemindahan hak, terhadap pemindahan hak pakai atas tanah Negara dan/atau apabila didalam sertifikatnya dicantumkan tanda yang menyatakan bahwa hak tersebut hanya boleh dipindahtangankan apabila telah memperoleh izin dari instansi yang berwenang.

8. Bukti pelunasan pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan.

9. Bukti pelunasan pembayaran PPH.

Ketentuan peralihan Hak Guna Bangunan di atas pada umumnya dapat memakan waktu sekitar 30 hari sampai 1,5 bulan untuk dapat menyelesaikan proses peralihan Hak Guna Bangunan tersebut dan mendapatkan izin/sertifikat Hak Guna Bangunan.

Namun sekarang, untuk meningkatkan kemudahan berbisnis di Indonesia dan untuk memajukan pembangunan, serta sebagai salah satu tujuan investasi, maka melalui Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN RI

Nomor 8 Tahun 2016 ini, sekarang semua proses peralihan Hak Guna Bangunan harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan cermat, yaitu dengan uraian :

1. Pengecekan sertifikat dilakukan di Kantor Pertanahan dalam waktu paling lama 1 (satu) hari kerja sejak diterimanya permohonan pengecekan. (Pasal 3)

2. Pembayaran BPHTB dan PPh dilakukan pada instansi yang berwenang dan dapat dilakukan oleh Pemohon dalam waktu paling lama 2 (dua) hari kerja. (Pasal 4)

3. Pembuatan Akta Jual Beli dan penyampaiannya dilakukan dalam waktu paling lama 2 (dua) hari kerja sejak diterimanya permohonan permbuatan akta. PPAT yang tidak memenuhi ketentuan tersebut dikenakan sanksi. Untuk percepatan pembuatan akta jual beli, dapat ditunjuk PPAT Khusus yang ditunjuk oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional. (Pasal 5)

4. Pendaftaran peralihan hak dilakukan di kantor pertanahan setelah pengecekan sertifikat, pembayaran BPHTB dan PPh, dan pembuatan Akta Jual Beli. Pemohon yang melakukan peralihan hak wajib menyerahkan bukti pembayaran pajak atau membuat surat pernyataan bahwa telah membayarkan setoran pembayaran BPHTB dan PPh ke kantor instansi yang berwenang. Jika surat pernyataan tidak benar, maka permohonannya dinyatakan batal demi hukum. Namun, apabila surat pernyataan benar, maka Kepala Kantor Pertanahan langsung melakukan proses pendaftaran peralihan hak tanpa melakukan pengecekan

pembayaran BPHTB dan PPh. Pendaftaran peralihan hak dilakukan dalam jangka waktu 2 (dua) hari kerja sejak diterimanya permohonan pendaftaran peralihan hak. (Pasal 6)

5. Pembayaran PBB dilaksanakan secara bersamaan dengan pendaftaran peralihan hak. Pembayaran PBB dapat dilakukan oleh Pemohon dalam waktu paling lama 1 (satu) hari kerja. (Pasal 7)

6. Permohonan pelayanan pengecekan sertifikat dan pelayanan pendaftaran peralihan hak diterima setelah memenuhi persyaratan permohonan. Dalam hal persyaratan permohonan belum lengkap, maka petugas loket menginformasikan secara tertulis kepada pemohon mengenai berkas-berkas yang harus dilengkapi. Permohonan yang telah memenuhi persyaratan, kepada pemohon diberikan tanda terima. (Pasal 8)

Maka, seluruh proses sejak permohonan, ditargetkan selesai hanya dalam waktu 8 hari kerja. Seperti yang diulas di duajurai.co, Menteri Ferry Mursyidan Baldan berjanji kemudahan untuk mengurus HGB ini ke depannya akan bisa dinikmati oleh semua kota di seluruh Indonesia. “Tapi ini akan berlaku untuk semua secara perlahan di semua kota. Akan ada direktori yang menyebutkan kota yangsudah menggunakan proses digitalisasi,” ucapnya.

Beberapa kota di luar Jawa yang sedang disiapkan untuk menggunakan perizinan HGB secara online dengan waktu pengurusan yang singkat antara lain Lombok, Mataram, dan Gorontalo. “Lombok, Mataram, Gorontalo juga kami siapkan,” pungkasnya.

Ulasan artikel di bpn.go.id, menjelaskan percepatan layanan meliputi lima kegiatan yakni pengecekan sertifikat, pembayaran Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak Penghasilan (PPh), pembuatan Akta Jual Beli, pendaftaran peralihan hak, dan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (Pasal 2).

Pengecekan sertifikat di Kantor Pertanahan paling lama satu hari sejak diterimanya permohonan (Pasal 3). Pembayaran BPHTB dan PPh dilakukan pada instansi yang berwenang dapat dilakukan paling lama dua hari kerja (Pasal 4).

