• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peluang dan Tantangan Bagi Praktek Pekerja Sosial

HAK ASASI MANUSIA DAN PEKERJAAN SOSIAL Oleh:

D. Peluang dan Tantangan Bagi Praktek Pekerja Sosial

Selaku makhluk individual dan makhluk sosial, ia perlu berproses menuju pencapaian jatidirinya. Dalam proses ini -termasuk melalui pendidikannya- ia akan mengalami berbagai benturan. Ada kalanya ia sanggup mengatasi, ada kalanya ia tak sanggup menghadapinya. Akibatnya banyak fakta yang mengungkap berbagai pelanggaran oleh manusia, baik pelanggaran sederhana maupun kejahatan berat. Baik yang dilakukan oleh individu maupun yang telah memegang jabatan.

Berbagai bentuk pelanggaran yang diterima oleh korban baik yang dilakukan oleh aparat atau bukan, ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) tahun 2008 mencapai jumlah 4900 kasus, dan sampai tahun 2009 data pelanggaran HAM yang dilaporkan ke Komnas HAM ini mengalami peningkatan yaitu mencapai 5300 kasus17. Hal ini cukup memprihatinkan mengingat berbagai bentuk pelanggaran HAM ini tidak

17

semuanya mendapatkan pelayanan dan advokasi yang maksimal.

Kondisi tersebut menjadi suatu tantangan bagi profesi pekerjaan sosial. Pekerjaan sosial sebagai sebagai profesi pemberian bantuan untuk penyelesaian masalah, pemberdayaan dan mendorong perubahan sosial dalam interaksi manusia serta lingkungannya pada tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya. Pekerjaan sosial mendasarkan intervensinya pada teori perilaku manusia dan lingkungan sosial serta prinsip-prinsip hak asasi manusia dan keadilan dengan memperhatikan faktor budaya masyarakat.

Berdasarkan definisi tersebut maka hak asasi manusia merupakan dasar moral praktek pekerjaan sosial baik level personal, community development maupun advokasinya.18 Hal-hal yang terkait dengan HAM ini adalah democracy, justice, feedom, equality and human dignity , menjadi prinsip-prinsip yang dijunjung oleh pekerja sosial.19 Berbicara mengenai hak asasi manusia dalam profesi pekerjaan sosial tentu saja tidak terlepas dari konsep dan praktek pekerjaan sosial. Perspektif hak asasi manusia menjadi hal yang ditekankan dalam pertolongan individu dalam memperoleh tujuan dari kesejahteraan sosial.

18

Ife, James William. 2001. Human Rights and Social

Work. Toward Rights-Based Practice. UK: Cambridge

University Press. 19

Schmale.W (ed). 1993. Human Rights and Cultural

Diversity, Goldbach, Germany: Keip.

Berbagai kasus pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia masih banyak yang belum mendapatkan pelayanan dan perlindungan. Apalagi pelanggaran-pelanggaran hak asasi manusia berat (genosida) yang melibatkan para penguasa (dalam hal ini pemerintah), misalnya pembantaian masal pada tahun 1965-1970, kejadian di Timor Timur (April 1999), Tanjung Priok (1984), kasus Bulu Kumba, kasus Trisakti, dan masih banyak lagi kasus kemanusian seperti kasus Marsinah, perdagangan anak, dan lain-lain. Sederet penanganan di atas belumlah mendapat penanganan yang berarti. Secara garis besar masih jalan di tempat. Lembaga-lembaga, baik lembaga negara seperti Komnas HAM maupun lembaga non pemerintah / LSM hanya mampu mencatat data-data pelanggaran tanpa adanya kemajuan yang berarti dalam konteks penegakan HAM. Seperti yang disampaikan ELSAM (2007), tidak adanya kemajuan penanganan HAM adalah karena tidak koheren dan tidak konsistennya instansi-instansi negara dalam membuat kebijakan. Ada dua hal penyebabnya yaitu pemerintah sendiri kesulitan dalam mengimplementasikan kebijakan yang telah dibuat dan institusi-institusi yang seharusnya dibentuk untuk mengimplementasikan kebijakan di bidang HAM, tidak bisa dibentuk karena tidak tersedianya sarana dan prasarana pembentukannya. Jikapun institusi itu dibentuk, institusi itu tidak bisa bekerja dengan baik karena tidak mendapat dukungan dan sarana yang baik.

