• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN GRAMATIKAL TEKS BERITA DALAM KORAN HARIAN RADAR CIREBON SEBAGAI BAHAN AJAR MATA KULIAH PENYUNTINGAN PADA MAHASISWA PRODI DIKSATRASIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN GRAMATIKAL TEKS BERITA DALAM KORAN HARIAN RADAR CIREBON SEBAGAI BAHAN AJAR MATA KULIAH PENYUNTINGAN PADA MAHASISWA PRODI DIKSATRASIA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN GRAMATIKAL TEKS BERITA DALAM

KORAN HARIAN RADAR CIREBON

SEBAGAI BAHAN AJAR MATA KULIAH PENYUNTINGAN

PADA MAHASISWA PRODI DIKSATRASIA

Riskha Arfiyanti, S.Pd., M.Pd. arfiyanti.riskha@gmail.com Mira Nuryanti, S.Pd., M.Pd. miranuryanti@yahoo.co.id Bela Nurzaman, S.Pd., M.Pd. belanurzaman@gmail.com ABSTRAK

Perkembangan koran lokal di Cirebon mengukuhkan eksistensi dunia penerbitan sekaligus merupakan representasi pembinaan dan perkembangan bahasa jurnalistik di daerah sebagai wahana pencerdasan pada masyarakat. Namun, pada praktiknya masih terdapat kekeliruan penggunaan bahasa yang dimuat di media massa tersebut. Jika fakta kebahasaan tersebut dibiarkan, bahasa media tidak akan berwujud sehingga menjadi wahana belajar yang kontraproduktif bagi masyarakat.

Dalam Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Diksatrasia), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, terdapat mata kuliah pilihan untuk membekali mahasiswa keterampilan kecakapan hidup sehingga mereka memungkinkan memilih profesi lain, selain menjadi guru, yakni sebagai penyunting atau editor dalam dunia penerbitan, baik penerbitan buku maupun penerbitan media massa.

Salah satu kendala dalam pelaksanaan perkuliahan Mata Kuliah Penyuntingan adalah minimnya bahan ajar yang sesuai dengan silabus. Dalam penelitian ini, bahan ajar yang dimaksud ialah modul penyuntingan teks berita.

Masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut. Bagaimanakah penggunaan gramatikal teks berita dalam harian umum surat kabar Radar Cirebon? Bagaimanakah bentuk rancangan bahan ajar Mata Kuliah Penyuntingan sebagai hasil kajian gramatikal teks berita dalam harian umum surat kabar Radar Cirebon? Tujuan penelitian ini, yaitu mendeskripsikan penggunaan gramatikal teks berita dalam harian umum surat kabar Radar Cirebon; dan mendeskripsikan bentuk rancangan bahan ajar Mata Kuliah Penyuntingan sebagai hasil kajian gramatikal teks berita dalam harian umum surat kabar Radar Cirebon?

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah teks berita koran harian Radar Cirebon. Data penelitian berupa kata dan kalimat dalam teks berita yang masih belum berterima secara gramatikal. Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan metode simak (baca) teks berita

Penelitian menghasilkan bahan ajar berupa modul Mata Kuliah Penyuntingan yang di dalamnya terdapat kajian kebahasan jurnalistik dari segi kelayakan gramatikal, baik kata

(2)

maupun kalimat, pada koran harian Radar Cirebon. Dengan penggunaan modul ini diharapkan mahasiswa sebagai calon penyunting terampil dalam menyunting bahasa media jurnalistik. Namun, dalam makalah ini, hanya mendeskripsikan rumusan masalah yang pertama karena rancangan bahan ajar masih dalam proses penelitian.

Kata Kunci: kajian gramatikal, teks berita, bahan ajar

A. PENDAHULUAN

Kunjana (2010: V), seorang penulis dan penyunting teks berita media cetak, memaparkan fakta-fakta kekeliruan penggunaan bahasa jurnalistik sebagai berikut. 1) Bahasa yang secara linguistik benar, tetapi dalam media massa tidak berterima. 2) Terdapat bentuk-bentuk kebahasaan jurnalistik yang bertentangan dengan kaidah-kaidah kebahasaan. Jika fakta kebahasaan tersebut dibiarkan, bahasa media tidak akan berwujud sehingga menjadi wahana belajar yang kontraproduktif bagi masyarakat. Selain permasalahan bahasa jurnalistik di atas, Slamet (2014: 39-40) mengungkapkan fakta-fakta masalah bahasa dalam surat kabar, yaitu sebagai berikut. 1) Bahasa koran yang keliru dapat berpengaruh pada bahasa pembaca karena pembaca yang kurang menguasai penggunaan bahasa ada kemungkinan dia meniru bahasa yang salah tersebut. 2) Kesalahan fungsi gramatikal akan membuat kesalahan penafsiran makna. Salah satu bentuk jurnalistik adalah media cetak dan produk jurnalistik media cetak, di antaranya berupa teks berita (Sumadiria, 2008: 6). Teks berita adalah teks yang berisi kabar dan informasi serta merupakan tulisan wartawan (2014: 242).

