• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling t

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling t"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

PEMAHAMAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP PELAYANAN ARAH PEMINATAN PADA KEGIATAN MGBK SMA

DI TANAH DATAR

SKRIPSI

Diajukan kepada Jurusan Tarbiyah Program Studi Kependidikan Islam/ Bimbingan dan Konseling sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana

dalam Bidang Bimbingan Konseling

FITRIA OSNELA NIM. 10 103 056

MAHASISWA PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM/BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(2)

Sebuah Persembahan

Oleh Fitria Osnela

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri

mereka sendiri.”

Qs. Ar-Ra’d: 11

Tuhan satu-satunya tempat bergantung dan menggantungkan harapan. Maka, persembahan pada Tuhan Yang Esa dan Tinggi tak mungkin cukup hanya dengan satu paragraf kata-kata. Qul huwa

allaahu ahad. Ya Allah sampaikan sholawat dan salam kepada

Rasulullah, Allahumma salli'ala Muhammad.

Setiap orang selalu punya cara tersendiri untuk mencapai sebuah tempat yang ingin ia tuju. Begitupun aku yang hanya memiliki kaki, maka berjalan adalah caraku untuk sampai pada tempat ini. Tak peduli seberapa lambat aku berjalan, aku yakin bahwa aku akan sampai.

Airmata Amak yang mengalir saat itu adalah pelecut bagiku agar terus berjalan. Ya, semestinya ketika itu aku pulang dengan penyesalan dan maaf. Hingga aku menyadari bahwa orangtua adalah orang yang paling terluka atas pilihan yang pernah kuambil. Amak, yang merelakan uang belanja perminggunya dikurangi agar aku bisa berangkat ke kampus. Hanya untuk satu harapan: anak-anaknya tidak akan melewati hidup seperti yang ia lalui. Lalu, aku menatap pada Abak -lelaki setengah abad lebih- yang mendedikasikan hidup dan tenaganya untuk keluarga. Lelaki yang meyakini bahwa nasib akan berubah dengan sesuatu yang bernama: Pendidikan. Sungguh, ucapan terimakasih dan sebuah persembahan di atas kata-kata belum akan mampu membalas pengorbanan itu.

Uni, satu-satunya kakak sebagai tempat berbagi, berjenaka, bahkan bertengkar. Dari uni, aku mendengar, melihat, dan belajar banyak hal, hingga aku tahu bahwa aku harus memutuskan sendiri pilihan yang terbaik bagiku.

(3)

Amanda, dll yang mengajariku apa itu mengasihi. Milikilah impian, lalu gapai impian itu.

Idealita, aku belajar banyak hal besar di tempat kecil ini: persahabatan, kasih sayang, pengorbanan, bagaimana memahami, dan mengenal diri sendiri, dll. Meninggalkan tak berarti membenci atau tidak lagi peduli. Ketika satu persatu pergi meninggalkanku dan

salah satu berkata: “idea telah mati,” aku segera menganggap itu

sebagai: aku tidak diterima di sini, aku butuh penerimaan. Aku terlambat menyadari bahwa meninggalkan tidak selalu berarti membenci atau tidak lagi peduli. Aku terlambat menyadari bahwa orang-orang akan selalu memberikan pengaruh, akan tetapi keputusan untuk terpengaruh atau tidak ada pada tangan kita sendiri.

Lalu, aku mengenal seseorang yang kuanggap Abang: Chardinal Putra. Setiap perjumpaan dengan beliau adalah motivasi dan semangat bagiku.

HMI Cabang Batusangkar, kebahagiaan dan kebanggaan ketika mengingat kembali masa-masa itu. Terimakasih teman-teman, Kakanda dan Ayunda untuk semua kebahagiaan itu.

Permato (Persatuan Mahasiswa Kota Sawahlunto), rantau yang menyatukan kita. Epi, Dona, Riky, Ari, Nana, Ises, Suci, dll, mimpi belum lagi usai.

Orang-orang yang mengajari arti persahabatan. Dila, Anis, Yesi, Ii, Pina, Murni, Isti, Iwat, dan teman-teman BK’10 A B & C yang tak bisa disebutkan satu demi satu. Setiap orang butuh oranglain dalam hidupnya.

Penghuni kos cantik, khususnya kamar 2 yang memberikan kegembiraan tersendiri di sela-sela kuliah dan penyusunan skripsi yang menguras emosi. Kak Wel, Icha, Ayu, Laisa, Bunga, dll.

(4)

Pada perjalanan ini, aku membiarkan hatiku untuk mencintai sebuah hati. Dan mungkin, aku tidak akan pernah percaya jika tidak merasakan sendiri tentang bagaimana rasanya membenci namun merindukan di saat yang sama. Perasaan yang tumpang tindih dan keberanian untuk mengakui bahwa itu adalah yang pertama. Meski pada akhirnya, yang pertama mungkin saja tak selalu menjadi yang terakhir.

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

ABSTRAK

PEMAHAMAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP PELAYANAN ARAH PEMINATAN PADA KEGIATAN MGBK SMA

DI TANAH DATAR

OLEH: FITRIA OSNELA

Masalah pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan pada kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar, yang meliputi pengetahuan dan pelaksanaan Pelayanan Arah Peminatan. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah „Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan pada Kegiatan MGBK SMA di Tanah

Datar‟. Adapun tujuan penelitian ini adalah ‘untuk mengetahui bagaimana pemahaman guru Bimbingan dan Konseling terhadap pelayanan arah peminatan pada kegiatan MGBK

SMA di Tanah Datar‟.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode “Field Resea rch” (penelitian lapangan) yang bersifat deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu Guru Bimbingan dan Konseling di kegiatan MGBK di Tanah Datar berjumlah 20 orang. Adapun teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan adalah total sampling.

(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT, berkat limpahan rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul:

“PEMAHAMAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP

PELAYANAN ARAH PEMINATAN PADA KEGIATAN MGBK SMA DI TANAH

DATAR”.

Skripsi ini ditulis untuk menyelesaikan kuliah penulis guna meraih gelar Sarjana

Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Program Studi Kependidikan Islam/Bimbingan

Konseling, Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Batusangkar.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada kedua pembimbing, yaitu Bapak Ardimen, M.Pd., Kons

selaku pembimbing I dan Bapak Dasril, S.Ag., M.Pd selaku pembimbing II yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan skripsi ini dari awal hingga

selesai.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ketua STAIN Batusangkar

Bapak Dr. H. Kasmuri, M.A, Ketua Jurusan Bapak Dr. Sirajul Munir, M.Pd dan Ketua

Program Studi Bimbingan Konseling Bapak Dasril, S.Ag., M.Pd beserta jajarannya yang

telah memberikan fasilitas dan layanan dalam proses perkuliahan dan penyelesaian. Tidak

lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf administrasi

STAIN Batusangkar

Penulis juga mengucapkan terimakasih pada Ketua dan Koordinator MGBK

Kabupaten Tanah Datar (Bapak Joko Sobrang, S.Pd.I dan Bapak Drs. Edial Yuspita,

MM) beserta guru-guru BK anggota MGBK yang sudah memberikan izin dan membantu

proses penelitian skripsi ini.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda Epi Raflis dan

ibunda Eli Warni, Uni Silvia Roza, etek Yus Marni, dan adik-adik Ira, Ita, Wiwi, serta

seluruh sanak famili yang dengan sepenuh perhatian telah mendidik, mendampingi, dan

(11)

dapat memberikan sumbangsih bagi para pembaca, para pemerhati, dan teman-teman

serta menjadi amal yang shaleh bagi penulis. Amin.

Penulis mohon maaf, jika dalam skripsi ini terdapat kekhilafan dan kekeliruan,

baik teknis maupun isinya. Kritik yang konstruktif dan sehat sangat penulis harapkan

demi sempurnanya skripsi ini.

Batusangkar, Februari 2015

Penulis,

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

ABSTRAK...

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI...

DAFTAR TABEL...

DAFTAR LAMPIRAN...

iv

v

vii

x

xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………. B. Identifikasi Masalah………... C. Batasan Masalah...

D. Rumusan Masalah………... E. Tujuan Penelitian...

F. Kegunaan Penelitian ………... 1

12

12

13

13

13

BAB II LANDASAN TEORITIS

A. Pemahaman ...

B. Guru Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Guru Bimbingan dan Konseling …………

2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Bimbingan dan

Konseling………...