Penulis mengambil contoh mengenai hak pengungsi di Indonesia. Di tingkat nasional, hak asasi pengungsi tidak dicantumkan secara khusus. Kebijakan, program, pelayanan yang diberikan bagi pengungsi terkait hak asasinya dibuat secara umum dalam UU No. 39 Tahun 1999 Pasal 5 ayat (3) yang menyatakan bahwa setiap orang termasuk kelompok masyarakat yang rentan memperoleh perlakuan dan perlindungan yang lebih karena kekhususannya. Dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia tentang Badan Koordinasi Nasional Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi dimuat aturan mengenai penanganan pengungsi yang meliputi upaya pelayanan dan perlindungan kemanusiaan terhadap pengungsi yang timbul akibat konflik yang terjadi di suatu daerah termasuk kegiatan pencegahan, tanggap darurat, penghapusan, pemindahan dan relokasi pengungsi. Pengungsi yang dimaksud dalam aturan ini lebih dikenal dengan istilah korban konflik atau korban bencana sosial. Dalam Kepres tersebut belum diatur secara khusus penanganan dan pelayanan kemanusiaan bagi korban pengungsi bencana alam. Apabila kebijakannya masih belum diatur, bagaimana membuat perlindungan terhadap hak-hak bagi pengungsi. Setelah diberikan sekedar bantuan, banyak sekali pengungsi korban bencana alam ini diabaikan begitu saja.

Hal ini menjadi tantangan bagi pekerja sosial dalam menjalankan praktek pertolongan dan pemberdayaan. Sudah

sejauh manakah peran pekerja sosial dalam menghadapi permasalahan hak asasi manusia yang begitu banyak di Indonesia.

Selain tantangan yang dihadapi, sebenarnya peluang pekerja sosial untuk berkiprah di dalam penanganan masalah HAM ini sebenarnya masih terbuka lebar. Berbagai organisasi non pemerintah (NGO) yang murni memperjuangkan HAM seperti ELSAM, Kontras, dan lain-lain, serta organisasi-organisasi yang menangani permasalahan secara khusus seperti masalah anak (Save the Children, UNICEF, dan lain-lain), masalah perempuan (UNIFEM ), masalah pengungsi (UNHCR ) dan lain-lain, masih memerlukan profesi pekerjaan sosial.

E. Penutup

Pendidikan Hak Asasi Manusia bagi mahasiswa Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial merupakan hal yang penting sebagai dasar moral praktek pekerjaan sosial. Dengan mata kuliah ini diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami praktek pekerjaan sosial serta dapat menumbuhkan kesadaran bagi mahasiswa sebagai calon pekerja sosial akan harkat martabat kemanusiaan para pribadi, sehingga dalam memberikan pertolongan ataupun intervesi tidak melanggar hak-hak asasi manusia.

Peluang dan tantangan praktek pekerjaan sosial yang menangani permasalahan hak asasi manusia di

Indonesia masih terbuka lebar, khususnya dalam organisasi-organisasi non pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Ife, James William. 2001. Human Rights and Social Work. Toward Rights-Based Practice. UK: Cambridge University Press.

Laporan Komnas HAM 2009.

Schmale.W (ed). 1993. Human Rights and Cultural Diversity, Goldbach, Germany: Keip.

Von Senger. H. 1993. “From the Limited to The Universal Consept of Human Rights: Two Periods of Human Rights” in Schmale, Human Rights and Cultural Diversity.

PANDUAN PENULISAN ARTIKEL UNTUK PENULIS JUDUL ARTIKEL

(Huruf Kapital, Tahoma, 14 point, Bold, centered)

(kosong, spasi tunggal)

Penulis Pertama1, Kedua2, dan Ketiga3(12 point)

(kosong, spasi tunggal)

1. Alamat instansi (Instansi,Fakultas, Universitas, alamat lengkap)(10 point)

(kosong, spasi tunggal)

(E-mail:peneliti@alamat.com (10 point, italic) (dua ketuk spasi tunggal)

ABSTRAK (bold, 10 Point).