Perkembangan koran lokal di Cirebon mengukuhkan eksistensi dunia penerbitan sekaligus merupakan representasi pembinaan dan perkembangan bahasa jurnalistik di daerah sebagai wahana pencerdasan pada masyarakat. Hal tersebut selaras dengan pendapat Alwi (2011: 162) yang menyatakan bahwa media massa (cetak dan elektronik) merupakan media komunikasi yang sangat efektif sebagai sarana pengembangan dan pembinaan bahasa sehingga menjadi tolak ukur penggunaan bahasa yang baik dan benar. Dengan demikian, pemakaian bahasa Indonesia dalam teks berita surat kabar seharusnya mencerdaskan masyarakat dalam berbahasa laras jurnalistik.

Dalam Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Diksatrasia), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon, terdapat mata kuliah pilihan untuk membekali mahasiswa keterampilan kecakapan hidup sehingga mereka memungkinkan memilih profesi lain, selain menjadi guru, yakni sebagai penyunting atau editor dalam dunia penerbitan, baik penerbitan buku maupun penerbitan media massa.

Menurut Kurniawan (2013: 46), seorang penyunting bahasa surat kabar harus gemar membaca surat kabar lain yang memiliki kualitas bahasa yang baik. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan hasil suntingannya. Kemudian, penyunting tersebut tidak ketinggalan informasi dan istilah-istilah terbaru. Oleh karena itu, mahasiswa Mata Kuliah Penyuntingan pun harus menyunting bahasa jurnalistik melalui kajian gramatikal, baik kata maupun kalimat, untuk mengasah dan meningkatkan kualitas hasil suntingannya agar mereka dapat menjadi penyunting profesional bahasa media massa, khususnya mahasiswa Mata Kuliah Penyuntingan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang akan mengajarkan penyuntingan di sekolah ataupun kelak menjadi penyunting bahasa media massa (editor).

Salah satu kendala dalam pelaksanaan perkuliahan Mata Kuliah Penyuntingan adalah minimnya bahan ajar yang sesuai dengan silabus. Dalam penelitian ini, bahan ajar yang dimaksud ialah modul penyuntingan teks berita.

(3)

Dengan demikian, dalam penelitian ini, peneliti bermaksud mengkaji kebahasan jurnalistik dari segi kelayakan gramatikal, baik kata maupun kalimat, pada koran harian

Radar Cirebon sebagai bahan ajar Mata Kuliah Penyuntingan agar mahasiswa sebagai calon

penyunting terampil dalam menyunting bahasa media jurnalistik. Masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut. Bagaimanakah penggunaan gramatikal teks berita dalam harian umum surat kabar Radar Cirebon? Tujuan penelitian ini, yaitu, untuk mendeskripsikan penggunaan gramatikal teks berita dalam harian umum surat kabar Radar Cirebon.

B. KAJIAN LITERATUR DAN PEMBAHASAN 1. Teks

Bahasa Indonesia selain merupakan sarana komunikasi antarsuku bangsa, juga merupakan sarana berpikir manusia Indonesia. Kemampuan berpikir manusia Indonesia tersebut dapat ditingkatkan, salah satunya dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, kemampuan berpikir itu diimplementasikan melalui pembelajaran berbasis teks. Hal ini ditegaskan Mahsun (2014: vii) bahwa pembelajaran bahasa berbasis teks mampu menyajikan suatu materi yang dapat membangun struktur berpikir peserta didik.

Selanjutnya, Mahsun (2014: 1) mendefinisikan teks sebagai satuan bahasa yang digunakan sebagai ungkapan suatu kegiatan sosial baik secara lisan maupun tulis dengan struktur berpikir yang lengkap. Definisi ini menyiratkan bahwa karakter teks sebagai alat komunikasi dibangun oleh bahasa lisan atau tulisan.

Adapun Hoed (Suhaebah, 2011: 11) menyatakan bahwa teks merupakan makna sebuah ujaran yang dikaji dalam kaitan dengan unsur-unsur di luar dirinya. Untuk dapat dikaji, teks harus mempunyai kerangka acuan yang jelas, yakni pada tingkat wacana. Dengan demikian, teks dapat dipahami makna atau isinya jika dikaji dalam kaitan dengan struktur wacana tertentu.

