• Tidak ada hasil yang ditemukan

RELASI KONSESIF BAHASA INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RELASI KONSESIF BAHASA INDONESIA"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

1 SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra

Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Oleh

AGUSTIN FITRIA WULANDARI NIM CO2OOOO6

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

Disetujui untuk Dipertahankan di Hadapan

Panitia Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Pembimbing

(3)

Diterima dan Disetujui oleh Panitia Skripsi

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal: 17 Februari 2005

Panitia Penguji:

1. Drs. Henry Yustanto, M. A. (………..)

Ketua NIP 131 913 433

2. Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag. (……….)

Sekertaris NIP 131 859 875

3. Dra. Hesti Widyastuti, M. Hum. (……….)

Penguji I NIP 131 281 866

4. Drs. F. X. Sawardi, M. Hum. (……….)

Penguji II NIP 131 913 435

Dekan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

(4)

MOTTO:

“Orang yang tak tahu dan tak tahu bahwa dia tak tahu adalah orang tolol. Hindari dia”.

“Orang yang tak tahu dan tahu bahwa dia tak tahu adalah anak-anak. Ajari dia”.

“Orang yang tahu dan tak tahu bahwa dia tahu adalah orang tidur. Bangunkan dia”.

“Orang yang tahu dan tahu bahwa dia tahu adalah orang bijak. Ikuti dia”.

(5)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:

v Bapak dan ibu yang telah memberi doa dan semangat.

v Adikku Erdiana dan Hasan.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, hidayah, serta inayyah-Nya, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti banyak menemui hambatan dan kesulitan. Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik yang bersifat langsung maupun yang tidak langsung, akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Maryono Dwiraharjo, S. U. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan untuk menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. Henry Yustanto, M. A. selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah mengizinkan peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. F. X. Sawardi, M. Hum. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan arahan yang jelas dalam penelitian skripsi ini.

(7)

5. Bapak dan ibu dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa khususnya Jurusan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu dan wawasan kepada peneliti.

6. Staf Perpustakan Pusat dan Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kelonggaran kepada peneliti dalam membaca dan meminjam buku-buku referensi yang diperlukan dalam skripsi ini.

7. Novi, Etik, Rino, Tomi, Kuncoro, dan Wiyat yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada peneliti.

8. Teman-teman Sastra Indonesia angkatan 2000 yang telah bersedia membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga amal baik yang telah diberikan kepada peneliti mendapat balasan dari Allah SWT.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca akan peneliti terima dengan tangan terbuka dan senang hati.

Akhirnya, peneliti berharap semoga hasil karya ini bermanfaat khususnya bagi jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, dan bagi para pembaca pada umumnya.

Surakarta, Februari 2005

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR TANDA... xii

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Kalimat 1. Pengertian dan Ciri-Ciri Kalimat ... 7

(9)

B. Relasi Antarklausa dalam Kalimat Majemuk

1. Relasi Antarklausa dalam Kalimat Majemuk Setara ... 17

2. Relasi Antarklausa dalam Kalimat Majemuk Bertingkat ... 19

C. Relasi Konsesif 1. Pengertian Relasi Konsesif ... 22

2. Pemarkah Konsesif... 24

3. Konsesif Kondisional ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 29

B. Data ... 30

C. Sumber Data... 30

D. Teknik Pengumpulan Data... 31

E. Teknik Klasifikasi Data... 33

F. Teknik Analisis Data... 34

G. Teknik Penarikan Kesimpulan ... 36

BAB IV ANALISIS DATA A. Gramatika Dasar Kalimat Tunggal 1. Kalimat Tunggal Berdasarkan Jenis Predikatnya ... 37

2. Bentuk Kalimat Tunggal ... 43

B. Kalimat Majemuk 1. Jenis Kalimat Majemuk... 46

2. Bentuk Kalimat Majemuk ... 51

(10)

C. Relasi Konsesif

1. Tipe-Tipe Klausa Konsesif ... 38 2. Letak Klausa Bawahan dalam Kalimat Konsesif... 60 3. Ciri-Ciri Semantis Klausa Konsesif ... 61 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 62 B. Saran-Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA ... 64 LAMPIRAN DATA

(11)

DAFTAR SINGKATAN

A : Aura

AC : Anita Cemerlang

F : Femina

HP 4 : Harry Potter 4

KET : Keterangan

O : Objek

O1 : Objek Langsung

O2 : Objek Tidak Langsung

OS : Objek Klausa Sematan

OU : Objek Klausa Utama

P : Predikat

PADJ : Predikat Adjektiva

PEL : Pelengkap

PN : Predikat Nomina

PREP : Preposisi

PS : Predikat Klausa Utama

PU : Predikat Klausa Utama

PV AKT : Predikat Verba Aktif

PV PAS : Predikat Verba Pasif

PV : Predikat Verba

(12)

SN : Subjek Nomina

SPAS : Subjek Pasien

SPEL : Subjek Pelaku

SS : Subjek Klausa Sematan

SU : Subjek Klausa Utama

DAFTAR TANDA

[-] : unsur yang dilesapkan

{−} : pilih salah satu dalam kurung kurawal

* : tidak gramatikal

? : diragukan keberterimaannya atau janggal

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Relasi Konsesif Bahasa Indonesia. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Ancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ancangan strukturalisme.

Penelitian ini mempunyai tiga rumusan masalah yaitu (1) bagaimana gramatika dasar kalimat tunggal, (2) bagaimana ciri-ciri sintaksis relasi konsesif bahasa Indonesia, dan (3) bagaimana ciri-ciri semantis relasi konsesif bahasa Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gramatika dasar kalimat tunggal, ciri-ciri sintaksis, serta semantis relasi konsesif bahasa Indonesia. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perkembangan studi bahasa Indonesia dan dapat menjadi kerangka berpikir bagi penegasan teori yang telah ada terutama dalam bidang sintaksis.

Data dalam penelitian ini adalah kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif. Data tersebut diperoleh dari beberapa sumber yaitu novel Harry Potter dan Piala Api, tabloit Anita Cemerlang, Femina, dan Aura. Selain itu, peneliti

juga menggunakan data lisan yang diperoleh dari acara televisi dan radio. Metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah metode simak yang dilanjutkan dengan teknik simak bebas libat cakap, teknik catat, teknik pustaka dan teknik kerja sama dengan informan.

(14)

Data yang telah diklasifikasikan tersebut kemudian dianalisis. Metode yang digunakan dalam menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode distribusional yang kemudian dilanjutkan dengan teknik lesap, ganti, sisip, dan parafrasis.

Setelah dianalisis dapat diperoleh beberapa kesimpulan dalam penelitian ini. Makna konsesif selain dapat diungkapkan dengan pemarkah walau(pun), meski(pun), kendati(pun), sekalipun, biar(pun), betapa(pun), ke mana pun, di

mana pun, siapa pun dan apa pun juga dapat diungkapkan dengan bentuk

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam konstruksi bahasa Indonesia, dikenal istilah kalimat majemuk bertingkat. Ramlan menyebut kalimat majemuk dengan kalimat luas. “Kalimat luas adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih” ( Ramlan, 1996, h. 49). Dengan kata lain, kalimat majemuk dibentuk dengan menyusun dua klausa atau lebih. Moeliono ( 1988) membedakan kalimat majemuk menjadi dua macam, yaitu kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Perbedaan tersebut didasari oleh hubungan antarklausa di dalamnya. Jika hubungan antara klausa yang satu dengan klausa yang lain dalam satu kalimat itu menyatakan hubungan koordinasi, maka kalimat tersebut dinamakan kalimat majemuk setara. Jika hubungan antara klausa yang satu dengan yang lain adalah subordinatif, maka kalimat tersebut dinamakan kalimat majemuk bertingkat.

Dalam kalimat majemuk bertingkat terdapat berbagai macam relasi antarklausa. Relasi tersebut antara lain relasi temporal, kondisional, final/ tujuan, konsesif, komparatif/ pembandingan, penyebaban, konsekutif/ akibat, cara, sangkalan, kenyataan, hasil, penjelasan, dan atributif ( Moeliono, 1988).

(16)

kalimat yang satu, sesuatu diterima, diakui atau dianggap, yang bertentangan dengan isi bagian yang lain, tetapi tanpa ia dapat mempengaruhinya”. Dari dua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa relasi konsesif adalah hubungan klausa sematan dengan klausa utama dalam kalimat majemuk bertingkat yang bermakna perlawanan dan tidak mengubah pernyataan dalam klausa utamanya.

Subordinator yang biasa dipakai untuk menyatakan relasi konsesif adalah walau(pun), meski(pun), sekalipun, biar(pun), dan kendati(pun). Bentuk seperti ke

mana pun, betapapun, apa pun, di mana pun, dan siapa pun juga dapat dipakai pula sebagai pemarkah konsesif.

