• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELUANG PENGEMBANGAN PEYEK KRIPIK PEGAGAN DI KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI CANCANGAN,

SLEMAN

Murwati Nurdeana

Sutardi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta me.mur_wati@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pegagan (Centella asiatica L. Urban) merupakan tanaman herbal tahunan yang tumbuh menjalar dan berbunga sepanjang tahun, banyak tumbuh di ladang, perkebunan, tepi jalan maupun di pekarangan. Tanaman ini banyak dimanfaatkan sebagai tanaman obat, sayuran segar, dan lalapan. Berbagai penelitian ilmiah melaporkan tentang khasiat pegagan, hal ini menjadi peluang bagi petani untuk menjadikan daun pegagan segar menjadi peyek kripik pegagan, Penelitian dilaksanakan di Dusun Cancangan, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, dengan responden 10 anggota yang tergabung dalam kelompok Wanita Tani (KWT) Tani Raharjo, yang menjadi sasaran pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen kuesioner terbuka dan metode focus group discussion (FGD), selanjutnya dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha peyek memberikan keuntungan per bulan Rp 871.125 dan memberikan pendapatan sebesar Rp 3.105.000/ bulan dengan R/C = 1,4 yang berarti bahwa usaha peyek pegagan di Cancangan, Sleman menjadi peluang pengembangan, karena usaha peyek tersebut sudah diperhitungkan biaya tenaga (tenaga berasal dari anggota KWT Tani Raharjo).

Kata kunci: peluang pengembangan, peyek pegagan, pendapatan. PENDAHULUAN

Tanaman pegagan (Centella asiatica L. Urban) merupakan tanaman liar yang banyak tumbuh di ladang, perkebunan, tepi jalan maupun di pekarangan. Tanaman ini belum dibudidayakan secara intensif bahkan sebagian masyarakat tanaman pegagan dianggap sebagai gulma. Namun, ada pula masyarakat yang telah mengkonsumsinya dalam bentuk sayuran dan peyek kripik pegagan.

Pegagan juga termasuk tanaman herbal tahunan yang tumbuh menjalar dan berbunga sepanjang tahun. Tanaman akan tumbuh subur bila tanah dan lingkungannya sesuai hingga dijadikan penutup tanah. Pegagan hijau sering dijumpai di daerah persawahan, di sela-sela rumput, di tanah yang agak lembab baik yang terbuka atau agak ternaungi, juga dapat ditemukan di dataran rendah sampai daerah dengan ketinggian 2500 m dpl (Depkes RI, 1977).

104 Tumbuhan ini tidak berbatang, menahun, mempunyai rimpang pendek dan stolon- stolon yang merayap, panjang 10-80 cm, akar keluar dari setiap buku-buku, banyak percabangan yang membentuk tumbuhan baru, daun tunggal, bertangkai panjang, tersusun dalam roset akar yang terdiri dari 2-10 helai daun. Helaian daun berbentuk ginjal, tepi bergerigi atau beringgit, kadang agak berambut. Bunga tersusun dalam karangan berupa payung, tunggal atau 3-5 bunga bersama-sama keluar dari ketiak daun, berwarna merah muda atau putih. Buah kecil bergantung, berbentuk lonjong, pipih, panjang 2-2,5 mm, baunya wangi dan rasanya pahit. Daunnya dapat dimakan sebagai lalap untuk penguat lambung. Pegagan dapat diperbanyak dengan pemisahan stolon dan biji (Depkes RI, 1977; Januwati dan Yusron, 2005; Sutardi, 2007). Menurut Nurliani, Susi dan Mardiana (2008), ada keragaman pada sifat morfologi kualitatif dan kuantitatif pegagan, antara lain ukuran, warna dan bentuk daun, jumlah, ukuran dan warna geragih, jumlah bunga per geragih, panjang dan warna buku, warna batang, berat segar dan berat kering. Klasifikasi Ilmiah

Divisio : Spermatophyta Kelas : Dicotyledone Ordo : Umbillales

Famili : Umbillferae (Apiaceae) Genus : Centella

Species : Centella asiatica (Nurendah, 1982).

Manfaat tanaman pegagan adalah salah satu tanaman herbal tahunan yang memiliki daerah penyebaran sangat luas terutama di daerah tropis dan sub tropis. Tanaman ini banyak dimanfaatkan sebagai tanaman obat, sayuran segar, lalapan atau dibuat jus. Berbagai penelitian ilmiah tentang khasiat pegagan telah dilaporkan diantaranya efek anti neoplastik, efek pelindung tukak lambung, menurunkan tekanan dinding pembuluh, mempercepat penyembuhan luka, analgesik, antiinflamasi, hepatoprotektor, peningkatan kecerdasan, antisporasis, anti agregasi platelet dan anti trombosis, mengobati lepra, gangguan perut dan rematik (Badan POM, 2007). Tanaman ini juga digunakan untuk meningkatkan ketahanan tubuh, membersihkan darah, dan memperbaiki gangguan pencernaan. Pegagan mempunyai rasa manis dan bersifat sejuk, dengan kandungan bahan kimia yang terdapat di dalamnya adalah asiatikosida, madekosida, brahmosida, tannin, resin, pectin, gula, vitamin B (Wahjoedi dan Pudjiastuti, 2006). Selanjutnya Sutardi (2007) mengatakan bahwa Pegagan memiliki kandungan fitokimia terpenoid dengan zat aktif asiatikosida diantaranya untuk