3. Karakteristik Guru Bimbingan dan

14

16

(13)

Konseling………..

4. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Guru

Bimbingan dan Konseling……….

C. Pelayanan Arah Peminatan

1. Pengertian Pelayanan Arah Peminatan ……….

2. Tujuan dan Fungsi Pelayanan Arah Peminatan ………

3. Tingkatan Arah Peminatan ………..

4. Langkah Pokok Pelayanan Arah Peminatan …………

5. Pelaksana Pelayanan Arah Peminatan ……….

D. Penelitian yang Relevan ……… B. Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap

Pelayanan Arah Peminatan di Kegiatan MGBK SMA di Tanah

Datar………

1. Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap

Konsep Dasar PAP……….

2. Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap

59

60

(14)

Aspek Arah Peminatan………..

3. Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap

Langkah Pokok PAP………

4. Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap

Pelaksana PAP………..

C. Pembahasan……….

64

65

67

69

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………. B. Saran………...

72

72

DAFTAR KEPUSTAKAAN

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman 55

2 Tingkat Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan

60

3 Gambaran Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap PAP

61

4 Gambaran Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Konsep Dasar PAP

62

5 Gambaran Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Aspek Arah Peminatan

64

6 Gambaran Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Langkah Pokok PAP

66

7 Gambaran Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelaksana PAP

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kisi-Kisi Instrumen Penelitian dan Soal Tes Pemahaman

Lampiran 2 : Lembaran Validasi Instrumen Penelitian

Lampiran 2 : Absen Pengisian Instrumen Penelitian

Lampiran 3 : Surat Rekomendasi Izin Melakukan Penelitian dari P3M

Lampiran 4 : Surat Rekomendasi/ Keterangan Melakukan Penelitian dari

KESBANGPOL

Lampiran 5 : Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari Ketua MGBK

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan mutu pendidikan bukanlah suatu perkara mudah.

Seluruh elemen masyarakat memiliki tanggung jawab dalam

meningkatkan mutu pendidikan. Di Indonesia, salah satu lembaga

pendidikan formal yang bertanggung jawab meningkatkan kualitas

manusia Indonesia adalah sekolah. Sekolah menyelenggarakan proses

pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih, dan

mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mewujudkan tujuan

pendidikan.

Tujuan pendidikan yang hendak dicapai tidak terlepas dari tujuan

pendidikan nasional, yakni “ untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan

menjadi warga Negara yang demokratif serta bertanggung jawab.”1

Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan

adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik. Berkembangnya

potensi tersebut bertujuan agar peserta didik dapat menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

dan lain sebagainya.

Tujuan pendidikan yang hendak dicapai tersebut tidak terlepas dari

peran guru sebagai pendidik yang bersentuhan langsung dengan peserta

didik. Sementara itu, yang dimaksud dengan pendidik adalah “tenaga

kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong

belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang

1

(18)

sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

menyelenggarakan pendidikan.”

Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa konselor

merupakan salah satu pendidik. Konselor merupakan salah satu sebutan

bagi guru yang mengampu bidang Bimbingan dan Konseling. Bimbingan

dan Konseling merupakan salah satu komponen pendidikan untuk

mencapai tujuan pembelajaran, mengingat Bimbingan dan Konseling

sebagai suatu kegiatan helping relationship yang diberikan kepada individu pada umumnya dan kepada peserta didik khususnya. Kegiatan

Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu upaya yang dilakukan

dalam rangka tercapainya tujuan pendidikan nasional.

Prayitno mengungkapkan bahwa Guru Bimbingan dan Konseling

adalah “guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak

secara penuh dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling terhadap sejumlah

peserta didik”.2

Dapat dipahami bahwa Guru Bimbingan dan Konseling

adalah pelaksana utama pelayanan Bimbingan dan Konseling di

sekolah-sekolah yang mempunyai tugas, tanggung jawab, serta yang berhak secara

penuh dalam penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di sekolah.

Adapun tugas Guru Bimbingan dan Konseling antara lain:

1. Memasyarakatkan pelayanan Bimbingan

6. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian 7. Mengadministrasikan layanan dan kegiatan pendukung

bimbingan yang dilaksanakan

8. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan dalam pelayanan Bimbingan kepada Koordinator Bimbingan.3

2

Prayitno, Pa ndua n Kegia ta n Pengawa sa n Bimbinga n dan Konseling di Sekola h, (Jaka rta: Rineka Cipta, 2001), h. 8

3

(19)

Kutipan di atas dipahami bahwa Guru Bimbingan dan Konseling

memiliki tugas yang begitu komplit. Tugas yang telah dijabarkan di atas

masih belum sempurna, sebab peningkatan kualitas pendidikan yang

dibarengi dengan perubahan kurikulum menambah tugas baru bagi guru,

khususnya Guru Bimbingan dan Konseling. Hal ini disebabkan karena

penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di sekolah berkaitan dengan

kurikulum pendidikan. Sebab kurikulum merupakan suatu alat untuk

membantu mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum menjadi pedoman bagi

pendidik dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik, agar

terwujud manusia yang berkualitas sebagaimana tujuan pendidikan itu

sendiri.

Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

Pendidikan Nasional Bab I Pasal I Ayat 19 menjelaskan tentang

kurikulum, yaitu“seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu”.4

Uraian tersebut dapat dipahami bahwa kurikulum merupakan

akumulasi rencana berikut tujuan, isi, bahan pelajaran, serta berbagai

metode yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Sebagai seperangkat rencana, kurikulum dapat berubah seiring berubahnya

kebutuhan dan kompleksitas sebuah Negara. Setidaknya, di Indonesia

sendiri perubahan kurikulum juga melibatkan unsur politis yang diawali

dengan pergantian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Sejak Indonesia merdeka, pendidikan nasional telah mengalami

sembilan kali perubahan kurikulum diantaranya “Rencana Pelajaran 1947,

Kurikulum 1952, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum

1975/1976, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis

4

(20)

Kompetensi tahun 2002 dan 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP).”5

Perubahan-perubahan kurikulum hingga Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan sepertinya belum mampu menjamah tujuan pendidikan

nasional dan masih kurang relevan terhadap kebutuhan masyarakat dewasa

ini, sehingga pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional dan

Kebudayaan memandang perlu untuk menelurkan kembali sebuah

kurikulum baru yang dikenal dengan sebutan kurikulum 2013.

Pengembangan kurikulum 2013 ini dilakukan dengan mengintegrasikan

nilai- nilai karakter melalui pembelajaran tematik.

Kurikulum 2013 mulai diberlakukan pada bulan Juli 2013 lalu.

Implementasi kurikulum 2013, khususnya terkait dengan Bimbingan dan

Konseling telah diatur oleh Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

nomor 81A Tahun 2013. Sementara itu, pada tahun 2013 ini juga telah

ditetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 69

tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah

Menengah Atas/Madrasah Aliyah dan Nomor 70 tahun 2013 tentang

kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan

terkait dengan pilihan kelompok peminatan, pilihan mata pelajaran, pilihan

mata pelajaran lintas kelompok, dan pendalaman mata pelajaran.

Guru Bimbingan dan Konseling mempunyai peranan penting

membantu peserta didik dalam memilih dan menetapkan arah peminatan.

Pemilihan dan penetapan arah peminatan peserta didik ini dalam

implementasi kurikulum 2013 dikenal dengan sebutan Pelayanan Arah

Peminatan. Pelayanan Arah Peminatan peserta didik adalah:

Upaya untuk membantu peserta didik dalam memilih dan menjalani program atau kegiatan studi dan mencapai hasil sesuai dengan kecenderungan hati atau keinginan yang cukup atau bahkan sangat kuat terkait dengan program pendidikan/pembelajaran yang diikuti pada satuan pendidikan dasar dan menengah (SD/MI, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MAN/SMALB, SMK/MAK). Dalam

5

(21)

Pelayanan ini, peserta didik memahami potensi dan kondisi diri sendiri, memilih dan mendalami mata pelajaran/kelompok peminatan mata pelajaran, memahami dan memilih arah pengembangan karir, dan menyiapkan diri serta memilih pendidikan lanjutan dan karir sampai ke Perguruan Tinggi.6

Pelayanan Arah Peminatan dalam panduan umum pelayanan

Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan dasar dan menengah

yaitu:

Pelayanan yang secara khusus tertuju kepada peminatan/ lintas minat/ pendalaman minat peserta didik sesuai dengan konstruk dan isi kurikulum yang ada. Arah peminatan/lintas minat/pendalaman minat ini terkait dengan bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan menggunakan segenap perangkat (jenis layanan dan kegiatan pendukung) yang ada dalam pelayanan BK.7

Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa Pelayanan Arah

Peminatan merupakan pelayanan yang ditujukan kepada peserta didik

untuk memilih pilihan peminatan kelompok mata pelajaran, peminatan

lintas mata pelajaran, peminatan pendalaman materi mata pelajaran, arah

karir yang ada dan studi lanjutan yang terkait dengan bidang bimbingan

pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan menggunakan jenis layanan dan

kegiatan pendukung yang ada dalam pelayanan BK.

