• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelesapan Unsur Inti pada Kalimat Majemuk

Dalam dokumen RELASI KONSESIF BAHASA INDONESIA (Halaman 60-100)

BAB IV ANALISIS DATA

B. Kalimat Majemuk

3. Pelesapan Unsur Inti pada Kalimat Majemuk

Pelesapan unsur inti pada kalimat majemuk dengan klausa konsesif tipe ini mengikuti aturan pelesapan unsur inti pada kalimat majemuk. Unsur inti yang sama dapat dilesapkan salah satunya. Berikut contoh kalimatnya.

(69) Harry masih mencari-cari di dalam sakunya, meskipun sudah tahu tongkatnya tak ada di sana.( HP 4/ 157)

(70) Kamu tak akan dapat cuti sakit walaupun mogok makan.( HP 4/ 224) (71) Dia membaca pertanda, meskipun orang lain tidak.( HP 4/ 276)

Pada kalimat (69), klausa utamanya, Harry merupakan subjek, mencari-cari merupakan predikat di dalam sakunya merupakan keterangan tempat. Di sini ada pelesapan objek yang seharusnya ada pada kalimat tunggal berpredikat verba monotransitif, yaitu tongkat. Pada klausa sematannya, tahu ( mengetahui) sebagai predikat, tongkatnya sebagi objek, tak ada di sana merupakan keterangan. Di sini ada pelesapan subjek yang seharusnya hadir pada kalimat tunggal berpredikat verba monotransitif, yaitu subjek Harry. Pelesapan ini dimungkinkan untuk kesingkatan karena pada klausa utama tongkat tidak disebut karena sudah disebut pada klausa sematan, sedangkan Harry pada klausa sematan tidak disebut karena sudah disebut pada klausa utamanya. Secara lengkap kalimat (69) dapat digambarkan sebagai berikut.

(69) Harry masih mencari-cari [-] di dalam sakunya, meskipun [-] Su Ou Ss

sudah tahu tongkatnya tak ada di sana. Os

Pada kalimat (70), klausa utama, kau sebagi subjek, dapat sebagai predikat, dan cuti sakit sebagai objek. Pada klausa sematannya mogok makan sebagai predikat. Di sini terjadi pelesapan subjek kau karena sudah ada pada klausa utamanya.

(70) Kamu tak akan dapat cuti sakit walaupun [ ] mogok makan. Su Ss

Pada kalimat (71), klausa utama, dia sebagai subjek, membaca sebagai predikat dan pertanda sebagai objek. Pada klausa sematannya hanya ada orang lain sebagai subjek dan tidak sebagai partikel negasi. Di sini terjadi dua pelesapan, yaitu pelesapan predikat membaca dan objek pertanda.

(71) Dia membaca pertanda, meskipun orang lain tidak [ ] [ ]. Pu Ou Ps Os

b. Relasi Konsesif Tipe B

Data yang digolongkan pada data B adalah data dengan pemarkah ke mana

pun, betapapun, apa pun, siapa pun, dan di mana pun. Pemarkah pada golongan

hal tertentu. Kata ke mana pun mengacu pada suatu tempat yang dituju tak tentu, kata siapa pun mengacu pada seseorang tak tentu, betapapun mengacu pada suatu situasi atau keadaan tak tentu, apa pun mengacu pada suatu hal tak tentu, dan di mana pun mengacu pada tempat berada tak tentu. Perhatikan contoh kalimat berikut.

(72) Ke mana pun kita pergi, kita bertemu orang-orang yang sama. ( A. 36/ 20/ 1).

Kalimat di atas terdiri atas dua klausa, yaitu klausa kita bertemu orang-orang yang sama sebagai klausa utama dan klausa ke mana pun kita pergi. Di sini digunakan kata ke mana pun untuk pemarkah konsesif. Kata ke mana pun berfungsi sebagai kata penegas, seperti kata ke mana saja. Pemarkah ke mana pun tidak dapat diganti dengan pemarkah lain dalam tipe ini. Hal ini dikarenakan kata ke mana pun mengacu pada suatu tempat yang dituju tak tentu. Jika diganti dengan pemarkah lain maka kalimatnya menjadi tak berterima. Perhatikan kalimat berikut.

