Budi Roviatin
ABSTRAK
PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN SELINGAN (ICE BREAKER) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS
(Kasus: Pada Siswa Kelas IV Semester Ganjil SD Negeri 1 Pringsewu Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh
Budi Roviatin
Dalam pembelajaran inkuiri, siswa berusaha menemukan sendiri konsep matematis melalui beberapa langkah sehingga siswa dapat lebih memahami konsep matematis. Dalam pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga mudah dalam menguasai konsep matematis dan konsep tersebut akan tersimpan lama dalam diri siswa.
Budi Roviatin Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 27 siswa yang mengikuti pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker siswa tuntas belajar mencapai 70,4% dengan rata-rata sebesar 75,5. Sedangkan pada pembelajaran konvensional siswa tuntas mencapai 42,3% dengan rata-rata sebesar 66,5 dengan banyak siswa 26. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa rata-rata nilai siswa dengan pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker lebih dari rata-rata siswa dengan pembelajaran konvensional dengan taraf signifikansi 5%. Dengan demikian, pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas IV semester ganjil SD Negeri 1 Pringsewu Selatan tahun pelajaran 2012/2013.
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Inkuiri dengan Selingan (Ice Breaker) terhadap Pemahaman Konsep Matematis (Studi pada Siswa Kelas IV Semester Ganjil SD Negeri 1 Pringsewu Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013)”
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini ti-dak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:
1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lam-pung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, sekaligus pembimbing utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi;
4. Bapak Dr. Budi Koestoro, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus penguji utama atas sumbangan pemikiran dan saran baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik; 5. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku pembimbing pembantu atas
ke-sediaannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi;
6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyele-saikan studi;
7. Bapak Drs. Joko Suwanto selaku Kepala SD Negeri 1 Pringsewu Selatan yang telah memberikan izin penelitian;
8. Ibu Hj. Sriyati, S.Pd selaku guru mitra yang telah banyak memberikan arahan dan masukan selama penelitian;
9. Ibu dan Bapak tersayang yang selalu mendoakan, dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku;
10. R. Hadi Sanyoto, Mas Ari, Mbak Siti, Mbak Santi dan Mbak Tanti yang selalu memberi motivasi, doa dan bantuan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.
11. Rr. Sri Ana Utami yang telah memberi naungan berlindung hingga penulis bisa menyelesaikan studi.
12. Budi Wahyu Prafitrianingsih yang selalu menemani langkah awalku dalam penyusunan skripsi.
13. Keluarga besar tercinta yang selalu memberikan semangat dan doa.
15. Kakak tingkat angkatan 2005, 2006, dan 2007 dan adik tingkat angkatan 2009, 2010, dan 2011.
16. Abi Sungkowo, Umi Sukatmini, Izzah, Sulis dan Ukhti yang telah menjadi keluarga kecilku di Kibang Budi Jaya.
17. Teman-teman PPL MAN Kibang Budi Jaya : Desi, Pipit, Anggi, Ika, Susi, Elda, Tika Iis, Heri dan Tyo atas kebersamaan selama 3 bulan yang luar biasa; 18. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi
ini.
Penulis berharap semoga Allah Yang Maha Kuasa senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung, September 2012 Penulis,
Budi Roviatin
PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN SELINGAN (ICE BREAKER) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Kasus: Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Pringsewu SelatanSemester Ganjil
Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh
BUDI ROVIATIN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa, ku persembahkan
karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:
Ibu dan Bapak tersayang yang telah membesarkan, mendidik, dan selalu
mendoakan serta mencurahkan kasih sayangnya dengan pengorbanan yang tulus
ikhlas demi kebahagiaan dan keberhasilan putrimu.
Mas Ari, Mbak Siti, Mbak Santi , Mbak Tanti serta keluarga besarku yang
selalu memberikan doa dan motivasi demi kelulusanku menjadi seorang sarjana.
Seseorang yang akan menjadi imam dalam hidupku.
Para pendidik yang telah mendidikku.
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Caswita, M.Si.
Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd.
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Budi Koestoro, M.Pd.
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Semarang pada tanggal 11 Oktober 1989, sebagai anak keempat dari empat bersaudara, putri dari pasangan Bapak R. Triadi dan Ibu Sri Budiarti.