Adapun tingkat dan arah peminatan tersebut sebagai berikut:

1) Peminatan di SD/MI. 2) Peminatan di SMP/MTs. 3) Peminatan di SMA/MA. 4) Peminatan di SMK.

5) Peminatan pasca SMA/MA dan SMK.8

(22)

Kelima tingkatan dan arah peminatan di atas saling terkait satu

sama lain, sehingga peserta didik benar-benar dapat memilih sekolah

lanjutan yang sesuai dengan minatnya. Peminatan di SD/MI merupakan

langkah awal Pelayanan Arah Peminatan yang dilakukan oleh guru kelas.

Pelayanan Arah Peminatan ini ditujukan kepada peserta didik SD/MI yang

akan melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Disini, guru kelas

memberikan informasi mengenai SMP/MTs yang ada sehingga peserta

didik terbantu dalam menentukan pilihan sekolah lanjutan nantinya.

Jenjang pendidikan SMP/MTs merupakan tingkatan kedua

pelayanan arah peminatan. Pada jenjang ini, peserta didik kembali dibantu

untuk memperoleh informasi yang cukup lengkap mengenai sekolah

lanjutan yang ada berupa SMA/MA/SMK. Pada tingkat ini, informasi

yang diberikan sudah cukup luas, yang meliputi “jenis dan penyelenggaraan masing- masing SMA/MA/SMK, pilihan peminatan

kelompok mata pelajaran, peminatan lintas mata pelajaran, peminatan

pendalaman materi mata pelajaran dan arah karir yang ada, serta

kemungkinan studi lanjutannya”.9

Pemberian informasi mengenai sekolah lanjutan pada jenjang

SMP/MTs ini akan membantu peserta didik dalam memilih sekolah yang

tepat sesuai dengan bakat dan minat peserta didik. Terlebih dengan

cakupan informasi yang lebih luas, berikut bantuan Guru Bimbingan dan

Konseling, peserta didik bisa mandiri dalam menentukan sekolah lanjutan

mana yang tepat baginya. Dalam hal ini, peserta didik tentu saja perlu

dibantu oleh Guru Bimbingan dan Konseling untuk memetakan potensi

dan faktor pendukung apa yang dimiliki peserta didik sehingga pilihan

sekolah lanjutan tersebut benar-benar tepat.

Peserta didik kembali dibantu dalam menentukan arah peminatan

pada jenjang SMA/MA. Bantuan yang diberikan berupa penentuan pilihan

peminatan kelompok mata pelajaran, peminatan lintas mata pelajaran,

9

(23)

peminatan pendalaman materi mata pelajaran, pendalaman materi mata

pelajaran, dan pilihan lintas mata pelajaran tertentu, serta pilihan arah

pengembangan karir. Sementara pada tingkat SMK, Pelayanan Arah

Peminatan ditujukan pada peserta didik untuk memilih program keahlian

dan mata pelajaran program keahlian, mendalami mata pelajaran program

keahlian dan mengakses keterkaitan lintas mata pelajaran praktik/kejuruan

yang ada di SMK.

Guru Bimbingan dan Konseling juga perlu memberikan Pelayanan

Arah Peminatan pasca SMA/MA/SMK. Pelayanan ini ditujukan kepada

peserta didik yang akan melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi. Pada

tahap ini, Guru Bimbingan dan Konseling perlu memberikan informasi

mengenai perguruan tinggi yang ada, sehingga peserta didik memiliki

gambaran tentang perguruan tinggi mana yang akan menjadi pilihan studi

lanjutannya.

Pelayanan Arah Peminatan ini tidak akan bermanfaat jika peserta

didik tidak memahami tujuan pelayanan tersebut. Maka dari itu, Guru

Bimbingan dan Konseling perlu memberikan pengertian dan penjelasan

kepada peserta didik bahwasanya Pelayanan Arah Peminatan di SMA

bertujuan agar peserta didik memahami dan mempersiapkan diri bahwa:

1) Pendidikan di SMA merupakan pendidikan untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri di masyarakat.

2) Kemandirian tersebut (poin no 1) didasarkan pada kematangan pemenuhan potensi dasar, bakat, minat, dan keterampilan pekerjaan/karir.

3) Kurikulum SMA memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk memilih dan mendalami mata pelajaran tertentu sesuai dengan kecenderungan dasar bakat dan minat peserta didik, khususnya peminatan akademik.

4) Setamat dari SMA, peserta didik dapat bekerja di bidang tertentu yang masih memerlukan persiapan/pelatihan, atau melanjutkan pelajaran ke Perguruan Tinggi dengan memasuki program studi sesuai dengan pilihan/pendalaman mata pelajaran sewaktu di SMA.10

10

(24)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tujuan

jangka panjang Pelayanan Arah Peminatan peserta didik untuk tingkat

SLTA ini adalah agar peserta didik dapat melanjutkan studi/karir sesuai

minat, potensi, bakat, dan memiliki keterampilan pekerjaan/karir sesuai

dengan yang diminati agar peserta didik dapat hidup mandiri di

masyarakat. Agar tujuan jangka panjang tersebut tercapai, ada beberapa

langkah pokok yang perlu dilakukan Guru Bimbingan dan Konseling

untuk melaksanakan Pelayanan Arah Peminatan.

Pertama, Pengumpulan data dan informasi. Guru Bimbingan dan

Konseling perlu mengumpulkan data dan informasi peserta didik yang

berkaitan dengan data diri baik berupa potensi dasar (intelegensi), bakat,

minat, kegiatan hasil belajar, maupun data peserta didik yang berkaitan

dengan kondisi keluarga dan lingkungan, serta informasi pendidikan

lanjutan yang diminati peserta didik.

Kedua, Guru Bimbingan dan Konseling perlu memberikan layanan

informasi atau orientasi Arah peminatan. Ketiga, melaksanakan

identifikasi dan penetapan arah peminatan. Keempat, Guru Bimbingan dan

Konseling perlu mengadakan langkah penyesuaian melalui layanan

konseling perorangan dan atau layanan lain serta kegiatan pendukung yang

relevan baik terhadap peserta didik maupun orangtuanya. Terakhir, Guru

Bimbingan dan Konseling perlu mengadakan monitoring dan tindak lanjut.

