• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap

Dalam dokumen Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling t (Halaman 76-102)

Berdasarkan hasil pengolahan soal tes yang penulis sebarkan pada 20 orang Guru Bimbingan dan Konseling dari 12 SMA yang hadir pada kegiatan MGBK SMA Tanah Datar pada tanggal 30 Oktober 2014 di SMA Muhammadiyah Batusangkar, untuk melihat pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan tergambar dalam tabel berikut:

Tabel IV.1

Tingkat Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan

(Responden 20 Orang) No Subjek Jenis Kelamin Usia Jenjang Pendidikan Skor Tingkat Pemahaman 1. P 40 Th S1 BK 44 Paham 2. P 49 Th SI BK 47 Paham 3. P 52 Th S1 BK 55 Paham 4. P 31 Th S1 BK 51 Paham 5. P 49 Th S1 BK 51 Paham 6. P 35 Th S1 BK 49 Paham 7. P 32 Th S1BK+PPK 54 Paham 8. P 32 Th S1 BK 33 Paham 9. P 51 Th S1 BK 51 Paham 10. P 32 Th S1 BK 49 Paham 11. P 30 Th S1 BK 52 Paham 12. P 23 Th S1 BK 48 Paham 13. P 54 Th S1 BK 50 Paham 14. P 49 Th S1 BK 54 Paham 15. P 29 Th S1 BK 56 Paham 16. P 31 Th S1 BK 48 Paham 17. P 30 Th S1 BK 52 Paham 18. L 57 Th S1 BK 55 Paham 19. L 56 Th D3 BK 46 Paham 20. L 33 Th S1 BK 56 Paham

Berdasarkan tabel di atas dapat dipahami bahwa 20 orang guru Bimbingan dan Konseling yang ada pada kegiatan MGBK SMA di tanah datar paham terhadap Pelayanan Arah Peminatan.

Jika dilihat dari faktor umur terlihat bahwa dari 20 orang Guru Bimbingan dan Konseling yang berada pada rentang usia 29-57 tahun berada pada kategori paham. Sementara jika dilihat dari jenjang pendidikan, dari 20 orang Guru Bimbingan dan Konseling ada 1 orang guru yang sudah menempuh pendidikan S1 BK plus PPK, 1 lainnya memiliki pendidikan hingga D3 BK, dan sisanya S1 BK.

Jika dilihat dari jawaban guru yang telah menempuh jenjang pendidikan D3 mampu menjawab benar sebanyak 46 butir item pernyataan, sedangkan guru dengan jenjang pendidikan S1 BK plus PPK menjawab benar sebanyak 54 butir item pernyataan, dan guru yang memiliki jenjang pendidikan S1 BK memiliki jawaban benar dari rentang 33-56 butir item pernyataan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa jenjang pendidikan tidak berpengaruh terhadap pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling mengenai Pelayanan Arah Peminatan.

Untuk lebih memahami bagaimana Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV.2

Gambaran Pe mahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap PAP

Kategori Skor f %

Paham 31-60 20 100

Kurang Paham 0-30 - -

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dipahami bahwa 20 orang (100%) guru Bimbingan dan Konseling paham terhadap Pelayanan Arah Peminatan.

Berikut akan dijelaskan hasil pengolahan soal tes pemahaman berdasarkan aspek-aspek atau indikator dari Pelayanan Arah Peminatan. Kemudian untuk menjawab rumusan masalah pada BAB I, bagaimana pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah

Peminatan, maka peneliti akan jabarkan satu persatu yang terdapat di dalam kisi-kisi instrumen penelitian yang peneliti gunakan. Pada kisi-kisi tersebut terdapat 4 indikator. Pada masing- masing indikator tersebut, peneliti akan melihat pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling yakni terhadap aspek Konsep Dasar PAP, Aspek Arah Peminatan, Langkah Pokok PAP, dan Pelaksana PAP.

1. Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling te rhadap Konsep Dasar Pelayanan Arah Pe minatan

Konsep dasar Pelayanan Arah Peminatan terdiri dari pengertian, fungsi, dan tujuan. Pada aspek konsep dasar ini terdapat 28 item pernyataan yang dibagi menjadi dua sub variabel yaitu pengetahuan dan pelaksanaan karena pemahaman berkaitan dengan pengetahuan dan praktek yang dilakukan dalam hal ini tentang bagaimana pengetahuan dan pelaksanaan pelayanan arah peminatan. Untuk lebih jelasnya terlihat pada tabel:

Tabel IV.3

Gambaran Pe mahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Konsep Dasar PAP

Kategori Skor f %

Paham 15-28 20 100

Kurang Paham 0-14 - -

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa 20 orang (100%) Guru Bimbingan dan Konseling paham terhadap konsep dasar Pelayanan Arah Peminatan.