Penulis mengenyam pendidikan di TK PGRI Karang Anyar Gunung Semarang
pada tahun 1995, selanjutnya bersekolah di SD Negeri Karang Anyar Gunung 04 Semarang tahun 1996, pada tahun 2002 Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 17 Semarang, pada tahun 2005 melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 9
Semarang dan lulus pada tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan mengambil program studi
Pendidikan Matematika.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Lambu Kibang Kecamatan Kibang Budi Jaya Kabupaten Tulang Bawang Barat dan menjalani
Program Pengalaman Lapang (PPL) di MAN 1 Kibang Budi Jaya. Kegiatan kemahasiswaan yang pernah diikuti diantaranya Eksakta Muda (Eksmud) dan
Motto
Bagaimana bisa disebut pandai, orang yang menukar
syurga dengan hawa nafsu sesaat
( Ibnul Qoyyim )
Insanity is doing the same thing over and over again, and
expecting to have different result
( Albert Einstein)
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 8
1. Belajar dan Pembelajaran... 8
2. Pembelajaran Inkuiri ... 12
3. Ice Breaker ... 16
4. Pemahaman Konsep Matematis ... 17
B. Kerangka Pikir ... 19
C. Anggapan Dasar dan Hipotesis ... 20
1. Anggapan Dasar ... 20
vi III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ... 22
B. Desain Penelitian ... 23
C. Data Penelitian ... 25
D. Teknik Pengumpulan Data ... 25
E. Instrumen Penelitian dan Pengembangan ... 26
1. Validitas ... 27
2. Reliabilitas Tes ... 29
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 29
1. Uji Normalitas ... 29
2. Uji Kesamaan DuaVarians (Homogenitas) ... 30
3. Uji Hipotesis ... 31
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32
1. Data Pemahaman Konsep Matematika Siswa ... 32
2. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematika ... 34
B. Pembahasan ... 36
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 40
B. Saran ... 41
DAFTAR PUSTAKA ... 42
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Posstest Only Control Design ... 25
3.2 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 28
3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 31
3.4 Interprestasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 33
3.5 Hasil Uji Normalitas untuk Distribusi Data Skor Posstest ... 35
3.6 Hasil Uji Homogenitas untuk Distribusi Data Skor Posstest ... 36
4.1 Hasil Posstest Pemahaman Konsep Matematika ... 39
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Budi Roviatin NPM : 0813021022
Program studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengeta-huan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diter-bitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Juli 2012 Yang Menyatakan
PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN SELINGAN ICE
BREAKER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS
(Kasus: Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Pringsewu Selatan Tahun Pelajaran 2012-2013)
(Skripsi)
Oleh
Budi Roviatin
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lembaga pendidikan merupakan salah satu harapan besar yang menjadi andalan
bagi negeri ini agar bisa bangkit dari keterpurukan dengan meningkatkan kualitas
pendidikan. Dengan terselenggaranya pendidikan yang berkualitas akan tercipta
manusia yang cerdas dan terampil yang dapat bersaing secara terbuka di era
global. Pendidikan menuntut adanya pembenahan dan penyempurnaan terhadap
aspek subtansif yang mendukungnya, yaitu kurikulum dan tenaga profesional
yang melaksanakan kurikulum tersebut yaitu guru.
Kurikulum pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan.
Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Selain adanya perubahan kurikulum, juga perlu diterapkan
strategi, model, teknik, pendekatan, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan
konsep yang diajarkan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah siswa dalam
memahami materi. Selain hal-hal tersebut, siswa juga mempunyai peran penting
dalam peningkatan mutu pendidikan, yaitu dengan merubah pola belajar siswa,
misalnya siswa yang semula pasif saat ini harus dituntut lebih aktif dalam
mengikuti pelajaran. Materi pelajaran yang diterima siswa tidak hanya berasal
2
yang diajarkan dari berbagai referensi yang ada seperti buku-buku lain di
perpustakaan, media cetak, maupun media elektronik.
Menurut pasal 1 ayat 20 Sistem Pendidikan Nasional, Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah hubungan timbal balik
antara guru dengan peserta didik dalam rangka melaksanakan suatu proses belajar
mengajar dengan tujuan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan berfikir
peserta didik.