Pelayanan Arah Peminatan akan bisa berjalan dengan baik, jika

Guru Bimbingan dan Konseling sebagai pelaksana layanan “dapat bekerja

sama dengan petugas yang berwenang menyelenggarakan tes intelegensi

dan tes bakat, Guru Mata Pelajaran, wali kelas, orangtua, serta kepala

satuan pendidikan.”11

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa Guru

Bimbingan dan Konseling tidak bekerja sendiri dalam melaksanakan

Pelayanan Arah Peminatan, namun bekerja sama dengan berbagai pihak

11

(25)

dalam rangka terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang

kondusif bagi peserta didik. Oleh karena itu, “Guru Bimbingan dan

Konseling hendaklah memiliki kualitas konselor yang berkriteria

keunggulan, diantaranya keunggulan peribadi, pengetahuan, wawasan,

keterampilan dan nilai-nilai.”12

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa Guru Bimbingan

dan Konseling dalam menjalankan tugasnya harus memiliki

keunggulan-keunggulan agar mampu menjadi pendidik yang mengayomi dan menjadi

panutan bagi peserta didik. Guru Bimbingan dan Konseling hendaknya

tahu, mengerti, dan memahami tugasnya sebagai seorang Guru Bimbingan

dan Konseling. Prayitno menjelaskan:

Terselenggaranya dengan baik semua layanan Bimbingan dan Konseling serta kegiatan pendukung di sekolah ditunjang oleh pengenalan dan pemahaman yang baik tentang pelayanan Bimbingan dan Konseling oleh berbagai pihak yang berkait (Kanwil/kandep, kabid, pengawas, kepala dan guru).Karena itu semua pihak bertanggung jawab atas pengembangan pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah, demi keberhasilan optimal seluruh peserta didik.13

Berdasarkan penjelasan di atas dipahami bahwa pelayanan

Bimbingan dan Konseling akan dapat terlaksana dengan baik jika berbagai

pihak terkait memiliki pengenalan dan pemahaman yang baik pula tentang

pelayanan Bimbingan dan Konseling tersebut. Peter Salim dan Yeni Salim

mengemukakan bahwa “pemahaman berasal dari kata paham yang berarti

pengertian atau pengetahuan dan perbuatan atau pelaksanaan, proses atau

cara, memahami atau memahamkan.”14

Dari uraian Peter dan Yeni Salim

terlihat bahwa sebelum adanya pemahaman maka perlu pengetahuan

12

(26)

terhadap suatu objek terlebih dahulu, karena pengetahuan erat kaitannya

dengan pemahaman.

Terkait dengan pelaksanaan Pelayanan Arah Peminatan, maka

pemahaman yang dimaksud adalah bahwa Guru Bimbingan dan Konseling

diharapkan mempunyai pengertian yang tepat dan komprehensif mengenai

peranannya masing- masing, menyadari akan peranannya tersebut serta

melaksanakan peran tugasnya itu sesuai dengan posisi masing- masing.

Dengan adanya pengertian yang tepat serta pelaksanaan tugas yang

terorganisir dari Guru Bimbingan dan Konseling maka akan sangat

menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan Pelayanan Arah Peminatan.

Deve Meiler (dalam Fitri Yanti) juga mengungkapkan bahwa:

Pemahaman merupakan hal dari intelektuel yaitu; penciptaan makna berfikir, menyatakan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar, ia menghubungkan pengalaman mental, fisik emosional dan intuitif. Tubuh membuat makna baru lagi bagi dirinya sendiri.Itulah sasaran yang dipergunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pemahaman dan pemahaman menjadi kearifan.15

Pengertian di atas dapat dipahami bahwa pemahaman merupakan

bagian intelektual manusia, yang meliputi: penciptaan makna berfikir,

menyatakan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar,

serta menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan intuitif.

Oleh karena itu, pemahaman merupakan hal yang sangat penting.

Kegiatan Pelayanan Arah Peminatan tidak akan bisa terlaksana jika

Guru Bimbingan dan Konseling tidak memahami tentang segala aspek

yang terkait dengan kegiatan pelayanan ini. Sebab, Guru Bimbingan dan

Konseling sebagai pelaksana utama memiliki peran dan tanggung jawab

penuh terhadap kegiatan Pelayanan Arah Peminatan ini. Oleh karena itu,

15

(27)

Guru Bimbingan dan Konseling hendaknya memahami dengan baik segala

aspek yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan.

Fenomena di lapangan terkait dengan pengetahuan Guru

Bimbingan dan Konseling terhadap kurikulum 2013 dan kaitannya dengan

berbagai aspek yang berhubungan dengan Pelayanan Arah Peminatan,

penulis dapatkan melalui observasi dan wawancara terhadap beberapa

Guru Bimbingan dan Konseling, salah satunya di MAN 2 Batusangkar.

Penulis melakukan wawancara di sekolah ini pada 19 Desember

2013 lalu. Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa, “ di MAN 2

Batusangkar akan dilaksanakan kurikulum 2013 pada semester depan.

Menurutnya, perbedaan mendasar pada Bimbingan dan Konseling dalam

kurikulum 2013 hanya terletak pada jam pelajaran. Pada kurikulum 2013,

Guru Bimbingan dan Konseling diberikan waktu di kelas sebanyak 12 jam

pembelajaran perminggu, sementara pada kurikulum sebelumnya

(KTSP-red) Bimbingan dan Konseling tidak memiliki jam masuk kelas.

Kemudian, mengenai pemberian layanan, menurutnya tetap sama dengan

yang biasanya. Perbedaan mendasar hanya terletak pada jam masuk

ruangan. Menurutnya, ini merupakan peningkatan dalam bidang BK

karena adanya jam masuk ruangan untuk Guru Bimbingan dan

Konseling.”16

Fenomena selanjutnya penulis dapatkan di SMAN 2 Rambatan

yang merupakan lokasi PLKP-S Penulis. Di sekolah ini ada dua orang

Guru Bimbingan dan Konseling. Salah satu Guru Bimbingan dan

Konseling yang merupakan pamong penulis memberikan tugas pada

Penulis dan rekan berupa RPL dan Program yang sesuai dengan format

kurikulum 2013 sebagai pertinggal. Menurut Guru BK tersebut hal ini

dilakukannya agar nanti ketika kurikulum 2013 sudah dilaksanakan pada

awal semester, maka beliau sudah ada contoh bagaimana format dan

bentuk program tersebut.

16

(28)

Penulis juga melakukan wawancara terhadap Guru BK lainnya,

informasi yang penulis dapatkan adalah “ beliau sudah mengetahui adanya kegiatan Pelayanan Arah Peminatan dalam kurikulum 2013, namun

belum mengetahui bagaimana pelaksanaannya. Beliau mengaku masih

dalam proses mempelajari buku panduan mengenai kurikulum 2013 yang

ada padanya.”

Hasil wawancara dan pengamatan yang telah penulis lakukan

tersebut menyiratkan bahwa ada guru Bimbingan dan konseling yang

belum sepenuhnya memahami pelayanan arah peminatan. Oleh karena itu

penulis tertarik untuk meneliti: Pemahaman Guru Bimbingan dan

Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan pada Kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di

atas, maka ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, di

antaranya:

1. Sikap Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan

Arah Peminatan pada kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar

2. Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan

Arah Peminatan pada kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar

3. Pelaksanaan Pelayanan Arah Peminata n pada kegiatan MGBK

SMA di Tanah Datar

C. Batasan Masalah

Berdasarkan masalah yang diidentifikasi di atas dan untuk tidak

menimbulkan kerancuan dalam penelitian ini, maka dalam penelitian ini

(29)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pe mahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan pada Kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar ?”.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pe mahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan pada Kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar.”

F. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan mempunyai daya guna dan manfaat

sebagai berikut:

a. Teoritis yaitu untuk mengembangkan teori-teori yang berhubungan

dengan pemahaman dan Pelayanan Arah Peminatan

b. Praktis yaitu dapat digunakan oleh konselor sekolah sebagai bahan

evaluasi dalam melaksanakan kurikulum 2013 bidang Bimbingan dan

Konseling dan sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa dalam

melaksanakan Pelayanan Arah Peminatan.

c. Praktis yaitu untuk mencapai gelar sarjana Pendidikan Islam pada

bidang ilmu Bimbingan dan Konseling.

BAB II

(30)

A. Pemahaman

Menurut W.J.S Poerwadarminta, “Pemahaman berasal dari kata

paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal.”17

Dari pendapat ini

dipahami bahwa pemahaman merupakan suatu keadaan dimana seseorang

benar-benar mengerti terhadap suatu hal. Seseorang mengerti terhadap suatu

objek karena kemampuannya dalam menangkap makna- makna yang

terkandung dari objek bersangkutan.

Peter Salim dan Yeni Salim mengatakan bahwa “pemahaman berasal

dari kata paham yang berarti pengertian atau pengetahuan dan perbuatan atau

pelaksanaan, proses atau cara, memahami atau memahamkan.” 18

Dapat

dipahami bahwa pemahaman menurut Peter dan Yeni Salim adalah perpaduan

antara pengetahuan/pengertian dan perbuatan/pelaksanaan, pemahaman

merupakan sebuah proses, dan dilakukan dengan sebuah usaha yaitu usaha

untuk memahami atau memahamkan sesuatu yang ingin dipahami.