Sementara untuk proses pembuatan akte jual beli dan pendaftarannya yang dilakukan oleh PPAT diberi waktu paling lama 2 (dua) hari kerja sejak diterimanya permohonan pembuatan akta. Jika tidak memenuhi ketentuan, maka dapat ditunjuk Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) Khusus (Pasal 5). Dalam hal PPAT tidak memenuhi jangka waktu tersebut, maka akan ditindak secara khusus.

Lantas, bagaimana kalau ternyata berkas yang disampaikan tidak lengkap atau bermasalah? Karena dalam Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN RI Nomor 8 Tahun 2016 ini hanya menekankan pada kewajiban PPAT, dan tidak memberikan ruang bagi kelalaian yang diakibatkan oleh para pihak yang hendak bertransaksi.

Mengenai kemungkinan penolakan karena adanya sengketa, konflik, perkara ataupun masalah hukum lainnya, hanya diperuntukkan bagi pelayanan permohonan balik nama saja.

Pendaftaran peralihan hak baru bisa dilakukan setelah adanya pengecekan sertifikat, pembayaran BPHTB dan PPh dan pembuatan Akta Jual Beli. Untuk mempersingkat waktu, Kepala Kantor Pertanahan dapat langsung memproses pendaftaran tanpa melakukan pengecekan pembayaran BPHTB dan PPh (validasi). Sebagai gantinya, pemohon membuat surat pernyataan bahwa pemohon telah melakukan pembayaran dan apabila diketahui tidak benar, maka permohonannya dinyatakan batal. Pendaftaran peralihan hak dilakukan dalam dua hari kerja sejak diterimanya permohonan.

Seluruh jangka waktu penyelesaian layanan terhitung sejak penerimaan berkas lengkap dan pembayaran biaya telah lunas terbayar. Tidak berlaku apabila diketahui adanya sengketa, konflik, perkara atau masalah hukum lainnya. Jika dinyatakan lengkap. Pemohon akan diberi tanda terima.

Di zaman yang sudah serba online ini, Pasal 11 Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN RI Nomor 8 Tahun 2016 juga memfasilitasi pelayanan pengecekan sertifikat dan pendaftaran peralihan hak pada kantor pertanahan secara elektronik (online). Masyarakat bisa mendapatkan informasi pertanahan, mengecek sampai di mana berkas-berkas perizinan yang diajukannya, hingga status dan nilai tanah secara online.

Dari pengecekan status, informasi, juga berkaitan dengan peta, sebaran bidang tanah berdasarkan jenis haknya, informasi penyebaran titik

transaksi jual beli tanah, dan informasi zona nilai tanah semuanya bisa dilihat oleh masyarakat secara online.41

Dalam rangka membangun sistem pelayanan publik yang berlandaskan pada prinsip keterbukaan serta memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam mengakses informasi, Badan Pertanahan Nasional RI menyediakan layanan akses informasi pertanahan secara online.

Layanan informasi ini disediakan dalam berbagai bentuk media informasi, yaitu KiosK atau anjungan informasi mandiri, website BPN RI, SMS Informasi Pertanahan serta aplikasi BPN Go Mobile pada perangkat berbasis android.

1. KiosK

KiosK merupakan anjungan informasi mandiri yaitu suatu media informasi pertanahan yang tersedia di lobby atau ruang pelayanan Kantor Pertanahan. Melalui KiosK, masyarakat dapat memperoleh berbagai informasi secara mandiri dan gratis tanpa harus antri untuk bertemu petugas di loket.

Informasi yang tersedia pada KiosK antara lain informasi jenis layanan pertanahan beserta persyaratan, jangka waktu serta alur proses penyelesaiannya, informasi biaya layanan serta simulasinya, informasi bekas permohonan, informasi pegawai, informasi PPAT serta informasi jadwal LARASITA.

41

Irma Devita, “Peralihan HGB Karena Jual Beli Harus Selesai Dalam 8 Hari Kerja”, diakses

Di samping itu, KiosK juga menyajikan informasi hasil layanan pertanahan yang meliputi jumlah penerbitan setifikat, jumlah nilai jual beli, jumlah nilai Hak Tanggungan, dan jumlah nilai BPHTB/PPh, serta menjadi media bagi masyarakat atau pengguna layanan untuk menyampaikan pengaduan.

2. Website

Media informasi online lainnya adalah website resmi BPN RI,

www.bpn.go.id. Melalui website ini disediakan berbagai fitur serta

informasi terkait dengan tugas pokok dan fungsi BPN RI. Terkait dengan layanan pertanahan, tersedia 2 fitur layanan informasi yaitu informasi

Dokumen terkait