• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4.1. Tahap masukan

Tahap masukan merupakan tahap memasukkan hasil analisis dan identifikasi lingkungan lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) ke dalam matriks IFE dan lingkungan eksternal (peluang dan ancaman) ke dalam matriks EFE.

1. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE)

Matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting. Kekuatan yang dimiliki perusahaan adalah pelayanan proses klaim yang singkat; perusahaan reasuransi luar negeri sebagai leader; pengalaman menangani bank bisnis; membina hubungan baik dengan perusahaan asuransi lain, broker, dan pelaku perbankan; mendapatkan penghargaan yang dapat meningkatkan citra dan posisi di mata nasabah; Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

Kelemahan yang dimiliki perusahaan adalah promosi kurang gencar, bisnis masih bergantung pada Bank Mandiri, program pelatihan dan pendidikan (diklat) belum terstruktur, belum memiliki agen sendiri, belum memiliki motto.

Berdasarkan Tabel 13 matriks IFE, dapat dilihat bahwa PT. Staco Jasapratama memiliki kekuatan utama yaitu pengalaman menangani bank bisnis dengan skor sebesar 0,392. Mendapatkan penghargaan yang dapat meningkatkan citra dan posisi di mata nasabah dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas memiliki skor yang sama yaitu 0,385 berada pada posisi kedua dan

ketiga. Pelayanan proses klaim yang singkat menempati posisi keempat dengan skor 0,350. Posisi kelima dan keenam dengan skor masing-masing 0,326 dan 0,205 adalah membina hubungan baik dengan perusahaan asuransi lain, broker, dan pelaku perbankan dan perusahaan reasuransi luar negeri sebagai leader.

Kelemahan utama yang dimiliki PT. Staco Jasapratama adalah program pelatihan dan pendidikan (diklat) belum terstruktur dengan skor 0,121. Diurutan kedua yang menjadi kelemahan adalah belum memiliki agen sendiri dengan skor 0,126. Bisnis masih bergantung pada Bank Mandiri dengan skor 0,129 menempati posisi ketiga. Promosi kurang gencar dengan skor 0,130 dan belum memiliki motto dengan skor 0,175 menempati posisi yang keempat dan kelima. Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan total nilai skor terbobot sebesar 2,724. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Staco Jasapratama memiliki posisi internal yang kuat karena berada di atas nilai rata-rata yaitu 2,5. Artinya adalah perusahaan mampu memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan mengatasi kelemahan yang ada.

Tabel 13. Matriks IFE Asuransi Properti PT Staco Jasapratama

No. Faktor Strategis Internal Bobot (a) Rating (b) Skor Terbobot

(axb) Kekuatan

1 Pelayanan proses klaim yang singkat 0,105 3,33 0,350 2 Perusahaan reasuransi luar negeri

sebagai leader

0,056 3,67 0,205

3 Pengalaman menangani bank bisnis 0,098 4,00 0,392 4 Membina hubungan baik dengan

perusahaan asuransi lain, broker, dan pelaku perbankan

0,098 3,33 0,326

5 Mendapatkan penghargaan yang dapat meningkatkan citra dan posisi di mata nasabah

0,105 3,67 0,385

6 Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas

0,105 3,67 0,385

Kelemahan

1 Promosi kurang gencar 0,098 1,33 0,130 2 Bisnis masih bergantung pada Bank

Mandiri

0,077 1,67 0,129

3 Program pelatihan dan pendidikan (diklat) belum terstruktur

0,091 1,33 0,121

4 Belum memiliki agen sendiri 0,063 2 0,126 5 Belum memiliki motto 0,105 1,67 0,175

2. Matriks External Factor Evaluation (EFE)

Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan yang meliputi peluang dan ancaman. Peluang yang dimiliki perusahaan adalah meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya asuransi, berbagai bencana yang menimpa Indonesia belakangan ini, tidak ada produk pengganti, kewajiban mengasuransikan aset yang menjadi agunan bagi kreditur Bank Mandiri, Keputusan Menteri Keuangan RI No.424/KMK.06/2003 mengenai kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi di Indonesia, kondisi makro ekonomi Indonesia yang membaik, perkembangan teknologi informasi, Peraturan Pemerintah (PP) No. 63 Tahun 1999 mengenai syarat modal disetor minimum 100 milyar rupiah.

