• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemadam api dan Keselamatan kerja

Dalam dokumen LAPORAN KULIAH MAGANG MAHASISWA (Halaman 31-46)

Keselamatan kerja merupakan tanggung jawab setiap pekerja yang mengandung pengertian usaha mengubah kondisi kerja yang semula tidak aman menjadi aman, sehingga para pekerja dalam melaksanakan tugasnya dapat terhindar dari bahaya-bahaya keselamatan kerja.

Peraturan-peraturan yang berkenaan dengan keselamatan kerja yang ada di PUSDIKLAT MIGAS Cepu berdasarkan pada :

a. PP No.11 tahun 1979 pasal 36

b. UU No.1 tahun 1970 Bab III pasal 3 dan 4

23 1. Menjamin setiap pekerja atas hak keselamatannya dalam melaksanakan tugas untuk kesejahteraan hidunpnya sehingga dapat meningkatkan hasil produksi.

2. Menjamin keselamatan orang yang berada di lokasi kerja.

3. Menjamin agar sumber produksi dapat terpelihara dengan baik dan dapat digunakan secara efisien.

4. Menjamin agar proses produksi dapat berjalan lancar tanpa hambatan apapun.

a) Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja merupakan kejadian yang tidak kita harapkan yang dapat menimbulkan kerugian, dimana kerugian tersebut dapat menimpa manusia, atau peralatan kerja dan bangunan, sehingga kecelakaan kerja tersebut dapat mengganggu proses produksi.

b) Kecelakaan kerja menurut kejadiannya 1. Kecelakaan biasa

Merupakan kejadian yang menimpa manusia di lingkungan masyarakat umum, dimana masalah dari segi biaya akibat kecelakaan ditanggung oleh masing-masing individu.

2. Kecelakaan industri

a. Kecelakaan kompensasi, yaitu kecelakaan yang terjadi di luar jam kerja, namun kerugian akibat kecelakaan tersebut ditanggung perusahaan.

b. Kecelakaan perusahaan, yaitu kecelakaan yang terjadi pada jam kerja dan kerugian karenanya ditanggung perusahaan.

c) Hal-hal yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja 1. Faktor manusia

a. Bekerja tanpa adanya rencana yang baik b. Bekerja dengan ceroboh

c. Bekerja dalam kecepatan yang salah (missal : putaran mesin tidak sesuai dengan kebutuhannya)

24 e. Bekerja sambil bersendau gurau

2. Faktor tempat pekerjaan

a. Ruang kerja yang terlalu sempit dan tidak bisa digunakan untuk bergerak bebas.

b. Penerangan yang kurang memadai sehingga penglihatan terganggu. c. Ruangan yang ventilasinya tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan. d. Peralatan tidak memungkinkan lagi untuk digunakan.

e. Ruangan kerja yang terlalu ramai sehingga dapat mengganggu konsentrasi pekerja.

f. Kebersihan dan ruangan kerja yang terbengkalai. d) Struktur Organisasi

1. Seksi pemadam api dan keselamatan kerja Seksi ini mempunyai tugas sebagai berikut :

a. Menyusun rencana pencegahan, antara lain menyusun peraturan, instruksi, petunjuk, atau prosedur dan peningkatan ketrampilan.

b. Mengadakan penyelidikan terhadap keselamatan kerja dan penanggulangannya (lindungan lingkungan)

Seksi ini dibagi menjadi beberapa sub seksi yang memiliki tugas berbeda, yaitu :

a. Sub sie operasional fire/ pemadam api (DMC.PF.01) Tugas-tugas umum dari sub seksi ini adalah :

1) Menanggulangi segala macam bentuk bahaya-bahaya kebakaran, peledakan, keselamatan kerja, dan masalah pencemaran.

2) Melaksanakan tugas-tugas non rutin, yaitu mengadakan latihan-latihan pemadam api (PA) terhadap kru pemadam api.

3) Melaksanakan tugas darurat yang mendadak, seperti kebakaran, peledakan, kecelakaan kerja dan lainnya.

4) Maintenance, yaitu perawatan, pemeliharaan dan perbaikan terhadap peralatan-peralatan kerja dari pemadam api (PA).

