PEMAHAMAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP PELAYANAN ARAH PEMINATAN PADA KEGIATAN MGBK SMA
DI TANAH DATAR
SKRIPSI
Diajukan kepada Jurusan Tarbiyah Program Studi Kependidikan Islam/ Bimbingan dan Konseling sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana
dalam Bidang Bimbingan Konseling
FITRIA OSNELA NIM. 10 103 056
MAHASISWA PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM/BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
Sebuah Persembahan
Oleh Fitria Osnela“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri.”
Qs. Ar-Ra’d: 11
Tuhan satu-satunya tempat bergantung dan menggantungkan harapan. Maka, persembahan pada Tuhan Yang Esa dan Tinggi tak mungkin cukup hanya dengan satu paragraf kata-kata. Qul huwa
allaahu ahad. Ya Allah sampaikan sholawat dan salam kepada
Rasulullah, Allahumma salli'ala Muhammad.
Setiap orang selalu punya cara tersendiri untuk mencapai sebuah tempat yang ingin ia tuju. Begitupun aku yang hanya memiliki kaki, maka berjalan adalah caraku untuk sampai pada tempat ini. Tak peduli seberapa lambat aku berjalan, aku yakin bahwa aku akan sampai.
Airmata Amak yang mengalir saat itu adalah pelecut bagiku agar terus berjalan. Ya, semestinya ketika itu aku pulang dengan penyesalan dan maaf. Hingga aku menyadari bahwa orangtua adalah orang yang paling terluka atas pilihan yang pernah kuambil. Amak, yang merelakan uang belanja perminggunya dikurangi agar aku bisa berangkat ke kampus. Hanya untuk satu harapan: anak-anaknya tidak akan melewati hidup seperti yang ia lalui. Lalu, aku menatap pada Abak -lelaki setengah abad lebih- yang mendedikasikan hidup dan tenaganya untuk keluarga. Lelaki yang meyakini bahwa nasib akan berubah dengan sesuatu yang bernama: Pendidikan. Sungguh, ucapan terimakasih dan sebuah persembahan di atas kata-kata belum akan mampu membalas pengorbanan itu.
Uni, satu-satunya kakak sebagai tempat berbagi, berjenaka, bahkan bertengkar. Dari uni, aku mendengar, melihat, dan belajar banyak hal, hingga aku tahu bahwa aku harus memutuskan sendiri pilihan yang terbaik bagiku.
Amanda, dll yang mengajariku apa itu mengasihi. Milikilah impian, lalu gapai impian itu.
Idealita, aku belajar banyak hal besar di tempat kecil ini: persahabatan, kasih sayang, pengorbanan, bagaimana memahami, dan mengenal diri sendiri, dll. Meninggalkan tak berarti membenci atau tidak lagi peduli. Ketika satu persatu pergi meninggalkanku dan
salah satu berkata: “idea telah mati,” aku segera menganggap itu
sebagai: aku tidak diterima di sini, aku butuh penerimaan. Aku terlambat menyadari bahwa meninggalkan tidak selalu berarti membenci atau tidak lagi peduli. Aku terlambat menyadari bahwa orang-orang akan selalu memberikan pengaruh, akan tetapi keputusan untuk terpengaruh atau tidak ada pada tangan kita sendiri.
Lalu, aku mengenal seseorang yang kuanggap Abang: Chardinal Putra. Setiap perjumpaan dengan beliau adalah motivasi dan semangat bagiku.
HMI Cabang Batusangkar, kebahagiaan dan kebanggaan ketika mengingat kembali masa-masa itu. Terimakasih teman-teman, Kakanda dan Ayunda untuk semua kebahagiaan itu.
Permato (Persatuan Mahasiswa Kota Sawahlunto), rantau yang menyatukan kita. Epi, Dona, Riky, Ari, Nana, Ises, Suci, dll, mimpi belum lagi usai.
Orang-orang yang mengajari arti persahabatan. Dila, Anis, Yesi, Ii, Pina, Murni, Isti, Iwat, dan teman-teman BK’10 A B & C yang tak bisa disebutkan satu demi satu. Setiap orang butuh oranglain dalam hidupnya.
Penghuni kos cantik, khususnya kamar 2 yang memberikan kegembiraan tersendiri di sela-sela kuliah dan penyusunan skripsi yang menguras emosi. Kak Wel, Icha, Ayu, Laisa, Bunga, dll.
Pada perjalanan ini, aku membiarkan hatiku untuk mencintai sebuah hati. Dan mungkin, aku tidak akan pernah percaya jika tidak merasakan sendiri tentang bagaimana rasanya membenci namun merindukan di saat yang sama. Perasaan yang tumpang tindih dan keberanian untuk mengakui bahwa itu adalah yang pertama. Meski pada akhirnya, yang pertama mungkin saja tak selalu menjadi yang terakhir.
ABSTRAK
PEMAHAMAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP PELAYANAN ARAH PEMINATAN PADA KEGIATAN MGBK SMA
DI TANAH DATAR
OLEH: FITRIA OSNELA
Masalah pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan pada kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar, yang meliputi pengetahuan dan pelaksanaan Pelayanan Arah Peminatan. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah „Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan pada Kegiatan MGBK SMA di Tanah
Datar‟. Adapun tujuan penelitian ini adalah ‘untuk mengetahui bagaimana pemahaman guru Bimbingan dan Konseling terhadap pelayanan arah peminatan pada kegiatan MGBK
SMA di Tanah Datar‟.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode “Field Resea rch” (penelitian lapangan) yang bersifat deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu Guru Bimbingan dan Konseling di kegiatan MGBK di Tanah Datar berjumlah 20 orang. Adapun teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan adalah total sampling.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT, berkat limpahan rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul:
“PEMAHAMAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP
PELAYANAN ARAH PEMINATAN PADA KEGIATAN MGBK SMA DI TANAH
DATAR”.
Skripsi ini ditulis untuk menyelesaikan kuliah penulis guna meraih gelar Sarjana
Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Program Studi Kependidikan Islam/Bimbingan
Konseling, Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Batusangkar.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada kedua pembimbing, yaitu Bapak Ardimen, M.Pd., Kons
selaku pembimbing I dan Bapak Dasril, S.Ag., M.Pd selaku pembimbing II yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan skripsi ini dari awal hingga
selesai.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ketua STAIN Batusangkar
Bapak Dr. H. Kasmuri, M.A, Ketua Jurusan Bapak Dr. Sirajul Munir, M.Pd dan Ketua
Program Studi Bimbingan Konseling Bapak Dasril, S.Ag., M.Pd beserta jajarannya yang
telah memberikan fasilitas dan layanan dalam proses perkuliahan dan penyelesaian. Tidak
lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf administrasi
STAIN Batusangkar
Penulis juga mengucapkan terimakasih pada Ketua dan Koordinator MGBK
Kabupaten Tanah Datar (Bapak Joko Sobrang, S.Pd.I dan Bapak Drs. Edial Yuspita,
MM) beserta guru-guru BK anggota MGBK yang sudah memberikan izin dan membantu
proses penelitian skripsi ini.
Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda Epi Raflis dan
ibunda Eli Warni, Uni Silvia Roza, etek Yus Marni, dan adik-adik Ira, Ita, Wiwi, serta
seluruh sanak famili yang dengan sepenuh perhatian telah mendidik, mendampingi, dan
dapat memberikan sumbangsih bagi para pembaca, para pemerhati, dan teman-teman
serta menjadi amal yang shaleh bagi penulis. Amin.
Penulis mohon maaf, jika dalam skripsi ini terdapat kekhilafan dan kekeliruan,
baik teknis maupun isinya. Kritik yang konstruktif dan sehat sangat penulis harapkan
demi sempurnanya skripsi ini.
Batusangkar, Februari 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI
ABSTRAK...
KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI...
DAFTAR TABEL...
DAFTAR LAMPIRAN...
iv
v
vii
x
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………. B. Identifikasi Masalah………... C. Batasan Masalah...
D. Rumusan Masalah………... E. Tujuan Penelitian...
F. Kegunaan Penelitian ………... 1
12
12
13
13
13
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pemahaman ...