(73) Ke mana pun kita pergi, kita bertemu orang-orang yang sama. ( A. 36/ 20/ 1).

*betapapun

*apa pun kita pergi, kita bertemu orang-orang yang sama. *siapa pun

*di mana pun

Berikut beberapa contoh lain kalimat tipe ini.

(75) Perpisahan, betapapun rapi dan cantik dibungkusnya, selalu berujung kesedihan.(F. 32/ 132/ 2)

(76) Dia berharap bahwa, di mana pun Sirius berada, dia menikmatinya. ( HP 4/ 38)

(77) ..., dan akan memberikan dukungan sepenuh hati kepada juara Hogwats, siapa pun dia...(HP 4/ 232)

1) Pembentukan Kalimat Majemuk Bertingkat Konsesif Tipe B

Proses pembentukan kalimat majemuk dengan klausa konsesif tipe ini dapat mengikuti aturan pada pembentukan kalimat majemuk dengan klausa konsesif tipe A di atas.

Kalimat majemuk berasal dari minimal dua klausa atau kalimat tunggal yang dijajarkan. Berdasarkan aktif atau pasif verbanya, maka kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif dapat diuraikan sebagai berikut.

(1) Klausa inti aktif + klausa bawahan aktif

(78) Mereka tak boleh membuka pintu, tidak peduli siapa pun yang ketuk. Kalimat di atas terdiri atas klausa mereka tak boleh membuka pintu sebagai klausa utama. Verba membuka klausa utamanya merupakan bentuk aktif. Klausa sematan tidak peduli siapa pun yang ketuk mempunyai verba ketuk ( mengetuk) merupakan verba yang berbentuk aktif.

(2) Klausa inti aktif + klausa bawahan pasif

(79) Sebanyak apa pun yang dilakukan si martir, mereka tidak pernah merasa diri mereka berharga. ( A 7/ 12/ 4)

Klausa sematan pada kalimat di atas memiliki verba dilakukan yang merupakan bentuk pasif.

(3) Klausa inti pasif + klausa bawahan aktif

Dalam penelitian ini, tidak dijumpai data dengan klausa inti yang berbentuk pasif dan klausa bawahan yang berbentuk aktif. Untuk itu diadakan data yang merupakan data yang diturunkan dari data yang telah ada. Bentuk pasif dapat diasumsikan berasal dari bentuk aktif. Untuk itulah diambil data yang memiliki verba aktif pada klausa intinya dan verba aktif untuk klausa bawahannya. Bentuk aktif pada klausa inti tersebut kemudian diubah menjadi bentuk pasif. Perhatikan kalimat di bawah ini.

(80) Saat anda memilihnya, walaupun banyak pria mengejar anda.( F 23/ 24/ 3)

Jika verba pada klausa utama diganti dengan bentuk pasif maka kalimat di atas akan menjadi seperti berikut.

(81) ?Saat dia dipilih (oleh) anda, walaupun banyak pria mengejar anda. Bentuk di atas mungkin merupakan bentuk yang gramatikal. Namun bentuk seperti itu jarang sekali atau meragukan untuk digunakan dalam tuturan. Perhatikan juga kalimat di bawah ini.

(82) Mereka tak boleh membuka pintu, tidak perduli siapa pun yang ketuk.( A 13/ 13/ 2)

(83) ?Pintu tak boleh dibuka (oleh) mereka, tak peduli siapa pun yang ketuk.

Seperti halnya kalimat sebelumnya, kalimat di atas mungkin merupakan bentuk yang gramatikal. Namun bentuk tersebut jarang digunakan dalam tuturan karena dianggap janggal oleh penutur.

Perhatikan juga kalimat di bawah ini.

