• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peledakan listrik beruntun dengan jaringan seri

PENGISIAN MUATAN DAN JARINGAN PENYALA

BOTTOM PRIMING

2. Peledakan listrik beruntun dengan jaringan seri

Apabila beberapa peledakan akan dinyalakan beruntun, sebaiknya digunakan delay detonator listrik yang dihubungkan dalam jaringan seri. Jaringan dibuat dengan menghubungkan sebuah kabel penghubung dari setiap detonator berikutnya sampai jaringan jaringan kontinu terbentuk. Dua kabel penghubung yang tersisa kemudian dihubungkan dengan kabel penyala. Kesalahan pada sambungan dapat ditemukan dengan alat pemeriksa (ohm tester). Alat peledak harus mempunyai kapasitas melebihi jumlah tahanan yang akan dinyalakan dan semua sambungan listrik harus baik. Dalam keadaan lembab sambungan telanjang dapat menyebabkan kebusungan karena bocornya arus ketanah dan harus diisolasi.

Gb. 3.13 Jaringan Seri dengan Penyala Listrik

Perhitungan-perhitungan kapasitas alat peledak (blasting machine) yang akan dipergunakan perlu dilakukan, supaya alat peledak itu mampu menyalakan semua detonator yang dipasang pada muatan primer maupun tahanan pada kabel penyala. Biasanya tiap-tiap detonator listrik mempunyai tahanan 2 ohm (tetapi lebih tepatnya harus diteliti tahanan yang sebenarnya pada detonator yang akan dipergunakan).

Dan untuk menentukan tahanan oleh kawat-kawat aliran (leading wire) dan lain-lainnya dapat dipergunakan tabel sebagai berikut :

Standard

gauge no. Diameter (inchi)

Tahanan (ohm) tiap

1000 feet panjang Keterangan 10 12 14 16 18 20 0,10 0,08 0,06 0,05 0,04 0,03 1,0 1,6 2,5 4,0 6,4 10,2 Standard gauge adalah menurut A.W.G

Sebagai contoh dapat dikemukakan perhitungan dibawah ini.

Jumlah lubang bor diisi muatan primer yang dilengkapi dengan detonator listrik sebanyak 50 buah yang masing-masing dihubungkan secara seri.

Jumlah panjang kabel penyala adalah 2x1000 ft, standar no. 14. Seterusnya pergunakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

• Jumlah ampere yang diperlukank untuk mengatasi tahanan detonator listrik yang sejenis dalam hubungan seri 1,5 amp (tidak perduli berapa jumlah detonator). Bila digunakan bermacam-macam jenis, menurut pengalaman aliran 2 amp dapat memberikan hasil yang cukup memuaskan (tetapi disarankan selalalu menggunakan satu jenis dalam satu jaringan).

• Tahanan yang diperhitungkan adalah jumlah dari tahanan-tahanan (ohm) dari detonator dan kabel penyala.

• Tegangan (volt) dihitung menurut hukum ohm (E=I.R)

• Tenaga listrik (watt) yang diperlukan dari sumber tenaga minimal adalah W=EI yang dapat ditemukan dengan perhitungan-perhitungan.

Dengan memperhatikan ketentuan tersebut diatas, maka bisa dihitung : Jumlah tahanan (ohm) detonator = 50 x 2 = 100

(standar no. 14 panjang 2 x 1000 ft)=

x 5ohm

1000

5

,

2

2000

= 105 ohm Jumlah volt = 105 ohm x 1,5 amp. = 166 volt

Untuk ini bisa digunakan alat peledak ... volt Jumlah watt = 1666 x 1,5 = 250 watt

Dalam menggunakan jaringan peledakan dengan jaringan seri ini, disarankan agar membatasi banyaknya penggunaan detonator pada pengisian lubang bor sebanyak maksimum = 50 buah, biarpun tersedia tenaga listrik yang besar untuk menyalakan. Hal ini perlu diperhatikan untuk menghindari timbulnya sebagian tidak meledak, karena adanya gangguan seluruhnya, terutama bila yang dihadapi adalah lubang-lubang dalam (banyak kemungkinan terjadi hubungan kabel/ leg wire kortsluiting dalam lubang bor yang sukar dibetulkan).

Bilamana jaringan peledakan dihubungkan dengan jaringan paralel atau seri paralel supaya diperhitungkan juga tenaga listrik yang diperlukan.

