• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3.3. Peluang

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka peluang yang dapat dimanfaatkan PT. Staco Jasapratama adalah : (1) Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya asuransi, (2) Berbagai bencana yang menimpa Indonesia belakangan ini, (3) Tidak ada produk pengganti, (4) Kewajiban mengasuransikan aset yang menjadi agunan bagi debitur Bank Mandiri, (5) Keputusan Menteri Keuangan RI No.424/KMK.06/2003 mengenai kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi di Indonesia, (6) Kondisi makro ekonomi Indonesia yang membaik, (7) Perkembangan teknologi informasi, (8) Peraturan Pemerintah (PP) No. 63 Tahun 1999 mengenai syarat modal disetor minimum 100 milyar rupiah. Penjelasan dari masing-masing peluang dijabarkan berikut ini.

1. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya asuransi properti Seiring berkembangnya zaman, cara hidup dan berpikir masyarakat pun ikut mengalami perkembangan. Salah satu diantaranya adalah pola pikir masyarakat terhadap proteksi harta benda. Sebagian masyarakat tidak lagi hanya memikirkan kebutuhan barang-barang konsumsi saja, namun mulai menyadari dan merencanakan perlindungan terhadap harta bendanya. Berbagai risiko yang mungkin dan harus dihadapi menjadi alasan utama mengapa mereka mengalokasikan dananya untuk asuransi properti.

2. Berbagai bencana yang menimpa Indonesia belakangan ini

Asuransi properti menjadi salah satu bisnis yang memiliki potensi untuk berkembang pasca terjadinya berbagai bencana yang terjadi di Indonesia. PT. Staco Jasapratama memiliki kesempatan meningkatkan volume produksinya apabila peluang ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh perusahaan. Sehingga tidak heran banyak perusahaan asuransi umum fokus pada asuransi properti. 3. Tidak ada produk pengganti

Asuransi adalah salah satu mekanisme pengalihan risiko (transfer risk) dari satu pihak kepada pihak lain. Risiko dapat diatasi dengan dua cara yaitu dihadapi sendiri (self insurance) atau dialihkan kepada pihak ketiga, yaitu perusahaan asuransi. Sehingga apabila musibah terjadi tidak ada pilihan selain menanggung sendiri apabila tidak ikut dalam asuransi.

4. Kewajiban mengasuransikan aset yang menjadi agunan bagi debitur Bank Mandiri

Nasabah Bank Mandiri yang mengajukan kredit (debitur) diwajibkan memberikan agunan sebagai jaminan uang yang dipinjam akan kembali. Setiap agunan yang dijaminkan wajib diasuransikan, pada umumnya 80 persen nasabah menjaminkan harta benda (properti) yang dimilikinya. Hal ini menjadi peluang besar bagi PT. Staco Jasapratama untuk meningkatkan kapasitas produksi asuransi properti.

5. Keputusan Menteri Keuangan RI No.424/KMK.06/2003 mengenai kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi di Indonesia

Adanya Keputusan Menteri Keuangan RI No.424/KMK.06/2003 mengenai kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi di Indonesia menjadi peluang bagi perusahaan. Kemampuan solvabilitas PT. Staco Jasapratama yang mencapai bahkan melebihi ketetapan yang berlaku menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan image perusahaan. Tingkat solvabilitas dalam asuransi lebih dikenal sebagai Risk Based Capital (RBC). Dan adanya peraturan tersebut menjadi hambatan masuk bagi perusahaan pendatang baru.

6. Kondisi makro ekonomi Indonesia yang membaik

Kondisi makro ekonomi Indonesia yang stabil membuat iklim bisnis di Indonesia termasuk perusahaan asuransi mengalami perkembangan. Variabel

ekonomi yang mempengaruhi kebijakan PT. Staco Jasapratama adalah suku bunga kredit, suku bunga Bank Indonesia, inflasi, Product Domestik Bruto (PDB), kurs Dollar dan kredit macet.

7. Perkembangan teknologi informasi

Pesatnya perkembangan teknologi telah membuat perubahan ke arah kemajuan. Bagi dunia asuransi teknologi berperan sangat penting karena pelayanan yang diberikan kepada nasabahnya menjadi lebih cepat dan efisien. Kemajuan teknologi menjadi peluang besar bagi PT. Staco Jasapratama apabila dimanfaatkan dengan baik guna memenuhi kebutuhan nasabah dan menghadapi persaingan yang semakin ketat.

8. Peraturan Pemerintah (PP) No. 63 Tahun 1999 mengenai syarat modal disetor minimum 100 milyar rupiah

Syarat modal disetor yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 63 Tahun 1999 menjadi hambatan masuk bagi perusahaan asuransi baru. Pendatang baru dalam dunia asuransi dapat membuat kondisi persaingan yang kini sudah ketat menjadi semakin sangat ketat.

5.3.4 Ancaman

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan maka ancaman yang harus dihindari PT. Staco Jasapratama adalah : (1) Kekuatan tawar-menawar pembeli yang tinggi, (2) Perusahaan asuransi lain dalam kelompok A (rekanan Bank Mandiri yang diperkenankan memperoleh bisnis korporasi yang besar), (3) Meningkatnya kredit macet, (4) Pelayanan yang cepat untuk risiko-risiko khusus oleh perusahaan patungan (joint venture), (5) Tingkat persaingan yang tinggi, (6) Kurangnya kontrol dari pemerintah, (7) Belum stabilnya kondisi politik dan hukum di Indonesia, (8) Peningkatan Risk Based Capital (RBC). Penjelasan dari masing-masing ancaman dijabarkan berikut ini.