Untuk memenuhi fungsi tujuan sosial, teks harus dapat dipahami sehingga kegiatan sosial dapat berjalan selaras. Tujuan ini dapat dicapai dengan terpenuhinya faktor struktur berpikir teks itu sendiri. Oleh karena itu, setiap teks akan berbeda bergantung pada tujuan sosial dan struktur berpikirnya.

2. Teks Berita

Teks berita merupakan salah satu jenis teks yang mempunyai tujuan sosial tertentu dan struktur berpikir tersendiri. Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media on line internet (Sumadiria, 2005: 65). Berdasarkan definisi tersebut, dapat diperikan karakteristik berita, yaitu berupa fakta, menarik, penting, dan disebarkan melalui media massa.

Pengertian ini sejalan dengan pendapat Mondry (2008: 133) yang menyatakan bahwa berita adalah informasi atau laporan yang menarik perhatian masyarakat konsumen, berdasarkan fakta, berupa kejadian dan atau ide (pendapat), disusun sedemikian rupa dan disebarkan melalui media massa secepatnya.

Berita sebagai salah satu produk jurnalistik harus dapat menginformasikan hal yang penting dan harus diketahui. Berita juga harus dapat mengedukasi masyarakat. Hal ini berarti isi yang dikandung dalam suatu berita harus bisa memberikan nilai-nilai moral yang baik bagi masyarakat. Jika hal ini dapat dipenuhi, fungsi sosial teks akan terwujud.

Teks berita memiliki struktur yang berbeda dengan jenis teks yang lain. Teks berita berwujud piramida terbalik (Sumadiria, 2008: 117). Artinya, pesan berita disusun secara deduktif. Pada awal berita, simpulan dinyatakan terlebih dahulu, kemudian disusul dengan penjelasan-penjelasan terperinci. Dengan demikian, paragraf pertama sebuah berita

(4)

merupakan pesan yang sangat penting, sedangkan paragraf-paragraf berikutnya termasuk kategori penting, cukup penting, kurang penting, dan tidak penting.

Adapun Kosasih (2014: 243) mengelompokkan struktur teks berita menjadi informasi yang penting dan kurang penting. Informasi penting atau pokok-pokok informasi terangkum dalam rumus 5 W+ 1 H dan merupakan kepala berita (lead). Sementara itu, informasi kurang penting (ekor berita) berada setelah kepala atau tubuh berita. Kosasih juga menyatakan hal yang sama bahwa susunan informasi seperti ini tersaji dalam bentuk piramida terbalik.

Sumadiria (2008: 118) mengungkapkan bahwa pola piramida terbalik dalam penyajian berita mendasarkan asumsi:

a. memudahkan khalayak pembaca, pendengar, pemirsa yang sangat sibuk untuk segera menemukan berita yang penting atau menarik untuk diketahui;

b. memudahkan reporter dan editor memotong bagian penting yang kurang atau tidak penting

c. memudahkan para jurnalis dalam menyusun pesan.

Seperti sudah disebutkan bahwa berita ditulis dengan rumus 5 W+ 1 H. Rumus ini mencakup apa (who), siapa (who), kapan (when), di mana (where), mengapa (why), dan bagaimana (how). Dengan berpedoman pada konsep ini, berita yang disusun menjadi lengkap, akurat, dan sesuai dengan standar jurnalistik.

3. Kelayakan Gramatikal

Cara yang digunakan untuk menata struktur informasi teks berkaitan dengan penggunaan bahasa, misalnya bentuk kata dan kalimat. Kata dan kalimat sebagai elemen pembentuk teks berita harus memenuhi unsur keberterimaan. Dengan kata lain, kata dan kalimat-kalimat yang disusun dapat dipahami dan sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Keberterimaan kalimat ini bergantung pada berbagai faktor, di antaranya faktor gramatikal, faktor semantik, dan faktor nalar (Chaer, 2009: 233).

Dalam pembahasan ini difokuskan pada faktor gramatikal. Sasangka (2013: 124) mengidentifikasi kelayakan gramatikal, baik kata maupun kalimat yang dibentuk dan digunakan harus sesuai dengan kaidah tata bahasa. Maka dari itu, kelayakan gramatikal ini akan berkaitan dengan bentuk kata (morfologi) dan kalimat (sintaksis).

Tuntutan gramatikal (tata bahasa) dalam bahasa lisan dan bahasa tulisan sangat berbeda. Keduanya harus memperhatikan syarat-syarat tertentu. Kajian memfokuskan pada tuntutan gramatikal bahasa tulis karena objek yang menjadi bahan penelitian adalah teks berita media cetak (koran).