105 meningkatkan vitalitas dan daya ingat, mengatasi pikun, memperlancar peredaran darah, memperbaiki gangguan pencernaan, anti keloid, anti rematik, kosmetik dan minuman kesehatan.

Pegagan selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat. Pengolahan daun pegagan untuk konsumsi hanya sebatas sebagai urap dan sayur yang mempunyai daya simpan yang singkat. Oleh karena itu diperlukan diversifikasi pengolahan yang mempunyai daya simpan yang lebih lama. Salah satu olahan yang memungkinkan adalah keripik pegagan. Pengolahan pegagan menjadi keripik selain memberikan keanekaragaman pangan juga mampu meningkatkan kualitas dan nilai ekonomis dari sayuran tersebut Selain itu keripik memiliki umur simpan lebih lama dari produk segarnya serta memberikan flavor produk yang khas, yaitu renyah dan gurih (Haris dan Karmas, 1975). Keripik pegagan adalah makanan seperti kripik bayam yang terbuat dari bayam sebagai bahan dasarnya dan menggunakan tepung pelapis sebagai penyalut lembaran bayam yang akan digoreng (Ramdhan, 2009). Tepung pelapis yang umum digunakan untuk keripik terbuat dari tepung beras dan tapioka..

Berdasarkan banyaknya manfaat tanaman pegagan, memberikan peluang untuk pengembangan peyek kripik pegagan karena terbukti peyek kripik pegagan laku terjual dan memberikan keuntungan bagi kelompok wanita tani (KWT) Tani Raharjo di Kawasan Rumah Pangan Lestari Kabupaten Sleman. Tujuan penelitian untuk mengetahui peluang pengembangan peyek kripik pegagan di Kawasan Rumah Pangan Lestari Kabupaten Sleman.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada tahun 2014 di Dusun Cancangan, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Metode yang digunakan dengan metode survei melalui 10 koresponden yang tergabung dalam kelompok Wanita Tani (KWT) Tani Raharjo. Penentuan lokasi ditentukan dengan sengaja yakni di lokasi pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Dusun Cancangan, Desa Wukirsari, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Dalam survei ini menggunakan instrumen (kuesioner terbuka dan menggunakan metode focus discussion group (FGD). Analisis data menggunakan statistik deskriptif.

106

PEMBAHASAN

Dusun Cancangan Desa Wukirsari Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman merupakan Lokasi pendampingan Kawasan Rumah Pangan lestari (KRPL). Dalam organisasi di KRPL ada yang bertanggung jawab Kebun Bibit Desa (KBD), ada yang bertanggung jawab pemeliharaan kawasan, pemeliharaaan tanaman, pengolahan pegagan, pengolahan criping dan peyek bonggol pisang, pengolahan jahe instan dan permen jahe, pemasaran, dan lain-lain. Pada awal kegiatan yang mengikuti kegiatan KRPL ada 20 KK dan 1,5 tahun dalam pembinaan tepatnya tahun 2014 yang mengikuti kegiatan KRPL menjadi 65 KK. Kelompok KWT Tani Raharjo yang menangani usaha peyek pegagan ada10 orang.

Bahan untuk peyek pegagan dalam satu kali produk terdiri atas: daun pegagan 1 kg, Tepung beras 1,5 kg, tepung kanji 1,5 kg, minyak goreng 2 liter, telur 6 butir, dan bumbu (ketumbar, kencur, bawang putih, kunyit, daun jeruk dan garam secukupnya).

Cara membuat peyek: daun pegagan dicuci bersih dan ditiriskan, semua bumbu dihaluskan, dan tepung beras + tepung kaji + telur + bumbu yang sudah dihaluskan + air secukupnya. Selanjutnya daun pegagan dicelupkan ke dalam campuran adonan kemudian digoreng. Tanda peyek kripik sudah matang ditandai bahwa tepung berwarna agak kecoklatan, angkat, tiriskan, dan spinner (pengeringan dan penirisan minyak) agar minyaknya kering. Lebih jelasnya seperti pada diagram alir proses pembuatan peyek kripik pegagan (Gambar 1).

