• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam pembelajaran matematika, pemahaman konsep matematis merupakan hal yang utama demi tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam

18 pembelajaran matematika, konsep yang telah dimiliki siswa akan dipergunakan dalam materi sesudahnya.

Herdian (2010) mengatakan mengenai pemahaman konsep matematis sebagai berikut:

“Kemampuan Pemahaman Matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu, dengan pemahaman siswa lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa unutk mencapai konsep yang diharapkan”.

Haryono (2008) menjelaskan bahwa siswa belajar matematika melalui pengalaman yang difasilitasi guru sehingga siswa memahami matematika, agar mereka mampu meggunakannya untuk memecahkan masalah dan sehingga mereka dapat lebih menjadi percaya diri. Siswa dikatakan telah memahami suatu konsep apabila dia telah mampu mengenali atau mengabstraksikan sifat yang sama tersebut, yang merupakan ciri khas dari konsep yang dipelajari dan telah mampu membuat generalisasi terhadap konsep tersebut. Artinya siswa telah memahami keberadaan konsep tersebut.

Firdaus (dalam Jannah, 2007:17) mengatakan bahwa:“berhitung adalah bagian yang tidak dapat terpisah dari matematika, terutama pada tingkat Sekolah Dasar. Namun, berhitung secara singkat bukanlah hal yang terpenting dalam matematika, yang terpenting adalah pemahaman konsep.” Kita akan mampu mengadakan analisis (penalaran) terhadap permasalahan (soal) untuk kemudian mentrans-formasikan ke dalam model dan bentuk persamaan matematika, barulah kemudian berhitung diperlukan.

19 Pada penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematis adalah mampu :

“1. Menyatakan ulang suatu konsep.

2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai de-ngan konsepnya.

3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. 5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep. 6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.” E. Kerangka Pikir

Penelitian tentang pengaruh pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker terhadap pemahaman konsep matematis terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker (X). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep matematis (Y).

Rendahnya pemahaman konsep matematis siswa merupakan masalah yang sering ditemukan dalam pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih bersifat satu arah dimana guru monoton dalam pembelajaran. Siswa tidak diberi kesempatan dalam mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. Pembelajaran monoton yang dilakukan oleh guru juga menyebabkan siswa merasa bosan dan jenuh. Tidak dipungkiri bahwa perasaan siswa juga mempengaruhi pembelajaran.

Belajar matematika akan lebih bermakna bagi siswa apabila mereka aktif dengan berbagai cara untuk membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian, suatu

20 rumus, konsep atau prinsip dalam matematika, sebaiknya dapat ditemukan oleh siswa dengan bimbingan guru. Pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk menemukan sendiri membuat mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu, khususnya dalam pembelajaran matematika. Dalam pembe-lajaran inkuiri, materi pepembe-lajaran yang dibahas tidak lagi sebagai sesuatu yang harus dihafal oleh siswa, namun harus dipahami, dialami serta di temukan. Dalam hal ini, siswa perlu mengerti apa makna belajar atau manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana untuk mencapainya.

Melalui pembelajaran inkuiri, tujuh kompoen yang terkandung dalam indikator pemahaman konsep tersebut memberikan kontribusi dalam meningkatkan pemahaman konsep tentang KPK dan FPB pada siswa. Siswa aktif bertanya untuk menggali informasi yang belum diketahui, melakukan kerjasama dengan orang lain untuk sharing (bertukar ide atau pendapat), siswa menggunakan model yang membantu siswa dalam memecahkan materi, siswa merenungkan kembali (refleksi) tentang penemuan tersebut yang telah diperoleh. Dengan dilakukan tujuh komponen dalam pembelajaran inkuiri maka pengetahuan baru akan lebih dipahami dan bermakna sehingga lama tersimpan dalam ingatan siswa. Dengan demikian dalam setiap pembelajaran siswa akan lebih aktif. Dengan aktifnya siswa , selama pembelajaran maka kemampuan yang ada pada diri siswa dapat digunakan secara optimal.

Ice breaker merupakan peralihan situasi dari yang membosankan atau

menjenuhkan menjadi situasi yang menyenangkan. Sesuai dengan namanya, ice

21 pembelajaran, suasana perlu disegarakan kembali. Dengan ice breaker, pembelajaran menjadi lebih berarti karena suasana yang menyenangkan akan menjadikan proses pembelajaran lebih bermakna. Pembelajaran yang monoton dapat menyebabkan siswa menjadi bosan dan jenuh, untuk itu ice breaker sangat perlu dilakukan unutuk mengatasi kejenuhan siswa.

Pembelajaran matematika materi KPK dan FPB menggunakan model pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan selingan ice bereaker yaitu pembelajaran aktif dimana siswa melakukan penyelidikan dengan langkah-langkahnya mengidentifikasi masalah, menentukan hipotesis, menguji hipotesis, mengambil data hingga mengambil kesimpulan yang dibimbing oleh guru dan dilengkapi dengan lembar kerja siswa dalam menemukan konsep. Dalam hal ini ice breaker hanya sebagai selingan untuk merubah suasana yang membosankan atau jenuh menjadi menyenangkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diduga bahwa pembelajaran inkuiri dengan

selingan ice breaker adalah peubah bebas dan dapat mempengaruhi pemahaman

konsep matematis sebagai peubah terikatnya F. Anggapan Dasar

Penelitian ini memiliki anggapan dasar yaitu:

Semua siswa kelas IV semester ganjil SD Negeri 1 Pringsewu Selatan tahun pelajaran 2012-2013 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

22 G. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, dirumuskan hipotesis penelitian “pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas IV SD Negeri 1 Pringsewu Selatan”.

21

III. METODE PENELITIAN

Dokumen terkait