(84) Dia membaca pertanda, meskipun orang lain tidak.( HP 4/ 276)

Kalimat tersebut memiliki verba yang sama untuk kedua klausanya yaitu membaca yang merupakan bentuk aktif. Verba pada klausa sematannya dilesapkan. Jika verba pada klausa inti diganti dengan bentuk pasif maka akan seperti berikut.

(85) Pertanda dibaca (oleh) dia, meskipun orang lain tidak ( membacanya). Kalimat di atas adalah bentuk gramatikal dan tidak meragukan. Hal ini mungkin dikarenakan verba pada kedua klausanya sama. Jadi bentuk klausa inti pasif dan klausa sematan aktif tidak akan menemui kendala jika verba pada kedua klausanya sama.

(4) Klausa inti pasif + klausa bawahan pasif

(86) Siapa pun yang dipilih, jangan dipandang secara sepihak. Verba pada kalimat di atas merupakan verba bentuk pasif. 2) Bentuk Kalimat Majemuk Konsesif Tipe B.

Seperti halnya tipe A, bentuk kalimat majemuk dengan klausa konsesif tipe ini mengikuti aturan bentuk kalimat pada tipe A di atas. Perhatikan kalimat berikut.

(87) Sebanyak apa pun yang dilakukan si martir, mereka tak pernah merasa diri mereka berharga. ( A. 7/ 13/ 2)

(88) Jangan pernah pergi dengan orang tak dikenal, apa pun yang dijanjikan atau dikatakannya! ( A. 13/ 13/ 4).

(89) Apa pun yang terjadi, dia tetap ayah anak-anak saya, kan?

Kalimat (87) merupakan kalimat berita, kalimat (88) merupakan kalimat perintah, dan kalimat (89) merupakan kalimat tanya yang diturunkan dari kalimat berita Apa pun yang terjadi, dia tetap ayah anak-anak saya.

3) Pelesapan Unsur Inti pada Kalimat Majemuk Konsesif Tipe B

Pelesapan unsur inti pada kalimat majemuk dengan klausa konsesif tipe ini mengikuti aturan dasar pelesapan unsur inti pada kalimat majemuk secara umum. Jika ada kata yang fungsinya sama maka salah satunya dapat dilesapkan.

(90) Apa pun tren yang sedang berlaku, kini tak penting lagi untuk anda. ( A. 45/ 22/ 3)

Pada klausa utamanya ada unsur yang dilesapkan yaitu subjek yang berupa tren yang sedang berlaku.

c. Relasi Konsesif Tipe C

Data merupakan data dengan pemarkah berupa disjungsi atau pemisahan dengan kaidah dasar p atau tidak p dan perluasannya. Kaidah dasar dari tipe ini adalah bentuk disjungsi p atau tidak p.Data C dibagi menjadi enam tipe, yaitu: Tipe C 1 [p –p, (p sama)]; Tipe C 2 [p atau(pun) q ,( p >< q)]; Tipe C 3 [p atau(pun) –p, (p sama)]; Tipe C 4 [mau p atau –p, (p sama)]; Tipe C 5 [mau p atau q, ( p >< q)]; dan Tipe C 6 [mau p mau q ( p tidak sama dengan q)].

Secara mudah tipe ini dapat digambarkan dengan bagan berikut.

1) Tipe C 1; p –p, (p sama)

Tipe ini menggunakan satu kata yang sama (p), kemudian menggunakan partikel negasi diantara keduanya untuk menandai bahwa klausa itu adalah konsesif. Misalkan saja (p) kata makan, menjadi makan nggak makan dalam kalimat Makan nggak makan, asal kumpul. Bentuk seperti ini disebut dengan disjungsi atau pemisahan dengan kaidah p atau tidak p. Di sini partikel atau dihilangkan.

(91) Mau tidak mau, media harus mengurangi eksploitasi perempuan untuk objek seks. ( PTPN, 27 Juli 2004).

