• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelayanan Primer atau Pelayanan Mandiri

2.6. Pelayanan Kebidanan

2.6.1. Pelayanan Primer atau Pelayanan Mandiri

Bidan dapat memberikan pelayanan secara madiri. Pelayanan kebidanan yang dapat diberikan bidan secara mandiri antara lain :

1. Memberikan pelayanan dasar pada remaja dan wanita pranikah. Untuk remaja dan wanita pranikah pelayanan dasar yang dapat dilakukan seperti penyuluhan tentang kesehatan reproduksi wanita, konseling.

2. Memberikan pelyananan antenatal pada ibu hamil normal, mulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium sederhana.

3. Memberikan pelayanan pada ibu bersalin normal yang tidak ada kegawatdaruratan ataupun keadaan patologis, baik sejak kehamilan maupun sampai persalinan.

4. Memberikan pelayanaan pada ibu nifas normal termasuk bayi lahir normal. 5. Memberikan pelayanan pada ibu yang sedang dalam masa interval, masa

interval yang dimaksud dalam hal ini adalah masa diantara kehamilan yang satu dengan kehamilan berikutnya.

6. Memberikan pelayanan kepada ibu pada masa klimakterium dan menopause 7. Memberikan pelayaan pada wanita dengan gangguan reproduksi ringan

seperti flour albus atau keputihan.

Sedangkan berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi:

1. Kewenangan normal meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter

Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan dan mutlak harus dapat dilakukan oleh bidan. Kewenangan ini meliputi:

1. Pelayanan kesehatan ibu, dalam pelayanan kesehatan ibu di dalamnya meliputi ruang lingkup: Pelayanan konseling pada masa pra hamil, pelayanan antenatal pada kehamilan normal, pelayanan persalinan normal, pelayanan ibu nifas normal, pelayanan ibu menyusui, dan pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan

2. Kewenangan bidan secara mandiri meliputi: episiotomi beserta penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II, sedangkan untuk derajad III dan IV bukan merupakan wewenang bidan, penanganan kegawatdaruratan yang dilanjutkan dengan perujukan, pemberian tablet Fe pada ibu hamil, pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas, fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi air susu ibu (ASI) eksklusif, pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum, penyuluhan dan konseling, bimbingan pada kelompok ibu hamil, pemberian surat keterangan kematian serta pemberian surat keterangan cuti bersalin. Pelayanan kesehatan anak, dalam pelayanan kesehatan anak meliputi ruang lingkup: Pelayanan bayi baru lahir, pelayanan bayi, pelayanan anak balita, dan pelayanan anak pra sekolah. Didalamnya terdapat kewenangan diantaranya: Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini (IMD), injeksi vitamin K1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat, penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk, penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan, pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah, pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah, pemberian konseling dan penyuluhan, pemberian surat keterangan kelahiran, serta pemberian surat keterangan kematian

3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana, dengan kewenangan:

1. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana

2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom

Selain kewenangan normal sebagaimana tersebut di atas, khusus bagi bidan yang menjalankan program Pemerintah mendapat kewenangan tambahan untuk melakukan pelayanan kesehatan yang meliputi:

1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit.

2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu (dilakukan di bawah supervisi dokter).

3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan, 4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan

anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan.

5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah

6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas.

7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya.

8. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi.

9. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah.

Khusus untuk pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit, asuhan antenatal terintegrasi, penanganan bayi dan anak balita sakit, dan pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), hanya dapat dilakukan oleh bidan yang telah mendapat pelatihan untuk pelayanan tersebut.

Selain itu, khusus di daerah (kecamatan atau kelurahan/desa) yang belum ada dokter, bidan juga diberikan kewenangan sementara untuk memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal, dengan syarat telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kewenangan bidan untuk

memberikan pelayanan kesehatan di luar kewenangan normal tersebut berakhir dan tidak berlaku lagi jika di daerah tersebut sudah terdapat tenaga dokter.

2.6.1.1. Bidan Praktik Swasta

Bidan Praktik Swasta (BPS) adalah suatu institusi pelayanan kesehatan secara mandiri yang member asuhan dalam lingkup praktik kebidanan. Dalam pemberian pelayanan kebidanan, BPS tersebut menggunakan system pendokumentasian atau rekam medis untuk mempermudah administrasi. Praktik kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan dalam memberi pelayanan atau asuhan kebidanan kepada klien dengan pendekatan manajemen kebidanan.

2.6.1.2. Pelayanan Rawat Jalan dan Rawat Inap

Pelayanan rawat jalan dan rawat inap adalah salah satu bentuk dari pelayanan kedokteran. Secara sederhana, yang dimaksud rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien, bukan dalam bentuk rawat inap (hospitalisasi). Dibandingkan dengan pelayanan rawat inap, pelayanan rawat jalan ini memang tampak berkembang lebih pesat. Roemer (1981) mencatat terdapat peningkatan angka multilasi pelayanan rawat jalan di rumah sakit, dua sampai tiga kali lebih tinggi dari peningkatan angka pelayanan rawat inap.

2.6.1.3. Pelayanan Rawat Jalan di Klinik Mandiri

Bentuk kedua dari pelayanan rawat jalan adalah yang diselenggarakan oleh klinik mandiri, yakni yang tidak ada hubungan organisasi dengan rumah sakit (free standing ambulatory center). Bentuk klinik mandiri ini banyak macamnya. Secara umum, dapat dibedakan menjadi dua macam.