Ancaman yang dimiliki perusahaan adalah kekuatan tawar-menawar pembeli yang tinggi, perusahaan asuransi lain dalam kelompok A ( rekanan Bank Mandiri yang diperkenankan memperoleh bisnis korporasi yang besar), meningkatnya kredit macet, pelayanan yang cepat untuk risiko-risiko khusus oleh perusahaan patungan (joint venture), tingkat persaingan yang tinggi, kurangnya kontrol dari pemerintah, belum stabilnya kondisi politik dan keamanan di Indonesia, peningkatan Risk Based Capital (RBC).

Berdasarkan Tabel 14 matriks EFE, dapat dilihat bahwa PT. Staco Jasapratama memiliki peluang utama yaitu Keputusan Menteri Keuangan RI No.424/KMK.06/2003 mengenai kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi di Indonesia dengan skor sebesar 0,256. Kondisi makro ekonomi Indonesia yang membaik dan posisi di mata nasabah dan kewajiban mengasuransikan aset yang menjadi agunan bagi kreditur Bank masing-masing dengan memiliki skor 0,236 dan 0,217 berada pada posisi kedua dan ketiga. Berbagai bencana yang menimpa Indonesia belakangan ini dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya asuransi memiliki skor yang sama yaitu 0,213 menempati posisi keempat dan kelima. Posisi keenam dan ketujuh dengan skor masing-masing 0,204 dan 0,153 adalah perkembangan teknologi informasi dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 63 Tahun 1999 mengenai syarat modal disetor minimum 100 milyar rupiah. Dan posisi yang terakhir adalah tidak produk pengganti dengan skor 0,135.

Tabel 14. Matriks EFE Asuransi Properti PT Staco Jasapratama

No. Faktor Strategis Eksternal Bobot (a) Rating (b) Skor Terbobot

(axb) Peluang

1 Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya asuransi

0,064 3,33 0,213 2 Berbagai bencana yang menimpa

Indonesia belakangan ini

0,064 3,33 0,213 3 Tidak ada produk pengganti 0,058 2,33 0,135

4 Kewajiban mengasuransikan aset yang menjadi agunan bagi kreditur Bank Mandiri

0,059 3,67 0,217

5 Keputusan Menteri Keuangan RI No.424/KMK.06/2003 mengenai kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi di Indonesia

0,064 4,00 0,256

6 Kondisi makro ekonomi Indonesia yang membaik

0,059 4,00 0,236 7 Perkembangan teknologi informasi 0,051 4,00 0,204

8 Peraturan Pemerintah (PP) No. 63 Tahun 1999 mengenai syarat modal disetor minimum 100 milyar rupiah

0,051 3,00 0,153

Ancaman

1 Kekuatan tawar-menawar pembeli yang tinggi

0,059 2,33 0,137 2 Perusahaan asuransi lain dalam

kelompok A (rekanan Bank Mandiri yang diperkenankan memperoleh bisnis korporasi yang besar)

0,064 4,00 0,256

3 Meningkatnya kredit macet 0,064 2,67 0,171 4 Pelayanan yang cepat untuk risiko-risiko

khusus oleh perusahaan patungan (joint venture)

0,058 2,67 0,155

5 Tingkat persaingan yang tinggi 0,059 3,33 0,196 6 Kurangnya kontrol dari pemerintah 0,059 3,00 0,177 7 Belum stabilnya kondisi politik dan

hukum di Indonesia

0,058 2,67 0,155 8 Peningkatan Risk Based Capital (RBC) 0,064 4,00 0,256

Total 1 3,130

Ancaman utama yang dimiliki PT. Staco Jasapratama adalah kekuatan tawar-menawar pembeli yang tinggi dengan skor 0,137. Diurutan kedua dan ketiga ditempati oleh pelayanan yang cepat untuk risiko-risiko khusus oleh perusahaan patungan (joint venture) dan belum stabilnya kondisi politik dan hukum di Indonesia memiliki skor yang sama yaitu 0,155. Meningkatnya kredit macet dengan skor 0,171 menempati posisi keempat. Kurangnya kontrol dari pemerintah dan tingkat persaingan yang tinggi dengan skor 0,177 dan tidak memiliki motto dengan skor 0,196 menempati posisi yang kelima dan keenam.