Kalimat di atas terdiri atas dua klausa yaitu media harus mengurangi eksploitasi perempuan untuk objek seks sebagai klausa utama dan klausa mau

p atau tidak p

p tidak p p atau(pun) q

p atau(pun) tidak p

mau p atau tidak p

mau p atau q

tidak mau sebagai klausa sematan. Pada klausa sematannya, digunakan dua kata yang sama, yaitu mau, dan di depan kata kedua dibubuhi partikel negasi tidak, sehingga terbentuk klausa konsesif mau tidak mau.

Kalimat di atas bermakna konsesif karena kedua klausanya merupakan perlawanan. Klausa sematannya tidak membawa pengaruh bagi klausa utamanya. Kalimat di atas berarti bahwa walaupun tidak mau, media harus mengurangi eksploitasi perempuan untuk objek seks. Dengan kata lain maknanya adalah media harus mengurangi eksploitasi perempuan untuk objek seks. Di sini yang lebih diutamakan adalah klausa utamanya, sedangkan klausa sematnnya tidak membawa pengaruh bagi klausa utamanya. Sebenarnya informasi yang di dapat dari klausa utamanya sudah lengkap tanpa harus ada klausa sematannya.

(92) Suka tidak suka, kabar itu sudah tersebar ke masyarakat. ( Lipstik, 16.00, AN TV, 12 september 2004).

Kalimat di atas terdiri atas dua klausa, yaitu klausa kabar itu sudah tersebar ke masyarakat sebagai klausa utama dan klausa suka tidak suka sebagai klausa sematan. Untuk menyatakan makna konsesif pada klausa sematannya digunakan dua kata yang sama yaitu suka. Di antara kedua kata tersebut dibubuhi partikel negasi tidak sehingga menjadi oposisi suka tidak suka. Pada kalimat di atas terdapat penanda aspek perfektif sudah, yang menyatakan bahwa suatu peristiwa telah selesai.

Klausa suka tidak suka subjeknya dapat mengacu pada siapa saja, terutama pada pronomina persona baik tunggal maupun jamak. Perhatikan kalimat di bawah ini.

kata ganti tunggal jamak. orang

I aku/ saya kami/ kita

II engkau/ kau kamu suka tidak suka. III ia/ dia mereka

Subjek pada klausa sematan di atas dapat berupa pronomina persona I, II atau III, baik yang tunggal atau yang jamak. Namun subjek tersebut dapat mengacu kepada hal lain di luar pronomina persona tersebut. Perhatikan kalimat berikut.

(93) [ ] suka tidak suka, kabar itu sudah tersebar ke masyarakat. Ss Ket.

Perhatikan juga kalimat berikut.

(94) *Kabar itu suka tidak suka, kabar itu sudah tersebar ke masyarakat. Kabar itu yang pada klausa utamanya berposisi sebagai subjek tidak dapat digunakan sebagai subjek pada klausa sematannya.

2) Tipe C 2; p atau(pun) q ,( p >< q)

Tipe ini menggunakan partikel pilihan atau( pun). Kata (p) dan (q) merupakan dua kata yang berbeda tapi merupakan suatu oposisi. Misalkan (p) kata baik dan (q) kata buruk dalam kalimat Baik atau pun buruk, manusia harus menanggung perbuatannya. Tipe ini juga merupakan bentuk disjungsi atau pemisahan dengan kaidah p atau tidak p. Di sini kaidah tidak p dirubah menjadi bentuk lawan katanya sehingga partikel negasi tidak dihilangkan.

(95) Baik atau buruk, ini tetap negara kita. ( Sensor, 16. 30, Indosiar, 12 september 2004)

Klausa sematan pada kalimat tersebut menggunakan dua kata yang beroposisi dan partikel pilihan atau di antaranya. Kata yang digunakan adalah baik dan buruk, sehingga menjadi opsisi baik atau buruk. Pada klausa sematannya terdapat kata yang sering digunakan dalam kalimat konsesif yaitu tetap.

Klausa baik atau buruk pada kalimat tersebut mengacu pada kata penunjuk ini atau dengan kata lain Indonesia. Klausa baik atau buruk merupakan adjektiva yang menerangkan subjeknya yaitu Indonesia. Secara lengkap kalimat di atas dapat diungkapkan sebagai berikut.