Bahasa tulis mensyaratkan kelengkapan bentuk, kesejajaran, keteraturan, dan urutan kata, serta kelengkapan informasi yang tidak dipersyaratkan dalam bahasa lisan (Sasangka, 2013: 124). Jika bahasa yang digunakan dalam teks berita tersebut sudah sesuai dengan syarat-syarat tersebut, dapat dikatakan teks itu memenuhi syarat kelayakan gramatikal.

Kecermatan dalam berbahasa harus diperhatikan. Dalam teks berita di media massa, kata dan kalimat yang digunakan masih belum diperhatikan. Penggunaan bahasa ada yang belum memenuhi syarat gramatikal. Padahal, berita sebagai produk jurnalistik dan pers merupakan salah satu pihak yang ikut berperan dalam membina dan mengembangkan bahasa Indonesia. Mondry (2008: 113) menguatkan anggapan ini dengan menyatakan bahwa meskipun sudah suatu keharusan dan disepakati bila pers Indonesia menggunakan bahasa baku, ketidaktaatan terhadap bahasa baku ini masih sering dilakukan pers Indonesia. Penyimpangan ini, misalnya, mencakup kesalahan sintaksis, ejaan dan kata, serta kesalahan pemenggalan.

Berita sebagai salah satu produk media massa bukan hanya merupakan dunia informasi, melainkan juga dunia bahasa. Bahasa media sangat memengaruhi penggunaan bahasa masyarakat. Kridalaksana (Sarwoko, 2007: 8) menegaskan bahwa media massa kini

(5)

dipakai sebagai model penggunaan bahasa. Di sinilah bukti bahwa media massa mampu membentuk opini masyarakat.

Namun, pada kenyataannya kesalahan penggunaan bahasa di media massa masih saja terjadi, baik kesalahan kata maupun struktur kalimat seperti yang sudah diuraikan sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah pengutamaan informasi dan pengabaian kaidah bahasa. Padahal, berita yang mudah dipahami terletak pada pengemasan bahasa yang baik. Anhar Gonggong (Sarwoko, 2007: 9) mengatakan bahwa media pada dasarnya juga alat mendidik. Dengan bahasa yang baik dan tepat, apa yang dimaksud akan dengan mudah dan cepat dipahami.

Informasi atau pesan yang dapat dipahami tersebut terwujud dalam bentuk kalimat yang efektif. Kalimat efektif merupakan salah satu bentuk kelayakan gramatikal yang akan diuraikan berikut ini.

4. Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan pembicara atau penulis sehingga pembaca atau pendengar dapat menerima maksud/arti serta tujuannya seperti yang dimaksud penulis/pembicara. Mulyono (2001: 33) mengungkapkan bahwa kalimat efektif merupakan kalimat yang memiliki daya ungkap yang tajam dan menarik. Sementara itu, Rahayu (2009: 79) menegaskan kalimat efektif merupakan kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, melainkan juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pembaca.

Dengan penggunaan kalimat efektif, pesan/informasi teks berita dapat tersampaikan dan dipahami pembaca. Maka dari itu, pengelola media massa yang dapat mengemas berita dengan memperhatikan penggunaan kalimat efektif berarti telah ikut membina dan mengembangkan bahasa Indonesia. Selain itu, media juga dapat benar-benar menjadi wahana edukasi bahasa bagi masyarakat.

Berdasarkan pengertian kalimat efektif, dapat dirinci bahwa syarat-syarat kalimat efektif, yaitu

a. secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya;

b. mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.

Selain syarat yang harus diperhatikan pengguna bahasa, kalimat efektif juga mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu sebagai berikut.

Ciri-ciri Kalimat Efektif

a. kesatuan atau kesepadanan, b. kepaduan, c. ketegasan, d. kesejajaran, e. kecermatan, f. kehematan, g. kelogisan, h. ketepatan ejaan

5. Analisis Gramatikal dalam Koran Harian Radar Cirebon

Analisis dilakukan tehadap teks berita koran harian lokal Radar Cirebon yang terbit pada bulan Agustus. Teks berita yang akan dianalisis berjumlah 4 buah. Analisis teks meliputi keefektifan kalimat yang ditinjau berdasarkan ciri-cirinya. Berikut ini beberapa contoh hasil analisis data.