Perusahaan asuransi lain dalam kelompok A (rekanan Bank Mandiri yang diperkenankan memperoleh bisnis korporasi yang besar) dan peningkatan Risk Based Capital (RBC) berada pada posisi ketujuh dan kedelapan dengan skor yang sama yaitu 0,256.

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan total nilai skor terbobot sebesar 3,13. Hal ini menunjukkan bahwa PT. Staco Jasapratama berada pada posisi ekstern yang kuat dengan mampu memanfaatkan peluang yang ada serta dapat menghadapi ancaman.

5.4.2. Tahap pencocokan

Tahap pencocokan adalah tahap perumusan strategi berdasarkan hasil analisis dan identifikasi kondisi internal dan eksternal perusahaan. Pada tahap pencocokan model yang digunakan adalah matriks SWOT dan matriks IE.

1. Matriks Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT)

Matriks SWOT menganalisis faktor internal perusahaan berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan dan faktor eksternal perusahaan berupa peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan untuk menghasilkan alternatif strategi yang akan dilaksanakan perusahaan. Empat alternatif strategi yang dihasilkan dapat dilihat dalam Tabel 15. Penjelasan secara lebih rinci mengenai strategi tersebut adalah sebagai berikut :

a. Strategi Strength-Opportunity (S-O)

Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar perusahaan. Strategi S-O secara umum yang dihasilkan adalah memperluas pangsa pasar untuk meningkatkan volume produksi dengan mengoptimalkan pelayanan proses klaim dan membina hubungan baik dengan perusahaan asuransi lain, broker, dan pelaku perbankan. Langkah-langkah yang dilakukan adalah memasuki daerah-daerah terpencil; menjangkau masyarakat yang sadar berasuransi melalui kerjasama dengan perusahaan asuransi lain, broker, dan pelaku perbankan; merebut nasabah pesaing melalui daya tarik proses klaim yang singkat.

Strategi ini dapat dilakukan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan dan memanfaatkan peluang yang ada. Kekuatan perusahaan berupa

Tabel 15. Analisis Matriks SWOT Asuransi Properti PT. Staco Jasapratama Faktor Internal

Faktor Eksternal

Kekuatan (S) :

1.Pelayanan proses klaim yang

singkat

2.Perusahaan reasuransi luar negeri sebagai leader

3.Pengalaman menangani bank

bisnis

4.Membina hubungan baik dengan perusahaan asuransi lain, broker, dan pelaku perbankan

5.Mendapatkan penghargaan yang dapat meningkatkan citra dan posisi di mata nasabah

6.Sumber Daya Manusia (SDM)

yang berkualitas.

Kelemahan (W) : 1.Promosi kurang gencar 2.Bisnis masih bergantung

pada Bank Mandiri

3.Program pelatihan dan

pendidikan (diklat) belum terstruktur

4.Belum memiliki agen

sendiri

5.Tidak memiliki motto

Peluang (O) :

1. Meningkatnya kesadaran

masyarakat terhadap pentingnya asuransi

2. Berbagai bencana yang

menimpa Indonesia belakangan ini

3. Tidak ada produk pengganti

4. Kewajiban mengasuransikan

aset yang menjadi agunan bagi kreditur Bank Mandiri 5. Keputusan Menteri Keuangan

RI No.424/KMK.06/2003 mengenai kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi di Indonesia

6. Kondisi makro ekonomi

Indonesia yang membaik

7. Perkembangan teknologi

informasi

8. Peraturan Pemerintah (PP) No. 63 Tahun 1999 mengenai syarat modal disetor minimum 100 milyar rupiah

S-O

1. Memasuki daerah-daerah

terpencil (O2, O6, S4).

