• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELESTARIAN฀ALAM฀DAN฀BUDAYA

Dalam dokumen Implementation Report 2012 (Halaman 43-48)

Sebagai bagian dari masyarakat Kutai Timur, KPC memberikan perhatian khusus pada usaha-usaha pelestarian alam dan budaya yang merupakan aset tak ternilai yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata di Kutai Timur. Sampai dengan tahun 2012 KPC masih terus memberikan dukungan kepada kegiatan Mitra Taman Nasional Kutai, Badan Pengelola Hutan Lindung Wehea dan juga beberapa ekspedisi dalam rangka pendataan berbagai potensi sumber daya alam di Kutai Timur. KPC juga bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dalam menangani pengelolaan sampah kota Sangatta.

Untuk usaha pelestarian kebudayaan, KPC telah memberikan bantuan langsung kepada sejumlah lembaga adat dan budaya baik berupa peralatan maupun dukungan operasional kegiatan.

Dalam rangka mendukung percepatan pembangunan Kutai Timur, khususnya yang tidak berkaitan dengan tambang, KPC telah memulai inisiasi pemanfaatan lahan paska tambang yang telah direklamasi untuk dimanfaatkan sebagai objek wisata alam. Kegiatan ini diproyeksikan dapat menjadi penggerak awal kegiatan wisata alam di Kutai Timur, yang telah diketahui memiliki banyak potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.

KPC juga mendukung kegiatan “Expedisi Dinding Barat Tondoyan” di kawasan Mangkaliat Sangkulirang, yang dilakukan oleh Kelompok Pencinta Alam (KPA) Wanadri beserta pemanjat Kutai Timur. Hasil ekspedisi berupa foto dan video yang dipamerkan di Town Hall Swarga Bara, dimana masyarakat dapat sekaligus berdialog dengan peserta ekspedisi. Informasi yang dikumpulkan oleh ekpedisi ini dapat dijadikan sebagai referensi pengembangan wisata minat khusus nantinya.

Pemanfaatan Lahan Paska Tambang di Telaga Batu Arang

Mengacu pada dokumen Rencana Penutupan Tambang yang telah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah, maka pada tahun 2012 KPC telah mulai persiapan pemanfaatan lokasi Sangatta North dan Sangatta South East yang sekarang bernama “Telaga Batu Arang” untuk dijadikan sebagai fasilitas wisata alam bagi masyarakat.

Tujuan utama dari pemanfaatan lahan paska tambang untuk wisata alam ini adalah mendukung pemerintah dalam membangun ekonomi yang berbasis sumber daya alam yang terbarukan dan diselaraskan dengan slogan pemerintah Republik Indonesia dalam bidang pariwisata Wonderful Indonesia dan visi pembangunan di bidang yang sama di propinsi Kalimantan Timur “Terwujudnya Kalimantan Timur sebagai Daerah Tujuan Wisata Minat Khusus yang Berbasis Alam dan Budaya Menuju Kesejahteraan Masyarakat yang berkesinambungan”.

Serah terima bantuan 4 sepeda motor kepada Badan Pengelola Hutan Lindung Wehea sebagai dukungan terhadap pengelolaan dan pengawasan hutan lindung.

Konsep pengelolaan kegiatan ini akan melibatkan keterlibatan masyarakat sebagai mitra, melalui lembaga yang masih berada dalam pengawasan KPC. Pengawasan langsung dari KPC ini dilakukan, mengingat kawasan tersebut masih dalam areal kawasan pertambangan yang masih pengelolaannya masih dalam tanggung jawab KPC