B. Guru Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Guru Bimbingan dan Konseling …………
2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Bimbingan dan
Konseling………...
3. Karakteristik Guru Bimbingan dan
14
16
Konseling………..
4. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Guru
Bimbingan dan Konseling……….
C. Pelayanan Arah Peminatan
1. Pengertian Pelayanan Arah Peminatan ……….
2. Tujuan dan Fungsi Pelayanan Arah Peminatan ………
3. Tingkatan Arah Peminatan ………..
4. Langkah Pokok Pelayanan Arah Peminatan …………
5. Pelaksana Pelayanan Arah Peminatan ……….
D. Penelitian yang Relevan ……… B. Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap
Pelayanan Arah Peminatan di Kegiatan MGBK SMA di Tanah
Datar………
1. Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap
Konsep Dasar PAP……….
2. Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap
59
60
Aspek Arah Peminatan………..
3. Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap
Langkah Pokok PAP………
4. Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap
Pelaksana PAP………..
C. Pembahasan……….
64
65
67
69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………. B. Saran………...
72
72
DAFTAR KEPUSTAKAAN
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman 55
2 Tingkat Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan
60
3 Gambaran Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap PAP
61
4 Gambaran Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Konsep Dasar PAP
62
5 Gambaran Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Aspek Arah Peminatan
64
6 Gambaran Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Langkah Pokok PAP
66
7 Gambaran Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelaksana PAP
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kisi-Kisi Instrumen Penelitian dan Soal Tes Pemahaman
Lampiran 2 : Lembaran Validasi Instrumen Penelitian
Lampiran 2 : Absen Pengisian Instrumen Penelitian
Lampiran 3 : Surat Rekomendasi Izin Melakukan Penelitian dari P3M
Lampiran 4 : Surat Rekomendasi/ Keterangan Melakukan Penelitian dari
KESBANGPOL
Lampiran 5 : Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari Ketua MGBK
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan mutu pendidikan bukanlah suatu perkara mudah.
Seluruh elemen masyarakat memiliki tanggung jawab dalam
meningkatkan mutu pendidikan. Di Indonesia, salah satu lembaga
pendidikan formal yang bertanggung jawab meningkatkan kualitas
manusia Indonesia adalah sekolah. Sekolah menyelenggarakan proses
pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih, dan
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mewujudkan tujuan
pendidikan.
Tujuan pendidikan yang hendak dicapai tidak terlepas dari tujuan
pendidikan nasional, yakni “ untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratif serta bertanggung jawab.”1
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan
adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik. Berkembangnya
potensi tersebut bertujuan agar peserta didik dapat menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
dan lain sebagainya.
Tujuan pendidikan yang hendak dicapai tersebut tidak terlepas dari
peran guru sebagai pendidik yang bersentuhan langsung dengan peserta
didik. Sementara itu, yang dimaksud dengan pendidik adalah “tenaga
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong
belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
1
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.”
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa konselor
merupakan salah satu pendidik. Konselor merupakan salah satu sebutan
bagi guru yang mengampu bidang Bimbingan dan Konseling. Bimbingan
dan Konseling merupakan salah satu komponen pendidikan untuk
mencapai tujuan pembelajaran, mengingat Bimbingan dan Konseling
sebagai suatu kegiatan helping relationship yang diberikan kepada individu pada umumnya dan kepada peserta didik khususnya. Kegiatan
Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu upaya yang dilakukan
dalam rangka tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Prayitno mengungkapkan bahwa Guru Bimbingan dan Konseling
adalah “guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
secara penuh dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling terhadap sejumlah
peserta didik”.2
Dapat dipahami bahwa Guru Bimbingan dan Konseling
adalah pelaksana utama pelayanan Bimbingan dan Konseling di
sekolah-sekolah yang mempunyai tugas, tanggung jawab, serta yang berhak secara
penuh dalam penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Adapun tugas Guru Bimbingan dan Konseling antara lain:
1. Memasyarakatkan pelayanan Bimbingan
6. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian 7. Mengadministrasikan layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan yang dilaksanakan
8. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan dalam pelayanan Bimbingan kepada Koordinator Bimbingan.3
2
Prayitno, Pa ndua n Kegia ta n Pengawa sa n Bimbinga n dan Konseling di Sekola h, (Jaka rta: Rineka Cipta, 2001), h. 8
3
Kutipan di atas dipahami bahwa Guru Bimbingan dan Konseling
memiliki tugas yang begitu komplit. Tugas yang telah dijabarkan di atas
masih belum sempurna, sebab peningkatan kualitas pendidikan yang
dibarengi dengan perubahan kurikulum menambah tugas baru bagi guru,
khususnya Guru Bimbingan dan Konseling. Hal ini disebabkan karena
penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di sekolah berkaitan dengan
kurikulum pendidikan. Sebab kurikulum merupakan suatu alat untuk
membantu mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum menjadi pedoman bagi
pendidik dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik, agar
terwujud manusia yang berkualitas sebagaimana tujuan pendidikan itu
sendiri.
Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional Bab I Pasal I Ayat 19 menjelaskan tentang
kurikulum, yaitu“seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu”.4
Uraian tersebut dapat dipahami bahwa kurikulum merupakan
akumulasi rencana berikut tujuan, isi, bahan pelajaran, serta berbagai
metode yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Sebagai seperangkat rencana, kurikulum dapat berubah seiring berubahnya
kebutuhan dan kompleksitas sebuah Negara. Setidaknya, di Indonesia
sendiri perubahan kurikulum juga melibatkan unsur politis yang diawali
dengan pergantian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Sejak Indonesia merdeka, pendidikan nasional telah mengalami
sembilan kali perubahan kurikulum diantaranya “Rencana Pelajaran 1947,
Kurikulum 1952, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum
1975/1976, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis
4
Kompetensi tahun 2002 dan 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP).”5
Perubahan-perubahan kurikulum hingga Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan sepertinya belum mampu menjamah tujuan pendidikan
nasional dan masih kurang relevan terhadap kebutuhan masyarakat dewasa
ini, sehingga pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional dan
Kebudayaan memandang perlu untuk menelurkan kembali sebuah
kurikulum baru yang dikenal dengan sebutan kurikulum 2013.
Pengembangan kurikulum 2013 ini dilakukan dengan mengintegrasikan
nilai- nilai karakter melalui pembelajaran tematik.
Kurikulum 2013 mulai diberlakukan pada bulan Juli 2013 lalu.
Implementasi kurikulum 2013, khususnya terkait dengan Bimbingan dan
Konseling telah diatur oleh Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
nomor 81A Tahun 2013. Sementara itu, pada tahun 2013 ini juga telah
ditetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 69
tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah dan Nomor 70 tahun 2013 tentang
kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan
terkait dengan pilihan kelompok peminatan, pilihan mata pelajaran, pilihan
mata pelajaran lintas kelompok, dan pendalaman mata pelajaran.
Guru Bimbingan dan Konseling mempunyai peranan penting
membantu peserta didik dalam memilih dan menetapkan arah peminatan.
Pemilihan dan penetapan arah peminatan peserta didik ini dalam
implementasi kurikulum 2013 dikenal dengan sebutan Pelayanan Arah
Peminatan. Pelayanan Arah Peminatan peserta didik adalah:
Upaya untuk membantu peserta didik dalam memilih dan menjalani program atau kegiatan studi dan mencapai hasil sesuai dengan kecenderungan hati atau keinginan yang cukup atau bahkan sangat kuat terkait dengan program pendidikan/pembelajaran yang diikuti pada satuan pendidikan dasar dan menengah (SD/MI, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MAN/SMALB, SMK/MAK). Dalam
5
Pelayanan ini, peserta didik memahami potensi dan kondisi diri sendiri, memilih dan mendalami mata pelajaran/kelompok peminatan mata pelajaran, memahami dan memilih arah pengembangan karir, dan menyiapkan diri serta memilih pendidikan lanjutan dan karir sampai ke Perguruan Tinggi.6
Pelayanan Arah Peminatan dalam panduan umum pelayanan
Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan dasar dan menengah
yaitu:
Pelayanan yang secara khusus tertuju kepada peminatan/ lintas minat/ pendalaman minat peserta didik sesuai dengan konstruk dan isi kurikulum yang ada. Arah peminatan/lintas minat/pendalaman minat ini terkait dengan bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan menggunakan segenap perangkat (jenis layanan dan kegiatan pendukung) yang ada dalam pelayanan BK.7
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa Pelayanan Arah
Peminatan merupakan pelayanan yang ditujukan kepada peserta didik
untuk memilih pilihan peminatan kelompok mata pelajaran, peminatan
lintas mata pelajaran, peminatan pendalaman materi mata pelajaran, arah
karir yang ada dan studi lanjutan yang terkait dengan bidang bimbingan
pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan menggunakan jenis layanan dan
kegiatan pendukung yang ada dalam pelayanan BK.