2. Menjangkau masyarakat yang

sadar berasuransi melalui kerjasama dengan perusahaan asuransi lain, broker, dan pelaku perbankan (O1, S4).

3. Merebut nasabah pesaing

melalui daya tarik proses klaim yang singkat (O2, S1).

W-O

1. Menciptakan produk

baru yang bersaing di pasaran (W1, O1).

2. Menambah fitur-fitur

berupa perluasan jaminan yang dapat menarik minat nasabah (W1, O1, O2, O3).

Ancaman (T) :

1. Kekuatan tawar-menawar

pembeli yang tinggi

2. Perusahaan asuransi lain

dalam kelompok A (rekanan Bank Mandiri yang diperkenankan memperoleh bisnis korporasi yang besar) 3. Meningkatnya kredit macet 4. Pelayanan yang cepat untuk

risiko-risiko khusus oleh perusahaan patungan (joint venture)

5. Tingkat persaingan yang

tinggi

6. Kurangnya campur tangan

pemerintah

7. Belum stabilnya kondisi

politik dan keamanan di Indonesia

8. Peningkatan Risk Based

Capital (RBC)

S-T

1. Memberikan pelayanan yang

memuaskan melalui proses klaim yang singkat sehingga menarik minat nasabah (S1, S6, T1, T2).

2. Meningkatkan volume bisnis

yang berasal dari bank-bank yang memiliki kebutuhan yang sama dengan Bank Mandiri (S3, T5).

3. Menginformasikan dan

memajang gambar trophy yang diperoleh perusahaan pada setiap bentuk promosi yang dilakukan (S5, T8).

W-T

1. Membuat divisi khusus

yang menangani bidang promosi (W1, T5). 2. Meningkatkan anggaran

dana promosi (W1, T2). 3. Beriklan melalui media

cetak dan elektronik (W1, T5).

4. Memiliki agen sendiri

pelayanan proses klaim yang singkat dapat memberikan keuntungan bagi asuransi properti PT. Staco Jasapratama dalam memasuki dan memperluas pasar. Membina hubungan baik dengan perusahaan asuransi lain, broker, dan pelaku perbankan menjadi sarana pendukung kegiatan pemasaran perusahaan.

Peluang bagi perusahaan untuk dapat memperluas pangsa pasarnya semakin terbuka lebar dengan semakin membaiknya kondisi makro ekonomi Indonesia, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya asuransi, dan berbagai bencana yang menimpa Indonesia belakangan ini.

b. Strategi Weakness-Opportunity (W-O)

Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. Strategi W-O secara umum yang dihasilkan adalah melakukan inovasi produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan nasabah dalam menghadapi persaingan yang ketat sehingga loyalitas nasabah tetap terjaga. Langkah-langkah yang dilakukan adalah menciptakan produk baru yang bersaing di pasaran, menambah fitur-fitur berupa perluasan jaminan yang dapat menarik minat nasabah.

Strategi ini dapat dilakukan dengan memanfaatkan peluang yang ada untuk mengatasi kelemahan yang dimiliki perusahaan. Inovasi produk membutuhkan kegiatan promosi dalam rangka memperkenalkan dan menginformasikan produk tersebut kepada masyarakat dan nasabah. Dengan adanya inovasi produk tersebut, kelemahan perusahaan berupa promosi yang kurang gencar dapat diminimalkan.

Peluang yang ada dapat dimanfaatkan perusahaan untuk dapat menerapkan strategi tersebut. Tidak adanya produk pengganti menjadi peluang bagi perusahaan karena asuransi properti menjadi satu-satunya pilihan proteksi terhadap harta benda selain menanggung sendiri segala risiko yang harus dihadapi. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya asuransi dan berbagai bencana yang menimpa Indonesia belakangan ini juga menjadi peluang yang besar bagi perusahaan karena dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan dan menawarkan produk serta inovasinya sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka.

c. Strategi Strength-Threat (S-T)

Melalui strategi ini perusahaan berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal. Strategi S-T secara umum yang dihasilkan adalah menciptakan brand image melalui pelayanan proses klaim dan pengalaman menangani bank bisnis. Langkah-langkah yang dilakukan adalah memberikan pelayanan yang memuaskan melalui proses klaim yang singkat sehingga menarik minat nasabah, meningkatkan volume bisnis yang berasal dari bank-bank yang memiliki kebutuhan yang sama dengan Bank Mandiri, menginformasikan dan memajang gambar trophy yang diperoleh perusahaan pada setiap bentuk promosi yang dilakukan.