1. Kekuatan tawar-menawar pembeli yang tinggi

Pembeli (nasabah) memiliki kekuatan tawar-menawar yang dapat menjadi ancaman bagi PT. Staco Jasapratama. Nasabah memiliki kekuatan untuk menurunkan harga premi, pelayanan yang memuaskan, dan produk yang dilengkapi dengan berbagai perluasan sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya.

Jumlah perusahaan asuransi yang banyak membuat nasabah dengan leluasa memilih perusahaan yang menawarkan berbagai keuntungan yang menarik. Perusahaan dapat kehilangan loyalitas nasabahnya hingga pada akhirnya nasabah memutuskan untuk beralih ke perusahaan asuransi lain yang dianggap dapat memuaskan kebutuhan dan keinginannya.

2. Perusahaan asuransi lain dalam kelompok A (rekanan Bank Mandiri yang diperkenankan memperoleh bisnis korporasi yang besar)

Pesaing potensial PT. Staco Jasapratama adalah perusahaan asuransi lain yang berada di dalam kelompok A yang menjadi perusahaan rekanan Bank Mandiri. Kelompok A adalah kelompok teratas yang diperkenankan memperoleh bisnis korporasi yang besar (agunan kredit diatas 25 milyar rupiah). PT. Staco Jasapratama sebagai anak perusahaan Bank Mandiri tidak pernah diperlakukan secara khusus. Hal ini menjadi ancaman apabila PT. Staco Jasapratama tidak mampu bersaing dengan perusahaan asuransi umum lainnya.

3. Meningkatnya kredit macet

Peningkatan kredit macet dapat menjadi ancaman bagi PT. Staco Jasapratama karena akan menurunkan penerimaan premi asuransi properti. Nasabah yang tidak mampu membayar dana pinjaman yang diperoleh dari Bank Mandiri otomatis juga mengalami kesulitan membayar premi. Kesulitan dana yang dihadapi mengakibatkan nasabah tersebut akan mendahulukan kewajibannya membayar kredit dibanding premi. Kondisi ini akan merugikan perusahaan karena premi tak tertagih (out standing premi) akan semakin meningkat.

4. Pelayanan yang cepat untuk risiko-risiko khusus oleh perusahaan patungan (joint venture)

Keunggulan yang patut diperhatikan dan diperhitungkan dari perusahaan patungan (joint venture) adalah pelayanan yang cepat untuk risiko-risiko khusus. Apabila perusahaan patungan tidak mampu memenuhi permintaan nasabah atas risiko-risiko khusus maka perusahaan patungan dapat dengan mudah melempar permintaan tersebut ke grup usahanya di luar negeri. Hal ini dapat menjadi ancaman bagi PT. Staco Jasapratama karena nasabah akan lebih tertarik kepada perusahaan patungan yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya.

5. Tingkat persaingan yang tinggi

Terlalu banyaknya ’pemain’ dalam industri asuransi properti membuat tingkat persaingannya sangat ketat. Perebutan ceruk pasar yang kecil memaksa terjadinya perang tarif. Peristiwa perang tarif adalah suatu kondisi dimana perusahaan asuransi saling bersaing dan berebut mendapatkan pasar dengan melakukan penurunan harga premi. Perusahaan yang menawarkan premi terendah akan menjadi alternatif terbaik bagi nasabah. Pada jangka pendek tampaknya menguntungkan nasabah tetapi pada jangka menengah dan panjang perusahaan asuransi menghadapi situasi yang sulit pada saat klaim terjadi. Dana-dana premi tidak mencukupi untuk mengatasi klaim-klaim terutama klaim industrial. Dan pada akhirnya kondisi ini akan merugikan kedua belah pihak, perusahaan mendapat citra yang buruk di mata nasabahnya dan nasabah harus menerima pembayaran klaim yang berlarut karena tidak adanya dana.

6. Kurangnya kontrol dari pemerintah

Pemerintah sebagai regulator dan pengawas seharusnya lebih fokus dan serius dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Peristiwa perang tarif pada asuransi properti yang terjadi sejak tahun 2004 dapat menggambarkan kurangnya keseriusan pemerintah dalam mendukung tumbuhnya industri asuransi properti. Kurangnya pengawasan dan ketidaktegasan pemerintah dalam menegakkan hukum menyebabkan para pelaku industri asuransi properti sudah tidak menaati regulasi yang ada dan hal tersebut dapat menjadi ancaman bagi PT. Staco Jasapratama.

7. Belum stabilnya kondisi politik dan hukum di Indonesia

Kondisi politik dan hukum di Indonesia yang belum stabil akan mempengaruhi kelangsungan bisnis PT. Staco Jasapratama. Kondisi politik yang tidak stabil dapat memberikan pengaruh yang negatif bagi perusahaan. Politik bagi industri asuransi properti berpengaruh secara tidak langsung. Kondisi politik yang belum stabil menyebabkan tingkat risiko usaha masih tinggi. Hal ini menyebabkan tingkat kepercayaan para pelaku bisnis dan investor asing untuk berbisnis atau menanamkan modalnya di Indonesia menjadi berkurang.

8. Peningkatan Risk Based Capital (RBC)

Tingkat solvabilitas dalam asuransi lebih dikenal sebagai Risk Based Capital (RBC). Peningkatan RBC dapat menjadi ancaman bagi PT. Staco Jasapratama apabila peningkatannya terlalu besar atau kinerja perusahaan sedang mengalami penurunan.

5.4. Formulasi Alternatif Strategi Pemasaran

Setelah menganalisis dan mengidentifikasi kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan, tahap selanjutnya adalah perumusan strategi yang meliputi tahap masukan, tahap pencocokan, dan tahap pengambilan keputusan.

Dokumen terkait