107

Berdasarkan diagram alir pembuatan peyek kripik pegagan sangat mudah dilaksanakan, dan bahan seperti tanaman pegagan diusahakan di KRPl, sehingga memberikan pendapatan bagi yang menanam pegagan karena 1 kg daun pegagan laku dijual Rp 20.000. Tanaman pegagan di lokasi KRPL ada yang ditanam di bedengan dan ada yang ditanam dalam polybag. Untuk mengetahui usaha pembuatan peyek kripik pegagan tertera pada Tabel 1.

Daun Pegagan segar

Dicuci Ditiriskan

Bumbu-bumbu

Tepung tapioka 1 bagian

Tepung beras ( 1) bagian

Adonan Pencelupan Penggorengan Keripik Pegagagan Penirisan Air Pencampuran Pengemasan

108 Tabel 1. Analisis usaha peyek kripik pegagan di Cancangan, Kecamatan Cangkringan

Sleman (produksi dalam 1 bulan)

No Uraian Volume Harga/satuan(Rp) Jumlah (Rp)

A Biaya eksplisit per produksi  Daun pegagan

 Tepung beras  Tepung Kanji

 Bumbu (ketumbar, kencur, b. Putih, garam, kunyit, daun jeruk)  Minyak goreng  Plastik kemasan  Telur 1 kg 1,5 kg 1,5 kg 1 paket 2 liter 33 buah 6 butir 20.000 8.000 7.000 8.000 12.000 25 1.100 20.000 12.000 10.500 8.000 24.000 825 6.600 Jumlah (A) 81.925 B Biaya Implisit Gas ukuran 3 kg = 3 X produk

-Tenaga kerja 5 orang (2 jam) 1 X 2 HOK 7.000 30.000 7.000 60.000 Jumlah (B) 67.000

C Total biaya (A+B) 148.925

D Pendapatan Produksi peyek Minyak goreng/jlantah 33 bks 6.000 198.000 9.000 Total pendapatan (D) 207.000 Keuntungan (D-C) R/C 58.075 1,4 Produksi 1 bulan= 15 X

produksi, jadi pendapatan/ bulan

3.105.000

Produksi 1 bulan= 15 X produksi, jadi keuntungan/ bulan

871.125

Total pendapatan dalam satu kali produksi diperoleh pendapatan sebesar Rp 3.105.000 per bulan (Rp 207.000 per produksi) dengan memberikan R/C=1,4 (Tabel 1). Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 871.125 per bulan. Dengan keuntungan yang demikian memberikan arti bahwa usaha peyek pegagan di Cancangan, Sleman menjadi peluang pengembangan, karena usaha peyek tersebut sudah diperhitungkan biaya tenaga (tenaga berasal dari anggota KWT Tani Raharjo).

109

KESIMPULAN

Dengan adanya tanaman pegagan yang dulunya dianggap gulma atau tanaman pengganggu dan petani sekarang sudah mengetahui berbagai kasiat yang positip atau sebagai tanaman herbal, memberikan peluang untuk pengembangan peyek kripik pegagan karena terbukti peyek kripik pegagan laku terjual.

Total pendapatan dalam satu kali produksi diperoleh pendapatan sebesar Rp 3.105.000 per bulan (Rp 207.000 per produksi) dengan memberikan R/C=1,4. Keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 871.125 per bulan. Dengan keuntungan yang demikian memberikan arti bahwa usaha peyek pegagan di Cancangan, Sleman menjadi peluang pengembangannya, karena usaha peyek tersebut sudah diperhitungkan biaya tenaga (tenaga berasal dari anggota KWT Tani Raharjo).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007, Serial Tanaman Obat ―Pegagan‖, Badan POM Republik Indonesia. Jakarta

Harris dan E.Karmas, ―Evaluasi gizi pada pengolahan bahan pangan, 1975, ITB Press, Bandung

Januwati, M., dan Yusron, M., 2005, Budidaya Tanaman Pegagan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1-5, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika, Cijayanti : Jabar

Nurliani Bermawie, Susi Purwiyanti dan Mardiana. 2008. Keragaan Sifat Morfologi, Hasil dan Mutu Plasmanutfah Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban.).Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Bul. Littro. 19 (1): 1 –17

Ramdhan, A.N. , ―Pengaruh Perbandingan Tepung Beras Rose Brand, Tepung Beras Karya Tani dan Konsentrasi Santan Kelapa Terhadap Karakteristik Rempeyek Bayam‖, 2009, Kumpulan Program Kreatifitas Mahasiswa. Unpas. Bandung Sutardi, 2008. Kajian Waktu Panen Dan Pemupukan Fosfor Terhadap Pertumbuhan

Dan Produksi Asiatisida Tanaman Pegagan (Centella asiatica L. Urban) di Dataran Tinggi. Tesis Sekolah Pasca Sarjana, IPB. Bogor

Wahjoedi, B. dan Pudjiastuti. 2006.Review hasil penelitian pegagan (Centella asiatica(L.) Urban. Makalah pada POKJANAS TOI XXV. 10 hal.

110

PERKEMBANGAN KOMODITAS BAWANG MERAH INDONESIA