5) Pengelolaan gudang dan mengurusi pengadaan barang yang diperlukan untuk operasi pemadam kebakaran. commit to user

25 6) Melakukan pendataan setiap 6 bulan sekali untuk memeriksa APAR

(Alat Pemadam Api Ringan)

7) Memeriksa jaringan hidran di seluruh lokasi rawan kebakaran di Pusdiklat Migas Cepu.

b. Sub sie pendidikan dan latihan fire and safety (BDM.PF.02)

Tugas umum dari sub seksi ini adalah melaksanakan pendidikan dan latihan bagi karyawan di lingkungan Pusdiklat Migas Cepu dan instansi yang sedang melaksanakan pelatihan dan pendidikan di Pusdiklat Migas Cepu.

c. Sub sie lindungan lingkungan (BDM.PF.03) Tugas umum dari sub seksi ini adalah :

1) Memantau kondisi lingkungan agar tetap aman.

2) Memantau kondisi limbah sehingga persentase minyak di dalamnya kecil dan layak dibuang ke lingkungan.

d. Sub sie keselamatan kerja (BDM.PF.04) Tugas umum sub seksi ini adalah :

1) Menjamin keselamatan kerja di lokasi kerja.

2) Mendata masalah kecelakaan kerja yang terjadi sebagai laporan ke Depnaker dan Dirjen Migas Jakarta.

3) Melaksanakan tugas rutin, yaitu mengawasi pekerja yang ada di lingkungan Pusdiklat Migas Cepu. Adapun pekerjaan yang ditangani adalah masalah listrik, sipil, mekanik, dan sebagainya.

4) Mengadakan pengarahan dan bimbingan kepada para praktikan, mahasiswa AKAMIGAS, maupun perguruan tinggi lainnya.

5) Mengadakan inspeksi kerja di seluruh lokasi Pusdiklat Migas Cepu (listrik, mekanik, sipil, dan lainnya)

6) Mengadakan pengarahan kepada para pekerja yang akan melakukan pekerjaan di daerah-daerah rawan atau berbahaya. Umumnya menggunakan rekomendasi surat panas bila pekerjaan menggunakan panas dan surat dingin bila tidak menggunakan panas dalam melakukan pekerjaan. commit to user

26 B. Dasar Teori

1. Minyak Bumi

Teori yang menyatakan asal usul minyak bumi adalah Organic

Source Materials. Teori ini mengatakan binatang dan tumbuh-tumbuhan

berakumulasi di dalam suatu tempat selama berjuta-juta tahun yang lalu. Contohnya dalam swaps, delta terkomposisi oleh reaksi bakteri, karbohidrat, dan protein dipecah menjadi gas atau komponen yang larut dalam air dan dalam tanah. Bahan yang larut dalam lemak diubah menjadi minyak bumi melalui suatu reaksi dengan suhu rendah. Cairan minyak bumi ini kemudian berpindah ke pasir alam atau reservoir batu kapur. a) . Komposisi dan Klasifikasi Minyak Bumi

Senyawa minyak bumi tersusun dari hidrogen dan karbon menjadi hidrokarbon, juga terdapat senyawa lain yang mengandung sejumlah kecil belerang, nitrogen, oksigen, dan logam. Komposisi kimia dan fisis minyak bumi mentah sangat bervariasi, tetapi komposisi elementer pada umumnya terdiri dari (Gruse & Stevens) :

a. Karbon (C) : 83-87% b. Hidrogen (H) : 11-15% c. Belerang (S) : 0,4-6% d. Nitrogen (N) : 0,1-2% e. Oksigen (O) : 0,1-2% f. Logam : 0-0,1%

Setiap ladang minyak bumi menghasilkan minyak mentah yang berbeda-beda sehingga diperlukan suatu cara untuk menentukan jenis minyak yang akan dapat mempermudah gambaran mengenai produk-produk minyak mentah tersebut. Komposisi minyak mentah mempunyai variasi yang tak terhingga sehingga klasifikasinya menjadi sulit.

b) . Klasifikasi Berdasarkan API Gravity

Klasifikasi berdasakan API Gravity merupakan klasifikasi sederhana, ada suatu kecenderungan bahwa API Gravity minyak

27 mentah makin tinggi maka minyak mentah tersebut mengandung fraksi ringan dalam jumlah besar (Kontawa, Lemigas).