3.5 Pemeriksaan kabel penyala

Kabel dapat rusak akibat putus atau hubungan singkat yang mencegah mengalirnya arus menuju ke detonator. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan meter pengukur tahanan (ohm detonator).

a. Pemeriksaan detonator listrik

Kadang-kadang pemeriksaan kontinuitas jaringan dalam detonator listrik perlu dilakukan dan ini dapat dilakukan dengan ohm tester yang dibuat untuk keperluan ini. Detonator yang diperiksa harus ditempatkan dalam tabung logam dan kabel penghubungnya disambungkan ke ohm tester yang harus menunjukkan 1,5 – 3,0 ohm tergantung dari panjang kabel penghubungnya. Arus yang mengalir dalam pengukuran ini jauh dibawah yang dibutuhkan untuk peledakan, namun pemeriksaan harus dilindungi dari kemungkinan adanya ledakan.

b. Pemeriksaan jaringan peledakan listrik

Setelah pengisian dan detonator serta kabel penyala telah dihubungkan pada jaringan, maka jaringan itu harus diperiksa untuk kontinuitas.

Alat pemeriksa yang sesuai harus dipakai dan pemeriksaan harus dilakukan dari titik penyalaan setelah semua pegawai berada ditempat yang aman.

Jaringan detonator dalam segala keadaan tidak boleh diperiksa di permukaan quarry. Apabila jaringan peledakan rusak dapat dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :

Lepaskan alat pemeriksa dari titik peledakan dan periksa semua sambungan. Apabila tidak ada kesalahan, lepaskan kabel penyala.

Jaringan peledakan dipermukaan dibagi dua dan kabel penyala dihubungkan dengan salah satu bagian jaringan lalu diperiksa kembali dari titik peledakan. Dengan membagi dua terus menerus, letak kesalahan ditemukan. Kalau kerusakan ternyata itu dinyatakan sebagai kerusakan, leg wire detonator dilepaskan dari jaringan peledakan lalu kawat penghubung disambung lagi dengan melewati lubang detonator yang rusak tadi, hal ini dilakukan mengingat sukar sekali untuk membongkar lubang yang sudah diisi.

Perhatian : sewaktu melakukan pemeriksaan jaringan penyala, mesin peledak (blasting machine) digendong (dibawa).

3.6 Menyalakan Muatan

Sebelum muatan dinyalakan, sempritan atau sirine harus dibunyikan dan bendera merah dinaikkan di semua jalan masuk ke daerah quarry yang diperkenankan tinggal hanyalah tukang ledak dan pembantunya.

1. Sumbu harus cukup panjang

Untuk memberikan kesempatan tukang ledak berjalan ketempat perlindungan. Dalam penyalaan ini harus diperhatikan bahwa sumbu betul-betul telah menyala. 2. Pada penyalaan dengan listrik

Semua jaringan harus sudah diperiksa dengan ohm tester yang sesuai dan hasil baik.

3.7 Pemeriksaan Hasil Ledakan

Setelah ledakan, tukang ledak harus diam dahulu didalam perlindungan sampai semua asap lenyap dari permukaan.

Tukang ledak kemudian memeriksa permukaan dari bawah dan atas untuk meyakinkan semua lubang sudah meledak dengan sempurna. Apabila tidak ada salah ledak atau tidak ada kerusakan, tanda aman dapat dibunyikan dan bendera merah diturunkan. Penilaian Hasil Ledakan

Begitu daerah peledakan dinyatakan aman, kepala quarry harus memeriksa hasil ledakan untuk menilai timbunan batu. Pemeriksaan meliputi pemecahan, derajat lemparan dan derajat „pemecahan kembali“ pada permukaan.

Pemeriksaan terakhir dari kualitas pecahan, tumit dan prosentasi dari peledakan sekunder belum dapat dipastikan sampai eskavator (shovel) telah mengeluarkan sebagian besar timbunan batu. Kepala harus pula memperhitungkan ketinggian timbunan batu terhadap alat pengangkutan yang ada.

Dari pemeriksaan ini keterangan-keterangan yang berharga dapat diperoleh yang akan menjadi dasar dari perencanaan pola pengeboran lanjutan, pola pengisian, penyertaan lubang snake, delay detonator dan sebagainya.

3.8 Perlakukan Terhadap Peledakan yang tidak Meledak

Kadang-kadang peledakan yang tidak meledak bisa terjadi yang disebabkan oleh berbagai hal dan tidak mungkin diadakan aturan-aturan yang pasti. Semua kejadian tersebut diperlakukan dengan hati-hati dan diserahkan penanggulangannya hanya kepada beberapa orang yang berpengalaman, sabar dan berhati-hati. Penanggulangan baru boleh dilakukan sedikitnya 30 menit sesudah peledakan. Sebab utama dari peledakan yang tidak meledak pada penggunaan sumbu pengaman adalah:

• penggunaan sumbu yang ceroboh • sumbu yang lembab

• melupakan pembuangan serbuk gergaji atau pembungkus detonator sebelum penopian sumbu

• penggunaan pisau tumpul yang memberikan ujung sumbu tidak rata yang menghalangi pembakaran detonator

• pencatokan yang jelek, lembab masuk melalui catokan antara sumbu dan detonator

• penggunaan peledak atau detonator yang rusak • kelupaan menyalakan sumbu pengaman

• sumbu putus akibat batu yang terlempar dari ledakan didekatnya

Apabila digunakan sumbu pengaman, bagian sumbu yang terbuka harus diperiksa setelah jangka waktu yang aman.