Adapun jika dilihat dari item pernyataan, dari 28 item yang penulis tanyakan berhubungan dengan konsep dasar ini, terdapat beberapa item pernyataan yang dikelompokkan pada bagian pengertian, fungsi dan tujuan. Dari segi pengertian, ada beberapa item yang menjadi perhatian penulis diantaranya item nomor 2 yang dijawab benar oleh 5 orang, item nomor 10 yang dijawab benar oleh 4

orang, dan item nomor 9 yang dijawab benar oleh 9 orang. Sementara item- item lainnya hampir semuanya menjawab benar.

Item pernyataan nomor 2 yaitu tentang beda peminatan dengan penjurusan. Pada umumya Guru Bimbingan dan Konseling masih menyamakan antara peminatan dengan penjurusan, padahal peminatan dan penjurusan merupakan dua hal yang berbeda, baik dari segi pelaksanaan maupun dari segi teori. Sementara pada item nomor 9 dan nomor 10 penulis memberikan pernyataan tentang konstruk

kurikulum pada jenjang pendidikan SMA/MA/SMK/MAK.

Seharusnya pada jenjang pendidikan SMA/MA terdapat mata pelajaran peminatan akademik dan pada jenjang pendidikan SMK/MAK terdapat mata pelajaran peminatan akademik dan mata pelajaran peminatan vokasional.

Kemudian item yang berkaitan dengan fungsi pelayanan arah peminatan, yang menjadi perhatian penulis yaitu pada item nomor 24 yang dijawab benar oleh 2 orang Guru Bimbingan dan Konseling. Adapun pada item nomor 24 ini penulis memberikan pernyataan tentang fungsi advokasi atau pembelaan. Pada umumnya, Guru Bimbingan dan Konseling beranggapan bahwa siswa dapat membela dirinya sendiri apabila haknya dalam peminatan dicederai. Padahal semestinya, Guru Bimbingan dan Konselinglah yang seharusnya mampu memberikan pembelaan pada siswa jika haknya pada peminatan dicederai.

Pada item yang berkaitan denga tujuan pelayanan arah peminatan, hanya ada satu item pernyataan yang menjadi perhatian penulis yaitu item nomor 27 tentang tujuan peminatan di SMK/MAK. Sebagian besar Guru Bimbingan dan Konseling beranggapan bahwa tujuan peminatan di SMK/MAK adalah agar setamat bersekolah siswa dapat membuka lapangan pekerjaan. Padahal seyogyanya, tujuan akhir peminatan di SMK/MAK adalah agar siswa dapat bekerja sesuai

bidang kejuruan dan atau melanjutkan pendidikan pada program studi sesuai dengan pendalaman minat.

2. Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Aspek Arah Pe minatan

Pada aspek arah peminatan, tingkat pemahaman guru bimbingan dan konseling dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV.4

Gambaran Pe mahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Aspek Arah Peminatan

Kategori Skor f %

Paham 7-12 19 95

Kurang Paham 0-6 1 5

Jumlah 20 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dipahami bahwa 19 orang (95%) guru Bimbingan dan Konseling paham terhadap aspek arah peminatan, sedangkan 1 orang (5%) lainnya kurang paham.

Pada indikator aspek arah peminatan, peneliti memberikan 12 item pernyataan yaitu item pada nomor 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40. Pada aspek ini, skor jawaban terendah yang didapatkan adalah 5. Ini berarti ada guru bimbingan dan konseling kurang paham terhadap aspek arah peminatan.

Jika ditelaah per butir item pernyataan, dapat diketahui bahwa 95% guru bimbingan dan konseling di kegiatan MGBK di Tanah Datar memahami bahwa; potensi dasar umum (kecerdasan) merupakan salah satu aspek pelayanan arah peminatan. Guru Bimbingan dan Konseling memahami bahwa; kecerdasan peserta didik tersebut dapat diukur dengan tes intelegensi.