(96) Indonesia baik atau buruk, ini tetap negara kita.

3) Tipe C 3; p atau(pun) –p, (p sama)

Tipe ini menggunakan dua kata yang sama, namun ditambahkan partikel negasi tidak selain partikel pilihan atau. Dalam tipe ini, sering ditambahkan partikel pun di belakangnya, misalkan pada kalimat Ada kabar atau tidak ada kabar pun, saya tidak perduli. Tipe ini juga merupakan bentuk disjungsi atau pemisahan dengan kaidah p atau tidak p.

(97) Suka atau tidak, aku tetap tak mau pergi. ( AU Pair, TV 7, 3 Juli 2004, 15.00).

Klausa sematan pada kalimat di atas menggunakan dua kata yang sama, tapi kata yang kedua dinegasikan dan dipisahkan dengan partikel piliha atau. Kata yang digunakan adalah suka, sehingga menjadi klausa suka atau tidak suka.

Namun kata suka yang kedua dilesapkan. Klausa utama juga masih menggunakan kata tetap untuk menyatakan makna konsesif.

Klausa suka atau tidak [suka] dapat mengacu pada siapa saja dan apa saja sesuai dengan konteks yang diberikan. Misalkan saja, di sini subjek aku berbicara kepada orang lain selain dirinya, maka suka atau tidak [suka] dapat mengacu pada siapa saja kecuali dirinya.

kata ganti tunggal jamak. orang

I *aku/ saya *kami/ kita

II engkau/ kau kamu suka atau tidak [suka]. III ia/ dia mereka

Berbeda halnya jika konteksnya sebagai berikut. Subjek merupakan seorang anak duta besar yang tugasnya sering berpindah-pindah sehingga mengharuskan dia untuk berpindah-pindah juga. Kalimat suka atau tidak suka, aku tetap harus pergi; maka suka atau tidak suka dalam konteks ini mengacu pada dirinya sendiri.

4) Tipe C 4; mau p atau –p, (p sama)

Tipe ini merupaka tipe disjungsi atau pemisahan dengan kaidah p atau tidak p. Hanya saja dalam tipe ini ditambahkan kata mau pada awal kalimat.

(98) Yang penting sekarang nyelametin Mirna, terserah kamu mau percaya atau tidak sama aku ( Cinta Memang Gila, RCTI, 4 Agustus 2004, 19.00).

Tipe ini pada klausa sematannya menggunakan kata mau. Kemudian digunakan dua kata yang sama dan salah satunya dinegasikan. Kata yang

digunakan adalah percaya dan tidak percaya. Namun kata kedua dilesapkan, sehingga menjadi klausa mau percaya atau tidak.

Pada klausa utama kalimat di atas terdapat penanda kala kini sekarang. Klausa mau percaya atau tidak [percaya] di sini mengacu pada subjek kamu. 5) Tipe C 5; mau p atau q, ( p >< q)

Tipe ini menggunakan dua kata yang berlawanan. Karena menggunakan kata yang berlawanan maka partikel negasi tidak tidak digunakan. Selain itu pada awal digunakan kata mau. Berikut contoh kalimat tipe ini.

(99) Mau hidup atau mati, terserah dia ( Inuyasha 27/ 89).

Klausa sematan tipe ini juga menggunakan kata mau. Kemudian kata mau tersebut diikuti dua kata yang berlawanan dan diantaranya terdapat partikel pilihan atau. Kata yang digunakan adalah hidup dan mati, sehingga menjadi klausa mau hidup atau mati.

Klausa hidup atau mati di atas mengacu pada subjek pada klausa utamanya yaitu dia. Secara lengkap kalimat tersebut dapat diungkapkan sebagai berikut.

(100) [ ] mau hidup atau mati, terserah dia.