Selain menggunakan konjungsi di atas, makna konsesif juga dapat dinyatakan dengan bentuk lain, misalkan dengan bentuk disjungsi atau pemisahan. Contohnya pada kalimat Makan nggak makan, asal kumpul. Kalimat tersebut bermakna konsesif karena merupakan suatu hal yang berlawanan. Di sini klausa sematan makan nggak makan tidak mengubah pernyataan klausa induknya asal kumpul. Hanya saja, kalimat di atas tidak menggunakan pemarkah konsesif. Di

sini digunakan bentuk disjungsi makan nggak makan. Dengan struktur lain yang maknanya serupa, kalimat di atas dapat diubah menjadi Walaupun tidak makan, asal kumpul.

Banyak ahli yang telah menyinggung istilah konsesif dalam buku mereka. Beberapa di antaranya adalah Anton M. Moeliono dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia ( 1988, h. 325), Harimurti Kridalaksana dalam Kamus Linguistik ( 2001, h. 118), N. F. Alieva dalam Bahasa Indonesia Deskripsi dan

(17)

283). Dari pandangan dan tafsiran masing-masing ahli, yang agak berbeda-beda, dapat ditarik suatu kesejajaran pengertian bahwa yang dimaksud dengan konsesif adalah hubungan klausa sematan dengan klausa induk yang menyatakan makna perlawanan dan tidak mengubah pernyataan yang ada pada klausa utamanya.

Sebagian besar ahli tersebut hanya menyebut istilah konsesif secara sekilas. Pembicaraan tentang konsesif hanya terbatas pada hubungan antarklausa dalam kalimat majemuk bertingkat yang didasarkan pada jenis konjungsi walau(pun), meski(pun), sekalipun, biar(pun), dan kendati(pun). Namun, para ahli

tersebut tidak membahas bentuk konsesif yang lain, misalkan yang menggunakan disjungsi atau pemisahan (p atau tidak p). Masih terdapat beberapa bentuk kalimat lain yang dapat digunakan untuk menyatakan relasi konsesif. Kalimat majemuk bertingkat bentuk lain dapat digolongkan ke dalam konsesif berdasarkan kriteria semantis. Untuk itulah peneliti bermaksud untuk menganalisis bentuk konsesif, baik yang menggunakan pemarkah konsesif maupun kriteria semantis, secara mendalam.

Selanjutnya untuk memperdalam tentang relasi konsesif, perilaku sintaksisnya, dan ciri- ciri semantisnya, maka peneliti tertarik untuk menjadikannya sebuah penelitian dengan judul Relasi Konsesif Bahasa Indonesia.

B. Pembatasan Masalah

(18)

yang lebih luas. Untuk itulah dalam penelitian ini peneliti membatasi analisisnya pada kalimat majemuk bertingkat yang hanya terdiri atas dua klausa dan tiga klausa saja. Dalam penelitian ini hanya akan dibahas relasi konsesif dengan pemarkah konjungsi walau(pun), meski(pun), kendati(pun) biar(pun), betapapun, bentuk ke mana pun, di mana pun, sekalipun, apa pun, siapa pun, dan bentuk disjungsi.

C. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang pemilihan masalah, agar pembahasan masalah menjadi jelas, terarah, dan terperinci, maka peneliti merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut.

1. Bagaimana gramatika dasar kalimat tunggal?

2. Bagaimana ciri-ciri sintaksis relasi konsesif bahasa Indonesia? 3. Bagaimana ciri-ciri semantis relasi konsesif bahasa Indonesia?

D. Tujuan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini peneliti mempunyai tujuan sebagai berikut.

a. Untuk mendeskripsikan gramatika dasar kalimat tunggal.

(19)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan agar menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pembaca. Ilmu linguistik bukanlah ilmu praktis seperti ilmu kedokteran, pertanian, maupun teknik sehingga hasilnya tidak dapat langsung digunakan oleh masyarakat penggunanya. Untuk itulah dalam penelitian bahasa hanya terdapat manfaat secara teoretis. Manfaat teoretis dari penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut.

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi perkembangan studi bahasa Indonesia, khususnya mengenai relasi konsesif bahasa Indonesia.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kerangka berpikir bagi penegasan teori yang telah ada terutama dalam bidang sintaksis.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab. Tiap-tiap bab terdiri dari pokok masalah yang berlainan, tetapi keseluruhannya merupakan satu kesatuan. Secara singkat dapat peneliti uraikan sebagai berikut.

(20)

gramatika dasar kalimat tunggal, ciri-ciri sintaksis dan semantis relasi konsesif; manfaat penelitian secara teoritis bagi perkembangan studi bahasa; dan sistematika penulisan.

Bab kedua merupakan landasan teori yang memuat teori-teori yang berhubungan dengan klausa konsesif dan kemudian dijadikan landasan atau acuan dalam penelitian ini. Teori tersebut meliputi pengertian dan ciri-ciri kalimat, relasi antarklausa dalam kalimat majemuk bertingkat yang salah satunya adalah relasi konsesif dan konsesif kondisional.

Bab ketiga merupakan metode penelitian yang berisi penjelasan mengenai jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan ancangan strukturalisme, data yang berupa kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif, sumber data dari majalah, tabloit, novel, beberapa acara televisi dan radio, metode pengumpulan data yaitu metode simak, metode klasifikasi data yang didasarkan pada jenis pemarkah yang digunakan, metode analisis yang berupa metode distribusional, dan metode penarikan kesimpulan yang berupa metode induktif.

Bab keempat merupakan analisis data yang berupa analisis terhadap data-data yang mendukung penelitian yaitu mengenai relasi konsesif bahasa Indonesia. Analisis tersebut meliputi gramatika dasar kalimat tunggal, relasi konsesif yang terdiri atas proses pembentukan, bentuk kalimat, letak klausa bawahan dalam kalimat majemuk dengan relasi konsesif, serta ciri-ciri secara semantis.

(21)
(22)

7 A. Kalimat

1. Pengertian dan Ciri-Ciri Kalimat

Menurut Ramlan (1996, h. 27) kalimat ialah “satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik”. Moeliono (1988, h. 254) berpendapat “kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan”. Chaer (1994, h. 240) menyatakan bahwa “kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final”. Jadi, yang menjadi dasar kalimat adalah konstituen dasar dan intonasi final. Dari uraian tersebut terlihat bahwa kalimat mempunyai dua unsur yang sangat penting yaitu adanya unsur segmental dan suprasegmental. Unsur segmental merupakan bagian kalimat yang berupa satuan lingual yang bagiannya dapat dibagi atas segmen-segmen (bagian-bagian). Adapun unsur suprasegmentalnya berupa intonasi. Kedua unsur tersebut harus mampu mendukung makna dan arti yang terkandung dalam sebuah kalimat.

Moeliono (1988) menyebutkan ciri-ciri kalimat sebagai berikut.

(23)

tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru; dan sementara itu disertakan pula di dalamnya berbagai tanda baca yang berupa spasi atau ruang kosong, koma, titik koma, titik dua, dan atau sepasang garis pendek yang mengapit bentuk tertentu. (254)

2. Klasifikasi Kalimat

Ramlan (1996) membagi kalimat berdasarkan fungsi dalam hubungan situasinya. Selanjutnya kalimat dibagi atas kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat suruh. Senada dengan Ramlan, Moeliono (1988) membagi kalimat berdasarkan bentuk dan makna ( nilai komunikatifnya).

a. Berdasarkan maknanya.

Menurut maknanya ( nilai komunikatifnya) kalimat dibagi menjadi kalimat berita, kalimat perintah, kalimat tanya, kalimat seru, dan kalimat emfatik.

1) Kalimat berita

Kalimat berita dapat disebut pula kalimat deklaratif. Kalimat berita adalah “kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu kepada pembaca atau pendengar” ( Moeliono, 1988, h. 284). Menurut Ramlan (1996, h. 32) “kalimat berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain sehingga tanggapan yang diharapkan berupa perhatian seperti tercermin pada pandangan mata yang menunjukkan adanya perhatian”.

(24)

(1) Tadi pagi ada tabrakan mobil di dekat Monas. (2) Saya lihat ada bus masuk Ciliwung tadi siang.

(3) Waktu ke kantor, saya lihat jeep menabrak becak sampai hancur. (4) Saya ngeri melihat tabrakan antara bus PPD dan sedan Fiat tadi pagi. (5) Tadi pagi sedan Fiat mulus ditabrak bus PPD.

2) Kalimat perintah.

Kalimat perintah disebut juga kalimat imperatif. Kalimat perintah yaitu “kalimat yang maknanya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu” ( Moeliono, 1988, h. 285). Kalimat ini seringkali diakhiri dengan tanda seru (!) meskipun tanda titik juga dapat digunakan. Ramlan (1996) menyebut kalimat perintah dengan kalimat suruh, yang fungsinya mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak berbicara.

Kalimat imperatif memiliki tiga makna dasar yaitu permintaan izin, ajakan, dan suruhan. Kalimat imperatif mengandung tuntutan kepada pendengar atau pembaca untuk memberikan reaksi nonverbal berupa (1) tindakan yang harus dilakukan sendiri oleh pendengar, (2) tindakan yang harus dilakukan pendengar bersama pembicara dan (3) tindakan yang harus dilakukan pembicara dengan izin pendengar ( Lapoliwa, 1990). Misalkan pada kalimat-kalimat berikut.