Tabel 1. Klasifikasi Minyak Mentah Berdasarkan API Gravity Jenis Minyak Bumi API Gravity Spesific Gravity

Ringan Ringan-sedang Berat-sedang Berat Sangat berat >39,0 39,0-35,0 35,0-32,1 32,1-24,8 <24,8 <0,830 0,830-0,850 0,850-0,865 0,865-0,905 >0,905

c) . Klasifikasi Berdasarkan Kandungan

Berdasarkan kandungannya, minyak mentah dibagi menjadi empat macam, yaitu : Paraffin crude oil, Straight run naptha crude oil,

Intermediate (mixed) crude oil, dan Aromatic base crude oil.

a. Paraffin crude oil

Minyak mentah ini banyak mengandung parafin. Sesuai dengan karakteristik parafin yang memiliki kestabilan tinggi karena merupakan senyawa jenuh, di mana pada suhu kamar tidak bereaksi dengan alkali pekat, asam sulfat, dan asam nitrat, tetapi dapat bereaksi dengan khlor dengan bantuan sinar matahari. Contoh senyawa parafin adalah alkana. Minyak mentah ini apabila telah diolah menjadi produk memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Mempunyai viskositas yang tinggi

2. Mengandung sulfur yang rendah

3. Mempunyai bilangan octane yang rendah. b. Straight run naphta crude oil

Jenis ini banyak mengandung naphta, yang memiliki formula hampir sama dengan olefin (ethylene), hanya saja olefin merupakan senyawa tak jenuh karena memiliki ikatan rangkap. Setelah diolah, minyak mentah ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

28 2. Sedikit mengandung lilin

3. Dapat diproses menjadi produk secara sederhana 4. Mengandung aspal.

c. Intermediate (mixed) crude oil

Minyak mentah ini setelah diolah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Kaya akan straight run gasoline 2. Banyak mengandung lilin 3. Bilangan oktannya rendah. d. Aromatic base crude oil

Jenis ini sering disebut sebagai seri benzene aktif karena dapat diolah menjadi senyawa anorganik dan banyak mengandung hidrogen aromatis.

d) Proses Pengolahan Minyak Mentah

Karakteristik dari minyak yang digunakan untuk memisahkan fraksi-fraksi minyak bumi adalah range boiling point, seperti keterangan berikut ini. (Grutrie, 1960).

Tabel 2. Titik didih fraksi minyak mentah hasil destilasi

Fraksi Minysk mentah Titik didih ◦F Gas

Light naphtha Heavy naphtha

Light gas oil Heavy gas oil

Residu <80 80-220 180-520 420-650 610-800 >800

Pada umumnya proses pengolahan minyak bumi terdiri atas beberapa proses, yaitu :

1) Proses Destilasi Atmosferik. commit to user

29 Proses destilasi atmosferik adalah proses pemisahan crude oil menjadi fraksi-fraksinya berdasarkan perbedaan titik didih pada tekanan 1 atmosfer.

Proses pengolahan dimulai dengan melewatkan minyak dari tangki penampung ke HE-1 (Heat Exchanger) dengan menggunakan pompa P-100 pada suhu 32 oC memasuki HE-1, dengan fluida yang panas digunakan pada HE-1 adalah solar yang merupakan bottom produk dari solar stripper C-4 yang beroperasi pada suhu 265 oC, sehingga suhu keluar sebesar 115 oC dan dilanjutkan menuju HE-2/HE-3 dengan fluida panas adalah residu yang merupakan bottom produk dari stripper C-5 dengan suhu operasi 285 oC. Solar yang keluar dari HE-1 didinginkan dalam cooler CL-1/10/11, dan dipisahkan dari air yang masih dikandung dalam separator S-6, separator tersebut bekerja berdasarkan perbedaan berat jenis. Dan residu yang keluar dari HE-2/3 didinginkan dalam box cooler BC-1, dan ditampung dalam tangki T-104/122/123, sedangkan untuk solar ditampung dalam tangki T-120/127/111. Solar dan residu yang dihasilkan dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar.

Feed yang keluar dari HE-2/3 dialirkan ke dalam furnace yang berjumlah 4 buah yaitu F-1/2/3/4, dimana 3 aktif dan 1 buah sebagai cadangan yang semuanya disusun secara paralel. Bahan bakar yang dipakai dalam furnace tersebut adalah campuran udara, fuel gas, fuel oil dan steam untuk proses atomizing (pengarbitan) fuel oil, dan gas hasil pembakaran yang berupa O2, CO, dan CO2 dialirkan melewati cerobong (stack). Feed yang keluar dari F-1/2/3 pada suhu 340 oC dimasukkan kedalam evaporator agar dapat dipisahkan antara fraksi berat dan fraksi ringannya, evaporator V-1 yang digunakan adalah flash evaporator (flash tank/tangki cetus). Uap yang keluar dari puncak V-1 dengan suhu 320 oC dialirkan menuju kolom fraksinasi C-1A, sedangkan yang keluar dari dasar V-1 berupa liquid dengan suhu 305 commit to user oC dialirkan menuju residu stripper