(6)

1) Ada yang menarik disampaikan Rektor Universitas Swadaya Gunung Jati

(Unswagati) Cirebon Prof Dr H Rochanda Wiradinata MP saat wisuda Sarjana dan Magister, di Hotel Apita, Selasa (18/ 8) dan Rabu (19/8), terkait dengan alih status

Unswagati menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN).

2) Kami sivitas akademika termasuk yayasan maupun pembina yayasan semuanya tetap berkomitmen dengan penegerian Unswagati.

3) “Dari persyaratan yang harus dipenuhi, 9 diantaranya telah dipenuhi sejak beberapa tahun lalu... Karena kedua persyaratan itu merupakan wilayah kewenangan pemerintah daerah.

4) Maka itu, Unswagati hanya membantu mengkoordinasikan dengan Pemerintah Kota dan Kabupaten Cirebon....

5) Selain Unswagati juga kini sedang giat-giatnya melakukan penataan baik secara internal maupun eksternal, mulai dari sarana fisik maupun non fisik untuk menjawab tuntutan masyarakat.

Dalam kalimat 1) terdapat kesalahan ejaan, yaitu penggunaan tanda titik setelah gelar dan penggunaan tanda baca koma setelah nama untuk memisahkan antara nama dengan gelar. Selain itu, pada kalimat di atas tidak terdapat penggunaan tanda baca koma di antara frasa apositif (frasa penjelas), yaitu pada kata Rektor Unswagati dan nama yang merujuk pada kata rektor. Hal ini sesuai dengan kaidah EYD mengenai penggunaan tanda titik bahwa singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Tanda koma, menurut EYD, dipakai di antara nama orang dan nama gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakan singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Selain itu, tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.

Selain penggunaan tanda baca, huruf kapital dalam kalimat itu kurang tepat. Huruf p pada kata perguruan, t pada kata tinggi, dan n pada kata negeri tidak perlu menggunakan huruf kapital karena tidak diikuti nama perguruannya. Maka dari itu, kalimat tersebut seharusnya menjadi “Ada yang menarik disampaikan Rektor Universitas Swadaya Gunung

Jati (Unswagati) Cirebon, Prof. Dr. H. Rochanda Wiradinata, MP. saat wisuda Sarjana dan Magister, di Hotel Apita, Selasa (18/ 8) dan Rabu (19/8), terkait dengan alih status Unswagati

menjadi perguruan tinggi negeri (PTN).”

Kalimat 2) memiliki kesalahan penggunaan tanda baca dan konjungsi. Tanda baca koma seharusnya diletakkan setelah kata kami. Kata termasuk seharusnya diganti dengan konjungsi baik karena dalam kalimat itu sudah ada konjungsi maupun. Konjungsi baik dan

maupun merupakan konjungsi korelatif yang harus hadir dalam kalimat secara bersamaan.

Selain itu, kalimat itu belum memenuhi unsur kesatuan karena memiliki subjek ganda, yaitu

kami dan semuanya. Kata semuanya harus dihilangkan karena sudah ada subjek kami. Selain

tidak memenuhi syarat kesatuan, kalimat juga tidak memiliki ciri kehematan dengan adanya

pengulangan subjek kalimat. Oleh karena itu, kalimat b) sebaiknya diperbaiki menjadi “Kami, sivitas akademika, baik yayasan maupun pembina yayasan tetap berkomitmen dengan

penegerian Unswagati

Dalam kalimat 3) terdapat kesalahan penulisan kata dan penggunaan konjungsi. Kata di yang merupakan kata depan seharusnya dipisahkan penulisannya dengan kata yang mengikutinya. Konjungsi karena bukan merupakan konjungsi intra kalimat. Oleh karena itu, konjungsi ini tidak boleh diletakkan pada awal kalimat. Karena penggunaan konjungsi ini,

kalimat tidak memiliki ciri kesatuan. Dengan demikian kalimat 3) seharusnya menjadi “Dari

persyaratan yang harus dipenuhi, 9 di antaranya telah dipenuhi sejak beberapa tahun lalu...

karena kedua persyaratan itu merupakan wilayah kewenangan pemerintah daerah.”

Konjungsi maka itu tidak terdapat dalam konjungsi bahasa Indonesia. Konjungsi antarkalimat dalam bahasa Indonesia yang benar adalah maka dan maka dari itu. Kesalahan lain terdapat pada kata mengkoordinasikan. Imbuhan me-kan apabila bertemu dengan kata

(7)

yang berhuruf k, t, s, p pada awal kata akan mengalami peluluhan (me-kan+ koordinasi)

sehingga kalimat d) berdasarkan uraian tersebut sebaiknya menjadi “Maka dari itu,

Unswagati hanya membantu mengoordinasikan dengan Pemerintah Kota dan Kabupaten Cirebon....”