Berdasarkan penjelasan Peter dan Yeni Salim, diketahui bahwa

pemahaman juga berarti pengertian. Pengertian itu sendiri me nurut Abu

Ahmadi adalah “ hasil proses berpikir yang merupakan rangkuman sifat-sifat pokok dari suatu barang atau kenyataan yang dinyatakan dalam suatu

perkataan.”19

Maksudnya, pengertian didapatkan dari proses berpikir seseorang

terhadap suatu objek yang melingkupi setiap bagian-bagian dari objek tersebut,

baik itu karakteristik, jenis, sifat, dan lainnya sehingga seseorang dapat

menyampaikan pengertian yang sudah didapatkannya melalui kata-kata.

Pemahaman juga dapat berarti pengetahuan akan suatu hal, maka

Lorens Bagus memiliki beberapa makna yang terkandung dari pengetahuan,

yaitu:

17

W.J.S. Poerwadarminta, Ka mus Be sa r Ba ha sa Indonesia , (Jakarta: Ba la i Pustaka, 1994), h. 714

18

Peter Salim dan Yen i Sa lim, Ka mus Besa r Ba ha sa Indonesia Kontemporer , (Jakarta : Modern English Press, 1991), h. 1076

19

(31)

a. Pengenalan akan sesuatu

b. Keakraban atau perkenalan dengan sesuatu dari pengalaman aktual c.Apa yang dipelajari

d. Persepsi jelas tentang apa yang dipandang sebagai fakta, kebenaran atau kewajiban

e. Informasi dan atau pelajaran yang dipelihara dan diteruskan oleh peradaban.

f. Hal-hal yang ada dalam kesadaran (keyakinan, gagasan, fakta, bayangan, konsep, paham, pendapat) yang dibenarkan dengan cara tertentu dan dengan demikian dipandang sebagai benar.

g. Proses kehidupan yang diketahui oleh manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.

h. Dalam arti luas, pengetahuan berarti semua kehadiran intensional objek dan subjek, tetapi dalam arti sempit pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti (kebenaran, kepastian).20

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa pengetahuan

bermakna pengenalan akan sesuatu yang diperoleh baik dari pengalaman aktual

maupun dari apa yang dipelajari, pengetahuan juga bisa bermakna sebagai

persepsi yang jelas terhadap fakta, kebenaran, atau kewajiban, pengetahuan

bahkan juga didapatkan dari informasi dan pelajaran, sehingga dalam arti luas

pengetahuan dapat berarti semua kehadiran intensional objek dan subjek yang

ada dalam pemikiran manusia.

Kartini Kartono juga menyebutkan bahwa “pemahaman sebagai

kegiatan penalaran dengan menggunakan akal budi dalam hal ini yang

terpenting adalah pemahaman mengenai sesuatu yang dicantumkan dalam

ingatan.”21

Pemahaman yang dimaksud oleh Kartini Kartono merupakan

sebuah kegiatan penalaran dengan akal budi mengenai sesuatu yang

dicantumkan dalam ingatan. Akal merupakan daya pikir seseorang, sementara

akal budi merupakan pikiran yang sehat. Jadi, pemahaman dapat terjadi apabila

menggunakan kemampuan pikiran yang sehat. Dengan pikiran yang sehat

seseorang melihat suatu objek (pengetahuan) kemudian mencantumkannya

dalam pikiran sehingga objek tersebut tersimpan dalam memori. Deve Meiler

(dalam Fitri Yanti) mengungkapkan bahwa:

20Lorens Bagus, Ka mus Filsa fa t, (Ja karta: PT. Gra media , 1996), h. 803

21

(32)

Pemahaman merupakan hal dari intelektual yaitu penciptaan makna berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik emosional dan intuitif tubuh membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Itulah sasaran yang dipergunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan menjadi pemahaman dan pemahaman menjadi kearifan.22

Makna yang lebih luas ditemukan pada penjelasan Deve Meiler.

Dipahami bahwa terjadinya pemahaman disebabkan oleh kemampuan

intelektual seseorang. Kemampuan intelektual tersebut secara neurologi

merupakan sebuah proses yang terjadi di dalam otak manusia. Otak manusia

memiliki kemampuan yang tidak terbatas, ketika manusia hendak memahami

suatu objek maka otak mulai bekerja dengan menciptakan jaringan-jaringa

saraf baru. Setelah itu, otak akan mengait- hubungkan antara satu hal dengan

hal lainnya sehingga membentuk makna baru bagi individu. Hingga pada

akhirnya, seseorang yang memiliki pemahaman yang baik dan benar pada

setiap bidang kehidupan akan menjadi seseorang yang arif.

B.Guru Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Guru Bimbingan dan Konseling

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74

Tahun 2008 diketahui bahwa pelaksana pelayanan konseling di sekolah

adalah “Guru Bimbingan dan Konseling dan konselor atau konselor

dengan beban kerja sesuai dengan beban kerja Guru Bimbingan dan

Konseling dan konselor atau konselor”.23 Dengan demikian, pelayanan

konseling tidak dilaksanakan oleh semua guru, apalagi guru yang tidak

memiliki atau kekurangan jam pelajaran di sekolah, hanya guru yang

22 Fit ri Yanti, Pema ha ma n Guru Kela s tentang BK di SDN se Keca ma ta n Lima Ka um,

(Skripsi Sa rjana, Progra m Studi KI/BK STAIN Batusangkar, 2004. Tidak diterb itkan), h. 5 seperti dikutip Deni Gusriyanti, Pe ma ha ma n Guru Pe mbimbing terha da p Kegia tan Konferensi Ka sus di SMAN 7 Pa da ng, (Skripsi Sarjana, STAIN Batusangkar, Jurusan Tarbiyah Program Studi KI/BK,, tidak diterb itkan, 2011), h.10

23

(33)

diberi wewenang untuk melaksanakan pelayanan konseling secara legal

dan konstitusional. Selanjutnya Prayitno mengemukakan bahwa:

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengkualifikasikan bahwa konselor adalah pendidik, maka Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (SKAKK) memberikan batasan siapa itu pemegang profesi konselor, yaitu sarjana Bimbingan dan Konseling (S-1 BK) yang telah menamatkan program PPK (Pendidikan Profesi Konselor. 24

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa guru

pembimbing atau konselor sekolah termasuk tenaga pendidik. Namun

demikian, Permendiknas No. 27 Tahun 2008 di atas memberi batasan bagi

pemegang profesi konselor. Tidak semua pendidik dapat memegang

profesi konselor. Tenaga yang berwenang memegang profesi ko nselor

adalah individu yang memiliki latar belakang pendidikan sarjana

Bimbingan Konseling (S1 BK) yang telah menamatkan program PPK

(Pendidikan Profesi Konselor). Hal ini menunjukkan bahwa profesi

konselor haruslah dipegang oleh individu yang berkompeten di bidangnya

setelah melalui jenjang pendidikan yang ditetapkan.

Prayitno mengungkapkan dalam redaksi lain bahwa Guru

Bimbingan dan Konseling adalah “guru yang mempunyai tugas, tanggung

jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan Bimbingan dan

Konseling terhadap sejumlah peserta didik”.25 Dapat disimpulkan bahwa

Guru Bimbingan dan Konseling adalah pelaksana utama pelayanan

Bimbingan dan Konseling di sekolah-sekolah yang mempunyai tugas,

tanggung jawab, serta yang berhak secara penuh dalam penyele nggaraan

Bimbingan dan Konseling di sekolah.

24

Prayitno, Wa wa sa n Profesiona l Konseling , (Padang: UNP, 2009), h. 66

25

(34)

2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Bimbingan dan Konseling

Kegiatan Bimbingan dan Konseling diselenggarakan oleh pejabat

fungsional yang secara resmi dinamakan Guru Bimbingan dan Konseling

atau konselor sekolah. Kegiatan Bimbingan dan Konseling merupakan

kegiatan atau pelayanan fungsional yang bersifat profesional atau keahlian

dengan dasar keilmuan dan teknologi. Untuk itu, Guru Bimbingan dan

Konseling tentunya memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas.

Sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli, Guru Bimbingan dan

Konseling bertugas:

9. Memasyarakatkan pelayanan Bimbingan 10.Merencanakan program bimbingan

11.Melaksanakan segenap layanan bimbingan 12.Melaksanakan kegiatan pendukung bimbingan

13.Menilai proses dan hasil pelayanan dan kegiatan pendukung bimbingan

14.Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian 15.Mengadministrasikan layanan dan kegiatan pendukung

bimbingan yag dilaksanakan

16.Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan dalam pelayanan Bimbingan kepada Koordinator Bimbingan.26

Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan bahwa Guru Bimbingan dan

Konseling mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan.