Matematika merupakan pelajaran yang bersifat abstrak. Keabstrakan matematika
menyebabkan pelajaran ini menjadi sulit dipahami bagi peserta didik. Selain itu,
cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih bersifat
satu arah, yaitu guru menjelskan materi pelajaran dan siswa mendengarkan. Hal
ini mengakibatkan siswa hanya sekedar objek sehingga siswa tidak berpartisipasi
aktif dalam pembelajaran.
Matematika yang bersifat abstrak dan cara mengajar guru yang masih bersifat satu
arah pada akhirnya membawa dampak suasana belajar yang tidak menyenangkan,
siswa juga bosan dengan materi yang diberikan guru karena sulit dimengerti oleh
pemahaman siswa. Dampaknya adalah siswa tidak mampu membuat kaitan
antara yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan itu dimanfaatkan, serta
penguasaan materi hanya sesaat dan tidak bertahan lama. Penguasaan materi oleh
siswa dapat dicapai melalui pembelajarn inkuiri. Melalui langkah dalam inkuiri,
3
Pembelajaran inkuiri mendasarkan pada kecenderungan pemikiran bahwa belajar
tidak hanya sekedar menghafal tetapi juga memahami dan mengalami, bukan dari
pemberian guru ataupun orang lain. Menurut Kindsvatter (dalam Suparno, 2007:
68) pembelajaran inkuiri dibedakan menjadi dua macam, yaitu inkuiri terbimbing
dan inkuiri bebas. Inkuiri terbimbing adalah inkuiri yang banyak dicampuri oleh
guru. Guru banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik lewat prosedur
yang lengkap dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri.
Pembelajaran inkuiri bebas, memposisikan guru sebagai teman dalam belajar.
Perbedaan inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas lebih ditandai dengan seberapa
besar campur tangan guru dalam penyelidikan tersebut.
Pembelajaran inkuiri cocok untuk karakteristik siswa yang sebenarnya aktif dalam
pembelajaran tetapi karena guru dominan dalam pembelajaran sehingga siswa
tidak dapat aktif. Pembelajaran inkuiri memiliki karakteristik yaitu: Pertama,
strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai
subjek belajar. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk
mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga
diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Artinya dalam pendekatan
inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai
fasilitator dan motivator belajar siswa. Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi
pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai
bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak
hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat
4
Karakteristik siswa di Sekolah Dasar Negeri 1 Pringsewu Selatan menurut
penuturan dari pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan merupakan siswa yang
pandai, terbukti dari sekolah ini merupakan Rintisan Sekolah Daerah Bertaraf
Internasional, namun sayangnya guru masih dominan dalam pembelajaran.
Pembelajaran yang masih didominasi oleh guru menyebabkan siswa jenuh, untuk
mengatasi kejenuhan siswa, ice breaker sangat membantu dalam proses
pembelajaran.
Hasil observasi dan wawancara di beberapa Sekolah Dasar di Pringsewu serta
berdasarkan pengalaman peneliti selama Kerja Kuliah Nyata, diketahui bahwa
materi pokok bahasan KPK dan FPB merupakan materi yang sulit. Hasil
wawan-cara dengan guru pelajaran matematika di SD Negeri 1 Pringsewu Selatan,
diketahui bahwa pembelajaran hanya sebatas menghafal dari materi yang
diberikan, serta siswa kurang serius dalam mengikuti pembelajaran. Ketika
dila-kukan pengamatan di kelas, siswa tidak aktif dalam pembelajaran sehingga
kegiatan pembelajaran tidak terlaksana dengan baik. Selain siswa kurang aktif,
guru juga masih melakukuan pembelajaran konvensional, yaitu menggunakan
pembelajaran ekspositori.