Guru Bimbingan dan Konseling juga telah memahami bahwa minat merupakan aspek arah peminatan yang dapat diartikan sebagai kecenderungan pribadi untuk memilih dan menyukai aktifitas tertentu.

95% Guru Bimbingan dan Konseling memahami bahwa bakat juga merupakan salah satu aspek yang patut dipertimbangkan dalam pelayanan arah peminatan.

Guru Bimbingan dan Konseling juga memahami bahwa konstruk dan isi kurikulum juga merupakan aspek arah peminatan yang tidak bisa ditinggalkan. Pada tingkat pendidikan menengah guru bimbingan dan konseling memahami bahwa terdapat mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan dalam konstruk kurikulum bersangkutan. Guru Bimbingan dan Konseling memahami bahwa mata pelajaran pilihan dipilih peserta didik sesuai dengan keinginan peserta didik tersebut dengan mempertimbangkan berbagai hal.

Guru Bimbingan dan Konseling pada umumnya juga telah memahami bahwa prestasi hasil belajar merupakan aspek arah peminatan yang dapat menggambarkan potensi kecerdasan akademik siswa dan prestasi hasil belajar dapat dilihat melalui rapor. Guru Bimbingan dan Konseling juga telah memahami bahwa ketersediaan fasilitas di satuan pendidikan dapat menunjang pilihan peminatan siswa. Selanjutnya, guru Bimbingan dan Konseling juga memahami bahwa siswa membutuhkan dorongan moral dan finansial dalam menjalankan studi maupun dalam pelaksanaan pelayanan arah peminatan.

3. Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Langkah Pokok PAP

Langkah pokok pelayanan arah peminatan merupakan serangkaian tata cara yang dilakukan guru Bimbingan dan Konseling dalam rangka melaksanakan pelayanan arah peminatan. Ada lima langkah pokok yang harus dilakukan guru Bimbingan dan Konseling untuk melaksanakan pelayanan arah peminatan. Ke lima langkah itu yaitu pengumpulan data dan informasi, layanan informasi/orientasi

arah peminatan, identifikasi dan penetapan arah peminatan, penyesuaian, serta monitoring dan tindak lanjut.

Pada aspek langkah pokok ini, terdapat 10 item pernyataan. Adapun gambaran tingkat pemahaman guru Bimbingan dan Konseling pada aspek langkah pokok ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel IV.5

Gambaran Pe mahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Langkah Pokok PAP

Kategori Skor f %

Paham 6-10 20 100

Kurang Paham 0-5 - -

Jumlah 20 100

Dari tabel di atas dapat dipahami bahwa 20 orang (100%) guru Bimbingan dan Konseling paham terhadap langkah pokok Pelayanan Arah Peminatan.

Jika dilihat perbutir item pernyataan, dari 10 item pernyataan hanya ada satu nomor item yang menjadi perhatian penulis yaitu item nomor 42 yang dijawab benar oleh 5 orang guru bimbingan dan konseling. Pada item nomor 42 tersebut, penulis memberikan pernyataan tentang pengumpulan data dan informasi, tepatnya pengumpulan data dan informasi hasil belajar peserta didik.

Sebanyak 15 orang guru bimbingan dan konseling menyatakan bahwa data hasil belajar peserta didik dikumpulkan melalui angket. Namun, dalam pedoman peminatan peserta didik yang ditulis kemendikbud tahun 2013, dijelaskan bahwa data hasil belajar peserta didik dikumpulkan melalui teknik dokumentasi rafor, nilai UN SMP/MTs, dan prestasi non akademis lainnya.

4. Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling te rhadap Pelaksana Pelayanan Arah Peminatan

Adapun gambaran tingkat pemahaman guru bimbingan dan konseling terhadap pelaksana pelayanan arah peminatan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7

Gambaran Pe mahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelaksana PAP

Kategori Skor f %

Paham 6-10 20 100

Kurang Paham 0-5 - -

Jumlah 20 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa 20 orang (100%) guru Bimbingan dan Konseling paham terhadap pelaksana pelayanan arah peminatan.

Pada indikator pelaksana Pelayanan Arah Peminatan, peneliti memberikan 10 butir item pernyataan, yaitu item nomor 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, dan 60. Dari seluruh item pernyataan tentang pelaksana pelayanan arah peminatan yang diberikan, guru Bimbingan dan Konseling dapat menjawab benar item pernyataan tersebut dengan skor terendah 7 item pernyataan yang dijawab benar, sehingga guru Bimbingan dan Konseling tersebut dapat dikatakan paham terhadap pelaksana pelayanan arah peminatan.

