• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Tinjauan Pustaka

3. Pelayanan Sosial bagi Lansia

“Pelayanan sosial adalah sistem terorganisasi dari pelayanan-pelayanan dan lembaga-lembaga sosial yang dimaksudkan untuk membantu perorangan dan kelompok-kelompok untuk mencapai standard kehidupan dan kesehatan yang memuaskan, serta hubungan–hubungan sosial dan pribadi yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan kemampuan sepenuhnya dan meningkatkan kesejahteraan mereka serasi dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat. (Walter A. Fredlander (1967))”28

Pelayanan sosial dan jaminan sosial adalah dua hal yang sangat bersinggungan dalam pembangunan sosial. Pelayanan sosial merupakan tindakan nyata baik secara materi maupun jasa yang diberikan kepada target sasaran dengan tujuan untuk membantu suksesnya pembangunan sosial yaitu meningkatkan kesejahteraan. Pelayanan sosial diberikan guna meningkatkan kesejahteraan terlebih bagi kelompok-kelompok yang dianggap kurang bisa memenuhi kebutuhannya sendiri. Pelayanan sosial merupakan subsistem pembangunan nasional yang menurut Kamerman dan Kahn (1979) dalam Hikmat (2004) yang mencakup 6 komponen yaitu pendidikan, kesehatan, pemeliharaan

penghasilan, pelayanan kerja, perumahan dan pelayanan sosial personal29. Lansia

merupakan salah satu sasaran dari pelayanan sosial yang diinisiasi oleh pemerintah. Muncul gagasan tentang pelayanan sosial bagi lanjut usia mengingat semakin tingginya jumlah lansia di Indonesia begitu pula Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelayanan sosial lansia terbagi menjadi 2 tipe yaitu pelayanan sosial yang diberikan dalam panti werdha dan pelayanan sosial yang diberikan kepada

28

Anwar Sitepu dan Yanuar Farida Wismayanti, PUSAT LAYANAN SOSIAL: Persiapan

Pemberdayaan Sosial Masyarakat, 2011 hal. 27 dalam

http://ppid.kemsos.go.id/modules/download.php?t=info&id=40 diunduh pada 04 Februari 2014 29

Zulaifati Shoimah, Implementasi Kebijakan Bantuan Sosial Permanen di Kabupaten

Gunungkidul (Pelayanan Jaminan Sosial Bagi Lanjut Usia Terlantar oleh Organisasi Sosial), Tesis

Page | 34 lansia di luar panti. Seiring dengan munculnya data sebagai daerah yang mempunyai harapan hidup tertinggi di Indonesia, Pemerintah DIY mulai aktif melaksanakan pelayanan sosial bagi lansia. Penelitian ini fokus kepada pelayanan sosial bagi lasia terlantar yang ada di luar panti sosial werdha. Program pelayanan sosial bagi lansia dilaksanakan untuk mewujudkan:

a. Dukungan keluarga dan masyarakat terhadap kehidupan lanjut usia, b. Sistem perlindungan dan jaminan sosial yang dapat meningkatkan

kehidupan penduduk lanjut usia,

c. Kesempatan kerja dan aktivitas untuk mengaktualisasikan diri dalam keluarga dan masyarakat,

d. Iklim kehidupan yang mendorong lanjut usia dapat melakukan kegiatan sosial keagamaan dan kerohanian,

e. Aksesibilitas lanjut usia terhadap sarana dan pelayanan umum30

Pelayanan sosial bagi lansia juga memerlukan dukungan dari keluarga karena keluarga adalah pihak yang paling dekat dengan lansia. Lansia seringkali merasa disingkirkan dari kehidupan bermasyarakat. Label bahwa lansia tidak bisa apa-apa dan hanya merepotkan membuat mereka memasuki dunia tersendiri. Tidak jarang lansia kesulitan dalam mengakses sarana maupun prasarana yang sebenarnya disediakan untuk mereka karena pihak-pihak yang meremehkan para lansia. Lansia tidak mendapatkan haknya dalam pelayanan sosial dari pemerintah karena penyimpangan dari beberapa oknum yang menganggap bahwa lansia tidak akan bisa menuntut tindakan salah tersebut.