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya konjungsi maupun merupakan konjungsi korelatif yang harus berpasangan dengan konjungsi baik, kalimat e) belum memenuhi syarat ini. Di samping itu, kalimat juga mengandung penulisan kata yang kurang tepat. Non merupakan unsur kombinasi yang selalu melekat pada kata lain tidak bisa berdiri sendiri. Oleh karena itu, kalimat e) sebaiknya diperbaiki “Selain Unswagati juga kini sedang giat-giatnya melakukan penataan baik secara internal maupun eksternal, mulai dari sarana, baik fisik maupun nonfisik untuk menjawab tuntutan masyarakat...” atau alternalif lain diperbaiki

“Selain Unswagati juga kini sedang giat-giatnya melakukan penataan baik secara internal

maupun eksternal, mulai dari sarana, fisik ataupun nonfisik untuk menjawab tuntutan

masyarakat...”

b. Teks 2

1) Dari rusak ringan, sedang dan berat.

2) Dijelaskan Asdullah, yang menjadi PR Dinas Pendidikan bukan hanya ruang kelas yang rusak. Tetapi, ada juga sekolah yang kekurangan ruang kelas. Sehingga pihaknya pun mencoba melakukan prioritas pembangunan dan perbaikan ruang kelas. 3) Sementara itu, Bupati Cirebon, Drs H Sunjaya Purwadisastra MM Msi membantah

adanya sekolah-sekolah di Kabupaten Cirebon yang tidak layak digunakan.

4) Sunjaya mengklaim seluruh sekolah yang ada di Kabupaten Cirebon dalam kondisi layak untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).

5) Disdik lewat UPTD ini sudah terjun langsung. Dan setiap desa ada sekolah negeri. 6) Dan secara umum setiap desa itu memiliki sekolah dan saya anggap layak..

7) Sehingga, bila diketahui ada sekolah dengan .... 8) Kalau memang tidak ada siswanya, di merger saja.

Kalimat 1) ini memiliki kesalahan penggunaan tanda baca koma. Tanda baca koma seharusnya digunakan di antara perincian yang lebih dari dua sehingga kalimat seharusnya

“Dari rusak ringan, sedang, dan berat.”

Dalam kalimat 2) terdapat kesalahan konjungsi. Kalimat b) juga tidak memiliki ciri kesatuan dan kepaduan. Ciri kesatuan ditandai dengan penggunaan konjungsi intrakalimat dan kepaduan ditandai dengan kesalahan penggunaan kata hubung. Konjungsi sehingga merupakan konjungsi intrakalimat yang tidak boleh diletakkan pada kalimat tunggal. Konjungsi bukan merupakan konjungsi korelatif yang berpasangan dengan konjungsi melainkan bukan dengan konjungsi tetapi. Dengan demikian kalimat sebaiknya diubah

“Dijelaskan Asdullah, yang menjadi PR Dinas Pendidikan bukan hanya ruang kelas yang

rusak, melainkan ada juga sekolah yang kekurangan ruang kelas sehingga pihaknya pun

mencoba melakukan prioritas pembangunan dan perbaikan ruang kelas.” Alternatif suntingan lain yakni “Dijelaskan Asdullah, yang menjadi PR Dinas Pendidikan bukan hanya ruang

kelas yang rusak, ada juga sekolah yang kekurangan ruang kelas. Oleh karena itu, pihaknya

pun mencoba melakukan prioritas pembangunan dan perbaikan ruang kelas.”

Kalimat 3) mengandung kesalahan penggunaan tanda baca koma dan titik. Tanda baca koma harus diletakkan antara nama dan gelar, sedangkan tanda baca titik harus

diletakkan setelah gelar dan pangkat. Maka dari itu, kalimat 3) seharusnya “Sementara itu,

Bupati Cirebon, Drs. H. Sunjaya Purwadisastra, M.M., M.Si. membantah adanya

sekolah-sekolah di Kabupaten Cirebon yang tidak layak digunakan.”

Dalam kalimat 4) terdapat kesalahan penggunaan huruf kapital. Berdasarkan EYD, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan. Karena kegiatan

(8)

belajar mengajar bukan merupakan nama negara, lembaga, atau dokumen resmi. Maka, huruf

awal kata seharusnya kecil. Dengan demikian, kalimat menjadi “Sunjaya mengklaim seluruh

sekolah yang ada di Kabupaten Cirebon dalam kondisi layak untuk kegiatan belajar

mengajar (KBM).”