Jika kalimat itu diucapkan oleh seseorang, pendengarnya pasti mengerti kalau peristiwa “hidup atau mati” itu belum terjadi. Di dalam kalimat itu terdapat penanda aspek kala mendatang. Hal ini bisa dibuktikan dengan menambahkan kata nanti, Dia nanti mau hidup atau mati, terserah dia. Kata keterangan waktu yang bisa ditambahkan adalah kata yang waktunya tak tentu karena kegiatan

“hidup atau mati” tersebut tidak jelas waktunya. Jika ditambahkan kata keterangan waktu yang jelas maka kalimatnya menjadi tidak berterima, *Minggu depan dia mau mati atau hidup, terserah dia.

6) Tipe C 6; mau p mau q ( p tidak sama dengan q)

Tipe ini menggunakan dua kata yang berbeda. Namun kedua kata tersebut tidak berlawanan. Kedua kata tersebut merupakan alternasi atau pilihan namun tetap mengungkapkan makna konsesif.

(101) Mau ayam mau kambing, yang penting kecapnya Bango. ( iklan televisi kecap Bango).

Klausa sematan pada kalimat di atas menggunakan dua kata mau. Kata yang digunakan setelah kata mau merupakan kata pilihan. Bisa juga kata yang digunakan merupakan oposisi atau negasi. Kalimat di atas menggunakan kata pilihan bebas ayam dan kambing.

Konteks kalimat tersebut adalah subjek yang sedang makan sate. Klausa mau ayam mau kambing mempunyai makna bahwa apa pun pilihannya, sate ayam ataupun sate kambing, yang penting kecap yang digunakan sama, yaitu kecap Bango. Di sini subjek yang memilih sate ayam atau sate kambing tidak diungkapkan secara ekspilisit. Subjek itu dapat mengacu pada siapa saja atau apa saja sesuai dengan konteksnya. Subjek dari klausa utama dan klausa sematan mengacu pada dua hal yang sama. Dengan kata lain kalimat tersebut dapat diungkapkan dengan mau memilih sate ayam atau sate kambing, yang penting kecapnya Bango. Misalkan ditambahkan subjek anda, maka akan menjadi Anda

mau memilih sate ayam atau sate kambing, yang penting kecap anda Bango. Berikut contoh lain kalimat tipe ini.

(102) Mau gue makan, mau gue buang, yang penting gue bayar. ( Siapa Takut Jatuh Cinta. 08.00, TV 7)

(1) Pembentukan Kalimat Majemuk Konsesif Tipe C

Kalimat majemuk dengan tipe ini kaidah pembentukannya tidak mengikuti kaidah sebelumnya ( tipe A dan tipe B). Hal ini dikarenakan bentuk klausa bawahannya, sudah merupakan bentuk tertentu. Misalkan kalimat Mau hidup atau mati, terserah dia. Di sini klausa sematan sudah merupakan bentuk yang tertentu yaitu mau hidup atau mati. Hal ini mungkin juga dikarenakan bentuk tipe C diturunkan dari bentuk disjungsi p atau tidak p, bukan dari bentuk konjungsi.

(2) Bentuk Kalimat Majemuk Konsesif Tipe C

Seperti halnya dua tipe sebelumnya, kalimat majemuk dengan klausa konsesif tipe ini bentuknya mengikuti kaidah bentuk kalimat majemuk dengan klausa konsesif pada umumnya. Namun sebagian besar kalimat tipe ini hanya bisa digunakan sebagai kalimat bentuk berita saja.

(3) Pelesapan Unsur Inti pada Kalimat Majemuk Konsesif Tipe C

Kalimat tipe ini pelesapannya mengikuti kaidah dasar pelesapan pada kalimat majemuk. Namun ada juga unsur inti yang dilesapkan bukan karena kesamaan fungsi kedua klausanya. Untuk mengetahui unsur apa yang dilesapkan harus diperhatikan juga situasi yang menyertainya. Di atas telah dicontohkan beberapa kalimat yang untuk mengetahui unsur yang dilesapkan harus melihat situasi yang menyertainya ( kalimat 101, 103, 106). Misalkan pada kalimat Suka

tidak suka, kabar itu sudah tersebar ke masyarakat. Secara lengkap dapat juga digambarkan dengan kalimat Dia suka kabar itu tersebar ke masyarakat atau dia tidak suka kabar itu tersebar ke masyarakat, kabar itu sudah tersebar ke masyarakat. Di sini pelengkap pada klausa sematannya kabar itu tersebar ke masyarakat merupakan bentuk klausa yang pada klausa intinya menduduki fungsi subjek ( kabar itu), predikat (menyebar), dan keterangan ( ke masyarakat).