30 C-5 untuk memisahkan fraksi ringan yang masih terkandung didalamnya dengan bantuan injeksi steam dari dasar kolom. Uap dari puncak C-5 digunakan sebagai umpan kolom C-1A dan cairannya yang berupa residu dengan suhu yang relatif tinggi digunakan sebagai fluida panas pada HE-2/3. Uap yang keluar dari puncak kolom C-1A adalah pertasol dengan suhu 125 oC dan hasil dasar yang berupa PH solar yang keluar dari dasar kolom C-1A pada suhu 260 oC. Sebelum ditampung pada tangki T-108/118/119 terlebih dahulu didinginkan dalam box cooler BC-2 sampai suhunya mencapai 80 oC, serta dipisahkan dari air yang masih terkandung didalamnya dalam separator S-7.

Sedangkan umpan untuk kolom kerosin stripper C-3 diambil dari side steam 6 dan 7 kolom fraksinasi C-1A. Dan dengan menginjeksikan steam diperoleh hasil puncak yang diumpannya lagi ke kolom fraksinasi C-1A bagian atas dengan suhu 170 oC, sedangkan hasil dasar yang berupa kerosin dengan suhu 165 oC dan didinginkan dalam cooler C-1-7/8/12, yang selanjutnya dipisahkan dari air dalam separator S-5 pada suhu 44 oC. Hasil kerosin kemudian ditampung dalam tangki T-106/124/125/126. Sedangkan umpan untuk kolom stripper C-4 diambil dari side stream 1, 2, 3, 4 dan 5 kolom fraksinasi C-1A dengan suhu 130 oC . Hasil dasar berupa solar dimanfaatkan panasnya, dengan digunakan sebagai fluida panas pada HE-1 dan didinginkan lebih lanjut dalam cooler C1-6/10/11. Solar dipisahkan dari air yang masih terkandung didalamnya pada separator S-6 pada suhu 40 oC dan kemudian ditampung dalam tangki T-111/120/127.

Hasil sampingan dari kolom fraksinasi C-1A berupa pertasol CC diambil dari plate 18 dan didinginkan lebih lanjut dalam cooler C1-1/2 dan dipisahkan dari air dalam separator S-8 pada suhu 40 oC dan ditampung dalam tangki T-112/113. Hasil dari puncak kolom fraksinasi adalah pertasol yang dialirkan menuju kolom fraksinasi C-commit to user

31 2 dan dengan menggunakan steam yang diinjeksikan akan diperoleh hasil berupa pertasol CA pada puncak kolom. Pertasol CA yang berupa uap tersebut didinginkan dalam kondensor parsial CN-1/2/3/4 dan embunan yang terbentuk didinginkan dalam box cooler BC-3/6 dan kemudian ditampung dalam tangki T-114/115/116/227 dari tangki penyimpanan sebagian pertasol CA digunakan sebagai reflux pada kolom fraksinasi C-2 dengan bantuan pompa reflux P-100-7/8. Sedangkan sisa uap yang tidak terembunkan di kodensor CN-1/2/3/4 diembunkan lagi dikondensor CN-5-12 lalu didinginkan dalam cooler CL-3/4 dan selanjutnya dipisahkan dengan air yang masih terkandung didalamnya dalam separator S-3 dan hasilnya ditampung dalam tangki T-114/115/116/117.

Hasil dari dasar kolom fraksinasi C-2 berupa uap pertasol CB didinginkan dalam cooler CL-13/14 dan dipisahkan dari air yang masih terkandung dalam separator S-2 pada suhu 43oC dan ditampung dalam tangki T-110. Sebagian pertasol CB digunakan sebagai reflux pada kolom fraksinasi C- 1A dengan bantuan pompa P-100-1/2/5 dan sebagian digunakan sebagai side reflux kolom fraksinasi C-2 dengan bantuan pompa P-100-5/6. Hasil samping dari kolom C-2 didinginkan dalam cooler CL-5/9 dan dilewatkan separator S-4 pada suhu 39 oC. Produk ditampung dalam tangki T-108 sebagai reflux gas-gas ringan yang dipisahkan dalam separator S-1/2/3/4 dan dari kondensor CN-5-12 selanjutnya digabung untuk dibuang ke udara bebas melalui flare. Dari proses diatas akan didapatkan produk-produk yang berupa : Pertasol CA, CB, CC, Kerosine, Solar, PH solar (bahan baku wax), Residu.