Kalimat 5), 6), dan 7) berdasarkan ciri kalimat efektif tidak memiliki ciri kesatuan. Ketiga kalimat ini mengandung kesalahan konjungsi intrakalimat yang salah penempatan. Konjungsi dan merupakan konjungsi intrakalimat koordinatif yang menghubungkan dua atau lebih klausa sehingga tidak boleh diletakkan pada awal kalimat. Begitu pula konjungsi

sehingga merupakan konjungsi intrakalimat subordinatif sebab akibat yang tidak boleh

digunakan pada kalimat tunggal harus pada kalimat majemuk bertingkat karena menghubungkan klausa utama (induk kalimat) dan klausa bawahan (anak kalimat). Kalimat

5), 6), dan 7) seharusnya diubah menjadi 5) “Disdik lewat UPTD ini sudah terjun langsung

dan setiap desa ada sekolah negeri. 6) “Secara umum setiap desa itu memiliki sekolah dan

saya anggap layak.” 7) “Oleh karena itu, bila diketahui ada sekolah dengan ....”

Dalam kalimat 8) terdapat kesalahan penulisan kata asing. Menurut EYD, penulisan kata yang berasal dari bahasa asing harus dicetak miring dan jika diikuti imbuhan harus

diikuti tanda hubung. Maka, kalimat 8) menjadi “Kalau memang tidak ada siswanya, di-merger saja.”

c. Teks 3

1) Peserta Ujian Nasional (UN) yang mendapatkan nilai rendah dipersiapkan UN perbaikan.

2) Padahal lulusan unas 2015 ada yang sudah kuliah, bekerja dan nganggur.

3) Anak peserta unas perbaikan nantinya akan mengerjakan unas tidak sungguh-sungguh, karena sudah tidak ada lagi mengejar kelulusan.

4) Sebab tidak pengadaan lembar naskah ujian.

Dalam kalimat 1) terdapat penulisan huruf kapital yang kurang tepat. Ujian nasional tidak perlu dimulai dengan huruf kapital karena bukan nama dokumen resmi atau nama

negara dan lembaga. Dengan demikian, kalimat diperbaiki menjadi “Peserta ujian nasional

(UN) yang mendapatkan nilai rendah dipersiapkan UN perbaikan.”

Kalimat 2) tidak memiliki ciri kesejajaran. Kesejajaran dalam kalimat efektif ditandai penggunaan bentuk kata yang sama pada kalimat yang sejajar. Kalimat b) merupakan kalimat yang sejajar. Hal ini ditandai dengan penggunaan kata penghubung dan. Maka, bentuk kata yang digunakan dalam kalimat harus sejajar. Dalam kalimat ini kata kuliah berjenis kata benda (nomina); kata bekerja berjenis kata kerja (verba); dan kata nganggur berjenis kata kerja (verba) yang mengalami penghilangan imbuhan me- sehingga menjadi tidak baku.

Kalimat 2) sebaiknya diubah “Padahal lulusan unas 2015 ada yang sudah berkuliah, bekerja, dan menganggur.”

Kalimat 3) tidak memenuhi syarat gramatik karena penggunaan tanda baca koma yang diletakkan sebelum konjungsi intrakalimat karena. Kalimat 3) merupakan kalimat majemuk bertingkat. Berdasarkan kaidah, anak kalimat yang mengikuti induk kalimat tidak diikuti tanda baca koma, tetapi anak kalimat yang mendahului induk kalimat harus diikuti

tanda baca koma. Kalimat 3) seharusnya menjadi “Anak peserta unas perbaikan nantinya

akan mengerjakan unas tidak sungguh-sungguh karena sudah tidak ada lagi mengejar

kelulusan.”

Kalimat 4) pada teks 3 juga tidak memiliki ciri kesatuan karena penggunaan konjungsi intrakalimat yang salah penempatan. Konjunsi sebab merupakan konjungsi intrakalimat sama halnya dengan konjungsi karena. Konjungsi ini tidak boleh diletakkan pada

awal kalimat. Maka, kalimat 4) seharusnya diubah menjadi “...disebabkan tidak pengadaan lembar naskah ujian” atau “Oleh karena itu, tidak pengadaan lembar naskah ujian.”

(9)

1) Yang teranyar adalah jaringan 4G (fourth generation), yakni generasi keempat jaringan nirkabel untuk komunikasi mobile.

2) Standar baru seperti WiMax dan LTE telah disebut sebagai 4G, meskipun masih terdapat beberapa perdebatan tentang status mereka.

3) International Telecommunication Union (ITU) atau organisasi yang mengawasi standar untuk jaringan nirkabel....

