• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.6. Pelayanan Kebidanan

2.6.3. Pelayanan Rujukan

Salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya kesehatan dalam Sistem kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan. Dalam pengertiannya, sistem rujukan upaya kesehatan adalah suatu tatanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara vertikal maupun horizontal, kepada yang berwenang dan dilakukan secara rasional

Rujukan dalam pelayanan kebidanan dapat diartikan sebagai tindakan melimpahkan tanggung jawab dalam penanganan pasien dari bidan ketempat pelayanan kesehatan yang lebih lengakap.

Rujukan dapat dilakukan bidan kepuskesmas dengan pasilitas rawayat inap,rumah sakit bersalin dan rumah sakit umum. Bidan harus mempunyai informasi tentang pelayanan yang tersedia ditempat rujukan,ketersediaan pelayanan purna waktu,biaya pelayanan dan waktu serta jarak tempuh ketempat rujukan,salah satu hal faktor pendukung kematian ibu adalah adanya 3 keterlambatan yaitu terlambatkan memutuskan untu merujuk,terlambat sampai ketempat rujukan,dan terlambat ditangani ditempat rujukan.

Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari: rujukan internal dan rujukan eksternal.

Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas induk

Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).

Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan Medik dan rujukan Kesehatan.

Rujukan Medik yaitu pelimpahan tanggungjawab secara timbale balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertical maupun horizontal kepada yang berwenang dan mampu menanganinya secara rasional. Rujukan medic terbagi atas 3 jenis, yaitu:

a. Transfer of patient, yaitu konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif, dan lain-lain.

b. Transfer of specimen, yaitu pengiriman bahan atau spesimen untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.

c. Transfer of knowledge or personel, yaitu pengiriman tenaga kerja yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat.

Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Rujukan kesehatan meliputi teknologi, sarana, dan operasional. Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).

Tujuan rujukan adalah dihasilkannya pemerataannya upaya kesehatan dalam rangka penyelesaian masalah kesehatan secara berdaya dan berhasil guna. Persiapan yang yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan, disingkat BAKSOKU, yang dijabarkan sebagai berikut:

B (Bidan), pastikan ibu atau klien atau bayi didampingi oleh tenaga

kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan.

A (Alat), bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan, seperti

spuit, infus set, tensimeter, dan stetoskop.

K (Keluarga), beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu dan alasan

mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menemani ibu ke tempat rujukan.

S (Surat), beri ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu, alasan rujukan,

uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat-obatan yang diterima oleh ibu.

O (Obat), bawa obat-obatan esensial diperlukan selama perjallanan

merujuk.

K (Kendaraan), siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan

ibu dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat ryjukan dalam waktu yang cepat.

U (Uang), ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang

cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempat rujukan.

Jika upaya penanggulangan yang diberikan di tempat rujukan dan kondisi ibu telah memungkinkan, segera kembalikan ibu ke tempat fasilitas pelayanan asalnya dengan terlebih dahulu memperhatika hal-hal berikut ini:

• Konseling tentang kondisi ibu sebelum dan sesudah diberi upaya penanggulangan.

• Nasihat yang diperhatikan.

• Pengantar tertulis ke fasilitas pelayanan kesehatan mengenai kondisi pasien, upaya penanggulangan yang telah diberikan dan saran-saran pasien.

2.6.3.1. Rujukan Kebidanan

Sistem rujukan dalam mekanisme pelayanan obstetri adalah suatu pelimpahan tanggungjawab timbalbalik atas kasus atau masalah kebidanan yang timbul baik secara vertical maupun horizontal. Rujukan vertikal, maksudnya adalah rujukan dan komunikasi antara satu unit ke unit yang telah lengkap. Misalnya, dari rumah sakit kabupaten ke rumah sakit provinsi atau rumah sakit tipe C ke rumah sakit tipe B yang lebih spesialistik fasilitas dan personalianya. Rujukan horizontal adalah konsultasi dan komunikasi antar unit yang ada dalam rumah sakit, misalnya antara bagian kebidanan dan bagian ilmu kesehatan anak.

Tujuan rujukan:

1. Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya. 2. Menjalin kerja sama dengan cara pengiriman penderita atau bahan-bahan

laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lengkap fasilitasnya.

3. Menjalin pelimpahan pengetahuan dan ketrampilan atau transfer of knowledge and skill melalui pendidikan dan pelatihan antara pusat dan daerah.

Berikut ini adalah kegiatan dalam pelayanan kebidanan:

2.6.3.2. Rujukan dan Pelayanan Kebidanan

1. Pengiriman orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap.

2. Rujukan kasus patologis pada kehamilan, persalinan, dan nifas.

3. Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya, seperti kasus ginekologi atau kontrasepsi, yang memerlukan penanganan spesialis.

5. Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan dan kirimkan ke unit semula, jika perlu disertai dengan keterangan yang lengkap atau surat balasan.

2.6.3.3. Pelimpahan Pengetahuan dan Ketrampilan

1. Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke darah untuk memberikan pengetahuan dan ketrampilan melaui ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus, dan demonstrasi operasi.

2. Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk menambah pengetahuan dan ketramplan mereka ke rumah sakit yang lebih lengkap atau rumah sakit pendidikan, juga dengan mengundang tenaga medis dalam kegiatan ilmiah yang diselennggarakan tingkat atau institusi pendidikan.

2.6.3.4. Rujukan Informasi Medis

1. Membalas secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim.

2. Menjalankan kerja sama dalam system pelaporan data-data parameter pelayanan kebidanan, terutama mengenai kematian maternal dan prenatal. Hal ini sangat berguna untuk memperoleh angka-angka secara regional dan nasional.

Sistem rujukan memiliki keuntungan tersendiri, diantaranya adalah:

1. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa pertolongan dapat diberiakan lebih cepat, murah, dan secara psikologis member rasa aman pada pasien dan keluarganya.

2. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan ketrampilan petugas daerah makin meningkat, sehingga makin banyak kasus yang dapat dikelola di daerahnya masing-masing.

3. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli.

2.6.3.5. Persiapan Rujukan

Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya. Jika terjadi penyulit, sepertiketerlambatan untuk merujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai, dapat membahayakan jiwa ibu atau bayinya. Jika perlu dirujuk, siapkan den

sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan dan perawatan serta hasil penilaian termasuk partograf yang telah dilakukan dibawa ke fasilitas rujukan.

Jika ibu datang untuk mendapat asuhan persalinan dan kelahiran bayi dan ia tidak siap dengan rencana rujukan, lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya tentang rencana tersebut. Bantu mereka membuat rencana rujukan pada saat awal persalinan.

Jika bayi dilahirkan dengan kelainan bawaan, jelaskan masalahnya kepada ibu dan keluarganya, serta bantu mereka untujk merujuk bayi ke fasilitas rujukan yang sesuai. Bayi dengan kelainan bawaan hidrosefalus, mikrosefalus, megakolon, langit-langit terbelah, dan bibir sumbing harus segera dirujuk. Bayi dengan anensefalus tidak perlu dirujuk. Jaga bayi tersebut agar tetap nyaman, lalu tentramkan hati ibu dan keluarganya.

Rujuk setiap bayi yang meninjukkan tanda-tanda infeksi, kelihatan tidak sehat, tidak memberikan reaksi yang baik terhadap resusutasi, dan mengalami kesulitan bernafas yang berkepanjangan. Lakukan pula rujukan terhadap bayi yang tidak dapat memulai dan atau melakukan upaya untuk menyusui.

2.6.3.6. Indikasi Perujukan Ibu

1. Riwayat seksio sesarea 2. Perdarahan per vagina

3. Persalinan kurang bulan atau kehamilan kurang 37 minggu 4. Ketuban pecah dengan mekonium kental

5. Ketuban pecah lama atau lebih dari 24 jam

6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan atau pada kehamilan kurang dari 37 minggu

7. Ikterus 8. Anemia berat

9. Tanda atau gejala infeksi

10. Preeklamsia atau hipertensi dalam kehamilan 11. Tinggi fundus uteri 40 atau lebih

12. Gawat janin

13. Primipara dalam fase aktif dengan palpasi kepala janin masih 5/5 14. Presentasi bukan belakang kepala

15. Kehamilan gemeli 16. Kehamilan majemuk 17. Tali pusat membumbung 18. Syok

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Standar Pelayanan Kebidanan meliputi 24 standar, yang dikelompokkan menjadi 5 bagian besar, yaitu :

• Standar Pelayanan Umum (2 standar)

• Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)

• Standar Pelayanan Persalinan (4 standar)

• Standar Pelayanan Nifas (3 standar)

• Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri-neonatal (9 standar) Sedangkan Pelayanan kebidanan terbagi atas 3, yaitu:

• Pelayanan mandiri, yaitu pelayanan yang dapat dilakukan oleh seorang bidan secara mandiri atau sendiri

• Pelayanan kolaborasi, yaitu (kerjasama) dengan rekan sejawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam memberi asuhan pada pasien.

• Pelayanan rujukan, yaitu merupakan tindakan melimpahkan tanggung jawab dalam penanganan pasien dari bidan ketempat pelayanan kesehatan yang lebih lengkap.

Dokumen terkait