Pada tahun 2012, KPC telah melalukan berbagai pelatihan kepada sejumlah pemuda di Sangatta, berkaitan dengan ketrampilan dalam penyelenggaraan kegiatan outdoor. Kelompok yang disiapkan untuk mengelola kegiatan tersebut menamakan diri mereka Ranam Borneo, yang terdiri dari enam orang ditambah dengan mitra kerjanya. Sejumlah uji coba kegiatan juga dilakukan untuk menguji ketrampilan mereka. Selain pelatihan ketrampilan, pendampingan dalam membangun jaringan juga dilakukan, untuk secara bertahap membangun kemitraan dengan berbagai pihak. Dalam perjalanannya, sejumlah kelompok dengan hobi tertentu yang ada di Sangatta telah terpetakan. Sebuah Forum Komunikasi Penggiat Alam Kutai Timur terbentuk pada bulan Desember 2012, yang terdiri dari 16 organisasi. Forum ini dibentuk untuk mewadahi berbagai kegiatan mereka, tempat berbagi pengalaman dan informasi, sekaligus membangun dan mengembangkan kegiatan ini tidak hanya sebatas hobi namun juga bernilai ekonomi.

Mitra Taman Nasional Kutai – Ekowisata Kabo Jaya

KPC telah menjadi anggota Mitra Taman Nasional Kutai (TNK) sejak tahun 1996 hingga kini. Dukungan yang diberikan berupa pendanaan langsung untuk kegiatan yang bertujuan meningkatkan wawasan masyarakat terhadap lingkungan dan juga melibatkan masyarakat dalam memanfaatkan potensi yang ada di TNK sebagai daya tarik usaha ekowisata.

Selain pendanaan langsung tersebut diatas, KPC juga bersama dengan warga dusun Kabo Jaya dan Balai TNK Resort

Sangatta untuk terus berbenah memanfaatkan peluang kedatangan sejumlah wisatawan manca negara ke Prevab untuk mengembangkan desa wisata atau ekowisata kabojaya. Fasilitas yang disediakan adalah homestay, kuliner dan transportasi pulang pergi ke Prevab TNK.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan pengelola ekowisata, dua orang voluntir dari Kanada dan Perancis yang terkait dengan program PJI telah melakukan berbagai pembekalan serta saran teknis mengenai manajemen. Ekowisata Kabojaya ini juga telah menjadi bagian kegiatan usaha Bumdes Swarga Mitra Mandiri di Desa Swarga Bara.

KPC juga telah memberikan dukungan dalam sosialisasi peraturan pemerintah terkait ijin manajemen pariwisata di taman nasional yang dilakukan oleh Balai TNK

Bantuan pelatihan penggunaan kamera trap untuk petugas Hutan Lindung Wehea dan pengenalan hutan lindung untuk anak sekolah

Gerak Bersemi

Gerakan Komunitas Bersih Sehat dan Mandiri (Gerak Bersemi) telah dilakukan sejak tahun 2008 bersama dengan Pemda Kutai Timur dan masyarakat baik perorangan maupun kelompok.

Lomba Kampung Bersemi (LKB) 2012 yang telah dilakukan untuk yang ketiga kalinya dan tahun ini ditandai dengan jalan sehat yang diikuti lebih 20.000 peserta. Acara ini terselenggara atas kerja sama antara KPC dengan Pemda Kutai Timur. Walaupun jumlah pendaftar LKB 2012 jauh lebih sedikit dibandingkan dua tahun sebelumnya, namun dari hasil dua tahap penilaian, tingkat kesadaran dan kemandirian masyarakat meningkat.

Pemenang Lomba Kampung Bersemi 2012 adalah RT 09 – Gang Campur Sari Teluk Lingga, RT 09 – Sangkima KM 13 dan RT 09 – Antasari Sangatta Utara. Pengumuman pemenang dilakukan dilakukan pada peringatan HUT Kab Kutai Timur pada akhir bulan Oktober 2012, sementara penyerahan hadiah diserahkan pada acara syukuran yang dilakukan di RT 09 - Gang Campur Sari Teluk Lingga sebagai pemenang pertama.