2. Letak Klausa Bawahan dalam Kalimat Konsesif

Klausa bawahan dalam kalimat majemuk bertingkat dapat berada sebelum atau setelah klausa intinya. Perhatika kalimat-kalimat berikut.

(103) Walau sudah bertahun-tahun Frank tidak masuk ke situ, dia masih ingat letak pintu ke ruang depan.( HP 4/ 15)

(104) “Kau tak akan dapat cuti sakit walaupun mogok makan.”( HP 4/ 224)

Pada kalimat pertama, klausa bawahan walau sudah bertahun-tahun tidak masuk ke situ berada di depan klausa intinya sehingga harus dibubuhi tanda koma diantaranya. Pada kalimat kedua klausa bawahan walaupun mogok makan berada setelah klausa utamanya kau tak akan dapat cuti sakit.

Selain setelah dan sebelum klausa utamanya, klausa bawahan tersebut dapat berada dalam klausa utamanya. Perhatikan kalimat-kalimat berikut.

(105) Frank menyadari, walaupun ini aneh, pria ini bisa bicara dengan ular.( HP 4/ 24)

(106) Dia berharap bahwa, di mana pun Sirius berada, dia menikmatinya.(HP 4/ 38)

Pada dua kalimat di atas, klausa bawahan walaupun ini aneh dan di mana pun Sirius berada berada dalam klausa utamanya Frank menyadari pria ini bisa bicara dengan ular dan dia berharap bahwa dia menikmatinya. Kalimat di atas dapat diubah menjadi konstruksi seperti berikut.

(107) Walaupun ini aneh, Frank menyadari pria ini bisa bicara dengan ular

(108) Di mana pun Sirius berada, dia berharap bahwa dia menikmatinya.

3. Ciri- Ciri Semantis Relasi Konsesif

Relasi konsesif mempunyai makna klausa bawahan yang menentang atau tidak mengubah pernyataan yang ada pada klausa intinya. Klausa bawahan pada kalimat konsesif sering dianggap sekunder karena kehadirannya tidak mutlak secara sintaksis. Klausa tersebut dapat dihilangkan tanpa mengubah informasi utama yang akan disampaikan. Perhatikan kalimat berikut.

(109) Frank menyadari, walaupun ini aneh, pria ini bisa bicara dengan ular. (HP 4/ 24)

Klausa bawahan walaupun ini aneh dianggap mempunyai informasi sekunder yang tidak mempengaruhi klausa utamanya. Jika klausa bawahan tersebut dihilangkan menjadi kalimat Frank menyadari pria ini bisa bicara dengan ular, informasi utama yang akan disampaikan tidak berkurang.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari analis di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Ciri-ciri sintaksis relasi konsesif

a. Relasi konsesif selain dapat diungkapkan dengan pemarkah

walau(pun), meski(pun), kendati(pun), sekalipun, biar(pun),

betapa(pun), ke mana pun, di mana pun, siapa pun dan apa pun juga dapat digunakan bentuk disjungsi atau pemisahan dengan kaidah dasar ‘p atau tidak p’.

b. Klausa bawahan pada kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif dapat mendahului, mengikuti, ataupun diantara klausa intinya.

c. Kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif tidak dapat dibentuk dari klausa utama pasif dan klausa bawahan aktif. Jika

Dalam dokumen RELASI KONSESIF BAHASA INDONESIA (Halaman 60-100)

Dokumen terkait