(6) Baca buku itu! (7) Kita berhenti dulu! (8) Coba saya lihat PR-mu!

(25)

verbanya. Persona kedua yang berfungsi sebagai pelaku kalimat imperatif yang subjeknya persona pertama dilakukan dengan jalan mengedepankan nomina objek kalimat imperatif aktif. Misalkan pada kalimat 9a menjadi 9b dan 9c.

(9) a. Baca buku itu! b. Dibaca buku itu! c. Buku itu dibaca!

(10) a. Kita lupakan saja masalah ini! b. Masalah ini kita lupakan saja! (11) a. Coba saya lihat PR-mu!

b. Coba PR-mu saya lihat!

Kalimat imperatif dapat juga berbentuk negatif dengan penambahan partikel jangan di awal atau sesudah subjek kalimat. Kalimat ini digunakan untuk menyatakan larangan. Kalimat imperatif yang dapat dinegatifkan terbatas pada kalimat imperatif yang pelakunya persona kedua dan persona pertama jamak inklusif. Misalkan pada kalimat 12a menjadi kalimat 12b dan 12c.

(12) a. Kita pergi bersama-sama.

b. Jangan kita pergi bersama-sama!

c. Saya minta supaya kita tidak pergi bersama-sama!

Kalimat imperatif juga dapat dibentuk dengan penambahan partikel lah, coba, silakan, ayo, biar, harap, hendaklah, hendaknya, mari, mohon dan tolong.

Misalkan pada kalimat berikut.

(26)

(15) Silakan duduk!

(16) Tolong buka jendela itu! (17) Coba jangan ganggu anjing itu! (18) Biar saya tinggal di rumah! 3) Kalimat tanya

Kalimat tanya disebut juga kalimat interogatif. Kalimat tanya adalah “kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang” ( Moeliono, 1988, h. 288).

Ada lima cara membentuk kalimat tanya. Pertama dengan menambahkan kata apa(kah), kedua membalikkan urutan kata, ketiga dengan memakai kata bukan atau tidak, keempat mengubah intonasi kalimat, dan kelima dengan

memakai kata tanya ( Ramlan, 1996).

Berikut beberapa contoh kalimat tanya. (19) Dimanakah Adi?

(20) Siapa dia?

(21) Apa dia istri Pak Bambang? (22) Sudahkah dia selesai kuliahnya? (23) Pacar Rudikah Linda?

(24) Dia sakit, bukan?

(25) Penjahat itu belum tertangkap? 4) Kalimat seru

(27)

kagum berkaitan dengan sifat, maka kalimat seru hanya dapat dibuat dari kalimat berita yang predikatnya adjektiva. Moeliono (1988) menjelaskan cara membuat kalimat ini adalah dengan (a) membalik urutan kalimat menjadi P S, (b) menambahkan partikel –nya pada P, dan (c) menambahkan kata seru alangkah atau bukan main di depan P. Contohnya pada kalimat berikut.

Pergaulan mereka bebas. (26) Bebas pergaulan mereka. (27) Bebasnya pergaulan mereka.

(28) Alangkah bebas pergaulan mereka.

Bukan main bebas pergaulan mereka.

5) Kalimat emfatik.

“Kalimat emfatik adalah kalimat yang memberikan penegasan khusus pada subjek. Penegasan ini biasanya dengan menambahkan keterangan sambung yang di belakang subjek dan partikel –lah pada subjek” ( Moeliono, 1988, h. 293).

Misalkan pada kalimat berikut.

(29) Dialah yang memulai pertengkaran itu.

(30) Penduduk desa itulah yang akan mengadu ke DPR. b. Berdasarkan Bentuk.

Moeliono (1988) juga membagi kalimat berdasarkan bentuknya. Dalam hal ini kalimat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk.

1) Kalimat tunggal

(28)

unsur kalimat seperti subjek dan predikat hanyalah satu atau merupakan kesatuan. Dalam kalimat tunggal terdapat semua unsur inti. Di samping itu, tidak mustahil ada pula unsur yang bukan inti seperti keterangan tempat, waktu dan alat. Dengan demikian kalimat tunggal dapat berupa kalimat yang panjang.

(31) Kami mahasiswa Atma Jaya.

(32) Guru matematika kami akan dikirim ke luar negeri. Kalimat di atas merupakan kalimat tunggal yang berbentuk panjang.

2) Kalimat majemuk

“Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu proposisi sehingga mempunyai paling tidak dua predikat yang tidak dapat dijadikan suatu kesatuan. Karena sifat itu, maka kalimat majemuk selalu berwujud dua klausa atau lebih” ( Moeliono, 1988, h. 33). Ramlan (1996) menyebut kalimat majemuk dengan kalimat luas. Menurutnya kalimat luas adalah kalimat yang terdiri dari dua klausa atau lebih. Dari dua definisi tersebut dapat diperoleh satu kesamaan bahwa kalimat majemuk merupakan kalimat yang minimal mempunyai dua klausa.

Selanjutnya kalimat majemuk dibedakan atas kalimat majemuk bertingkat dan kalimat majemuk setara.

(1) Kalimat Majemuk Setara.

(29)

dalam satu kalimat itu menyatakan hubungan koordinatif, maka kalimat macam itu dinamakan kalimat majemuk setara”.

Penghubung yang digunakan untuk menyatakan kesetaraan antara lain kata: dan, dan lagi, lagi pula, serta, lalu, kemudian, atau, tetapi, tapi, akan tetapi, sedang, sedangkan, namun, melainkan, sebaliknya, bahkan, malah, dan malahan.

Berikut beberapa contoh kalimat majemuk setara. (33) Badannya kurus, dan mukanya sangat pucat. (34) Orang itu miskin, lagi pula bodoh.

(35) Mereka sedang belajar, atau mungkin mereka sedang mengobrol. (2) Kalimat Majemuk Bertingkat.

Menurut Ramlan (1996) kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang di dalamnya klausa yang satu merupakan bagian dari klausa yang lain. Klausa yang merupakan bagian dari klausa lainnya disebut klausa bawahan, sedangkan klausa yang lainnya disebut klausa inti. Jadi kalimat majemuk bertingkat terdiri atas klausa inti dan klausa bawahan.

B. Relasi Antarklausa dalam Kalimat Majemuk 1. Relasi Antarklausa dalam Kalimat Majemuk Setara

(30)

Kadang koordinator dapat juga dihilangkan. Jika diperhatikan konteksnya, maka hubungan penjumlahan ada yang menyatakan sebab, urutan, waktu, pertentangan, dan perluasan. Relasi perlawanan ialah relasi yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam klausa pertama berlawanan atau tidak sama dengan apa yang dinyatakan dalam klausa kedua. Relasi ini ditandai dengan koordinator tetapi. Relasi perlawanan dapat dibedakan atas relasi yang menyatakan penguatan, implikasi, dan perluasan. Relasi pemilihan adalah relasi yang menyatakan pilihan diantara dua kemungkinan yang dinyatakan oleh kedua klausa yang dihubungkan. Koordinator yang digunakan untuk menyatakan relasi ini adalah atau. Relasi ini sering pula menyatakan pertentangan.

2. Relasi Antarklausa pada Kalimat Majemuk Bertingkat

Dalam kalimat majemuk bertingkat juga terdapat beberapa macam relasi antarklausa. Relasi tersebut antara lain relasi temporal, kondisional, final atau tujuan, konsesif, komparatif atau pembandingan, penyebaban, konsekutif atau akibat, cara, sangkalan, kenyataan, hasil, penjelasan dan atributif ( Moeliono, 1988)

C. Relasi Konsesif 1. Pengertian Relasi Konsesif

(31)

sesuatu diterima, diakui atau dianggap, yang bertentangan dengan isi bagian yang lain, tetapi tanpa ia dapat mempengaruhinya”. Dari beberapa definisi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa klausa konsesif merupakan klausa bawahan dalam kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif yang isinya bertentangan atau berlawanan dengan pernyataan klausa utama dan tidak mengubah apa pun dalam klausa utama tersebut.

Jika seseorang mengungkapkan kalimat majemuk dengan relasi konsesif seperti “Walaupun hari hujan, ibu pergi ke pasar”, kita akan tahu bahwa dua klausa tersebut merupakan suatu kebenaran atau fakta. Hari hujan merupakan suatu kebenaran dan ibu pergi ke pasar juga merupakan sebuah kebenaran. Jika kita mengasumsikan klausa pertama, “Walaupun hari hujan”, sebagai p, dan kluasa kedua, “ibu pergi ke pasar”, sebagai q, maka kita akan mendapatkan rumusan apa pun p maka q.

2. Pemarkah Konsesif

Subordinator yang biasa dipakai untuk menyatakan makna konsesif adalah walau(pun), meski(pun), sekalipun, biar(pun), kendati(pun), dan sungguh(pun)”

(Moeliono, 1988). Bentuk seperti ke mana pun, betapapun, apa pun, di mana pun, dan siapa pun dapat pula dipakai sebagai penghubung konsesif. Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.