2) Proses Treating

Proses ini merupakan proses pengurangan atau penghilangan impurities yang terdapat dalam minyak bumi di unit pengolahan Pusdiklat Migas Cepu, proses ini dilakukan dengan NaOH terhadap

32 pertasol untuk mengurangi kadar H2S dan RSH. Impurities dalam produk perlu dihilangkan karena dapat mengakibatkan :

a. Turunnya mutu cat b. Menurunkan stabilitas

c. Timbulnya bau yang tidak enak dari pembakaran d. Korosif terhadap peralatan

Proses reaksi yang terjadi :

RSH + NaOH RSNa + H2O H2S + 2 NaOH Na2S + 2 H2O 3) Proses Blending

Proses blending adalah salah satu cara untuk mendapatkan mutu produk yang sesuai dengan persyaratan yang diinginkan. Proses blending ini dilakukan terhadap beberapa komponen yang sebelumnya harus dianalisis sesuai kebutuhan sehingga dapat dihitung prosentase dari masing-masing komponen yang akan dicampurkan. Beberapa macam metode blending yang sering dilakukan adalah batch blending, partial inline blending, dan

continous inline blending. Komponen hasil blending harus dilakukan

pengujian terlebih dahulu untuk menentukan kesesuaian terhadap spesifikasinya. Proses ini memiliki beberapa tujuan, yaitu

a. Meningkatkan mutu/kualitas produk b. Membuat produk baru

c. Menekan biaya 2. Solar

Spesifikasi merupakan suatu batasan minimun dan maksimum dari suatu produk yang dibuat berdasarkan undang-undang dan pertimbangan kepentingan konsumen bahan bakar minyak (BBM) atau tipe-tipe mesin yang akan menggunakan serta kepentingan industri pengolahan minyak. Tujuan dari spesifikasi ini adalah untuk melindungi keselamatan konsumen baik orang maupun peralatannya dan efisiensi dalam pemakaian dan mengurangi pencemaran commit to user

33 lingkungan. Spesifikasi solar yang berlaku di Indonesia didasarkan pada Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Indonesia No. 113.K/DJM/1999 tanggal 27 Oktober 1999 (terlampir). Sedangkan spesifikasi yang berlaku saat ini adalah Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi No. 3675 K/24/DJM/2006 tanggal 17 Maret 2006 (terlampir).

Karakteristik solar didasarkan atas beberapa sifat antara lain sifat umum, sifat pembakaran, sifat keselamatan, sifat pengkaratan, sifat penguapan, sifat kemudahan alir, dan sifat kebersihan.

a. Sifat umum solar Sifat umum penting untuk :

a) Menghitung konversi volume ke berat

b) Mengetahui adanya kontaminasi produk secara cepat c) Perhitungan material balance

Sifat umum dapat ditunjukkan dengan pengujian spesific gravity at

60/60◦F/Density 15◦C ASTM D-1298.

b. Sifat pembakaran

Sifat mutu pembakaran adalah salah satu ukuran sifat bahan bakar minyak solar. Minyak solar bermutu rendah mempunyai waktu tunda (ignation delay) lebih lama. Sifat mutu pembakaran ini dapat ditunjukkan dengan pengujian angka setana (cetana number) ASTM D-613. Angka setana merupakan karakteristik yang terpenting dari bahan bakar motor diesel (minyak solar), yang menunjukkan kemampuan dari bahan bakar minyak solar itu untuk menyala dengan sendirinya dalam ruang bakar dari motor diesel. Angka setana dapat berpengaruh pada mudah tidaknya mesin dihidupkan, timbulnya ketukan atau knocking, dan tebal tipisnya gas buang (asap).

c. Sifat Keselamatan

Minyak solar harus memiliki sifat keselamatan, artinya keselamatan selama minyak solar tersebut diangkut, disimpan dan dipergunakan oleh konsumen. Salah satu pengujian untuk mengetahui commit to user

34 sifat keselamatan adalah dengan uji flash point yang dilakukan dengan metode Flash Point Pensky Martens Close Cup ASTM D-93. Selain itu, flash point diperiksa untuk mengetahui secara cepat adanya kontaminasi dengan jenis minyak lain yang mampu mempangaruhi sifat keselamatan minyak solar tersebut.

d. Sifat Pengkaratan

Senyawa belerang diyakini sebagai penyebab adanya korosi karena pada proses pembakaran sulfur teroksidasi dan jika bereaksi dengan H2O dapat membentuk H2SO4 yang memeiliki sifat korosif. Untuk mengetahui adanya sifat pengkaratan dalam minyak solar, ada

beberapa metode pengujian yang dapat digunakan, yaitu Copper Strips

Corrosion, Sulphur content, Total acid number, dan Strong acid number.