Peledakan yang tidak meledak dapat ditangani dengan jalan :

• mengeluarkan penutup dan memasang muatan primer yang baru

• atau mengebor lubang sejajar dengan lubang ledak berjarak sedikitnya 30 cm, mengisi dan meledakkannya lagi

Dalam segala keadaan muatan peledak yang tidak meledak tidak boleh dikeluarkan dari lubang ledak dan sedapat mungkin digunakan muatan primer yang baru untuk meledakannya lagi. Penutup dapat dibuang dengan jalan meniupnya dengan udara tekan atau semprotan air melalui selang karet atau selang bukan besi yang kaku. Penggalian penutup adalah suatu hal yang berbahaya dan tidak boleh dilakukan „putusan“ atau lubang ledak yang meledak sebagian harus diperlakukan sebagai peledakan tidak meledak penuh. Peledakan yang tidak meledak dengan detonator listrik seharusnya tidak terjadi. Namun apabila ada, hal ini disebabkan oleh :

• jaringan putus • kebocoran arus

• ada lubang yang tidak dihubungkan • peledak atau detonator yang rusak

• atau penggunaan alat peledak (blasting machine) dibawah kapasitas yang akan diledakan

Setelah jangka waktu aman, pemeriksaan visual jaringan peledakan dapat dilakukan dan apabila kelihatan kesalahannya bisa diperiksa dengan alat pemeriksa (missal ohm tester).

3.9 Peledakan Sekunder

Brangkal-brangkal besar harus dipecahkan lagi dan pada zaman pengangkutan tangan, “tembakan letup” merupakan cara umum.

Pada waktu ini dimana mekanis digunakan, “tembakan-plester” lebih terkenal. 1. Tembakan letup (pop shooting)

Untuk keperluan ini, lubang ledakan sedalam 12 inchi cukup untuk memecahkan brangkal yang besar. Muatan tergantung dari ukuran batu dan untuk brangkal berukuran 3 ft x 3 ft x 2 ft membutuhkan kira-kira 1 ½ ons pelor dinamit. Tembakan dapat diledakan oleh sumbu pengaman dan detonator biasa atau listrik. Bila digunakan sumbu pengaman dapat dinyalakan oleh sumbu penyala atau tali penyala plastik. Apabila tali penyala plastik digunakan, tembakan yang banyak dapat diledakan dengan satu penyalaan pada jaringan. Serta bila penyalaan listrik dipakai, detonator listrik dihubungkan seri dan tembakan diledakan berurutan. Keberatan bor terus menerus dan pemindahan alat mekanis ketempat yang aman, karena terjadi penebaran batu.

Gb. 3.15 Tembakan Letup

2. Tembakan Plester (plester shooting)

Tembakan plester memberikan cara pemecahan batu dalam keadaan dimana pengeboran sulit dilakukan. Muatan satu atau dua pelor dinamit primer, detonator dan sumbu pengaman atau detonator listrik diletakan pada permukaan brangkal. Kemudian muatan ditutup dengan lempung yang ditekan keposisinya dengan tangan. Sebelum diplester sebaiknya permukaan batu dibasahi dahulu. Muatan yang digunakan adalah gelatin plester atau macam lain dan tali penyala lastic dapat digunakan untuk menyalakan beberapa tembakan-tembakan dalam satu waktu.

Gb. 3.16 Tembakan Plester

Penggunaan muatan yang tergantung dari ukuran brangkal adalah sebagai berikut :

Ukuran brangkal (ft.) Muatan (ons)

1- 1 ½ 1 ½ - 2 2 – 1 ½ 2 ½ - 3 3 – 3 ½ 4 6 8 10 -12 12 – 16

Tembakan plester mempunyai keuntungan-keuntungan sebagai berikut :

a. Tidak diperlukan pengeboran, suatu hal penting dalam menghadapi batu keras dan serat yang sulit untuk dibor

b. Persiapannya lebih cepat dibandingkan dengan tembakan letup c. Batu dipecahkan pada tempatnya, tidak terjadi hamburan d. Kerusakan akibat lemparan batu berkurang

Hal ini menguntungkan juga dimana penggunaan alat mekanis dipraktekkan, karena peralatan tidak perlu dipindahkan terlalu jauh, berarti penghematan waktu pengangkutan.

BAB 4

Dokumen terkait