(32)

(37) “Kau tak akan dapat cuti sakit walaupun mogok makan!”(HP 4/ 224) (38) ..., mengingat tugas-tugas turnamen itu akan tetap sulit dan

berbahaya, kendati kami telah mengambil langkah pengamanan...(HP 4/ 231)

(39) ..., dan akan memberikan dukungan sepenuh hati kepada juara Hogwats, siapa pun dia...(HP 4/ 232)

Kalimat-kalimat dia atas termasuk kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif. Klausa seperti: meskipun sudah bertahun-tahun lamanya keluarga Riddle tak tinggal di sana lagi; walaupun mogok makan; kendati kami telah

mengambil langkah pengamanan; siapa pun dia; merupakan klausa bawahan

yang tidak mengubah isi klausa utamanya. Penghubung konsesif yang digunakan antara lain meskipun, walaupun, kendati, dan juga menggunakan bentuk lain seperti siapa pun.

Pemarkah tersebut harus dinyatakan secara gramatikal. Jika dihilangkan maka kalimat tersebut menjadi tidak gramatikal atau tidak berterima. Perhatikan kontras kalimat di bawah ini.

(40) a. “Kau tak akan dapat cuti sakit walaupun mogok makan”. b. *”Kau tak akan dapat cuti sakit mogok makan”.

(33)

Dari beberapa pemarkah di atas, ada beberapa pemarkah yang mempunyai makna yang sama sehingga dapat saling menggantikan tanpa merubah makna dari keseluruhan kalimat. Pemarkah tersebut antara lain: walau(pun), meski(pun), kendati(pun), biar(pun), dan sekalipun. Perhatikan kalimat berikut.

(41) Kendatipun berat, Nicky berterima kasih diberi aneka cobaan.

Kalimat tersebut menggunakan pemarkah konsesif kendatipun. Kalimat tersebut tidak akan berubah maknanya jika pemarkah konsesif tersebut diganti dengan pemarkah walau(pun), meski(pun), biar(pun), dan sekalipun.

(42) Walau(pun) berat, Nicky berterima kasih diberi aneka cobaan. (43) Meski(pun) berat, Nicky berterima kasih diberi aneka cobaan. (44) Biar(pun) berat, Nicky berterima kasih diberi aneka cobaan. (45) Sekalipun berat, Nicky berterima kasih diberi aneka cobaan.

E. Konig (1994) menyatakan beberapa ciri pembeda konsesif dibanding relasi lainnya.

a) In contrast to most other types of adverbial clauses, there does not seem to be a concessive interogative adverb in any language,

analogous to English when, where, why, how, etc.

b) Concessive clauses cannot be the focus of a focusing adjunct ( focus particle) like only, even, just, especially ( Only because it is raining

vs. *Only although it was raining....).

(34)

d) Concessive clauses cannot be the focus of a negation or a polar interrogative ( Was he harassed because he was a journalist? Vs.

Was he harassed although he was a journalist?). (680)

3. Konsesif Kondisional

Relasi konsesif mempunyai kedekatan dengan jenis relasi yang lain. Konsesif sangat terkait erat dengan kondisional dan dapat juga berasal dari kondisional. Konsesif yang mirip dengan kondisional disebut dengan konsesiaf kondisional. Konjungsi yang dapat digunakan adalah konjungsi seperti siapa pun, di mana pun, dan ke mana pun. Beberapa ahli sering menggolongkan kalimat-

kalimat sebagai berikut ke dalam konsesif.

(46) Apa pun yang terjadi, ia tetap akan pergi.

(47) Mendapat pekerjaan atau tidak, ia tetap akan menikahi Susan bulan depan.

(48) Sekalipun ia tidak menemukan pekerjaan, ia tetap akan menikah bulan depan.

Secara sekilas, kalimat di atas terlihat seperti kondisional, yang merupakan rangkaian dari antecedent (protosis) dan consequent (apodosis). Kedua konstituen tersebut merupakan syarat baku yang ada pada kalimat kondisional. Antecedent menggambarkan apa yang dihipotesiskan, sedangkan consequent menggambarkan situasi atau kondisi yang akan atau mungkin terjadi. Klausa apa pun yang terjadi, mendapat pekerjaan atau tidak, sekalipun ia tidak menemukan pekerjaan terlihat

(35)

akan menikahi Susan bulan depan, ia tetap akan menikah bulan depan terlihat

sebagai sesuatu yang mungkin atau akan terjadi.

Antecedent dapat dinyatahan dengan partikel pun ( atau dengan bahasa

Inggris dapat dirumuskan dengan wh-ever). Misal konjungsi apa pun, siapa pun, di mana pun, ke mana pun, dan lainnya. Selain itu antecedent juga dapat

dinyatakan dengan disjunction ( ‘p atau tidak p’).

Konjungsi yang digunakan pada antecedent yang menggunakan partikel pun merupakan pronomina tak tentu. Pronomina tak tentu bukan saja menunjuk

pada benda yang ditentukan oleh situasi wicara atau konteks, melainkan menunjukkan pula bahwa yang dimaksudkan adalah benda dari suatu kelas yang terbatas. Misalkan konjungsi siapa pun menunjuk pada siapa saja atau manusia yang kelasnya terbatas.

Namun tetap ada perbedaan yang mendasar antara kondisional dan konsesif. Perbedan tersebut terdapat pada kebenaran dari kalimatnya. Apa yang dinyatakan pada kalimat kondisional pastilah hal-hal yang belum terjadi, sedangkan pada kalimat yang konsesif apa yang dinyatakannya merupakan suatu fakta walaupun saling bertentangan. Perhatikan kalimat berikut.

(49) Aku akan membeli rumah itu, jika aku punya banyak uang.

(50) Walaupun aku punya banyak uang, aku tak akan membeli rumah itu.

Kalimat pertama merupakan kalimat kondisional. Klausa jika aku punya banyak uang merupakan antecedent, sedangkan klausa aku akan membeli rumah

itu adalah consequent. Kalimat ini menyatakan sesuatu yang tidak terjadi.

(36)
(37)

29

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kualitatif. Secara umum dinyatakan bahwa metode kualitatif adalah “metode pengkajian atau metode penelitian terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang menggunakan prosedur-prosedur statistik” ( Subroto, 1992, h. 5). Dalam penelitian ini, peneliti mencatat dengan teliti dan cermat data yang berwujud kata-kata, kalimat-kalimat, wacana, ataupun dari data yang berupa gambar atau foto. Dari data tersebut peneliti kemudian melakukan anlisis data untuk membuat kesimpulan umum yang merupakan sistem atau kaidah yang bersifat mengatur. Jadi penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan ancangan strukturalisme, maksudnya “meneliti dan memerikan serta menerangkan segi-segi tertentu mengenai struktur bahasa berdasarkan fakta-fakta kebahasaan yang dijumpai dalam pertuturan” (Subroto, 1992, h. 32).

B. Data

(38)

C. Sumber Data

Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1)Novel Harry Potter Dan Piala Api karya J. K. Rowling.

(2)Tabloit Anita Cemerlang, 21 Agustus- 3 September 1998.

(3)Tabloit Femina no. 23, 5-11 Juni 2003; no 25, 19-25 Juni 2003; no. 32, 7-13 Agustus 2003; no. 48, 4-10 Desember 2003.

(4)Tabloit Aura no. 36, 25 September- 1 Oktober 2003; no. 45, 4- 10 Desember 2003; no. 7, 4- 10 Maret 2004; no. 13, 15- 21 April 2004; no. 20, 3- 9 Juni 2004.

Selain data tulis juga terdapat data lisan yang didapat dari lirik lagu Slank Makan Nggak Makan Asal Kumpul, iklan televisi Kecap Bango, beberapa acara

televisi dan radio berupa siaran kerohanian di PTPN dan RRI. Dalam mengambil data, peneliti sengaja mengambil data dari beberapa sumber yang berbeda dengan tujuan agar data yang nanti diperoleh beragam dan kompleks, sehingga dapat mewakili gambaran sebetulnya mengenai penggunaan bahasa Indonesia.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan untuk penyediaan data dalam penelitian ini adalah metode simak. “Disebut metode simak atau penyimakan karena memang berupa penyimakan: dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa” (Sudaryanto, 1993, h. 133).

(39)

Karena penelitian ini mengacu pada bahasa tulis dan lisan, maka peneliti menggunakan teknik pustaka dan teknik kerjasama dengan informan untuk melengkapi teknik-teknik pengadaan data di atas.

Menurut Subroto (1992, h. 42), teknik pustaka adalah “mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Sumber-sumber tertulis itu dapat berwujud majalah, surat kabar, karya sastra, buku bacaan umum, karya ilmiah, dan buku perundang-undangan”.

Menurut Subroto (1992) teknik kerjasama dengan informan dilaksanakan dengan meminta tanggapan informan tentang suatu data tertentu. Apakah kalimat yang berisi data tersebut merupakan kalimat yang wajar, jelas maksudnya, dan terasa lumrah, atau janggal, tidak jelas atau barangkali ragu-ragu.