Adapun tingkat dan arah peminatan tersebut sebagai berikut:
1) Peminatan di SD/MI. 2) Peminatan di SMP/MTs. 3) Peminatan di SMA/MA. 4) Peminatan di SMK.
5) Peminatan pasca SMA/MA dan SMK.8
Kelima tingkatan dan arah peminatan di atas saling terkait satu
sama lain, sehingga peserta didik benar-benar dapat memilih sekolah
lanjutan yang sesuai dengan minatnya. Peminatan di SD/MI merupakan
langkah awal Pelayanan Arah Peminatan yang dilakukan oleh guru kelas.
Pelayanan Arah Peminatan ini ditujukan kepada peserta didik SD/MI yang
akan melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Disini, guru kelas
memberikan informasi mengenai SMP/MTs yang ada sehingga peserta
didik terbantu dalam menentukan pilihan sekolah lanjutan nantinya.
Jenjang pendidikan SMP/MTs merupakan tingkatan kedua
pelayanan arah peminatan. Pada jenjang ini, peserta didik kembali dibantu
untuk memperoleh informasi yang cukup lengkap mengenai sekolah
lanjutan yang ada berupa SMA/MA/SMK. Pada tingkat ini, informasi
yang diberikan sudah cukup luas, yang meliputi “jenis dan penyelenggaraan masing- masing SMA/MA/SMK, pilihan peminatan
kelompok mata pelajaran, peminatan lintas mata pelajaran, peminatan
pendalaman materi mata pelajaran dan arah karir yang ada, serta
kemungkinan studi lanjutannya”.9
Pemberian informasi mengenai sekolah lanjutan pada jenjang
SMP/MTs ini akan membantu peserta didik dalam memilih sekolah yang
tepat sesuai dengan bakat dan minat peserta didik. Terlebih dengan
cakupan informasi yang lebih luas, berikut bantuan Guru Bimbingan dan
Konseling, peserta didik bisa mandiri dalam menentukan sekolah lanjutan
mana yang tepat baginya. Dalam hal ini, peserta didik tentu saja perlu
dibantu oleh Guru Bimbingan dan Konseling untuk memetakan potensi
dan faktor pendukung apa yang dimiliki peserta didik sehingga pilihan
sekolah lanjutan tersebut benar-benar tepat.
Peserta didik kembali dibantu dalam menentukan arah peminatan
pada jenjang SMA/MA. Bantuan yang diberikan berupa penentuan pilihan
peminatan kelompok mata pelajaran, peminatan lintas mata pelajaran,
9
peminatan pendalaman materi mata pelajaran, pendalaman materi mata
pelajaran, dan pilihan lintas mata pelajaran tertentu, serta pilihan arah
pengembangan karir. Sementara pada tingkat SMK, Pelayanan Arah
Peminatan ditujukan pada peserta didik untuk memilih program keahlian
dan mata pelajaran program keahlian, mendalami mata pelajaran program
keahlian dan mengakses keterkaitan lintas mata pelajaran praktik/kejuruan
yang ada di SMK.
Guru Bimbingan dan Konseling juga perlu memberikan Pelayanan
Arah Peminatan pasca SMA/MA/SMK. Pelayanan ini ditujukan kepada
peserta didik yang akan melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi. Pada
tahap ini, Guru Bimbingan dan Konseling perlu memberikan informasi
mengenai perguruan tinggi yang ada, sehingga peserta didik memiliki
gambaran tentang perguruan tinggi mana yang akan menjadi pilihan studi
lanjutannya.
Pelayanan Arah Peminatan ini tidak akan bermanfaat jika peserta
didik tidak memahami tujuan pelayanan tersebut. Maka dari itu, Guru
Bimbingan dan Konseling perlu memberikan pengertian dan penjelasan
kepada peserta didik bahwasanya Pelayanan Arah Peminatan di SMA
bertujuan agar peserta didik memahami dan mempersiapkan diri bahwa:
1) Pendidikan di SMA merupakan pendidikan untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri di masyarakat.
2) Kemandirian tersebut (poin no 1) didasarkan pada kematangan pemenuhan potensi dasar, bakat, minat, dan keterampilan pekerjaan/karir.
3) Kurikulum SMA memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk memilih dan mendalami mata pelajaran tertentu sesuai dengan kecenderungan dasar bakat dan minat peserta didik, khususnya peminatan akademik.
4) Setamat dari SMA, peserta didik dapat bekerja di bidang tertentu yang masih memerlukan persiapan/pelatihan, atau melanjutkan pelajaran ke Perguruan Tinggi dengan memasuki program studi sesuai dengan pilihan/pendalaman mata pelajaran sewaktu di SMA.10
10
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tujuan
jangka panjang Pelayanan Arah Peminatan peserta didik untuk tingkat
SLTA ini adalah agar peserta didik dapat melanjutkan studi/karir sesuai
minat, potensi, bakat, dan memiliki keterampilan pekerjaan/karir sesuai
dengan yang diminati agar peserta didik dapat hidup mandiri di
masyarakat. Agar tujuan jangka panjang tersebut tercapai, ada beberapa
langkah pokok yang perlu dilakukan Guru Bimbingan dan Konseling
untuk melaksanakan Pelayanan Arah Peminatan.
Pertama, Pengumpulan data dan informasi. Guru Bimbingan dan
Konseling perlu mengumpulkan data dan informasi peserta didik yang
berkaitan dengan data diri baik berupa potensi dasar (intelegensi), bakat,
minat, kegiatan hasil belajar, maupun data peserta didik yang berkaitan
dengan kondisi keluarga dan lingkungan, serta informasi pendidikan
lanjutan yang diminati peserta didik.
Kedua, Guru Bimbingan dan Konseling perlu memberikan layanan
informasi atau orientasi Arah peminatan. Ketiga, melaksanakan
identifikasi dan penetapan arah peminatan. Keempat, Guru Bimbingan dan
Konseling perlu mengadakan langkah penyesuaian melalui layanan
konseling perorangan dan atau layanan lain serta kegiatan pendukung yang
relevan baik terhadap peserta didik maupun orangtuanya. Terakhir, Guru
Bimbingan dan Konseling perlu mengadakan monitoring dan tindak lanjut.