Para pemenang mendapatkan hadiah berupa uang dan peralatan kebersihan. Hadiah disediakan oleh KPC, Badan Pemberdayaan Masyarakat (BAPEMAS) dan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kutai Timur. Para pemenang juga diberikan kesempatan untuk studi banding ke Yogyakarta yang dilakukan pada tanggal 22 – 26 Oktober 2012. Selain LKB, kegiatan program Gerak Bersemi terus dilakukan bahu membahu dengan Pemda Kutai Timur dan masyarakat, khususnya dalam implementasi 3R. Sejumlah usaha daur ulang sampah non organik berkembang di masyarakat dan selain mengurangi jumlah sampah, juga telah memberikan manfaat ekonomi bagi pelakunya. Usaha tersebut antara lain pengelolan sampah plastik, kerajinan kertas koran dan plastik kemasan serta Ponkas.

Fasilitas percontohan pengolahan sampah organik atau Composting Training Centre (CTC) yang berlokasi di Jalan Poros Kabo terus beroperasi. Setiap bulannya, CTC bisa mengolah sekitar dua ton sampah organik atau 24 ton per tahun dan sekitar 700kg/bulan atau 8,4 ton/tahun sampah non-organik yang digunakan untuk kegiatan reuse dan

recycle. Operasional harian CTC dikelola oleh Remaja Kreatif Peduli Lingkungan (RKPL) dimana mereka melakukan pengambilan sampah rumah tangga di sejumlah RT di Teluk Lingga dan juga perumahan Munthe. KPC juga mendukung inisiasi RKPL untuk mengelola bank sampah sebagai bagian dari program ini Gerak Bersemi.

KPC juga turut aktif dalam diskusi penyusunan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pengelolaan Sampah, dimana Perda ini akan memayungi gerakan yang sudah berjalan menjadi gerakan komunitas yang lebih luas lagi secara resmi dan masuk dalam kebijakan pemerintah daerah.

Penyerahan hadiah kepada pemenang Lomba Kampung Bersemi oleh Wakil Bupati Kutai Timur

BPPUTK/Kampung Pinang

Untuk memudahkan penyebutan dan mengembalikan kembali nama wilayah tersebut, maka pada tahun 2012 BPPUTK merubah namanya menjadi Kampung Pinang yang merupakan nama yang diberikan masyarakat mengingat banyaknya pohon pinang yang ada di seputaran lokasi tersebut.

Kegiatan yang dilakukan masih fokus pada peningkatan wawasan lingkungan melalui berbagai macam kegiatan outdoor

dan indoor. Selain menyediakan dan merawat fasilitas penunjang berupa kebun, ternak, dan fasilitas infrastrukturnya, Kampung Pinang juga terus melakukan konservasi berbagai tanaman dan buah buahan lokal melalui pembibitan dan selanjutnya mendistribusikan untuk ditanam melalui berbagai kegiatan penanaman pohon diberbagai tempat. Kegiatan ini merupakan usaha pelestarian berbagai tanaman dan buah buah lokal yang sudah terancam punah. Total jumlah bibit yang dihasilkan selama tahun 2012 berkisar 21.000 pohon dan 12.000 telah terdistribusikan. Jenis yang dibibitkan antara lain Ulin, Meranti dan tanaman khas Kalimantan lainnya, bekerjasama dengan Balai TNK, serta berbagai buah-buahan lokal yang bibitnya diperoleh pada saat musim buah tersebut.

Jumlah kunjungan ke Kampung Pinang di tahun 2012 berkisar kurang lebih 850 orang/bulan atau 10.000 orang/ tahun. Pengunjung berasal dari sekolah, perusahaan, lembaga masyarakat, lembaga pemerintah dan perorangan. Sebagian besar pengunjung kampung Pinang datang dengan tujuan melakukan pelatihan, outbound, gathering, wisata dan lain lain.

Kampung Pinang juga memfasilitasi siswa dan guru sekolah melakukan kunjungan school outing ke lokasi pemenang lomba kampung bersemi di Sangkima. Tujuan utama dari kunjungan tersebut adalah observasi bakau, penanaman pohon, dan outbond dan juga mensosialisasikan program Gerak Bersemi.

Forum MS-CSR

Dalam dokumen Implementation Report 2012 (Halaman 43-48)

Dokumen terkait