Setelah data terkumpul kemudian dicatat pada kartu data seperti contoh berikut.

Keterangan :

F. 23/ 32/ 2 : Femina no. 23 / halaman 32/ kolom 2

(40)

E. Teknik Klasifikasi Data

Data yang telah terkumpul diklasifikasikan berdasarkan jenis pemarkah yang dipakai. Data tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu data A, data B, dan data C.

1. Data A

Data A merupakan data yang menggunakan pemarkah walau(pun), meski(pun), kendati(pun), sekalipun dan biar(pun). Semua pemarkah dalam tipe

ini dapat saling menggantikan tanpa mengubah informasi atau isi yang hendak disampaikan.

2. Data B

Data B merupakan data yang menggunakan pemarkah ke mana pun, betapapun, apa pun, siapa pun dan di mana pun. Pemarkah dalam tipe ini tidak

dapat saling menggantikan karena tiap pemarkah mengacu pada suatu hal tertentu. 3. Data C

Data merupakan data dengan pemarkah berupa disjungsi (p atau tidak p) dan perluasannya. Data C dibagi menjadi enam tipe, yaitu: Tipe C 1 [p –p, (p sama)]; Tipe C 2 [p atau(pun) q , ( p >< q)]; Tipe C 3 [p atau(pun) –p, (p sama)]; Tipe C 4 [mau p atau –p, (p sama)]; Tipe C 5 [mau p atau q, ( p >< q)]; dan Tipe C 6 [mau p mau q ( p tidak sama dengan q)].

F. Teknik Analisis Data

(41)

keseluruhan kaidah yang bersifat mengatur di dalam bahasa berdasarkan perilaku atau ciri-ciri kebahasaansatuan-satuan lingual tertentu” ( Subroto, 1992, h. 64).

Karena metode yang digunakan adalah metode distribusional, maka teknik yang digunakan adalah teknik-teknik yang terdapat dalam metode tersebut. Teknik lanjutan yang digunakan di sini adalah teknik lesap, ganti, sisip, dan parafrasis.

a. Teknik lesap atau delesi “dilaksanakan dengan melesapkan ( melepaskan, menghilangkan, menghapuskan, mengurangi) unsur tertentu satuan lingual yang bersangkutan” ( Sudaryanto, 1993, h. 37). Teknik ini berguna untuk mengetahui keintian kadar unsur yang dilesapkan.

b. Teknik ganti atau substitusi “dilaksanakan dengan mengganti unsur tertentu satuan lingual yang bersangkutan dengan “unsur” tertentu yang lain di luar satuan lingual yang bersangkutan” ( Sudaryanto, 1993, h. 37).

(42)

d. Teknik parafrasis yang “menyatakan secara berbeda (dalam arti normal) sebuah tuturan atau pernyataan atau konstruksi tertentu, tetapi informasi atau isi tuturan tetap terjaga atau lebih kurang sama” ( Subroto, 1992, h. 82).

G. Teknik Penarikan Kesimpulan

(43)

84

A. Gramatika Dasar Kalimat Tunggal

Analisis tentang gramatika dasar di sini dimaksudkan untuk mendapatkan kaidah dasar kalimat tunggal yang selanjutnya dijadikan kaidah dalam kalimat majemuk. Kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat berita, perintah, tanya, seru dan emfatik ( bandingkan dengan Moeliono, 1988).

1. Kalimat Berita

Secara umum, kalimat berita digunakan untuk memberikan informasi dari pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembaca. Berdasarkan jenis predikatnya maka kalimat berita dibedakan atas yang berpredikat nomina, adjektiva, dan verba.

a. Nomina

Perhatikan contoh kalimat di bawah ini. (1) Ayahnya dokter.

Pada kalimat di atas, subjeknya berupa ayahnya dan predikatnya dokter. Baik ayahnya maupun dokter merupakan bentuk nomina sehingga dalam satu kalimat terdapat dua nomina yang berurutan. Hal ini tidak menjadi masalah asal terpenuhi fungsi subjek dan predikatnya. Perhatikan juga kalimat berikut.

(2) Orang itu pencurinya. (3) Orang itulah pencurinya.

(44)

Hal itu disebabkan dalam struktur bahasa Indonesia secara keseluruhan partikel – lah menandai predikat. Hal ini perlu dibicarakan karena pada pembentukan

kalimat majemuk dengan relasi konsesif akan menemui kesulitan jika digunakan partikel –lah pada predikat nominanya.

Di sini sering terjadi kerancuan tentang nomina mana yang menjadi subjek dan predikat. Misalkan pada kalimat Amir penyanyi. Predikat dan subjeknya sama-sama berupa nomina. Dua kata nomina petani dan dokter tidak dapat digabungkan menjadi suatu kalimat tunggal. Hal ini dikarenakan tidak adanya partikel definit itu sehingga salah satunya dapat disebut sebagai subjek. Dua kata itu menjadi kalimat tunggal yang berterima jika berbentuk Petani itu adalah dokter.

b. Adjektiva

Perhatikan contoh kalimat di bawah ini. (4) Adiknya sakit.

(5) Pernyataan Pak Guru benar. (6) Alasan terdakwa itu agak aneh.

Pada ketiga kalimat di atas, subjeknya masing-masing adalah adiknya, pernyataan Pak Guru, dan alasan terdakwa itu, sedangkan predikatnya adalah

sakit, benar, dan (agak) aneh. Sakit, benar, dan ( agak) aneh merupakan kata-kata

(45)

c. Verba.

1) Verba intransitif

Perhatikan kalimat berikut. (7) Saya tidur.

(8) Adik datang dari kota. (9) Ibu duduk di kursi.

Pada kalimat (7) hanya terdapat dua unsur inti yaitu subjek, saya, dan predikat tidur, sedangkan pada kalimat (8) dan (9) terdapat unsur yang bukan inti yaitu dari kota dan di kursi. Selain itu juga ada verba dengan partikel –lah, misalkan pada kalimat Matilah dia dan Pergilah dia. Di sini verba yang menggunakan partikel –lah tetap sebagai predikat karena pada bahasa Indonesia partikel –lah digunakan untuk menyatakan sebuah predikat. Pada umumnya, dalam bahasa Indonesia verba intransitif berupa kata tunggal, seperti makan, mandi, tidur, dan lainnya. Verba ini tidak akan dibahas lebih lanjut karena jarang

digunakan sebagai dasar pembentukan kalimat majemuk bertingkat. 2) Verba transitif

Di bawah adalah contoh kalimat tunggal berpredikat verba transitif. (10)Saya menulis surat. ( monotransitif)

(11)Ibu memberi adik kue. ( bitransitif.)

(46)

lebih lanjut karena tidak bermasalah dalam pembentukannya menjadi kalimat majemuk.

3) Verba aktif

. Berikut adalah contoh kalimat tunggal yang predikatnya verba aktif. (12)Ia mengapur dinding.

(13)Petani bertanam padi. (14)Saya makan roti.

Di sini unsur inti yang wajib hadir tergantung pada verbanya, apakah aktif transitif, monotransitif, atau bitransitif. Untuk kalimat tunggal dengan predikat verba aktif monotransitif ada tiga fungsi inti yang wajib hadir yaitu subjek, predikat, dan objek. Kalimat tunggal dengan predikat verba aktif bitransitif ada empat fungsi inti yang harus hadir yaitu subjek, predikat, objek langsung dan objek tidak langsung.

4) Verba pasif

. Berikut adalah contoh kalimat tunggal berpredikat verba pasif. (15)Adik dipukul (oleh) ayah.

(47)

harus hadir yaitu subjek, predikat, objek langsung dan objek tidak lansung. Ada fungsi bukan inti yang menyertai misalkan preposisi oleh, yang biasanya diletakkan sebelum objek tak langsung. Pembahasan tentang aktif- pasif tidak menemui kendala sehingga tidak dibahas lebih luas lagi.

2. Kalimat Perintah

Kalimat jenis ini sering menggunakan partikel –lah. Karena kalimat tunggal, maka unsur intinya hanya satu. Berikut contoh kalimat tunggal yang berbentuk kalimat suruh.

(16)Datanglah engkau ke tumahku! (17)Pakai baju yang bersih!

Kalimat imperatif dapat juga berbentuk pasif. Namun karena jarang digunakan sebagai dasar pembentukan kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif maka bentuk ini tidak akan dibahas lebih lanjut.

Kalimat imperatif dapat juga berbentuk negatif dengan penambahan partikel jangan di awal atau sesudah subjek kalimat. Kalimat ini digunakan untuk menyatakan larangan.

(18)a. Kita pergi bersama-sama.

b. Jangan kita pergi bersama-sama!

c. Saya minta supaya kita tidak pergi bersama-sama!

Kalimat imperatif juga dapat dibentuk dengan penambahan partikel lah, coba, silakan, ayo, biar, harap, hendaklah, hendaknya, mari, mohon dan tolong.

(48)

berkendala dalam pembentukannya menjadi kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif.