Pelayanan Arah Peminatan akan bisa berjalan dengan baik, jika
Guru Bimbingan dan Konseling sebagai pelaksana layanan “dapat bekerja
sama dengan petugas yang berwenang menyelenggarakan tes intelegensi
dan tes bakat, Guru Mata Pelajaran, wali kelas, orangtua, serta kepala
satuan pendidikan.”11
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa Guru
Bimbingan dan Konseling tidak bekerja sendiri dalam melaksanakan
Pelayanan Arah Peminatan, namun bekerja sama dengan berbagai pihak
11
dalam rangka terwujudnya suasana belajar dan proses pembelajaran yang
kondusif bagi peserta didik. Oleh karena itu, “Guru Bimbingan dan
Konseling hendaklah memiliki kualitas konselor yang berkriteria
keunggulan, diantaranya keunggulan peribadi, pengetahuan, wawasan,
keterampilan dan nilai-nilai.”12
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa Guru Bimbingan
dan Konseling dalam menjalankan tugasnya harus memiliki
keunggulan-keunggulan agar mampu menjadi pendidik yang mengayomi dan menjadi
panutan bagi peserta didik. Guru Bimbingan dan Konseling hendaknya
tahu, mengerti, dan memahami tugasnya sebagai seorang Guru Bimbingan
dan Konseling. Prayitno menjelaskan:
Terselenggaranya dengan baik semua layanan Bimbingan dan Konseling serta kegiatan pendukung di sekolah ditunjang oleh pengenalan dan pemahaman yang baik tentang pelayanan Bimbingan dan Konseling oleh berbagai pihak yang berkait (Kanwil/kandep, kabid, pengawas, kepala dan guru).Karena itu semua pihak bertanggung jawab atas pengembangan pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah, demi keberhasilan optimal seluruh peserta didik.13
Berdasarkan penjelasan di atas dipahami bahwa pelayanan
Bimbingan dan Konseling akan dapat terlaksana dengan baik jika berbagai
pihak terkait memiliki pengenalan dan pemahaman yang baik pula tentang
pelayanan Bimbingan dan Konseling tersebut. Peter Salim dan Yeni Salim
mengemukakan bahwa “pemahaman berasal dari kata paham yang berarti
pengertian atau pengetahuan dan perbuatan atau pelaksanaan, proses atau
cara, memahami atau memahamkan.”14
Dari uraian Peter dan Yeni Salim
terlihat bahwa sebelum adanya pemahaman maka perlu pengetahuan
12
terhadap suatu objek terlebih dahulu, karena pengetahuan erat kaitannya
dengan pemahaman.
Terkait dengan pelaksanaan Pelayanan Arah Peminatan, maka
pemahaman yang dimaksud adalah bahwa Guru Bimbingan dan Konseling
diharapkan mempunyai pengertian yang tepat dan komprehensif mengenai
peranannya masing- masing, menyadari akan peranannya tersebut serta
melaksanakan peran tugasnya itu sesuai dengan posisi masing- masing.
Dengan adanya pengertian yang tepat serta pelaksanaan tugas yang
terorganisir dari Guru Bimbingan dan Konseling maka akan sangat
menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan Pelayanan Arah Peminatan.
Deve Meiler (dalam Fitri Yanti) juga mengungkapkan bahwa:
Pemahaman merupakan hal dari intelektuel yaitu; penciptaan makna berfikir, menyatakan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar, ia menghubungkan pengalaman mental, fisik emosional dan intuitif. Tubuh membuat makna baru lagi bagi dirinya sendiri.Itulah sasaran yang dipergunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pemahaman dan pemahaman menjadi kearifan.15
Pengertian di atas dapat dipahami bahwa pemahaman merupakan
bagian intelektual manusia, yang meliputi: penciptaan makna berfikir,
menyatakan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar,
serta menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan intuitif.
Oleh karena itu, pemahaman merupakan hal yang sangat penting.
Kegiatan Pelayanan Arah Peminatan tidak akan bisa terlaksana jika
Guru Bimbingan dan Konseling tidak memahami tentang segala aspek
yang terkait dengan kegiatan pelayanan ini. Sebab, Guru Bimbingan dan
Konseling sebagai pelaksana utama memiliki peran dan tanggung jawab
penuh terhadap kegiatan Pelayanan Arah Peminatan ini. Oleh karena itu,
15
Guru Bimbingan dan Konseling hendaknya memahami dengan baik segala
aspek yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan.
Fenomena di lapangan terkait dengan pengetahuan Guru
Bimbingan dan Konseling terhadap kurikulum 2013 dan kaitannya dengan
berbagai aspek yang berhubungan dengan Pelayanan Arah Peminatan,
penulis dapatkan melalui observasi dan wawancara terhadap beberapa
Guru Bimbingan dan Konseling, salah satunya di MAN 2 Batusangkar.
Penulis melakukan wawancara di sekolah ini pada 19 Desember
2013 lalu. Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa, “ di MAN 2
Batusangkar akan dilaksanakan kurikulum 2013 pada semester depan.
Menurutnya, perbedaan mendasar pada Bimbingan dan Konseling dalam
kurikulum 2013 hanya terletak pada jam pelajaran. Pada kurikulum 2013,
Guru Bimbingan dan Konseling diberikan waktu di kelas sebanyak 12 jam
pembelajaran perminggu, sementara pada kurikulum sebelumnya
(KTSP-red) Bimbingan dan Konseling tidak memiliki jam masuk kelas.
Kemudian, mengenai pemberian layanan, menurutnya tetap sama dengan
yang biasanya. Perbedaan mendasar hanya terletak pada jam masuk
ruangan. Menurutnya, ini merupakan peningkatan dalam bidang BK
karena adanya jam masuk ruangan untuk Guru Bimbingan dan
Konseling.”16
Fenomena selanjutnya penulis dapatkan di SMAN 2 Rambatan
yang merupakan lokasi PLKP-S Penulis. Di sekolah ini ada dua orang
Guru Bimbingan dan Konseling. Salah satu Guru Bimbingan dan
Konseling yang merupakan pamong penulis memberikan tugas pada
Penulis dan rekan berupa RPL dan Program yang sesuai dengan format
kurikulum 2013 sebagai pertinggal. Menurut Guru BK tersebut hal ini
dilakukannya agar nanti ketika kurikulum 2013 sudah dilaksanakan pada
awal semester, maka beliau sudah ada contoh bagaimana format dan
bentuk program tersebut.
16
Penulis juga melakukan wawancara terhadap Guru BK lainnya,
informasi yang penulis dapatkan adalah “ beliau sudah mengetahui adanya kegiatan Pelayanan Arah Peminatan dalam kurikulum 2013, namun
belum mengetahui bagaimana pelaksanaannya. Beliau mengaku masih
dalam proses mempelajari buku panduan mengenai kurikulum 2013 yang
ada padanya.”
Hasil wawancara dan pengamatan yang telah penulis lakukan
tersebut menyiratkan bahwa ada guru Bimbingan dan konseling yang
belum sepenuhnya memahami pelayanan arah peminatan. Oleh karena itu
penulis tertarik untuk meneliti: Pemahaman Guru Bimbingan dan
Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan pada Kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di
atas, maka ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, di
antaranya:
1. Sikap Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan
Arah Peminatan pada kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar
2. Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan
Arah Peminatan pada kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar
3. Pelaksanaan Pelayanan Arah Peminata n pada kegiatan MGBK
SMA di Tanah Datar
C. Batasan Masalah
Berdasarkan masalah yang diidentifikasi di atas dan untuk tidak
menimbulkan kerancuan dalam penelitian ini, maka dalam penelitian ini
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pe mahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan pada Kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar ?”.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah “untuk mengetahui bagaimana pe mahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan pada Kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar.”
F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai daya guna dan manfaat
sebagai berikut:
a. Teoritis yaitu untuk mengembangkan teori-teori yang berhubungan
dengan pemahaman dan Pelayanan Arah Peminatan
b. Praktis yaitu dapat digunakan oleh konselor sekolah sebagai bahan
evaluasi dalam melaksanakan kurikulum 2013 bidang Bimbingan dan
Konseling dan sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa dalam
melaksanakan Pelayanan Arah Peminatan.
c. Praktis yaitu untuk mencapai gelar sarjana Pendidikan Islam pada
bidang ilmu Bimbingan dan Konseling.
BAB II
A. Pemahaman
Menurut W.J.S Poerwadarminta, “Pemahaman berasal dari kata
paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal.”17
Dari pendapat ini
dipahami bahwa pemahaman merupakan suatu keadaan dimana seseorang
benar-benar mengerti terhadap suatu hal. Seseorang mengerti terhadap suatu
objek karena kemampuannya dalam menangkap makna- makna yang
terkandung dari objek bersangkutan.