Guru Bimbingan dan Konseling memahami bahwa dirinya merupakan pelaksana utama pelayanan arah peminatan pada tingkat

SMA/MA/SMK/MAK. Dalam melaksanakan pelayanan arah

peminatan, Guru Bimbingan dan Konseling di kegiatan MGBK di Tanah Datar memahami bahwa perlu kerja sama dengan pihak lain yaitu kepala sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas, dan orangtua peserta didik.

Guru Bimbingan dan Konseling memahami bahwa dalam melaksanakan perannya, kepala sekolah merupakan pelaksana penunjang yang dapat memperlancar pelaksanaan upaya pelayanan arah peminatan pada satuan pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kepala sekolah menyediakan waktu, format-format, dan dana serta fasilitas lainnya bagi keberhasilan upaya arah peminatan studi peserta didik. Guru bimbingan dan konseling juga memahami bahwa kepala sekolah memberikan kesempatan dan mendorong orangtua peserta didik untuk berkonsultasi tentang peminatan peserta didik yang sesuai dengan bakat, minat, dan kecenderungan peserta didik.

Guru Bimbingan dan Konseling juga memahami bahwa perlu kerjasama dengan guru mata pelajaran sebab guru mata pelajaran dapat menyediakan hasil belajar peserta didik dan dapat memberikan informasi pendidikan/pekerjaan yang memerlukan informasi dari mata pelajaran yang diampunya. Selanjutnya, guru bimbingan dan konseling di kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar juga telah memahami bahwa perlu kerjasama dengan wali kelas, karena wali kelas merupakan administrator dan organisator kegiatan dan kemajuan peserta didik di kelas yang menjadi tanggungjawabnya, sehingga wali kelas dapat menjadi penghubung antara peserta didik dengan guru Bimbingan dan Konseling dan antara guru mata pelajaran dengan guru Bimbingan dan Konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling juga telah memahami bahwa orangtua peserta didik memiliki peran penting bagi peserta didik dalam kaitannya dengan pelayanan arah peminatan, yaitu sebagai pihak yang mendorong peserta didik untuk memilih peminatan yang sesuai dengan potensi, bakat dan minatnya. Guru bimbingan dan konseling juga memahami bahwa orangtua menyediakan fasilitas pendidikan bagi anaknya.

C. Pembahasan

Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti pengertian atau pengetahuan dan perbuatan atau pelaksanaan, proses atau cara, memahami

atau memahamkan.”81

Ini berarti bahwa pemahaman merupakan sebuah proses yang memadukan antara pengetahuan dan perbuatan.

Guru Bimbingan dan Konseling adalah “tenaga pendidik

profesional yang telah menyelesaikan pendidikan akademik strata satu program studi Bimbingan dan Konseling dan program pendidikan profesi konselor dari perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi”82

. Jadi, Guru Bimbingan dan Konseling merupakan sebutan bagi pengampu bidang Bimbingan dan Konseling di sekolah yang telah menyelesaikan pendidikan strata satu program studi Bimbingan dan Konseling dan program pendidikan profesi konselor.

Guru Bimbingan dan Konseling sangat diperlukan

profesionalitasnya dalam menjalankan tugas. Terlebih, dengan adanya kurikulum 2013. Di dalam kurikulum 2013, BK sangat berperan penting. Kurikulum merupakan suatu alat untuk membantu mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum menjadi pedoman bagi pendidik dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik, agar terwujud manusia yang berkualitas sebagaimana tujuan pendidikan itu sendiri.

Pada Kurikulum 2013, peran dan tanggung jawab guru Bimbingan dan Konseling semakin terlihat dengan adanya pelayanan arah peminatan. Dan sejatinya, pelayanan arah peminatan terintegrasi dalam Bimbingan dan Konseling komprehensif yang menjadi arah pelayanan dari Bimbingan

81

Peter Salim dan Yeni Salim, Ka mus Ba ha sa Indoensia Kontemporer , (Jakarta: Modern, English Press, 1991), h. 1076

82

Prayitno, Pela ya na n Konseling Profesional di Sekola h/ Ma dra sa h , (Padang: Universitas Negeri Padang, 2010), h. 4

dan Konseling itu sendiri, sehingga pelayanan arah peminatan tidak dapat dipisahkan dari ruh Bimbingan dan Konseling.