3. Kalimat tanya

Kalimat tanya dapat berupa –wh quetions yang menggunakan kata tanya seperti siapa, mengapa, bagaimana dan seterusnya. Selain itu ada juga kalimat tanya yang disebut ya atau tidak atau yes or no questions. Kalimat jenis ini dapat dibentuk dengan penambahan kata bukan, partikel kan, dan tanda tanya. Perhatikan kalimat berikut.

(19)Dia ayahmu, kan? (20)Dia ayahmu, bukan? (21)Dia ayahmu?

4. Kalimat seru

(49)

5. Kalimat emfatik.

Kalimat emfatik memberikan penegasan khusus pada subjek. Penegasan ini biasanya dengan menambahkan keterangan sambung yang di belakang subjek dan partikel –lah pada subjek. Misalkan pada kalimat berikut.

(22)Dialah yang memulai pertengkaran itu.

(23)Penduduk desa itulah yang akan mengadu ke DPR.

Namun karena jarang ditemukan kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif yang menggunakan kalimat bentuk emfatik, maka tidak akan dibahas lebih lanjut.

B. Kalimat Majemuk

Seperti halnya pada kalimat tunggal, kalimat majemuk dapat berupa kalimat berita, suruh, dan tanya. Berikut beberapa contoh kalimatnya.

1. Kalimat Berita

(24)Orang-orang segera berebut membelikan minum si juru masak, karena ingin mendengar lebih banyak detail.

(25)Akhirnya mereka berhasil menyalakan api, walaupun masih perlu satu jam lagi sampai apinya cukup panas untuk memasak.

(26)Aula besar rasanya jauh lebih penuh daripada biasanya, walaupun cuma ketambahan dua puluh anak.

(50)

2. Kalimat Suruh

(28)Jangan sebut-sebut apa pun tentang luar negeri selama kau di sini kalau tak mau bosan setengah mati!

(29)Pergilah dan melapor kepada mandormu ada kecelakaan di sini! (30)Jangan pernah kembali ke sini tanpa barang yang engkau janjikan!

3. Kalimat tanya

(31)Menurut kalian Irlandia akan menang tapi Krum akan mendapatkan snitchnya?

(32)Karena orang waras mana yang bersedia kehilangan pekerjaan yang baik dan atasan yang sempurna?

4. Pelesapan Unsur Inti pada Kalimat Majemuk

Berdasarkan proses pembentukannya, kalimat majemuk disusun atas dua klausa atau lebih, maka ada kemungkinan terjadinya pelesapan. Unsur yang dapat dilesapkan dapat berupa subjek, predikat atau verba, dan objek.

(51)

tersebut tidak harus hadir jika berada dalam konstruksi kalimat majemuk bertingkat. Hal ini disebut dengan pelesapan. Pelesapan adalah penghapusan suatu unsur karena alasan tertentu. Perhatikan kalimat berikut.

(32)Meskipun mereka sudah banyak mendengar tentang Dobby dari Harry,

mereka belum pernah bertemu dengannya.( HP 4/ 125)

(33)Dia melindungi wajahnya, meskipun boks utama itu tidak begitu terang.( HP 4/ 125)

Dua kalimat di atas adalah kalimat majemuk bertingkat yang terdiri atas dua klausa. Pada kalimat (32)Mereka belum pernah bertemu dengannya adalah klausa utama, sedangkan Mereka sudah banyak mendengar mendengar tentang Dobby dari Harry adalah klausa sematan. Pada kalimat (33), Dia melindungi

wajahnya adalah klausa utama, sedangkan Boks utama tidak begitu terang adalah

klausa sematan. Pada dua kalimat di atas, kita melihat bahwa semua unsur inti yang dimiliki kalimat tunggal hadir pada semua klausanya. Unsur inti tersebut adalah subjek mereka ( untuk kalimat 32), dia dan boks utama (untuk kalimat 33); predikat mendengar, bertemu (untuk kalimat 32), melindungi dan (tidak begitu) terang ( untuk kalimat 33) dan objek Dobby, dengannya ( untuk kalimat 32), dan

wajahnya (untuk kalimat 33).

Perhatikan juga beberapa kalimat di bawah ini.

(34)Harry masih mencari-cari di dalam sakunya, meskipun sudah tahu tongkatnya tak ada di sana.( HP 4/ 157)

(52)

Pada kalimat (34), klausa utamanya, Harry merupakan subjek, mencari-cari merupakan predikat di dalam sakunya merupakan keterangan tempat. Di sini

ada pelesapan objek yang seharusnya ada pada kalimat tunggal berpredikat verba monotransitif, yaitu tongkat. Pada klausa sematannya, tahu ( mengetahui) sebagai predikat, tongkatnya sebagi objek, tak ada di sana merupakan keterangan. Di sini ada pelesapan subjek yang seharusnya hadir pada kalimat tunggal berpredikat verba monotransitif, yaitu subjek Harry. Pelesapan ini dimungkinkan untuk kesingkatan karena pada klausa utama tongkat tidak disebut karena sudah disebut pada klausa sematan, sedangkan Harry pada klausa sematan tidak disebut karena sudah disebut pada klausa utamanya. Secara lengkap kalimat (34) dapat digambarkan sebagai berikut.

(34)Harry masih mencari-cari [-] di dalam sakunya, meskipun [-] Su Ou Ss

sudah tahu tongkatnya tak ada di sana. Os

Pada kalimat (35), klausa utama, kau sebagi subjek, dapat sebagai predikat, dan cuti sakit sebagai objek. Pada klausa sematannya mogok makan sebagai predikat. Di sini terjadi pelesapan subjek kau karena sudah ada pada klausa utamanya.

(53)

Pada kalimat (36), klausa utama, dia sebagai subjek, membaca sebagai predikat dan pertanda sebagai objek. Pada klausa sematannya hanya ada orang lain sebagai subjek dan tidak sebagai partikel negasi. Di sini terjadi dua pelesapan, yaitu pelesapan predikat membaca dan objek pertanda.

(36)Dia membaca pertanda, meskipun orang lain tidak [ ] [ ]. Pu Ou Ps Os

C. Relasi Konsesif 1. Tipe-Tipe Relasi Konsesif a. Tipe A

Tipe A digolongkan data A dengan pemarkah walau(pun), meski(pun), kendati(pun), biar(pun) dan sekalipun. Pemarkah golongan ini dapat saling

menggantikan tanpa mengubah maknanya. Perhatikan kallimat berikut.

(37)Kau tak akan dapat cuti sakit walaupun mogok makan. (HP 4/ 224). Kalimat di atas tidak akan berubah maknanya jika penandanya diganti dengan penanda yang lain dalam golongan ini.

“Kau tak akan dapat cuti sakit walaupun mogok makan!” meskipun

kendatipun biarpun sekalipun

(54)

(38)a. Kau tak akan dapat cuti sakit walaupun mogok makan. b. Kau tak akan dapat cuti sakit mogok makan.

Konjungsi jenis ini dapat saling menggantikan tanpa mengubah informasi yang ingin diungkapkan. Konjungsi ini berbeda dalam hal pemakaiannya. Konjungsi walau(pun) dan meski(pun) merupakan konjungsi yang dapat digunakan dalam situasi formal maupun informal. Kedua konjungsi ini dapat dipakai dalam bahasa lisan maupun tulis. Konjungsi kendati(pun) digunakan dalam situasi yang cenderung formal. Dalam situasi yang kurang formal jarang digunakan. Konjungsi ini juga cenderung digunakan dalam bahasa tulis atau bahasa lisan yang formal misalkan pada berita televisi. Konjungsi biar(pun) dan sekalipun cenderung digunakan pada situasi lisan yang kurang formal. Konjungsi

ini juga dapat ditemukan pada ragam tulis yang tidak ilmiah seperti cerpen dan novel.

Berikut adalah contoh kalimat majemuk bertingkat dengan klausa bawahan konsesif.

(39)Penduduk Desa Little Hangleton masih menyebutnya “Rumah Riddle”, meskipun sudah bertahun-tahun lamanya keluarga Riddle tak tinggal di sana lagi.(HP 4/ 9)

(40)Walau sudah bertahun-tahun Frank tidak masuk ke situ, dia masih ingat letak pintu ke ruang depan,... (HP 4/ 15)

(55)

(42)“Percy tak akan mengenali lelucon, sekalipun lelucon itu menari telanjang di depannya... .”(HP 4/ 464)

(43)Geng cowok, biar suka keluar malam, nggak selamanya melakukan hal-hal yang negatif, kan?( AC 21/21/ 2)

Kalimat di atas masing-masing menggunakan konjungsi walau(pun), meski(pun), kendati(pun), sekalipun, dan biar(pun) untuk menandai hubungan

konsesif antara klausa bawahan dengan klausa utamanya. 1) Pembentukan Kalimat Majemuk Konsesif Tipe A

Kalimat majemuk berasal dari minimal dua klausa atau kalimat tunggal yang dijajarkan. Berdasarkan aktif atau pasif verbanya, maka kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif dapat diuraikan sebagai berikut.