Peter Salim dan Yeni Salim mengatakan bahwa “pemahaman berasal
dari kata paham yang berarti pengertian atau pengetahuan dan perbuatan atau
pelaksanaan, proses atau cara, memahami atau memahamkan.” 18
Dapat
dipahami bahwa pemahaman menurut Peter dan Yeni Salim adalah perpaduan
antara pengetahuan/pengertian dan perbuatan/pelaksanaan, pemahaman
merupakan sebuah proses, dan dilakukan dengan sebuah usaha yaitu usaha
untuk memahami atau memahamkan sesuatu yang ingin dipahami.
Berdasarkan penjelasan Peter dan Yeni Salim, diketahui bahwa
pemahaman juga berarti pengertian. Pengertian itu sendiri me nurut Abu
Ahmadi adalah “ hasil proses berpikir yang merupakan rangkuman sifat-sifat pokok dari suatu barang atau kenyataan yang dinyatakan dalam suatu
perkataan.”19
Maksudnya, pengertian didapatkan dari proses berpikir seseorang
terhadap suatu objek yang melingkupi setiap bagian-bagian dari objek tersebut,
baik itu karakteristik, jenis, sifat, dan lainnya sehingga seseorang dapat
menyampaikan pengertian yang sudah didapatkannya melalui kata-kata.
Pemahaman juga dapat berarti pengetahuan akan suatu hal, maka
Lorens Bagus memiliki beberapa makna yang terkandung dari pengetahuan,
yaitu:
17
W.J.S. Poerwadarminta, Ka mus Be sa r Ba ha sa Indonesia , (Jakarta: Ba la i Pustaka, 1994), h. 714
18
Peter Salim dan Yen i Sa lim, Ka mus Besa r Ba ha sa Indonesia Kontemporer , (Jakarta : Modern English Press, 1991), h. 1076
19
a. Pengenalan akan sesuatu
b. Keakraban atau perkenalan dengan sesuatu dari pengalaman aktual c.Apa yang dipelajari
d. Persepsi jelas tentang apa yang dipandang sebagai fakta, kebenaran atau kewajiban
e. Informasi dan atau pelajaran yang dipelihara dan diteruskan oleh peradaban.
f. Hal-hal yang ada dalam kesadaran (keyakinan, gagasan, fakta, bayangan, konsep, paham, pendapat) yang dibenarkan dengan cara tertentu dan dengan demikian dipandang sebagai benar.
g. Proses kehidupan yang diketahui oleh manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.
h. Dalam arti luas, pengetahuan berarti semua kehadiran intensional objek dan subjek, tetapi dalam arti sempit pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti (kebenaran, kepastian).20
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa pengetahuan
bermakna pengenalan akan sesuatu yang diperoleh baik dari pengalaman aktual
maupun dari apa yang dipelajari, pengetahuan juga bisa bermakna sebagai
persepsi yang jelas terhadap fakta, kebenaran, atau kewajiban, pengetahuan
bahkan juga didapatkan dari informasi dan pelajaran, sehingga dalam arti luas
pengetahuan dapat berarti semua kehadiran intensional objek dan subjek yang
ada dalam pemikiran manusia.
Kartini Kartono juga menyebutkan bahwa “pemahaman sebagai
kegiatan penalaran dengan menggunakan akal budi dalam hal ini yang
terpenting adalah pemahaman mengenai sesuatu yang dicantumkan dalam
ingatan.”21
Pemahaman yang dimaksud oleh Kartini Kartono merupakan
sebuah kegiatan penalaran dengan akal budi mengenai sesuatu yang
dicantumkan dalam ingatan. Akal merupakan daya pikir seseorang, sementara
akal budi merupakan pikiran yang sehat. Jadi, pemahaman dapat terjadi apabila
menggunakan kemampuan pikiran yang sehat. Dengan pikiran yang sehat
seseorang melihat suatu objek (pengetahuan) kemudian mencantumkannya
dalam pikiran sehingga objek tersebut tersimpan dalam memori. Deve Meiler
(dalam Fitri Yanti) mengungkapkan bahwa:
20Lorens Bagus, Ka mus Filsa fa t, (Ja karta: PT. Gra media , 1996), h. 803
21
Pemahaman merupakan hal dari intelektual yaitu penciptaan makna berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik emosional dan intuitif tubuh membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Itulah sasaran yang dipergunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan menjadi pemahaman dan pemahaman menjadi kearifan.22
Makna yang lebih luas ditemukan pada penjelasan Deve Meiler.
Dipahami bahwa terjadinya pemahaman disebabkan oleh kemampuan
intelektual seseorang. Kemampuan intelektual tersebut secara neurologi
merupakan sebuah proses yang terjadi di dalam otak manusia. Otak manusia
memiliki kemampuan yang tidak terbatas, ketika manusia hendak memahami
suatu objek maka otak mulai bekerja dengan menciptakan jaringan-jaringa
saraf baru. Setelah itu, otak akan mengait- hubungkan antara satu hal dengan
hal lainnya sehingga membentuk makna baru bagi individu. Hingga pada
akhirnya, seseorang yang memiliki pemahaman yang baik dan benar pada
setiap bidang kehidupan akan menjadi seseorang yang arif.
B.Guru Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Guru Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74
Tahun 2008 diketahui bahwa pelaksana pelayanan konseling di sekolah
adalah “Guru Bimbingan dan Konseling dan konselor atau konselor
dengan beban kerja sesuai dengan beban kerja Guru Bimbingan dan
Konseling dan konselor atau konselor”.23 Dengan demikian, pelayanan
konseling tidak dilaksanakan oleh semua guru, apalagi guru yang tidak
memiliki atau kekurangan jam pelajaran di sekolah, hanya guru yang
22 Fit ri Yanti, Pema ha ma n Guru Kela s tentang BK di SDN se Keca ma ta n Lima Ka um,
(Skripsi Sa rjana, Progra m Studi KI/BK STAIN Batusangkar, 2004. Tidak diterb itkan), h. 5 seperti dikutip Deni Gusriyanti, Pe ma ha ma n Guru Pe mbimbing terha da p Kegia tan Konferensi Ka sus di SMAN 7 Pa da ng, (Skripsi Sarjana, STAIN Batusangkar, Jurusan Tarbiyah Program Studi KI/BK,, tidak diterb itkan, 2011), h.10
23
diberi wewenang untuk melaksanakan pelayanan konseling secara legal
dan konstitusional. Selanjutnya Prayitno mengemukakan bahwa:
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengkualifikasikan bahwa konselor adalah pendidik, maka Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (SKAKK) memberikan batasan siapa itu pemegang profesi konselor, yaitu sarjana Bimbingan dan Konseling (S-1 BK) yang telah menamatkan program PPK (Pendidikan Profesi Konselor. 24
Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa guru
pembimbing atau konselor sekolah termasuk tenaga pendidik. Namun
demikian, Permendiknas No. 27 Tahun 2008 di atas memberi batasan bagi
pemegang profesi konselor. Tidak semua pendidik dapat memegang
profesi konselor. Tenaga yang berwenang memegang profesi ko nselor
adalah individu yang memiliki latar belakang pendidikan sarjana
Bimbingan Konseling (S1 BK) yang telah menamatkan program PPK
(Pendidikan Profesi Konselor). Hal ini menunjukkan bahwa profesi
konselor haruslah dipegang oleh individu yang berkompeten di bidangnya
setelah melalui jenjang pendidikan yang ditetapkan.
Prayitno mengungkapkan dalam redaksi lain bahwa Guru
Bimbingan dan Konseling adalah “guru yang mempunyai tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan Bimbingan dan
Konseling terhadap sejumlah peserta didik”.25 Dapat disimpulkan bahwa
Guru Bimbingan dan Konseling adalah pelaksana utama pelayanan
Bimbingan dan Konseling di sekolah-sekolah yang mempunyai tugas,
tanggung jawab, serta yang berhak secara penuh dalam penyele nggaraan
Bimbingan dan Konseling di sekolah.