Guru Bimbingan dan Konseling perlu menjelaskan hal- hal yang berkaitan

dengan Bimbingan dan Konseling baik kepada siswa maupun personil

sekolah. Setelah itu Guru Bimbingan dan Konseling juga bertugas untuk

merancang program konseling yang sesuai dengan kebutuhan siswanya.

Konselor bisa menggunakan instrument dalam konseling baik tes maupun

non tes, instrumen ini bisa digunakan untuk melihat kebutuhan siswa.

Guru Bimbingan dan Konseling perlu membuat program pelayanan

konseling. Selain itu, Guru Bimbingan dan Konseling juga

menyelenggarakan program yang dibuatnya tersebut melalui

layanan-layanan dalam konseling dan melakukan berbagai kegiatan pendukung,

26

(35)

serta melakukan penilaian terhadap layanan yang diberikan tersebut untuk

melihat apakah tujuan dari layanan tersebut telah tercapai atau tidak. Jika

proses konseling belum memperoleh hasil yang diinginkan maka

dilakukanlah tindak lanjut, yaitu menentukan tindakan selanjutnya dalam

mencapai tujuan konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling juga bertugas mengadministrasikan

kegiatan Bimbingan Konseling kepada para kliennya, sehingga klien

memahami kegiatan apa saja yang akan dilakukannya selama proses

Bimbingan dan Konseling. Hal ini akan menghilangkan keraguan atau

kebimbangan klien selama mengikuti kegiatan konseling. Semua tugas dan

tanggung jawab Guru Bimbingan dan Konseling yang telah diuraikan di

atas haruslah dipertanggung jawabkan kepada pihak-pihak yang terkait.

Hal ini menunjukkan bahwa tugas dan tanggung jawab guru Bimbingan

dan Konseling bukanlah hal yang bersifat lepas. Dalam artian tidak adanya

pertanggung jawaban.

Guru Bimbingan dan Konseling memikul tanggung jawab yang

diarahkan pada satu tujuan yaitu memenuhi kebutuhan klien serta

mensejahterakan klien secara psikologis. Adap un tanggung jawab konselor

menurut Namora Lumongga Lubis adalah:

a. Menjaga kerahasiaan (konfidensialitas), kerahasiaan berhubungan dengan pengendalian informasi yang diterima dari seseorang. Sebuah informasi dikatakan konfidensia l jika dianggap tidak perlu diketahui pihak lain sehingga seharusnya tidak disampaikan ke publik. Konselor bertanggung jawab menjaga kerasiaan ini untuk menjaga kepercayaan klien terhadapnya serta menjamin perlindungan rasa aman klien. b. Memiliki kompentesi, kompetensi profesional disesuaikan

dengan bidang-bidang yang dipelajari oleh konselor secara formal. Jadi apabila konselor menghadapi klien di luar bidang yang dipelajarinya, konselor harus merujuknya kepada konselor atau pihak lain yang dipandang lebih berkompeten dan mengetahui permasalahan klien secara jelas dan mengerti bagaimana mengatasinya.

(36)

akan tampil sebagai konselor yang selalu menyalahkan nilai hidup klien.

d. Mengutamakan kebutuhan klien, pada dasarnya diperlukan kesadaran yang matang pada diri seorang konselor untuk melihat dan mengenal dirinya lebih dalam. Hal ini penting karena melalui kesadaran inilah, konselor memahami bahwa ada konflik-konflik, harapan, dan kebutuhan pada dirinya yang belum tercapai dan terselesaikan. Apabila hal ini dibiarkan, maka secara tidak langsung konselor telah menghalangi klien mencapai perubahan.27

Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa Guru Bimbingan

dan Konseling memiliki tanggung jawab untuk menjaga kerahasiaan

terhadap informasi yang telah diberikan oleh klien kepada Guru

Bimbingan dan Konseling. Selanjutnya Guru Bimbingan dan Konseling

harus memiliki kompetensi profesional dalam mengentaskan permasalahan

yang sedang dialami oleh klien sesuai dengan bidang-bidang yang

dipelajari Guru Bimbingan dan Konseling secara formal.

Nilai hidup Guru Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu

tanggung jawab yang harus diperhatikan oleh Guru Bimbingan dan

Konseling karena jika Guru Bimbingan dan Konseling bersikap kaku

dalam memegang nilai hidup yang dimilikinya maka hal ini dapat

menciptakan timbulnya jarak antara klien dengan Guru Bimbingan dan

Konseling dalam proses layanan Konseling. Selanjutnya, Guru Bimbingan

dan Konseling yang bertanggung jawab dalam pemberian layanan

Konseling harus mengutamakan kebutuhan klien yang datang kepada Guru

Bimbingan dan Konseling.

Guru Bimbingan dan Konseling memiliki tugas dan tanggung jawab

yang harus dilaksanakan. Terlaksananya proses pelayanan konseling dapat

dilihat dari sejauh mana Guru Bimbingan dan Konseling melaksanakan

tugasnya untuk menjalankan pelayanan konseling dengan mengarahkan

segenap potensi yang dimiliki, serta bertanggung jawab terhadap semua

27

(37)

kegiatan pelayanan konseling yang telah dibuat dan diberikannya. Sebagai

pelaksana layanan, Guru Bimbingan dan Konseling juga bertugas dan

berkewajiban menyelenggarakan layanan yang mengarah pada:

a. Pelayanan Dasar, yaitu pelayanan yang mengarah kepada terpenuhinya kebutuhan siswa yang paling elementer.

b. Pelayanan Pengembangan, yaitu pelayanan untuk

mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan tahap-tahap dan tugas-tugas perkembangannya.

c. Pelayanan Arah Peminatan, yaitu pelayanan yang secara khusus tertuju kepada peminatan/lintas minat/pendalaman minat peserta didik sesuai konstruk dan isi kurikulum yang ada terkait dengan bidang bimbingan dengan menggunakan perangkat yang ada dalam bimbingan dan konseling.

d. Pelayanan Terapeutik, yaitu pelayanan untuk menangani permasalahan yang diakibatkan oleh gangguan terhadap pelayanan dasar, pelayanan pengembangan, dan pelayanan peminatan.

e. Pelayanan Diperluas, yaitu pelayanan dengan sasaran diluar diri siswa pada satuan pendidikan.28

Kutipan di atas dipahami bahwa Guru Bimbingan dan Konseling

bertugas dan berkewajiban untuk menyelenggarakan pelayanan dasar,

pelayanan pengembangan, pelayanan arah peminatan, pelayanan

terapeutik, dan pelayanan diperluas. Pelayanan tersebut diselenggarakan

dengan menggunakan perangkat layanan yang ada dalam Bimbingan dan

Konseling yang terkait dengan bidang bimbingan. Salah satu pelayanan

yang harus diselenggarakan oleh guru Bimbingan dan Konseling adalah

pelayanan arah peminatan.

Pelayanan yang dilakukan oleh Guru Bimbingan dan Konseling di

sekolah dilakukan dalam dua waktu, yaitu:

Di dalam jam pembelajaran dan di luar jam pembelajaran. Pelaksanaan layanan konseling di dalam jam pembelajaran dilakukan secara klasikal selama 2 jam pembelajaran per kelas (rombongan belajar per minggu) yang diselenggarakan secara terjadwal.

28

(38)

Sedangkan, pelayanan yang dilakukan di luar jam pembelajaran ekuivalen dengan dua jam pembelajaran tatap muka di kelas.29

Kutipan di atas dipahami bahwa pelayanan secara menyeluruh yang

dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling terhadap peserta didik

diselenggarakan dalam dua waktu, yaitu di dalam proses pembelajaran dan

di luar proses pembelajaran. Kegiatan-kegiatan pelayanan yang

diselenggarakan oleh guru Bimbingan dan Konseling dilaporkan dan

diketahui oleh pimpinan satuan pendidikan. Sehingga, jelaslah bahwa

tugas guru bimbingan dan konseling tidaklah mudah. Guru Bimbingan dan

Konseling tidak hanya mengajar peserta didik ketika tatap muka di dalam

kelas saja, tapi tugas guru Bimbingan dan Konseling mengembangkan

segenap potensi yang ada pada diri peserta didik dengan segenap

pelayanan dan kegiatan pendukung yang ada dalam bimbingan dan

konseling baik di dalam jam pembelajaran maupun di luar jam

pembelajaran.