(1) Klausa inti aktif + klausa bawahan aktif

(44)Meskipun Ron membeli topi shamrock, dia juga membeli boneka Viktor Krum.( HP 4/ 120)

Kalimat di atas terdiri atas klausa dia juga membeli boneka Viktor Krum sebagai klausa utama. Verba membeli klausa utamanya merupakan bentuk aktif. Klausa sematan meskipun Ron membeli topi shamrock mempunyai verba membeli merupakan verba yang berbentuk aktif.

(2) Klausa inti aktif + klausa bawahan pasif

(45)Kamu akan ngeliat wajahnya, walaupun setelah didekati ternyata bukan.( AC 21/ 53/ 3)

(56)

(47)Meski keuangan dipegang oleh saya, suami diam-diam memesan aksesori.(F 48/ 50/ 2)

Klausa inti pada kalimat di atas mempunyai verba ngeliat, menghambat, dan memesan yang merupakan bentuk aktif. Klausa sematan pada kalimat di atas memiliki verba didekati, dikategorikan, dan dipegang yang merupakan bentuk pasif.

(3) Klausa inti pasif + klausa bawahan aktif

Dalam penelitian ini, tidak dijumpai data dengan klausa inti yang berbentuk pasif dan klausa bawahan yang berbentuk aktif. Untuk itu diadakan data yang merupakan data yang diturunkan dari data yang telah ada. Bentuk pasif dapat diasumsikan berasal dari bentuk aktif. Untuk itulah diambil data yang memiliki verba aktif pada klausa intinya dan verba aktif untuk klausa bawahannya. Bentuk aktif pada klausa inti tersebut kemudian diubah menjadi bentuk pasif. Perhatikan kalimat di bawah ini.

(48)Saat anda memilihnya, walaupun banyak pria mengejar anda.( F 23/ 24/ 3)

Jika verba pada klausa utama diganti dengan bentuk pasif maka kalimat di atas akan menjadi seperti berikut.

(49)?Saat dia dipilih (oleh) anda, walaupun banyak pria mengejar anda. Bentuk di atas mungkin merupakan bentuk yang gramatikal. Namun bentuk seperti itu jarang sekali atau meragukan untuk digunakan dalam tuturan. Perhatikan juga kalimat di bawah ini.

(57)

(51)?Pintu tak boleh dibuka (oleh) mereka, tak peduli siapa pun yang ketuk.

Seperti halnya kalimat sebelumnya, kalimat di atas mungkin merupakan bentuk yang gramatikal. Namun bentuk tersebut jarang digunakan dalam tuturan karena dianggap janggal oleh penutur.

Perhatikan juga kalimat di bawah ini.

(52)Dia membaca pertanda, meskipun orang lain tidak.( HP 4/ 276)

Kalimat tersebut memiliki verba yang sama untuk kedua klausanya yaitu membaca yang merupakan bentuk aktif. Verba pada klausa sematannya dilesapkan. Jika verba pada klausa inti diganti dengan bentuk pasif maka akan seperti berikut.

(53)Pertanda dibaca (oleh) dia, meskipun orang lain tidak ( membacanya). Kalimat di atas adalah bentuk gramatikal dan tidak meragukan. Hal ini mungkin dikarenakan verba pada kedua klausanya sama. Jadi bentuk klausa inti pasif dan klausa sematan aktif tidak akan menemui kendala jika verba pada kedua klausanya sama.

(4) Klausa inti pasif + klausa bawahan pasif

(54)Walau sudah dicuci, di rumah pasti dicuci lagi.( F 48/ 49/ 1)

(55)Kalimat itu diucapkannya dengan sadar, meskipun ia yakin tak akan ditanggapi. ( AC 21/ 44/ 1)

(56)Siapa pun yang dipilih, jangan terlalu dipandang secara sepihak.( AC 21/ 21/ 2)

(58)

Selain berdasarkan verba, pembentukannya juga dapat didasarkan pada jenis predikatnya. Misalkan saja pada kalimat Walaupun dia penyanyi terkenal, hidupnya sederhana. Klausa sematannya menggunakan subjek dan predikat yang

berupa nomina. Namun nomina dengan partikel lah tidak dapat digunakan. Misalnya pada kalimat *Walaupun dialah penyanyi terkenal, hidupnya sederhana.

2) Bentuk Kalimat Majemuk Bertingkat Konsesif

Seperti kalimat majemuk lain, kalimat majemuk bertingkat dapat berupa kalimat tanya, suruh, atau berita.

(1) Kalimat berita.

Kalimat majemuk bertingkat dengan klausa bawahan konsesif dapat berupa kalimat berita. Perhatikan contoh kalimat berikut.

(57)Akhirnya mereka berhasil menyalakan api, walaupun masih perlu satu jam lagi sampai apinya cukup panas untuk memasak.( HP 4/ 111) (58)Aula besar rasanya jauh lebih penuh daripada biasanya, walaupun

cuma ketambahan dua puluh anak.( HP 4/ 307)

(59)Walaupun Snape sudah mencurigai Hary sejak dulu, dia tak pernah berhasil membuktikannya.( HP 4/ 620)

(2) Kalimat Suruh

Kalimat berikut merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif bentuk suruh.

(59)

(61) Meski keadaan menjadi sulit, usahakan jangan mengeluh! ( F 32/ 30/ 1)

Namun, dalam hal ini tidak ditemukan kalimat perintah dengan partikel – lah, kata persilahan atau ajakan. Untuk membuktikannya maka dibuat kalimat

suruh dari kalimat berita dengan menambahkan patikel –lah , kata persilahan silahkan atau kata ajakan mari, marilah, ayo, dan ayolah.. Perhatikan kalimat

berikut.

(62) *Pergilah jalan-jalan walaupun hari sedang hujan! (63) *Silahkan jalan-jalan walaupun hari sedang hujan! (64) *Mari jalan-jalan walaupun hari sedang hujan! (65) *Ayo jalan-jalan walaupun hari sedang hujan! (3) Kalimat tanya

Kalimat majemuk bertingkat dengan klausa bawahan konsesif dapat berupa kalimat tanya. Namun kalimat tanyanya hanya terbatas pada jenis polar interrogative. Kalimat tanya jenis ini dapat dibuat dengan penambahan partikel

kan, tanda tanya, penambahan kata bukan dan tidak. Perhatikan kalimat berikut. (66) Geng cowok, biar suka keluar malam, nggak selamanya melakukan

hal-hal negatif, kan?( AC 21/ 21/ 2)

(67) Dia sungguh-sungguh mempercayai Snape, meskipun Snape palahap maut?

Klausa konsesif tidak bisa terdapat pada kalimat tanya dengan tipe wh- questions. Untuk mengujinya maka dibuat bentuk tanya yang diturunkan dari

(60)

(68) *Siapa yang tampaknya sedang menunggu sesuatu, meskipun Harry hanya bisa melihat puncak topi-topi mereka?

3) Pelesapan Unsur Inti pada Kalimat Majemuk Konsesif Tipe A

Pelesapan unsur inti pada kalimat majemuk dengan klausa konsesif tipe ini mengikuti aturan pelesapan unsur inti pada kalimat majemuk. Unsur inti yang sama dapat dilesapkan salah satunya. Berikut contoh kalimatnya.

(69) Harry masih mencari-cari di dalam sakunya, meskipun sudah tahu tongkatnya tak ada di sana.( HP 4/ 157)

(70) Kamu tak akan dapat cuti sakit walaupun mogok makan.( HP 4/ 224) (71) Dia membaca pertanda, meskipun orang lain tidak.( HP 4/ 276)

Pada kalimat (69), klausa utamanya, Harry merupakan subjek, mencari-cari merupakan predikat di dalam sakunya merupakan keterangan tempat. Di sini

(61)

(69) Harry masih mencari-cari [-] di dalam sakunya, meskipun [-] Su Ou Ss

sudah tahu tongkatnya tak ada di sana. Os

Pada kalimat (70), klausa utama, kau sebagi subjek, dapat sebagai predikat, dan cuti sakit sebagai objek. Pada klausa sematannya mogok makan sebagai predikat. Di sini terjadi pelesapan subjek kau karena sudah ada pada klausa utamanya.

(70) Kamu tak akan dapat cuti sakit walaupun [ ] mogok makan. Su Ss

Pada kalimat (71), klausa utama, dia sebagai subjek, membaca sebagai predikat dan pertanda sebagai objek. Pada klausa sematannya hanya ada orang lain sebagai subjek dan tidak sebagai partikel negasi. Di sini terjadi dua pelesapan, yaitu pelesapan predikat membaca dan objek pertanda.

(71) Dia membaca pertanda, meskipun orang lain tidak [ ] [ ]. Pu Ou Ps Os

b. Relasi Konsesif Tipe B

Data yang digolongkan pada data B adalah data dengan pemarkah ke mana

pun, betapapun, apa pun, siapa pun, dan di mana pun. Pemarkah pada golongan

(62)

hal tertentu. Kata ke mana pun mengacu pada suatu tempat yang dituju tak tentu, kata siapa pun mengacu pada seseorang tak tentu, betapapun mengacu pada suatu situasi atau keadaan tak tentu, apa pun mengacu pada suatu hal tak tentu, dan di mana pun mengacu pada tempat berada tak tentu. Perhatikan contoh kalimat

berikut.