24
Prayitno, Wa wa sa n Profesiona l Konseling , (Padang: UNP, 2009), h. 66
25
2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Bimbingan dan Konseling
Kegiatan Bimbingan dan Konseling diselenggarakan oleh pejabat
fungsional yang secara resmi dinamakan Guru Bimbingan dan Konseling
atau konselor sekolah. Kegiatan Bimbingan dan Konseling merupakan
kegiatan atau pelayanan fungsional yang bersifat profesional atau keahlian
dengan dasar keilmuan dan teknologi. Untuk itu, Guru Bimbingan dan
Konseling tentunya memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas.
Sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli, Guru Bimbingan dan
Konseling bertugas:
9. Memasyarakatkan pelayanan Bimbingan 10.Merencanakan program bimbingan
11.Melaksanakan segenap layanan bimbingan 12.Melaksanakan kegiatan pendukung bimbingan
13.Menilai proses dan hasil pelayanan dan kegiatan pendukung bimbingan
14.Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian 15.Mengadministrasikan layanan dan kegiatan pendukung
bimbingan yag dilaksanakan
16.Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan dalam pelayanan Bimbingan kepada Koordinator Bimbingan.26
Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan bahwa Guru Bimbingan dan
Konseling mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan.
Guru Bimbingan dan Konseling perlu menjelaskan hal- hal yang berkaitan
dengan Bimbingan dan Konseling baik kepada siswa maupun personil
sekolah. Setelah itu Guru Bimbingan dan Konseling juga bertugas untuk
merancang program konseling yang sesuai dengan kebutuhan siswanya.
Konselor bisa menggunakan instrument dalam konseling baik tes maupun
non tes, instrumen ini bisa digunakan untuk melihat kebutuhan siswa.
Guru Bimbingan dan Konseling perlu membuat program pelayanan
konseling. Selain itu, Guru Bimbingan dan Konseling juga
menyelenggarakan program yang dibuatnya tersebut melalui
layanan-layanan dalam konseling dan melakukan berbagai kegiatan pendukung,
26
serta melakukan penilaian terhadap layanan yang diberikan tersebut untuk
melihat apakah tujuan dari layanan tersebut telah tercapai atau tidak. Jika
proses konseling belum memperoleh hasil yang diinginkan maka
dilakukanlah tindak lanjut, yaitu menentukan tindakan selanjutnya dalam
mencapai tujuan konseling.
Guru Bimbingan dan Konseling juga bertugas mengadministrasikan
kegiatan Bimbingan Konseling kepada para kliennya, sehingga klien
memahami kegiatan apa saja yang akan dilakukannya selama proses
Bimbingan dan Konseling. Hal ini akan menghilangkan keraguan atau
kebimbangan klien selama mengikuti kegiatan konseling. Semua tugas dan
tanggung jawab Guru Bimbingan dan Konseling yang telah diuraikan di
atas haruslah dipertanggung jawabkan kepada pihak-pihak yang terkait.
Hal ini menunjukkan bahwa tugas dan tanggung jawab guru Bimbingan
dan Konseling bukanlah hal yang bersifat lepas. Dalam artian tidak adanya
pertanggung jawaban.
Guru Bimbingan dan Konseling memikul tanggung jawab yang
diarahkan pada satu tujuan yaitu memenuhi kebutuhan klien serta
mensejahterakan klien secara psikologis. Adap un tanggung jawab konselor
menurut Namora Lumongga Lubis adalah:
a. Menjaga kerahasiaan (konfidensialitas), kerahasiaan berhubungan dengan pengendalian informasi yang diterima dari seseorang. Sebuah informasi dikatakan konfidensia l jika dianggap tidak perlu diketahui pihak lain sehingga seharusnya tidak disampaikan ke publik. Konselor bertanggung jawab menjaga kerasiaan ini untuk menjaga kepercayaan klien terhadapnya serta menjamin perlindungan rasa aman klien. b. Memiliki kompentesi, kompetensi profesional disesuaikan
dengan bidang-bidang yang dipelajari oleh konselor secara formal. Jadi apabila konselor menghadapi klien di luar bidang yang dipelajarinya, konselor harus merujuknya kepada konselor atau pihak lain yang dipandang lebih berkompeten dan mengetahui permasalahan klien secara jelas dan mengerti bagaimana mengatasinya.
akan tampil sebagai konselor yang selalu menyalahkan nilai hidup klien.
d. Mengutamakan kebutuhan klien, pada dasarnya diperlukan kesadaran yang matang pada diri seorang konselor untuk melihat dan mengenal dirinya lebih dalam. Hal ini penting karena melalui kesadaran inilah, konselor memahami bahwa ada konflik-konflik, harapan, dan kebutuhan pada dirinya yang belum tercapai dan terselesaikan. Apabila hal ini dibiarkan, maka secara tidak langsung konselor telah menghalangi klien mencapai perubahan.27
Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa Guru Bimbingan
dan Konseling memiliki tanggung jawab untuk menjaga kerahasiaan
terhadap informasi yang telah diberikan oleh klien kepada Guru
Bimbingan dan Konseling. Selanjutnya Guru Bimbingan dan Konseling
harus memiliki kompetensi profesional dalam mengentaskan permasalahan
yang sedang dialami oleh klien sesuai dengan bidang-bidang yang
dipelajari Guru Bimbingan dan Konseling secara formal.
Nilai hidup Guru Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu
tanggung jawab yang harus diperhatikan oleh Guru Bimbingan dan
Konseling karena jika Guru Bimbingan dan Konseling bersikap kaku
dalam memegang nilai hidup yang dimilikinya maka hal ini dapat
menciptakan timbulnya jarak antara klien dengan Guru Bimbingan dan
Konseling dalam proses layanan Konseling. Selanjutnya, Guru Bimbingan
dan Konseling yang bertanggung jawab dalam pemberian layanan
Konseling harus mengutamakan kebutuhan klien yang datang kepada Guru
Bimbingan dan Konseling.
Guru Bimbingan dan Konseling memiliki tugas dan tanggung jawab
yang harus dilaksanakan. Terlaksananya proses pelayanan konseling dapat
dilihat dari sejauh mana Guru Bimbingan dan Konseling melaksanakan
tugasnya untuk menjalankan pelayanan konseling dengan mengarahkan
segenap potensi yang dimiliki, serta bertanggung jawab terhadap semua
27
kegiatan pelayanan konseling yang telah dibuat dan diberikannya. Sebagai
pelaksana layanan, Guru Bimbingan dan Konseling juga bertugas dan
berkewajiban menyelenggarakan layanan yang mengarah pada:
a. Pelayanan Dasar, yaitu pelayanan yang mengarah kepada terpenuhinya kebutuhan siswa yang paling elementer.
b. Pelayanan Pengembangan, yaitu pelayanan untuk
mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan tahap-tahap dan tugas-tugas perkembangannya.
c. Pelayanan Arah Peminatan, yaitu pelayanan yang secara khusus tertuju kepada peminatan/lintas minat/pendalaman minat peserta didik sesuai konstruk dan isi kurikulum yang ada terkait dengan bidang bimbingan dengan menggunakan perangkat yang ada dalam bimbingan dan konseling.
d. Pelayanan Terapeutik, yaitu pelayanan untuk menangani permasalahan yang diakibatkan oleh gangguan terhadap pelayanan dasar, pelayanan pengembangan, dan pelayanan peminatan.
e. Pelayanan Diperluas, yaitu pelayanan dengan sasaran diluar diri siswa pada satuan pendidikan.28
Kutipan di atas dipahami bahwa Guru Bimbingan dan Konseling
bertugas dan berkewajiban untuk menyelenggarakan pelayanan dasar,
pelayanan pengembangan, pelayanan arah peminatan, pelayanan
terapeutik, dan pelayanan diperluas. Pelayanan tersebut diselenggarakan
dengan menggunakan perangkat layanan yang ada dalam Bimbingan dan
Konseling yang terkait dengan bidang bimbingan. Salah satu pelayanan
yang harus diselenggarakan oleh guru Bimbingan dan Konseling adalah
pelayanan arah peminatan.
Pelayanan yang dilakukan oleh Guru Bimbingan dan Konseling di
sekolah dilakukan dalam dua waktu, yaitu:
Di dalam jam pembelajaran dan di luar jam pembelajaran. Pelaksanaan layanan konseling di dalam jam pembelajaran dilakukan secara klasikal selama 2 jam pembelajaran per kelas (rombongan belajar per minggu) yang diselenggarakan secara terjadwal.