3. Karakteristik Guru Bimbingan dan Konseling

Prayitno menjelaskan karakteristik Guru Bimbingan dan Konseling

yang profesional adalah:

a. Konselor harus memulai karirnya sejak hari- hari pertama menampilkan diri sebagai konselor sekolah dengan program kerja yang jelas dan siap untuk melaksanakan program tersebut.

b. Konselor sekolah harus selalu mempertahankan sikap profesional tanpa mengganggu keharmonisan hubungan antara konselor dengan personil sekolah lainnya dan dengan siswa.

c. Adalah tanggung jawab konselor untuk memahami peranannya sebagai konselor profesional dan menerjemahkan peranannya kedalam kegiatan nyata.

d. Konselor sekolah, agar dapat bekerja secara efektif, harus memahami tanggungjawabnya kepada semua siswa, baik siswa-siswa yang gagal, yang menimbulkan gangguan.

e. Konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu siswa-siswa yang mengalami masalah dengan kadar yang cukup parah dan siswa-siswa yang menderita gangguan emosional, khususnya melalui penggunaan

29

(39)

program kelompok, program kegiatan di luar sekolah dan kegiatan pendidikan/pengajaran di sekolah, dan bentuk-bentuk pelayanan lainnya.30

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa konselor yang

profesional memiliki karakteristik tersendiri, dimana seorang konselor

menampilkan diri dengan program kerja yang jelas dan siap melaksanakan

program semenjak hari pertama memegang peranan sebagai konselor.

Kemudian dalam kesehariannya di sekolah, Guru Bimbingan dan

Konseling harus mampu mempertahankan sikap profesional, memahami

dan melaksanakan perannya, serta mengembangkan kompetensi untuk

menunjang pelaksanaan peran. Peran tersebut dapat berupa penanganan

terhadap siswa-siswa yang gagal yang menimbulkan gangguan, maupun

bantuan dalam mengembangkan potensi siswa yang dilaksanakan dalam

bentuk kegiatan layanan.

Munro, dkk., memberikan pendapat tentang karakteristik Guru

Bimbingan dan Konseling dengan mengemukakan bahwa:

Walaupun tidak ada pola yang tegas tentang karakteristik Guru Bimbingan dan Konseling tetapi sekurang-kurangnya seorang Guru Bimbingan dan Konseling hendaklah memiliki sifat-sifat luwes, hangat, dapat menerima orang lain, terbuka, dapat merasakan penderitaan orang lain, mengenal dirinya sendiri, tidak berpura-pura, menghargai orang lain dan objektif.31

Berdasarkan uraian di atas, dijelaskan bahwa tidak ada pola tegas

tentang karakteristik Guru Bimbingan dan Konseling. Namun demikian,

konselor profesional hendaklah memiliki ciri atau sifat yang dapat

menunjang terlaksananya proses konseling secara baik. Sifat tersebut dapat

berupa luwes yang artinya terbuka dan menerima diri klien, hangat yang

artinya memberikan kenyamanan pada klien, memahami dan merasakan

penderitaan klien serta tidak berpura-pura di hadapan klien.

30

Prayitno, Pro fesiona lisa si Konseling da n Pendidikan Konselor, (Jakarta: P2LPTK. 1987), h. 91

31

(40)

Berdasarkan uraian tentang karakteristik konselor profesional di

atas dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik konselor yang

profesional adalah konselor yang mampu menunjukkan sikap

profesionalnya di lapangan, yaitu memahami dan melaksanakan perannya

secara nyata, memahami tanggung jawabnya terhadap siswa dan

senantiasa mengembangkan kompetensi yang ia miliki. Selanjutnya

seorang konselor profesional harus memiliki sifat-sifat yang mampu

menunjang terlaksananya kegiatan konseling yang ideal. Seperti sifat

hangat, empati, mengenal dirinya sendiri, menghargai orang lain, tidak

memperlihatkan kepura-puraan dan sebagainya.

4. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Guru Bimbingan dan Konseling

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Guru Bimbingan

dan Konseling dalam pelaksanaannya banyak sekali, salah satunya adalah

keberhasilan dalam proses konseling. Dalam hal ini, Gladding (dalam

Namora) menjelaskan ada lima faktor yang mempengaruhi keberhasila n

dalam proses konseling yaitu:

a. Struktur, konsep mengenai karakteristik, kondisi, prosedur, dan parameter konseling yang disepakati oleh konselor dan klien. Struktur digunakan untuk memperjelas hubungan antara konselor-klien, melindungi hak masing- masing, menunjukkan arah, dan menjamin konseling berhasil.

b. Inisiatif, dipandang sebagai motivasi untuk berubah. Klien yang memiliki inisiatif untuk mempercepat kesembuhannya dalam proses konseling akan memudahkan konselor dalam menangani permasalahan yang dihadapinya.

c. Tatanan (Setting) fisik, mambantu terciptanya klien yang kondusif. Hal yang perlu dilakukan oleh konselor adalah bagaimana membuat ruang klien nyaman dan memberikan ketenangan pada klien. Konselor yang profesional diharapkan memiliki keterampilan untuk menyiapkan ruangan yang memungkinkan klien merasa aman, tenang, relaks, dan senang. d. Kualitas klien, karakteristik klien dan kesiapannya menjalani

(41)

e. Kualitas konselor, pihak yang paling memahami akan dibawa kemana arah konseling dan mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan konseling.32

Berdasarkan kutipan di atas terdapat lima hal yang mempengaruhi

keberhasilan Guru Bimbingan dan Konseling dalam proses layanan

konseling. Pertama stuktur, yaitu pengantar yang dilakukan oleh

konselor agar klien memahami apa da n bagaimana proses konseling.

Struktur menjadi komponen penting dalam keberhasilan konseling,

karena melalui penstrukturanlah klien dapat memahami proses konseling

serta perannya, sehingga segala keraguan dan kebingungan klien dapat

dicegah. Kedua inisiatif yaitu keinginan dari diri klien untuk berubah

jika klien memiliki inisiatif maka hal ini akan mempercepat klien dalam

mencapai kehidupan yang efektif sehari-hari (terentaskannya

permasalahan).

Ketiga, tatanan (setting), yaitu upaya konselor dalam menciptakan ruangan yang nyaman bagi kelangsungan proses pemberian

layanan. Keempat, kesiapan klien. Klien benar-benar siap untuk

menerima pelayanan konseling akan menampilkan sikap dan tingkah

laku yang kondusif terhadap penggunaan teknik-teknik konseling secara

efektif. Selanjutnya kualitas konselor juga ditentukan oleh kemampuan

konselor dalam menerapkan teknik konseling jika konselor ahli dalam

menggunakan teknik maka keberhasilan konseling lebih mudah diraih.

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Guru

Bimbingan dan Konseling itu sendiri menurut Namora Lumongga Lubis

adalah: “a) kemampuan konselor, b) hubungan konselor dan klien, c) jenis konseling yang digunakan”. 33

Jadi dapat dipahami bahwa

kemampuan konselor merupakan hal penting yang sangat menentukan

kelancaran proses pelayanan konseling. Selanjutnya hubungan yang

tercipta atau terbentuk antara Guru Bimbingan dan Konseling dengan

32

Na mora Lu mongga Lubis, Mema ha mi. . ., h. 69

33

(42)

klien juga merupakan faktor yang menentukan kesuksesan dalam

pemberian layanan konseling.

Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawati juga

menyebutkan adanya penilaian keberhasilan terhadap program

Bimbingan dan Konseling yang didasarkan pada:

a. Ada tidaknya jenis program; bimbingan pribadi, bimbingan belajar, bimbingan sosial, dan bimbingan karir.

b. Ketepatan program yang memang dibutuhkan oleh siswa dalam sekolah pada semester yang bersangkutan atau ketepatan prioritas program yang dipilih.

c. Kelengkapan isi tiap jenis program, yaitu materi yang terinci, pendekatan atau metode, waktu, dan audiens.34

Kutipan di atas dipahami bahwa Guru Bimbingan dan Konseling

harus memiliki program di sekolah. Keberhasilan program tersebut

dinilai melalui ada tidaknya program untuk bidang bimbingan yang ada.