Abstrak dalam bahasa Indonesia, tidak lebih dari 250 kata. Abstrak mencakup permasalahan, metode, dan temuan serta simpulan. Abstrak dalam bahasa Inggris, tidak lebih dari 200 kata.

(kosong,spasi tunggal)

Kata-kata kunci (Key words): Tuliskan maksimal 5 kata-kata kunci (key words).

(tiga ketuk spasi tunggal)

FORMAT NASKAH

Artikel yang dimuat dalam jumal ini dapat berupa kajian konseptual dan atau hasil-hasil penelitian pada masing-masing disiplin ilmu atau interdisiplin. Secara umum, sistematika artikel terdiri atas

pendahuluan/introduksi yang menguraikan latar belakang dan permasalahan yang dikaji yang ditunjang

oleh referensi yang relevan, metode, hasil dan pembahasan, dan simpulan/rekomendasi. Pada kajian yang bersifat konseptual, bagian metode dapat ditiadakan bila dianggap tidak perlu.

Pendahuluan (Introduction)

Dalam pendahuluan dikemukakan suatu permasalahan/ konsep/hasil penelitian sebelumnya secara jelas dan ringkas sebagai dasar dilakukannya penelitian yang akan ditulis sebagai artikel ilmiah. Pustaka yang dirujuk hanya yang benar-benar penting dan relevan dengan permasalahan untuk men"justifikasi" dilakukannya penelitian, atau untuk mendasari hipotesis. Pendahuluan juga harus menjelaskan mengapa topik penelitian dipilih dan dianggap penting, dan diakhiri dengan menyatakan tujuan penelitian tersebut.

Metode (Methods), Hasil dan Pembahasan (Results and Discussion)

Alur pelaksanaan penelitian harus ditulis dengan rinci dan jelas sehingga peneliti lain dapat melakukan penelitian yang sama (repeatable and reproduceable).

Hasil penelitian dalam bentuk data merupakan bagian yang disajikan untuk menginformasikan hasil temuan dari penelitian yang telah dilakukan. Ilustrasi hasil penelitian dapat menggunakan grafik/tabel/gambar. Tabel dan grafik harus dapat dipahami dan diberi keterangan secukupnya. Hasil yang dikemukakan hanyalah temuan yang bermakna dan relevan dengan tujuan penelitian.

Dalam Pembahasan dikemukakan keterkaitan antar hasil penelitian dengan teori, perbandingan hasil penelitian dengan hasil penelitian lain yang sudah dipublikasikan. Pembahasan menjelaskan pula implikasi temuan yang diperoleh bagi ilmu pengetahuan dan pemanfaatannya.

Simpulan dan Saran (Conclusion and Suggestion)

Simpulan merupakan penegasan penulis mengenai hasil penelitian dan pembahasan. Saran hendaknya didasari oleh hasil temuan penelitian, berimplikasi praktis, pengembangan teori baru (khusus untuk program doktor), dan atau penelitian lanjutan.

Naskah ditulis dalam dua kolom pada kertas berukuran A4, dengan jarak antar kolom 1 cm. Panjang tulisan maksimal 4 - 8 halaman berspasi tunggal, termasuk daftar pustaka, gambar, tabel, dan lampiran. Setiap halaman memiliki margin atas 3.5 cm, margin bawah 2.5 cm margin kiri dan kanan 2 cm. Naskah ditulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar bentuk huruf Tahoma 10. Naskah juga dapat ditulis dalam bahasa Inggris.

Naskah dimulai dengan halaman pertama yang memuat:

Judul singkat (running head). Penulis diminta untuk membuat judul singkat (maksimal 14 kata).

Judul lengkap (dalam bahasa Indonesia dan Inggris).

Gambar dan Tabel

Gambar yang akan ditampilkan dalam jumal adalah gambar hitam-putih. Bila menginginkan, penulis dapat menyertakan gambar berwama, namun penulis akan dikenai biaya pencetakan gambar berwama tersebut.

Gambar dan tabel diberi nomor sebagai berikut: Gambar 1., Gambar 2, dst. Tabel 1, Tabel 2, dst.

Gambar dan tabel yang substansinya sama, ditampilkan salah satu.