Pelayanan Sosial lanjut usia dapat diartikan proses pemberian bantuan yang dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan lanjut usia, sehingga yang bersangkutan mampu melaksanakan fungsi sosialnya

30

Pusdati Kesos, Pelayanan Sosial Lanjut Usia dalam www.kemsos.go.id diunduh pada 18 Desember 2013 pukul 11.06 WIB

Page | 35 seperti bersosialisasi dalam masyarakat, aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan

bekerja sama dengan masyarakat31. Apabila pelayanan sosial dilakukan dengan

baik, sesuai dengan kebutuhannya maka lansia akan dapat hidup dengan normal meski kekuatan fisiknya menurun. Pelayanan sosial yang diberikan tidak dibenarkan mengandung unsur kepentingan beberapa pihak, karena pelayanan sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat bukan untuk menggemukan kantong-kantong pemangku kekuasaan. Website pemerintah Kabupaten bantul juga menyebutkan terdapat pelayanan sosial bagi lanjut usia yang terlantar dan mengalami kekerasan. Menurut Departemen Sosial (1999), ciri-ciri lanjut usia yang terlantar adalah:

 Usia 60 tahun atau lebih

 Tamat SD/ kurang

 Makan hanya < 2× per hari

 Hanya mampu makan makanan berprotein tinggi (4 sehat 5 sempurna) <

4× per minggu

 Pakaian yang dimiliki < 4 stel

 Jika sakit tidak mampu berobat ke fasilitas kesehatan

 Ada atau tidak ada keluarga, sanak saudara/ yang lain yang mau dan

mampu mengurusnya32.

Sedangkan lansia korban kekerasan/ diberlakukan salah adalah lansia yang secara fisik dan non-fisik terkena tindak kekerasan, diperlakukan salah/ tidak semestinya dalam lingkungan keluarga atau lingkungan sosial terdekatnya sehingga tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar, baik secara jasmani, rohani maupun

31

Departemen Sosial RI, 2004: 7 dalam Idchartami Thalib, SE, 2007 Evaluasi Terhadap

Pelaksanaan Pelayanan Sosial Lanjut Usia Melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Kabupaten Gunungkidul, Program Pascasarjana Prodi Sosiologi

32

Idchartami Thalib, SE, 2007 Evaluasi Terhadap Pelaksanaan Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Melalui Kelompok Usaha Bersama (KUBE) di Kabupaten Gunungkidul, Tesis Program Pascasarjana

Page | 36 sosial dan diperlakukan secara keras, kasar dan kejam oleh keluarga dan lingkungan.

Kedua tipe lansia tersebut membutuhkan perhatian lebih karena sebagai lansia yang secara kodrati mulai rentan akan mudah mengalami hal-hal yang menakutkan dan kedua kelompok lansia ini tidak mempunyai sandaran yang pasti untuk memperbaiki kondisi hidupnya. Pelayanan sosial bagi kedua kelompok lansia ini akan sangat bermanfaat apabila terlaksana dengan baik.

Program-program pelayanan sosial bagi lansia juga harus

mempertimbangkan karakter lansia yang akan dijadikan sasaran program pelayanan sosial karena tidak selalu pelayanan yang diberikan kepada lansia yang satu cocok untuk lansia yang lain. Pelayanan sosial bagi lansia potensial dan tidak potensial berbeda, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Kesejahteraan Lansia bahwa upaya peningkatan kesejahteraan terdapat karakteristik yang berbeda tergantung tipe kelompok sasaran Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia potensial, meliputi:

a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual; b. Pelayanan kesehatan;

c. Pelayanan kesempatan kerja;

d. Pelayanan pendidikan dan pelatihan;

e. Pelayanan untuk mendapatkan kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum;

f. Pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum; g. Bantuan sosial.

Sedangkan pelayanan sosial bagi lansia tidak potensial, Antara lain: a. pelayanan keagamaan dan mental spiritual;

b. pelayanan kesehatan;

Page | 37 fasilitas, sarana, dan prasarana umum;

d. pemberian kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum; e. perlindungan sosial.

Bagi lansia potensial terdapat pelayanan yang bersifat mengembangkan kemampuan individu dengan adanya pelayanan pendidikan dan keterampilan, untuk mengembangkan keterampilan didukung dengan adanya bantuan sosial. Tidak seperti lansia tidak potensial yang lebih fokus dengan perlindungan sosial. Perlindungan sosial hanya dalam bentuk pemenuhan kebutuhan tanpa ada unsur mengembangkan kemampuan karena dianggap lansia non-potensial kurang mampu untuk mengurus dirinya sendiri. Program pelayanan sosial bagi lansia bukanlah kewajiban pemerintah saja namun perlu ada integrasi dari semua pihak baik dari LSM, masyarakat dan keluarga. Apabila semua dibebankan kepada pemerintah maka jelaslah program pelayanan sosial yang direncanakan tidak akan terlaksana dengan maksimal.

Dokumen terkait