Setelah program dibuat, perlu dilihat apakah program yang dibuat sudah

tepat untuk peserta didik, sehingga program yang dibuat tidak mubazir.

Selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam penilaian keberhasilan

sebuah program adalah kelengkapan isi tiap jenis program. Jika ketiga

hal di atas sudah ada dalam sebuah program, maka program tersebut

dinilai sudah berhasil.

C. Pelayanan Arah Peminatan

1. Pengertian Pelayanan Arah Pe minatan

Peminatan pada dasarnya berasal dari minat. Minat adalah

“suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh”.35

Ini berarti bahwa minat ada dengan

sendirinya dalam diri individu tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Sedangkan di sisi lain, minat dapat juga berarti “sibuk, tertarik, atau

34

De wa Ketut Suka rdi dan Desak P.E. Nila Kusma wati, Proses Bi mbinga n dan Konseling di Sekolah untuk Memperoleh Angka Kredit, (Jakarta : Rine ka Cipta, 2008), h., 41

35

(43)

terlibat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari

pentingnya kegiatan itu”36

. Dengan demikian, minat merupakan aspek

psikologis yang memerlukan segenap pikiran dan perasaan yang

menyebabkan seseorang mau melakukan apapun karena menyadari

bahwa ketertarikannya terhadap hal tersebut amat penting baginya.

Minat seseorang dengan orang lainnya tentu saja berbeda, sebab

berbedanya tingkat kepentingan seseorang. Begitupun halnya dalam

proses belajar.

Lester dan Alice Crow dalam The Liang Gie juga menjelaskan

tentang minat:

Suatu minat dalam belajar merupakan suatu kewajiban yang menyertai siswa ke kelas dan menemani siswa selama setiap tugas-tugas belajar, dengan demikian memungkinkan siswa berhasil dalam kegiatan belajar. Demikian pula, minat merupakan tujuan atau tujuan-tujuan yang diharapkan dalam berbagai hal baik pekerjaan, belajar, atau dalam kegiatan-kegiatan hiburan agar sukses mendapatkan hasilnya.37

Kutipan di atas dipahami bahwa minat merupakan awal untuk

menentukan kesuksesan sebuah proses pembelajaran. Bahkan, lebih dari

itu kesuksesan yang disebabkan adanya minat yang tinggi tak hanya

tampak pada proses pembelajaran, namun juga dalam kegiatan-kegiatan

hiburan dan pekerjaan. Sehingga tampak jelas bahwa sesungguhnya

terdapat korelasi yang cukup signifikan antara minat terhadap suatu

bidang terhadap keberhasilan di bidang tersebut, meski tentu saja ada

faktor pendukung lainnya yang tak bisa dikesampingkan.

Adapun arti penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan

studi adalah:

a. Minat melahirkan perhatian yang serta merta b. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi c. Minat mencegah gangguan perhatian dari luar

36

The Liang Gie, ca ra Bela ja r ya ng Efisien Jilid I, (Yogyaka rta: Liberty, 1994), h.28

(44)

d. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan

e. Minat memperkecil kebosanan studi dalam diri sendiri38.

Uraian di atas diketahui bahwa jika seseorang memiliki rasa

ketertarikan atau minat terhadap suatu bidang pelajaran, maka akan

berdampak positif terhadap perilaku belajarnya. Diantara perilaku positif

tersebut adalah siswa mampu memberikan perhatian terhadap proses

pembelajaran. Dewasa ini, sangat jarang sekali ditemui siswa yang

penuh perhatian terhadap proses belajar mengajar karena berbagai

pengaruh lingkungan dan adanya ketidaksukaan terhadap suatu mata

pelajaran. Apabila dalam pelaksanaan proses pembelajaran, siswa

dipandu untuk menentukan pilihan mata pelajaran yang diminatinya

melalui Pelayanan Arah Peminatan, maka tentu saja ini juga membantu

siswa untuk menumbuhkan perilaku penuh perhatian dan konsentrasi

pada siswa ketika guru menerangkan peajaran. Tidak hanya itu,

perhatian dan konsentrasi siswa akan berdampak pada melekatnya bahan

pelajaran dan memperkecil rasa kebosanan dalam diri siswa.

Minat tentu saja berkaitan dengan suatu objek. Objek bisa saja

berupa materi dan non materi. Namun dalam proses pembelajaran, objek

yang dimaksud berupa mata pelajaran yang ada pada satuan

pembelajaran. Maka untuk menentukan minat siswa terhadap berbagai

pilihan mata pelajaran yang ada di tingkat satuan pendidikan tersebut,

perlu diberikan suatu layanan yang disebut Pelayanan Arah Peminatan.

Pelayanan Arah Peminatan yaitu:

Pelayanan yang secara khusus tertuju kepada peminatan/ lintas minat/ pendalaman minat ini terkait dengan bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan menggunakan segenap perangkat (jenis layanan dan kegiatan pendukung) yang ada dalam pelayanan BK. Pelayanan peminatan / lintas minat/

38

(45)

pendalaman minat peserta didik yang terkait pula dengan aspek-aspek pelayanan pengembangan tersebut di atas.39

Defenisi di atas diperjelas oleh adanya struktur kurikulum 2013

yang membagi mata pelajaran ke dalam dua bentuk, yaitu mata pelajaran

wajib dan pilihan. “Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta

didik di satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau jenjang

pendidikan, dan mata pelajaran pilihan diikuti oleh peserta didik sesuai

dengan pilihan mereka.”40

Struktur kurikulum dengan bentuk pilihan

semacam ini, tentu saja memberi alternative bagi siswa untuk dapat

memilih mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan minatnya.

Panduan Khusus Bimbingan dan Konseling Pelayanan Arah

Peminatan juga menjelaskan bahwa:

Pelayanan Arah Peminatan Stud i Peserta Didik merupakan upaya untuk membantu peserta didik dalam memilih dan menjalani program atau kegiatan studi dan mencapai hasil sesuai dengan kecenderungan hati atau keinginan yang cukup atau bahkan sangat kuat terkait dengan program pendidikan/pembelajaran yang diikuti pada satuan satuan pendidikan dasar dan menengah

(SD/MI, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB dan

SMK/MAK.41

Uraian di atas dapat dipahami bahwa Pelayanan Arah Peminatan

berarti suatu upaya pemberian bantuan terhadap peserta didik dalam

memilih dan menjalani program studi atau kegiatan studi yang ada di

satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan keinginan atau

kecenderungan peserta didik. Maka tampak jelaslah bahwa

sesungguhnya hakikat peminatan dalam implementasi kurikulum 2013

adalah:

Ke menterian Pendidikan dan Kebudayaan, Dokumen Kurikulum 2013, (Http://kang martho.com.Pdf), d iakses pada 20 Desember 2013

41

Gambar

Tabel III.I Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman
Tabel IV.1  Tingkat Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap

Referensi

Dokumen terkait

Apersepsi • Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran Untuk mengawali pembelajaran “syarat keseimbangan pengungkit tipe I” yang akan dilakukan dengan

 Diterapkan ketentuan permenristekdikti Nomor 2 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Permenristekdikti Nomor 26 Tahun 2015 tentang Registrasi Pendidik pada Perguruan Tinggi

Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimanakah gambaran nilai budaya siri’ na pacce dalam novel Silariang Cinta Yang (Tak) Direstui karya Oka

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara

Pada Gambar 3 konverter 2 sebagai fungsi utama UPFC menginjeksikan tegangan Vun dengan magnetdde Vo, dan sudut fasa dapat dikendalikan seri dengan saluran

Ketika melihat reaksi dari orang tua saat mengetahui bahwa dirinya hamil diluar nikah, informan memiliki perasaan sedih, kecewa dengan dirinya karena tidak patuh

Terdapat banyak kesamaan bentuk dan ukuran tubuh dari kelompok kelinci yang berasal dari Magelang (English Spot, Flemish Giant, dan New Zealand White), begitu pula pada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan multimedia pembelajaran interaktif penginderaan jauh berpengaruh terhadap hasil belajar, dimana hasil yang diperoleh