Strategi ini adalah strategi yang memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi. Pelayanan dalam asuransi identik dengan proses klaim. Kekuatan perusahaan berupa proses pelayanan klaim yang singkat, pengalaman menangani bank bisnis, mendapatkan penghargaan berupa Trophy Infobank Award dan memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dapat menciptakan citra dan posisi yang baik di mata nasabah.

Strategi ini dilakukan untuk menghadapi ancaman yang ada. Perusahaan asuransi lain dalam kelompok A (rekanan Bank Mandiri yang diperkenankan memperoleh bisnis korporasi yang besar) dan tingkat persaingan yang tinggi dapat menjadi ancaman apabila perusahaan tidak mampu bersaing dengan mereka. Peningkatan Risk Based Capital (RBC) juga menjadi ancaman apabila perusahaan tidak mampu mencapai RBC yang telah ditetapkan sehingga muncul image yang negatif di mata nasabah.

d. Strategi Weakness-Threat (W-T)

Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. Strategi W-T secara umum yang dihasilkan adalah melakukan berbagai bentuk kegiatan promosi secara kontinu dan memiliki agen sendiri sehingga memperluas jangkauan pasar. Langkah- langkah yang dilakukan adalah membuat divisi khusus yang menangani bidang promosi, meningkatkan anggaran dana promosi, beriklan melalui media cetak dan elektronik, memiliki agen sendiri.

Strategi ini dilakukan untuk meminimalkan kelemahan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang ada. Dengan adanya strategi promosi kelemahan perusahaan berupa promosi yang kurang gencar, bisnis yang masih bergantung pada Bank Mandiri, dan belum memiliki motto dapat teratasi. Selain itu kelemahan perusahaan adalah belum memiliki agen sendiri sehingga mempengaruhi luas jangkauan pasar yang dapat dicapai perusahaan.

Ancaman yang ada berupa perusahaan asuransi lain dalam kelompok A (rekanan Bank Mandiri yang diperkenankan memperoleh bisnis korporasi yang besar), pelayanan yang cepat untuk risiko-risiko khusus oleh perusahaan patungan (joint venture), dan tingkat persaingan yang tinggi dapat diatasi dengan kegiatan promosi yang kontinu untuk menampilkan keunggulan kompetitif perusahaan. 2. Matriks Internal-External (IE)

Total Skor Matriks IFE

Kuat Rata-rata Lemah 3,0-4,0 2,0-2,99 1,0-1,99 3,0 2,0 4,0 Tinggi 3,0-4,0 3,0 Sedang 2,0-2,99 2,0 Rendah 1,0-1,99 1,0

Gambar 5. Matriks Internal Eksternal Asuransi Properti PT Staco Jasapratama

Matriks IE merupakan gabungan dari matriks IFE dan EFE yang dipetakan dalam dua dimensi, yaitu total skor terbobot dari matriks IFE pada

I II III

IV V VI

sumbu vertikal dan total skor terbobot dari matriks EFE pada sumbu horizontal. Matriks IE digunakan untuk menentukan posisi perusahaan. Berdasarkan hasil analisis faktor internal dengan menggunakan matriks IFE maka diperoleh total skor terbobot sebesar 2,724. Sedangkan hasil analisis faktor eksternal dengan menggunakan matriks EFE diperoleh total skor terbobot sebesar 3,130.

Berdasarkan kedua nilai skor tersebut, PT. Staco Jasapratama berada pada sel II (Grow and Build). Strategi yang dapat diterapkan adalah strategi intensif yang meliputi market penetration, market development, dan product development

dan strategi terintegrasi yang meliputi backward integration, forward integration, dan horizontal integration.

Dokumen terkait