4) Meskipun demikian, WiMax dan LTE telah diberi label sebagai jaringan 4G, meskipun pengakuannya masih memicu sedikit kebingungan dan kontroversi.

Kalimat 1) dan 3) mengandung kesalahan penulisan kata, yaitu kata yang berasal dari bahasa asing (Inggris). Kata yang berasal dari bahasa asing jika tidak ditransliterasikan ke dalam bahasa Indonesia, penulisan kata harus dicetak miring. Maka, kalimat 1) menjadi

“Yang teranyar adalah jaringan 4G (fourth generation), yakni generasi keempat jaringan

nirkabel untuk komunikasi mobile. Sementara itu, kalimat 3) International Telecommunication Union (ITU) atau organisasi yang mengawasi standar untuk jaringan

nirkabel....

Dalam kalimat 2) terdapat kesalahan konjungsi. Kalimat ini juga tidak memiliki ciri kesatuan. Kalimat 2) merupakan kalimat majemuk bertingkat. Berdasarkan kaidah, jika anak kalimat diletakkan setelah induk kalimat tidak didahului tanda baca koma. Dengan demikian, kalimat 2) sebaiknya diubah “Standar baru seperti WiMax dan LTE telah disebut sebagai 4G

meskipun masih terdapat beberapa perdebatan tentang status mereka.”

Kalimat 4) belum memenuhi syarat gramatikal. Berdasarkan ciri kalimat efektif, kalimat ini tidak memilki ciri kepaduan dan kehematan. Hal ini tampak pada penggunaan konjungsi meskipun yang digunakan secara berulang. Kalimat ini merupakan kalimat majemuk bertingkat. Berdasarkan kaidah sintaksis, kalimat majemuk sedikitnya harus mengandung satu induk kalimat dan satu anak kalimat. Maka dari itu, menurut kaidah ini dua anak kalimat (dua klausa bawahan) tidak boleh terdapat pada kalimat majemuk bertingkat. Dengan demikian, salah satu anak dalam kalimat 4) harus diubah menjadi induk kalimat dengan menghilangkan konjungsinya. Jika dilihat berdasarkan makna konteks kalimat, anak kalimat yang sebaiknya diubah menjadi induk kalimat adalah klausa pertama. Oleh karena itu, kalimat 4) sebaiknya diperbaiki “WiMax dan LTE telah diberi label sebagai jaringan 4G meskipun pengakuannya masih memicu sedikit kebingungan dan kontroversi.

Daftar Pustaka

Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.

Alwi, Hasan. 2011. Butir-butir Perencanaan Bahasa. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan kebudayaan.

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Kosasih. 2014. Jenis-jenis Teks Analisis Fungsi, Struktur, dan Kaidah serta Langkah

Penulisannya dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK. Bandung:

Yrama Widya.

Kurniawan, Harlis. 2013. Cara Cepat Mahir Editing. Depok: Mutiara Allamah Putra.

Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Mondry. 2008. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia. Rahardi, Kunjana. 2010. Dasar-dasar Penyuntingan Bahasa Media. Depok: Gramata

Publishing.

(10)

Slamet, Y. 2014. Problematika Berbahasa Indonesia dan Pembelajarannya. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suhaebah, Ebah. 2011. Kohesi dalam Tajuk Rencana. Yogyakarta: Elmatera Publishing. Sumadiria, Haris. 2008. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Bandung:

Simbiosa Rekatama Media.

Referensi

Dokumen terkait

Many reviews show the proposed isoniazid metabolism pathway (Huang, 2014; Metushi et al, 2011; Roy et al, 2008); however, there is no review about the pharmacological mechanisms of

Peta Jalan Penelitian Penelitian yg pernah dilakukan peneliti Penelitian yang direncanakan: • Rencana Induk Pengembangan Industri Kerajinan di Bali (2012) • Model Pengembangan

Dari stilasi calung diperoleh 8 karya batik bahan sandang dengan panjang 250 cm x 110 cm, warna yang digunakan adalah warna cerah dan gelap untuk menggambarkan calung,

a. Berkaitan dengan keterbatasan kemampuan teknis yang dikuasai oleh guru terhadap teknologi komunikasi, komputer dan internet itu sendiri. Komunikasi dan interaksi hanya

Daftar hadir dibawa oleh tutor pada setiap pertemuan.. Mengetahui

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah penggunaan bahasa baku dan tidak baku pada reklame di toko-toko fotokopi sekitar kampus STKIP PGRI

e syllabus h ur teaching.

Sedangkan, Centroid Linkage adalah metode klaster hierarki yang dapat digunakan pada data yang mengandung outlier, dimana outlier bisa membuat data yang diolah