Pelayanan Arah Peminatan yaitu “ pelayanan yang secara khusus

tertuju kepada peminatan/ lintas minat/ pendalaman minat peserta didik sesuai dengan konstruk dan isi kurikulum yang ada. Arah peminatan/lintas minat/pendalaman minat ini terkait dengan bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan menggunakan segenap perangkat (jenis layanan dan kegiatan pendukung) yang ada dalam

pelayanan BK.”83

Guru Bimbingan dan Konseling merupakan pelaksana utama pelayanan arah peminatan pada jenjang pendidikan setingkat SLTA dan SLTP, sehingga peran Guru Bimbingan dan Konseling sangat penting dalam kurikulum 2013 ini. Beberapa aspek yang sangat penting dalam pelayanan arah peminatan ini diantaranya konsep dasar pelayanan arah peminatan, aspek arah peminatan, langkah pokok pelayanan arah peminatan, dan Pelaksana pelayanan arah peminatan.

Pemahaman terhadap keempat aspek ini merupakan hal yang sangat penting bagi Guru Bimbingan dan Konseling. Karena jika guru Bimbingan dan Konseling tidak memahami pelayanan arah peminatan, maka mustahil guru Bimbingan dan Konseling dapat bekerja secara profesional dalam melaksanakan pelayanan arah peminatan ini.

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan terhadap 20 orang Guru Bimbingan dan Konseling yang tergabung dalam forum kegiatan Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling (MGBK) tingkat SMA Kabupaten Tanah Datar, didapatkan hasil bahwa dari 20 orang (100%) Guru Bimbingan dan Konseling paham terhadap pelayanan arah peminatan.

83

ABKIN, Pa ndua n Umum Pela ya na n Bimbingan da n Konseling pada Sa tuan Pendidika n Da sa r da n Menengah (SD/MI/SDLB/, SMP/MTS/SMPLB, SMA/MANSMALB da n SMA/MAK, (ABKIN, 2013), h. 15

Jika dikelompokkan per indikator, 20 orang (100%) Guru Bimbingan dan Konseling paham terhadap konsep dasar Pelayanan Arah Peminatan. Pada indikator aspek arah peminatan, 19 orang (95%) guru Bimbingan dan Konseling paham terhadap aspek arah peminatan, sedangkan 1 orang (5%) kurang paham. Pada indikator langkah pokok pelayanan arah peminatan, 20 orang (100%) guru Bimbingan dan Konseling paham terhadap langkah pokok Pelayanan Arah Peminatan. Pada indikator pelaksana pelayanan arah peminatan, 20 orang (100%) guru Bimbingan dan Konseling paham terhadap pelaksana pelayanan arah peminatan.

Ini berarti, Guru Bimbingan dan Konseling di Kabupaten Tanah Datar sebagian besar sudah memiliki pemahaman yang sangat baik terhadap pelayanan arah peminatan. Dengan demikian, diharapkan Guru Bimbingan dan Konseling dapat secara profesional mengimplementasikan Pelayanan Arah Peminatan di sekolah-sekolah bersangkutan. Pemahaman yang baik dari Guru Bimbingan dan Konseling tersebut tidak terlepas dari peran kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar yang mewadahi guru-guru Bimbingan dan Konseling dalam berbagi ilmu, mengadakan pelatihan-pelatihan, dan kegiatan lainnya.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan analisis tentang pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan pada kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar dapat disimpulkan bahwa:

1. Secara umum, 20 orang (100%) guru Bimbingan dan Konseling paham terhadap Pelayanan Arah Peminatan.

2. Jika dikelompokkan per indikator, 20 orang (100%) Guru Bimbingan dan Konseling paham terhadap konsep dasar Pelayanan Arah Peminatan. 3. Pada indikator aspek arah peminatan 19 orang (95%) guru Bimbingan dan

Konseling paham terhadap aspek arah peminatan, sedangkan 1 orang (5%) kurang paham terhadap aspek arah peminatan.

4. Pada indikator langkah pokok pelayanan arah peminatan, 20 orang (100%) guru Bimbingan dan Konseling paham terhadap langkah pokok Pelayanan Arah Peminatan.