e. Sifat Penguapan

Sifat penguapan dari minyak solar penting untuk diketahui karena proses pembakaran terjadi pada fase uap. Jika suatu bahan bakar minyak sulit untuk menguap maka minyak tersebut akan sulit pula untuk memenuhi memudahkan ketika dihidupkan sehingga mempengaruhi akselerasi mesin. Sifat penguapan dari suatu minyak solar diuji dengan cara distilasi metode ASTM D-86, dimana yang menjadi parameter adalah perolehan distilat pada suhu 300◦C. Distilasi juga dapat dilakukan untuk mengetahui trayek didih dari suatu minyak.

f. Sifat Kemudahan Alir

Sifat alir dari suatu bahan bakar minyak pada dasarnya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu viskositas dan pour point. Minyak dengan viskositas rendah dapat menaikkan kebocoran bahan bakar dari pompa dan injektor karena halusnya atomisasi bersamaan dengan penurunan penetesan bahan bakar ke dalam ruang bakar. Selain itu, viskositas yang rendah mempengaruhi sifat pelumasan yang kurang sehingga dapat menyebabkan keausan pada bagian-bagian pompa bakar. Sedangkan apabila viskositas minyak tinggi dapat mengganggu commit to user

35 fungsi pompa dan injektor. Selain itu dapat mempengaruhi atomisasi dan penetrasi dalam solid injection engine. Sifat alir dari minyak dapat ditunjukkan dengan pengujian viskositas kinematik menggunakan metode ASTM D-445 dan pour point ASTM D-97.

g. Sifat Kebersihan

Sifat kebersihan ini ditentukan dengan ada atau tidaknya kotoran yang terdapat di dalam minyak solar karena kotoran ini akan berpengaruh terhadap mutu minyak solar yang mengakibatkan kegagalan dalam suatu proses operasi dan merusak peralatan yang digunakan. Makin kecil kotoran yang terdapat maka makin bagus kualitas minyak solar tersebut. Sifat kebersihan pada minyak solar dapat dilakukan dengan bebrapa analisa, yaitu water content, sediment

content, ash content, dan condradson carbon residue (CCR).

3. Kerosin

Kerosin adalah minyak bumi yang lebih berat dari bensin. Kerosi memiliki titik didih antara 85-105◦C. Kerosin banyak digunakan sebagai bahan bakar lampu penerangan. Di samping itu, kerosin juga digunakan sebagai bahan bakar kompor dalam rumah tangga.

Syarat-syarat utama dalam pemakaian kerosin antara lain : a. Syarat Pembakaran

Terutama dalam pembakaran dengan sumbu, kerosin harus memberi api yang baik dan tidak menimbulkan asap. Sebetulnya asap adalah hasil pembakaran yang tidak sempurna dan terdiri dari butir-butir yang halus.

b. Syarat Penguapan

Daya menguap adalah sifat penting dalam pemakaian kerosin sehingga mudah dinyalakan waktu dingin. Sifat mudah menguap ini dapat diukur dengan distilasi ASTM. Minyak tanah harus stabil dan tidak mudah rengkah dalam penguapan sehingga tidak membentuk endapan-endapan yang membuntukan. commit to user

36 c. Syarat Keselamatan

Flash point atau titik nyala kerosin harus distabilkan agar kerosin tidak mudah menguap ataupun terbakar.

d. Syarat Kebersihan

Kerosin tidak boleh mengeluarkan asap sehingga angka smoke point harus dibatasi. Selain itu kerosin juga tidak boleh mengeluarkan bau yang tidak sedap.

Proses blending adalah salah satu cara untuk mendapatkan mutu produk yang sesuai dengan persyaratan yang diinginkan. Proses blending ini dilakukan terhadap beberapa komponen yang sebelumnya harus dianalisis sesuai kebutuhan sehingga dapat dihitung prosentase dari masing-masing komponen yang akan dicampurkan. Beberapa macam metode blending yang sering dilakukan adalah batch blending,

partial inline blending, dan continous inline blending. Komponen hasil

blending harus dilakukan pengujian terlebih dahulu untuk menentukan kesesuaian terhadap spesifikasinya.

37 BAB III

Dalam dokumen LAPORAN KULIAH MAGANG MAHASISWA (Halaman 31-46)

Dokumen terkait