(72) Ke mana pun kita pergi, kita bertemu orang-orang yang sama. ( A. 36/ 20/ 1).

Kalimat di atas terdiri atas dua klausa, yaitu klausa kita bertemu orang-orang yang sama sebagai klausa utama dan klausa ke mana pun kita pergi. Di sini

digunakan kata ke mana pun untuk pemarkah konsesif. Kata ke mana pun berfungsi sebagai kata penegas, seperti kata ke mana saja. Pemarkah ke mana pun tidak dapat diganti dengan pemarkah lain dalam tipe ini. Hal ini dikarenakan kata ke mana pun mengacu pada suatu tempat yang dituju tak tentu. Jika diganti

dengan pemarkah lain maka kalimatnya menjadi tak berterima. Perhatikan kalimat berikut.

(73) Ke mana pun kita pergi, kita bertemu orang-orang yang sama. ( A. 36/ 20/ 1).

*betapapun

*apa pun kita pergi, kita bertemu orang-orang yang sama. *siapa pun

*di mana pun

Berikut beberapa contoh lain kalimat tipe ini.

(63)

(75) Perpisahan, betapapun rapi dan cantik dibungkusnya, selalu berujung kesedihan.(F. 32/ 132/ 2)

(76) Dia berharap bahwa, di mana pun Sirius berada, dia menikmatinya. ( HP 4/ 38)

(77) ..., dan akan memberikan dukungan sepenuh hati kepada juara Hogwats, siapa pun dia...(HP 4/ 232)

1) Pembentukan Kalimat Majemuk Bertingkat Konsesif Tipe B

Proses pembentukan kalimat majemuk dengan klausa konsesif tipe ini dapat mengikuti aturan pada pembentukan kalimat majemuk dengan klausa konsesif tipe A di atas.

Kalimat majemuk berasal dari minimal dua klausa atau kalimat tunggal yang dijajarkan. Berdasarkan aktif atau pasif verbanya, maka kalimat majemuk bertingkat dengan relasi konsesif dapat diuraikan sebagai berikut.

(1) Klausa inti aktif + klausa bawahan aktif

(78) Mereka tak boleh membuka pintu, tidak peduli siapa pun yang ketuk. Kalimat di atas terdiri atas klausa mereka tak boleh membuka pintu sebagai klausa utama. Verba membuka klausa utamanya merupakan bentuk aktif. Klausa sematan tidak peduli siapa pun yang ketuk mempunyai verba ketuk ( mengetuk) merupakan verba yang berbentuk aktif.

(2) Klausa inti aktif + klausa bawahan pasif

(64)

Klausa sematan pada kalimat di atas memiliki verba dilakukan yang merupakan bentuk pasif.

(3) Klausa inti pasif + klausa bawahan aktif

Dalam penelitian ini, tidak dijumpai data dengan klausa inti yang berbentuk pasif dan klausa bawahan yang berbentuk aktif. Untuk itu diadakan data yang merupakan data yang diturunkan dari data yang telah ada. Bentuk pasif dapat diasumsikan berasal dari bentuk aktif. Untuk itulah diambil data yang memiliki verba aktif pada klausa intinya dan verba aktif untuk klausa bawahannya. Bentuk aktif pada klausa inti tersebut kemudian diubah menjadi bentuk pasif. Perhatikan kalimat di bawah ini.

(80) Saat anda memilihnya, walaupun banyak pria mengejar anda.( F 23/ 24/ 3)

Jika verba pada klausa utama diganti dengan bentuk pasif maka kalimat di atas akan menjadi seperti berikut.

(81) ?Saat dia dipilih (oleh) anda, walaupun banyak pria mengejar anda. Bentuk di atas mungkin merupakan bentuk yang gramatikal. Namun bentuk seperti itu jarang sekali atau meragukan untuk digunakan dalam tuturan. Perhatikan juga kalimat di bawah ini.

(82) Mereka tak boleh membuka pintu, tidak perduli siapa pun yang ketuk.( A 13/ 13/ 2)

(65)

Seperti halnya kalimat sebelumnya, kalimat di atas mungkin merupakan bentuk yang gramatikal. Namun bentuk tersebut jarang digunakan dalam tuturan karena dianggap janggal oleh penutur.

Perhatikan juga kalimat di bawah ini.

(84) Dia membaca pertanda, meskipun orang lain tidak.( HP 4/ 276)

Kalimat tersebut memiliki verba yang sama untuk kedua klausanya yaitu membaca yang merupakan bentuk aktif. Verba pada klausa sematannya dilesapkan. Jika verba pada klausa inti diganti dengan bentuk pasif maka akan seperti berikut.

(85) Pertanda dibaca (oleh) dia, meskipun orang lain tidak ( membacanya). Kalimat di atas adalah bentuk gramatikal dan tidak meragukan. Hal ini mungkin dikarenakan verba pada kedua klausanya sama. Jadi bentuk klausa inti pasif dan klausa sematan aktif tidak akan menemui kendala jika verba pada kedua klausanya sama.

(4) Klausa inti pasif + klausa bawahan pasif

(86) Siapa pun yang dipilih, jangan dipandang secara sepihak. Verba pada kalimat di atas merupakan verba bentuk pasif. 2) Bentuk Kalimat Majemuk Konsesif Tipe B.

Seperti halnya tipe A, bentuk kalimat majemuk dengan klausa konsesif tipe ini mengikuti aturan bentuk kalimat pada tipe A di atas. Perhatikan kalimat berikut.

(66)

(88) Jangan pernah pergi dengan orang tak dikenal, apa pun yang dijanjikan atau dikatakannya! ( A. 13/ 13/ 4).

(89) Apa pun yang terjadi, dia tetap ayah anak-anak saya, kan?

Kalimat (87) merupakan kalimat berita, kalimat (88) merupakan kalimat perintah, dan kalimat (89) merupakan kalimat tanya yang diturunkan dari kalimat berita Apa pun yang terjadi, dia tetap ayah anak-anak saya.

3) Pelesapan Unsur Inti pada Kalimat Majemuk Konsesif Tipe B

Pelesapan unsur inti pada kalimat majemuk dengan klausa konsesif tipe ini mengikuti aturan dasar pelesapan unsur inti pada kalimat majemuk secara umum. Jika ada kata yang fungsinya sama maka salah satunya dapat dilesapkan.

(90) Apa pun tren yang sedang berlaku, kini tak penting lagi untuk anda. ( A. 45/ 22/ 3)

Pada klausa utamanya ada unsur yang dilesapkan yaitu subjek yang berupa tren yang sedang berlaku.

c. Relasi Konsesif Tipe C

(67)

Secara mudah tipe ini dapat digambarkan dengan bagan berikut.

1) Tipe C 1; p –p, (p sama)

Tipe ini menggunakan satu kata yang sama (p), kemudian menggunakan partikel negasi diantara keduanya untuk menandai bahwa klausa itu adalah konsesif. Misalkan saja (p) kata makan, menjadi makan nggak makan dalam kalimat Makan nggak makan, asal kumpul. Bentuk seperti ini disebut dengan disjungsi atau pemisahan dengan kaidah p atau tidak p. Di sini partikel atau dihilangkan.

(91) Mau tidak mau, media harus mengurangi eksploitasi perempuan untuk objek seks. ( PTPN, 27 Juli 2004).

Kalimat di atas terdiri atas dua klausa yaitu media harus mengurangi eksploitasi perempuan untuk objek seks sebagai klausa utama dan klausa mau

p atau tidak p

p tidak p p atau(pun) q

p atau(pun) tidak p

mau p atau tidak p

mau p atau q

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil refleksi siklus II , tindakan yang dilakukan dengan latihan mendemonstrasikan pola tabuhan alat musik gendang rebana, dengan teknik yang benar dapat

Sedangkan, Centroid Linkage adalah metode klaster hierarki yang dapat digunakan pada data yang mengandung outlier, dimana outlier bisa membuat data yang diolah

e syllabus h ur teaching.

Dua faksi protein hasil isolasi menunjukkan kemampuan antioksidan, dimana protein dengan berat molekul sekitar 30 kD mempunyai aktivitas antioksidan tertinggi

Pertama, adalah perluasan cara menampilkan gambaran tentang seseorang yang tak hanya dengan menampilkan wajah atau atribut pakaian yang digunakannya, tapi juga lewat

Untuk kasus bintang ganda ini biasanya massa bintang dalam massa matahari dan periode orbit dalam tahun, maka rumus Kepler 3-nya sama saja matahari dan periode orbit dalam tahun,

penggunaan produksi dalam negeri sesuai dengan penawaran peserta yang. bersangkutan serta sanksi bila yang bersangkutan

Usulan yang diberikan kepada Sky Karaoke, yaitu lebih memperhatikan jumlah microphone pada ruangan, memperhatikan kualitas tampilan Tv, memperhatikan kualitas sound