5. Pada indikator pelaksana pelayanan arah peminatan, 20 orang (100%) guru Bimbingan dan Konseling paham terhadap pelaksana pelayanan arah peminatan.

B.Saran

1. Kepada Koordinator dan Ketua MGBK Kabupaten Tanah Datar, agar dapat meningkatkan kontinuitas kegiatan MGBK.

2. Kepada Guru Bimbingan dan Konseling, agar lebih meningkatkan pemahaman dan mampu mengimplementasikan pelayanan arah peminatan dengan baik.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

ABKIN, Panduan Khusus Bimbingan dan Konseling Pelayanan Arah Peminatan Peserta Didik pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (SD/MI, SMP/MTS/SMPLB, SMA / MAN / SMALB, SMK / MAK), Semarang: ABKIN, 2013.

, Panduan Umum Pelayanan Bimbingan dan Konseling pada Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (SD/MI/SDLB/, SMP/MTS/SMPLB, SMA/MANSMALB dan SMA/MAK, Semarang: ABKIN, 2013.

Abu Ahmadi, Psikologi Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik, serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005.

Depdiknas, Undang-Undang RI No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara, 2003.

Desmita, Metode Penelitian, Batusangkar: STAIN Press, 2006.

Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000.

Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawa ti, Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah untuk Memperoleh Angka Kredit, Jakarta: Rineka Cipta, 2008.

Dewi Kurniasih, Materi Pelatihan Pengelolaan Pembelajaran Berdasarkan

Peminatan (SMA/SMK), tersedia di

http://www.academia.edu/7479300/Materi_Pelatihan_Pengelolaan_

Pembelajaran_Berdasarkan_Peminatan_SMA_SMK_1.), diakses pada 27 Juni 2014 .

Fitri Yanti, Pemahaman Guru Kelas tentang BK di SDN se Kecamatan Lima Kaum, Skripsi pada program studi KI/BK STAIN Batusangkar, Tidak diterbitkan, 2004.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 untuk Guru BK/Konselor, Jakarta: kemendikbud, 2013. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012, Dokumen Kurikulum 2013,

tersedia di Http://kangmartho.com.Pdf, diakses pada 20 Desember 2013. Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Jakarta: PT. Gramedia, 1996.

Modul Materi KPPG & Kurikulum 2013 Rasional Kurikulum 2013 rev.pdf.

http://sertifikasi.padafkip.uns.ac.id (di akses pada 20 Desember 2013)

Moh. Kasiram, Metodologi Penelitian Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian, Malang: UIN Maliki Press, 2010. Munro dkk., Penyuluhan (Counseling) Suatu Pendekatan Berdasarkan

Keterampilan. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985.

Namora Lumongga Lubis, Memahami Da sar-Dasar Konseling dalam Teor i dan P raktik. Jakarta: Kencana, 2011.

Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008, (pdf-Foxit Reader-[PPN074th2008.pdf], (diakses pada 20 Desember 2013)

Permendikbud RI, No 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum, https: /akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2013/08/permendikbud-nomor-81a-tahun-2013-tentang- implementasi-kurikulum.pdf (diakses pada 27 Juni 2014)

Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English Press, 1991.

Prayitno, dkk., Pembelajaran Mela lui Pelayanan BK di Satuan Pendidikan, dikutip dari permendikbud No. 81 A tahun 2013, Jakarta: ABKIN, 2013. , Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah.

Jakarta: Rineka Cipta, 2001.

, Profesionalisa si Konseling dan Pendidikan Konselor, Jakarta: P2LPTK, 1987.

, Wawasan Profesional Konseling. Padang: UNP, 2009.

Purwanto, Instrumen Penelitian Sosia l dan Pendidikan Pengembangan dan Pemanfaatan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013.

Sisdiknas, UU No 20 tahun 2003, Jakarta: Sinar Grafika, 2003.

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

Subana dan Sudrajat, Penelitian Deskriptif, Yogyakarta: Andi Offset, 1995. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta, 2011.

, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2007.

Syofyan S. Wilis, Konseling Individual, Teori dan Praktek, Bandung: Alfabeta, 2004.

The Liang Gie, Cara Belajar yang Efisien Jilid I, Yogyakarta: Liberty, 1994. , Cara Belajar yang Efisien Jilid II, Yogyakarta: Liberty, 1995. W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,

Dalam dokumen Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling t (Halaman 76-102)

Dokumen terkait