1. Klinik Mandiri Sederhana. Bentuk mandiri sederhana (simple free standing ambulatory center) yang popular adalah praktik dokter umum atau praktik dokter spesialis secara perseorangan (solo practitioner). Untuk Indonesia, ditambah lagi dengan praktik bidan.

2. Klinik Mandiri Institusi. Bentuk mandiri institusi (institusional free standing ambulatory center) banyak macamnya mulai dari praktik berkelompok (group praktitioner), poliklinik (klinik), BKIA (MCH center), puskesmas (community health center), dan di Amerika ditambah dengan HMO dan PPO.

Langkah-langkah manejemen kebidanan.

1. Meneliti dengan mengumpulkan semua data yang perlu untuk evaluasi yang lengkap.

2. Membuat identifikasi yang tepat dari masalah atau diagnosis berdasarkan interprestasi yang benar dari data yang terkumpul.

3. Mengantisipasi masalah potensial atau diagnosis lainnya yang mungkin terjadi karena masalah atau diagnosis yang sudah terindentifikasi.

4. Mengevaluasi apakah perlu intervensi bidan atau dokter yang segera dan/atau untuk manajemen konsultasi atau kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lainnya, seperti ditentukan oleh kondisi pasien itu.

5. Membuat rencana asuhan yang menyeluruh yang didukung oleh penjelasan rasional yang tepat menggarisbawahi keputusan yang diambil berdasarkan langkah-langkah sebelumnya.

6. Mengarahkan atau menerapkan rencana asuhan secara efisien dan aman. 7. Evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan, mengulang secara tepat

manajemen proses untuk semua asuhan yang tidak efektif.

2.6.1.5. Pelayanan Asuhan Antenatal

Pada kunjungan pertama, pasien diterima dari ujung kepala sampai ujung kaki, termasuk semua system tubuh, penampilan umum, dan status psikologi. Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Penampilan umum, termasuk postur tubuh, status nutrisi, dan usia. 2. Tinggi,berat badan, dan bentuk tubuh.

3. Mata, telinga, hidung, gigi, dan mulut. 4. Tekanan jantung, jantung, dan patu.

5. Pemeriksaan abdomen dengan palpasi, pembesaran uterus, dan denyut jantung janin (DJJ).

6. Pemeriksaan ekstremitas.

7. Pemeriksaan vagina terhadap tanda kehamilan.

8. Pemeriksaan hemoglobin darah, protein, dan reduksi urine. Berikut ini tujuan asuhan antenatal.

1. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh dengan normal.

2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, social ibu dan bayi.

3. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.

4. Menganalisis secara dini adanya ketidaknormalan dan komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil.

5. Mempersiapkan ibu menghadapi masa nifas secara normal dan pemberian ASI eksklusif.

2.6.1.6. Pelayanan Inpartu

Persalinan dimulai (inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan pada serviks. Tanda-tanda inpartu meliputi pembukaan dan penipisan serviks, kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada serviks, keluarnya lendir bercampur darah (bloody show). Persiapan kelahiran meliputi hal-hal tersebut.

1. Menyiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi.

2. Menyiapkan semua perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan esensial. 3. Menyiapkan rujukan.

4. Memberikan asuhan sayang ibu selama persalinan.

5. Melakukan upaya pencegahan infeksi yang direkomendasikan.

2.6.1.7. Pelayanan Asuhan Masa Nifas

Pengertian nifas menurut Prof. DR. Rustam, MPH adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi, yang digunakan untuk memulihkan kesehatannya (selama 6-8 minggu). Nifas menurut midwife rules UKCC adalah suatu periode yang berlangsung tidak kurang dari sepuluh hari dan tidak melebihi 28 hari setelah berakhirnya masa persalinan yang masih memerlukan dukungan dan pendampingan terhadap bayi dan ibu. Perawatan yang dibutuhkan ibu dan bayinya selama puerperium sebaiknya didasari pada prinsip meningkatkan kesejahteraan ibu, membentuk “good Maternal Child Relationship”, mendukung atau memperketat kepercayaan ibu, serta membantu ibu agar mampu memenuhi tugas atau tanggung jawab sebagai seorang ibu.

Peran dan tanggung jawab bidan pada masa nifas. 1. Menyediakan dukungan secara konsisten.

2. Ramah dan relevan untuk membantu agar ibu dapat pulih dari stress fisik persalinan dan mengembangkan kepercayaan diri saat merawat bayinya. 3. Menjalankan fungsinya sebagai advicer dan councelor.

4. Mengunjungi ibu dan bayi.

5. Meningkatkan, memperlancar menyusui ASI jika memungkinkan, atau memberi nasihat mengenai pemberian makanan tambahan.

6. Mencegah terjadinya infeksi dan mempertahankan hygiene individu.

Kebijakan program nasional masa nifas adalah minimal 4 kali kunjungan, minimal ibu dan bayi baru lahir mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

Pemberian imunisasi bertujuan mencegah terjadinya penyakit tertentu dan menghilangkan penyakit tertentu pada masyarakat. Imunisasi itu antara lain BCG, hepatitis B, polio, DPT, dan campak.

2.6.1.8. Keluarga Berencana

Idealnya pasangan suami-istri menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum hamil kembali. Pada, umumnya, sebagian besar metode KB dapat dimulai setelah melahirkan. Jelaskan kepada ibu tentang keefektifan alat kontrasepsi yang dipilih dalam mencegah kehamilan, keuntungan dan kerugian efek samping, cara penggunaan, kapan dapat mulai digunakan, khususnya kepada wanita pasca-persalinan.

Dokumen terkait