Tabel berbentuk pivot table.

Penulisan subjudul (heading)

Subjudul tingkat pertama semuanya dicetak tebal ditulis dengan huruf kapital, misal: PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Subjudul tingkat kedua, semuanya dicetak tebal dan ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf pertama dari setiap kata, misal: Sistem Pengelolaan Lingkungan Tradisional

Subjudul tingkat ketiga, semuanya ditulis dengan huruf miring dan huruf kecil kecuali huruf pertama dari setiap kata, misal: Sistem Kebun Talun

UCAPAN TERIMA KASIH

- Penulis dapat menuliskan ucapan terima kasih kepada individu, lembaga pemberi dana penelitian, dsb. Ucapan terima kasih ditulis sebelum Daftar Pustaka.

DAFTAR PUSTAKA

Kepustakaan yang dicantumkan dalam daftar pustaka hanya kepustakaan yang dikutip atau yang dijadikan rujukan dan ditulis dalam teks. Penulisan rujukan dalam badan karangan dilakukan sebagai berikut:

(1) Pengarang tunggal:

Goldschmidt, W. 1992. The Human Career The Self in the Symbolic World. Cambridge: Black Well (2) Pengarang bersama:

Corcoran, K. & Fischer, 1. 1987. Measure for Clinical Practice: a Source Book. New York:The Free Press. (3) Editor atau Penyunting:

Koentjaraningrat (ed). 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Penerbit PT Gramedia (4) Terjemahan:

Scott, J.C. 2000. Senjatanya Orang-Orang Yang Kalah. Terjemahan A. Rahman Zainuddin, Sayogyo dan Mien Joebhaar. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

(5) Bab dalam buku:

Fleishman, LA. 1973. Twenty Years of Consideration and Structure. Dalam Fleishman, LA. & Hunt, J.G.. (ed.). "Current Development in the Study of Leadership "Selected Reading, hIm. 1-37. Carbondale: Southem Illinois University Press.

(6) Jumal:

Persoon, G.A. 2002. Isolated Islanders or Indigenous People: the Political Discourse and its Effects on Siberut (Mentawai Archipelago, West-Sumatra). Antropologi Indonesia 68:25-39

(7) Rujukan elektronik:

Boon, J. (tanpa tahun). Anthropology of Religion. Melalui, <http://www.indiana.edu/-wanthro/reliogion.htm>[10/5/03]

Kawasaki, Jodee L.,and Matt R.Raven. 1995. "Computer-Administered Surveys in Extension". Joumal of Extension 33 (June). E-Joumal on-line. Melalui <ttp://www.joe.org/june33/95 .html > [06/17/00] Knox McCulloch, A., Meinzen-Dick, R., & Hazell, P. 1998. Property rights, collective action and technologies

for natural resource management: A conceptual framework. CAPRi Working Paper No.1.

Washington DC, USA:Intemational Food Policy Research Institute. http://www.capri.cgiar.org/pdf/ca priwp01.pdf.

(8) Sumber prosiding seminar:

Fay, C., de Foresta, H., & Sirait, M. 1998. Progress towards recognizing the rights and management potentials of local communities in Indonesian statedefined forest areas. Paper presented at the

workshop on participatory natural resource management in developing countries, Mansfield College, Oxford, April 6–7.

(9) Sumber disertasi/tesis:

Zandbergen, P. 1998. Urban watershed assessment: Linking watershed health indicator to management. Ph.D. Thesis. Resource Management and Environmental Studies, University of British Columbia, Vancouver. Satuan, singkatan, nomenklatur, dan lambang

Sitasi/Kutipan

- Running note atau footnote

Satuan dan singkatan menggunakan sistem SI (Systeme Intemationale)

Nomenklatur nama ilmiah tumbuhan dan hewan ditulis lengkap dengan nama author-nya. Nama ilmiah sesuai dengan aturan nomenklatur harus digunakan pada penulisan yang pertama kali, selanjutnya dapat disingkat sesuai aturan yang berlaku dan atau menggunakan nama daerah.

Penggunaan lambang ditulis sebagai berikut: contoh, lambang alpha ditulis dengan bukan dengan huruf a.

Dokumen terkait