28
Sedangkan, pelayanan yang dilakukan di luar jam pembelajaran ekuivalen dengan dua jam pembelajaran tatap muka di kelas.29
Kutipan di atas dipahami bahwa pelayanan secara menyeluruh yang
dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling terhadap peserta didik
diselenggarakan dalam dua waktu, yaitu di dalam proses pembelajaran dan
di luar proses pembelajaran. Kegiatan-kegiatan pelayanan yang
diselenggarakan oleh guru Bimbingan dan Konseling dilaporkan dan
diketahui oleh pimpinan satuan pendidikan. Sehingga, jelaslah bahwa
tugas guru bimbingan dan konseling tidaklah mudah. Guru Bimbingan dan
Konseling tidak hanya mengajar peserta didik ketika tatap muka di dalam
kelas saja, tapi tugas guru Bimbingan dan Konseling mengembangkan
segenap potensi yang ada pada diri peserta didik dengan segenap
pelayanan dan kegiatan pendukung yang ada dalam bimbingan dan
konseling baik di dalam jam pembelajaran maupun di luar jam
pembelajaran.
3. Karakteristik Guru Bimbingan dan Konseling
Prayitno menjelaskan karakteristik Guru Bimbingan dan Konseling
yang profesional adalah:
a. Konselor harus memulai karirnya sejak hari- hari pertama menampilkan diri sebagai konselor sekolah dengan program kerja yang jelas dan siap untuk melaksanakan program tersebut.
b. Konselor sekolah harus selalu mempertahankan sikap profesional tanpa mengganggu keharmonisan hubungan antara konselor dengan personil sekolah lainnya dan dengan siswa.
c. Adalah tanggung jawab konselor untuk memahami peranannya sebagai konselor profesional dan menerjemahkan peranannya kedalam kegiatan nyata.
d. Konselor sekolah, agar dapat bekerja secara efektif, harus memahami tanggungjawabnya kepada semua siswa, baik siswa-siswa yang gagal, yang menimbulkan gangguan.
e. Konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu siswa-siswa yang mengalami masalah dengan kadar yang cukup parah dan siswa-siswa yang menderita gangguan emosional, khususnya melalui penggunaan
29
program kelompok, program kegiatan di luar sekolah dan kegiatan pendidikan/pengajaran di sekolah, dan bentuk-bentuk pelayanan lainnya.30
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa konselor yang
profesional memiliki karakteristik tersendiri, dimana seorang konselor
menampilkan diri dengan program kerja yang jelas dan siap melaksanakan
program semenjak hari pertama memegang peranan sebagai konselor.
Kemudian dalam kesehariannya di sekolah, Guru Bimbingan dan
Konseling harus mampu mempertahankan sikap profesional, memahami
dan melaksanakan perannya, serta mengembangkan kompetensi untuk
menunjang pelaksanaan peran. Peran tersebut dapat berupa penanganan
terhadap siswa-siswa yang gagal yang menimbulkan gangguan, maupun
bantuan dalam mengembangkan potensi siswa yang dilaksanakan dalam
bentuk kegiatan layanan.
Munro, dkk., memberikan pendapat tentang karakteristik Guru
Bimbingan dan Konseling dengan mengemukakan bahwa:
Walaupun tidak ada pola yang tegas tentang karakteristik Guru Bimbingan dan Konseling tetapi sekurang-kurangnya seorang Guru Bimbingan dan Konseling hendaklah memiliki sifat-sifat luwes, hangat, dapat menerima orang lain, terbuka, dapat merasakan penderitaan orang lain, mengenal dirinya sendiri, tidak berpura-pura, menghargai orang lain dan objektif.31
Berdasarkan uraian di atas, dijelaskan bahwa tidak ada pola tegas
tentang karakteristik Guru Bimbingan dan Konseling. Namun demikian,
konselor profesional hendaklah memiliki ciri atau sifat yang dapat
menunjang terlaksananya proses konseling secara baik. Sifat tersebut dapat
berupa luwes yang artinya terbuka dan menerima diri klien, hangat yang
artinya memberikan kenyamanan pada klien, memahami dan merasakan
penderitaan klien serta tidak berpura-pura di hadapan klien.
30
Prayitno, Pro fesiona lisa si Konseling da n Pendidikan Konselor, (Jakarta: P2LPTK. 1987), h. 91
31
Berdasarkan uraian tentang karakteristik konselor profesional di
atas dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik konselor yang
profesional adalah konselor yang mampu menunjukkan sikap
profesionalnya di lapangan, yaitu memahami dan melaksanakan perannya
secara nyata, memahami tanggung jawabnya terhadap siswa dan
senantiasa mengembangkan kompetensi yang ia miliki. Selanjutnya
seorang konselor profesional harus memiliki sifat-sifat yang mampu
menunjang terlaksananya kegiatan konseling yang ideal. Seperti sifat
hangat, empati, mengenal dirinya sendiri, menghargai orang lain, tidak
memperlihatkan kepura-puraan dan sebagainya.
4. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Guru Bimbingan dan Konseling
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Guru Bimbingan
dan Konseling dalam pelaksanaannya banyak sekali, salah satunya adalah
keberhasilan dalam proses konseling. Dalam hal ini, Gladding (dalam
Namora) menjelaskan ada lima faktor yang mempengaruhi keberhasila n
dalam proses konseling yaitu:
a. Struktur, konsep mengenai karakteristik, kondisi, prosedur, dan parameter konseling yang disepakati oleh konselor dan klien. Struktur digunakan untuk memperjelas hubungan antara konselor-klien, melindungi hak masing- masing, menunjukkan arah, dan menjamin konseling berhasil.
b. Inisiatif, dipandang sebagai motivasi untuk berubah. Klien yang memiliki inisiatif untuk mempercepat kesembuhannya dalam proses konseling akan memudahkan konselor dalam menangani permasalahan yang dihadapinya.
c. Tatanan (Setting) fisik, mambantu terciptanya klien yang kondusif. Hal yang perlu dilakukan oleh konselor adalah bagaimana membuat ruang klien nyaman dan memberikan ketenangan pada klien. Konselor yang profesional diharapkan memiliki keterampilan untuk menyiapkan ruangan yang memungkinkan klien merasa aman, tenang, relaks, dan senang. d. Kualitas klien, karakteristik klien dan kesiapannya menjalani
e. Kualitas konselor, pihak yang paling memahami akan dibawa kemana arah konseling dan mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan konseling.32
Berdasarkan kutipan di atas terdapat lima hal yang mempengaruhi
keberhasilan Guru Bimbingan dan Konseling dalam proses layanan
konseling. Pertama stuktur, yaitu pengantar yang dilakukan oleh
konselor agar klien memahami apa da n bagaimana proses konseling.
Struktur menjadi komponen penting dalam keberhasilan konseling,
karena melalui penstrukturanlah klien dapat memahami proses konseling
serta perannya, sehingga segala keraguan dan kebingungan klien dapat
dicegah. Kedua inisiatif yaitu keinginan dari diri klien untuk berubah
jika klien memiliki inisiatif maka hal ini akan mempercepat klien dalam
mencapai kehidupan yang efektif sehari-hari (terentaskannya
permasalahan).
Ketiga, tatanan (setting), yaitu upaya konselor dalam menciptakan ruangan yang nyaman bagi kelangsungan proses pemberian
layanan. Keempat, kesiapan klien. Klien benar-benar siap untuk
menerima pelayanan konseling akan menampilkan sikap dan tingkah
laku yang kondusif terhadap penggunaan teknik-teknik konseling secara
efektif. Selanjutnya kualitas konselor juga ditentukan oleh kemampuan
konselor dalam menerapkan teknik konseling jika konselor ahli dalam
menggunakan teknik maka keberhasilan konseling lebih mudah diraih.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Guru
Bimbingan dan Konseling itu sendiri menurut Namora Lumongga Lubis
adalah: “a) kemampuan konselor, b) hubungan konselor dan klien, c) jenis konseling yang digunakan”. 33
Jadi dapat dipahami bahwa
kemampuan konselor merupakan hal penting yang sangat menentukan
kelancaran proses pelayanan konseling. Selanjutnya hubungan yang
tercipta atau terbentuk antara Guru Bimbingan dan Konseling dengan
32
Na mora Lu mongga Lubis, Mema ha mi. . ., h. 69
33
klien juga merupakan faktor yang menentukan kesuksesan dalam
pemberian layanan konseling.
Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawati juga
menyebutkan adanya penilaian keberhasilan terhadap program
Bimbingan dan Konseling yang didasarkan pada:
a. Ada tidaknya jenis program; bimbingan pribadi, bimbingan belajar, bimbingan sosial, dan bimbingan karir.
b. Ketepatan program yang memang dibutuhkan oleh siswa dalam sekolah pada semester yang bersangkutan atau ketepatan prioritas program yang dipilih.
c. Kelengkapan isi tiap jenis program, yaitu materi yang terinci, pendekatan atau metode, waktu, dan audiens.34
Kutipan di atas dipahami bahwa Guru Bimbingan dan Konseling
harus memiliki program di sekolah. Keberhasilan program tersebut
dinilai melalui ada tidaknya program untuk bidang bimbingan yang ada.
Setelah program dibuat, perlu dilihat apakah program yang dibuat sudah
tepat untuk peserta didik, sehingga program yang dibuat tidak mubazir.
Selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam penilaian keberhasilan
sebuah program adalah kelengkapan isi tiap jenis program. Jika ketiga
hal di atas sudah ada dalam sebuah program, maka program tersebut
dinilai sudah berhasil.
C. Pelayanan Arah Peminatan
1. Pengertian Pelayanan Arah Pe minatan
Peminatan pada dasarnya berasal dari minat. Minat adalah
“suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh”.35
Ini berarti bahwa minat ada dengan
sendirinya dalam diri individu tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Sedangkan di sisi lain, minat dapat juga berarti “sibuk, tertarik, atau
34
De wa Ketut Suka rdi dan Desak P.E. Nila Kusma wati, Proses Bi mbinga n dan Konseling di Sekolah untuk Memperoleh Angka Kredit, (Jakarta : Rine ka Cipta, 2008), h., 41
35
terlibat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari
pentingnya kegiatan itu”36
. Dengan demikian, minat merupakan aspek
psikologis yang memerlukan segenap pikiran dan perasaan yang
menyebabkan seseorang mau melakukan apapun karena menyadari
bahwa ketertarikannya terhadap hal tersebut amat penting baginya.
Minat seseorang dengan orang lainnya tentu saja berbeda, sebab
berbedanya tingkat kepentingan seseorang. Begitupun halnya dalam
proses belajar.
Lester dan Alice Crow dalam The Liang Gie juga menjelaskan
tentang minat:
Suatu minat dalam belajar merupakan suatu kewajiban yang menyertai siswa ke kelas dan menemani siswa selama setiap tugas-tugas belajar, dengan demikian memungkinkan siswa berhasil dalam kegiatan belajar. Demikian pula, minat merupakan tujuan atau tujuan-tujuan yang diharapkan dalam berbagai hal baik pekerjaan, belajar, atau dalam kegiatan-kegiatan hiburan agar sukses mendapatkan hasilnya.37
Kutipan di atas dipahami bahwa minat merupakan awal untuk
menentukan kesuksesan sebuah proses pembelajaran. Bahkan, lebih dari
itu kesuksesan yang disebabkan adanya minat yang tinggi tak hanya
tampak pada proses pembelajaran, namun juga dalam kegiatan-kegiatan
hiburan dan pekerjaan. Sehingga tampak jelas bahwa sesungguhnya
terdapat korelasi yang cukup signifikan antara minat terhadap suatu
bidang terhadap keberhasilan di bidang tersebut, meski tentu saja ada
faktor pendukung lainnya yang tak bisa dikesampingkan.
Adapun arti penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan
studi adalah:
a. Minat melahirkan perhatian yang serta merta b. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi c. Minat mencegah gangguan perhatian dari luar
36
The Liang Gie, ca ra Bela ja r ya ng Efisien Jilid I, (Yogyaka rta: Liberty, 1994), h.28
d. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan
e. Minat memperkecil kebosanan studi dalam diri sendiri38.
Uraian di atas diketahui bahwa jika seseorang memiliki rasa
ketertarikan atau minat terhadap suatu bidang pelajaran, maka akan
berdampak positif terhadap perilaku belajarnya. Diantara perilaku positif
tersebut adalah siswa mampu memberikan perhatian terhadap proses
pembelajaran. Dewasa ini, sangat jarang sekali ditemui siswa yang
penuh perhatian terhadap proses belajar mengajar karena berbagai
pengaruh lingkungan dan adanya ketidaksukaan terhadap suatu mata
pelajaran. Apabila dalam pelaksanaan proses pembelajaran, siswa
dipandu untuk menentukan pilihan mata pelajaran yang diminatinya
melalui Pelayanan Arah Peminatan, maka tentu saja ini juga membantu
siswa untuk menumbuhkan perilaku penuh perhatian dan konsentrasi
pada siswa ketika guru menerangkan peajaran. Tidak hanya itu,
perhatian dan konsentrasi siswa akan berdampak pada melekatnya bahan
pelajaran dan memperkecil rasa kebosanan dalam diri siswa.
Minat tentu saja berkaitan dengan suatu objek. Objek bisa saja
berupa materi dan non materi. Namun dalam proses pembelajaran, objek
yang dimaksud berupa mata pelajaran yang ada pada satuan
pembelajaran. Maka untuk menentukan minat siswa terhadap berbagai
pilihan mata pelajaran yang ada di tingkat satuan pendidikan tersebut,
perlu diberikan suatu layanan yang disebut Pelayanan Arah Peminatan.
Pelayanan Arah Peminatan yaitu:
Pelayanan yang secara khusus tertuju kepada peminatan/ lintas minat/ pendalaman minat ini terkait dengan bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan menggunakan segenap perangkat (jenis layanan dan kegiatan pendukung) yang ada dalam pelayanan BK. Pelayanan peminatan / lintas minat/
38
pendalaman minat peserta didik yang terkait pula dengan aspek-aspek pelayanan pengembangan tersebut di atas.39
Defenisi di atas diperjelas oleh adanya struktur kurikulum 2013
yang membagi mata pelajaran ke dalam dua bentuk, yaitu mata pelajaran
wajib dan pilihan. “Mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta
didik di satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau jenjang
pendidikan, dan mata pelajaran pilihan diikuti oleh peserta didik sesuai
dengan pilihan mereka.”40
Struktur kurikulum dengan bentuk pilihan
semacam ini, tentu saja memberi alternative bagi siswa untuk dapat
memilih mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan minatnya.
Panduan Khusus Bimbingan dan Konseling Pelayanan Arah
Peminatan juga menjelaskan bahwa:
Pelayanan Arah Peminatan Stud i Peserta Didik merupakan upaya untuk membantu peserta didik dalam memilih dan menjalani program atau kegiatan studi dan mencapai hasil sesuai dengan kecenderungan hati atau keinginan yang cukup atau bahkan sangat kuat terkait dengan program pendidikan/pembelajaran yang diikuti pada satuan satuan pendidikan dasar dan menengah
(SD/MI, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB dan
SMK/MAK.41
Uraian di atas dapat dipahami bahwa Pelayanan Arah Peminatan
berarti suatu upaya pemberian bantuan terhadap peserta didik dalam
memilih dan menjalani program studi atau kegiatan studi yang ada di
satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan keinginan atau
kecenderungan peserta didik. Maka tampak jelaslah bahwa
sesungguhnya hakikat peminatan dalam implementasi kurikulum 2013
adalah:
Ke menterian Pendidikan dan Kebudayaan, Dokumen Kurikulum 2013, (Http://kang martho.com.Pdf), d iakses pada 20 Desember 2013
41