Ice Breaker berfungsi untuk menyegarkan otak atau memecahkan kejenuhan
siswa dalam memperoleh materi pelajaran. Ice breaker yang dilakukan tidak
perlu lama-lama. Dengan menyisipkan ice brekaer dalam setiap pembelajaran
diharapkan daya tangkap siswa dapat lebih maksimal dan suasana belajar di kelas
5
Alasan rasional menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu melalui
inkuiri terbimbing, siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik
mengenai matematika dan akan lebih tertarik dengan matematika jika mereka
dilibatkan secara aktif. Terkadang dengan pembelajaran yang sering dilakukan,
siswa akan mudah bosan dan jenuh. Untuk menanggulangi kejenuhan siswa,
maka dapat dilakukan selingan ice breaker dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker ini, tugas guru adalah
memfasilitasi siswa dalam proses penemuannya, siswa benar-benar mengalami
dan menemukan sendiri apa yang dipelajari sehingga dapat menciptakan
pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan, inovatif, dan efektif yang
dapat meningkatkan pemahaman konsep. Dengan demikian, pembelajaran inkuiri
dengan selingan ice breaker diduga akan lebih bermakna sehingga membantu
siswa dalam pemahaman konsep matematis.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh
pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker terhadap pemahaman konsep
matematis siswa kelas IV SD Negeri 1 Pringsewu selatan?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran inkuiri
dengan selingan ice breaker terhadap pemahaman konsep matematis pada siswa
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam upaya memperbaiki mutu pembelajaran matematika.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran bagi
khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang matematika.
E. Ruang Lingkup Penelitian
1. Inkuiri dapat diartikan sebagai ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan.
Pembelajaran inkuiri dibedakan menjadi 2 yaitu inkuiri terbimbing dan
inkuiri bebas. Dalam penelitian ini digunakan inkuiri terbimbing. Inkuiri
terbimbing adalah pembelajaran inkuiri dimana guru membimbing siswa
melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada
suatu diskusi. Siswa berdiskusi dengan bantuan LKK yang bertujuan untuk
mengarahkan siswa dalam pembelajaran inkuiri. Pembelajaran inkuiri
terbimbing ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk
membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait
dengan proses-proses berpikir reflektif.
2. Bentuk ice breaker ada bermacam-macam, mulai dari sekedar teka-teki,
cerita-cerita lucu atau humor ringan yang memancing senyum, lagu-lagu atau
nyanyian yang disertai gerakan tubuh, sampai permainan-permainan
7
juga dilakukan dengan melakukan senam otak. Dalam penelitian ini, bentuk
ice breaker yang digunakan yaitu lagu-lagu atau nyanyian yang disertai
gerakan tubuh.
3. Pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker dalam penelitian ini ialah
pembelajaran dimana dilakukan ice breaker pada waktu siswa bosan ketika
melakukan pembelajaran. Hal ini dilakukan karena biasanya dalam
pembelajaran, apalagi pembelajaran matematika, siswa sudah bosan dan
jenuh. Untuk itu ice breaker dilakukan selama kurang lebih 5 menit
kemudian dilanjutkan dengan pembelajaran inkuiri.
4. Pemahaman konsep adalah kemampuan untuk memperoleh makna dari ide
abstrak sehingga dapat digunakan/ memungkinkan seseorang untuk
mengelompokkan atau menggolongkan suatu objek. Indikator kemampuan
pemahaman konsep dalam penelitian ini yaitu menyatakan ulang suatu
konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu,
memberikan contoh dan non contoh suatu konsep, menyatakan konsep dalam
berbagai bentuk representatif matematika, mengembangkan syarat perlu dan
syarat cukup suatu konsep, menggunakan/memanfaatkan/ memilih prosedur
tertentu atau algoritma ke dalam pemecahan masalah.
5. Pemahaman konsep matematis dalam penelitian ini adalah pemahaman
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan kegiatan yang memiliki proses dan merupakan unsur yang
sangat penting dan fundamental dalam setiap penyelanggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Hal ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik di
sekolah ataupun di lingkungan rumah. Maka, pemahaman yang benar mengenai
arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan
oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan
persepsi yang dimiliki siswa terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan
dengannya akan berakibat kurangnya hasil pembelajaran yang dicapai oleh siswa.
Menurut Arsyad (2007:1), “belajar adalah suatu proses yang kompleks yang
terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena
adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya”. Jadi belajar bisa
dilakukan dimana saja dan kapan saja tanpa harus secara formal dilingkungan
sekolah. Sedangkan belajar menurut Gagne (dalam Dahar, 1989:11), “belajar
dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Jadi belajar menyangkut perubahan
9
Untuk mengukur belajar, kita amati perilaku makhluk hidup sebelum dan sesudah
diberi suatu perlakuan atau pengalaman tertentu. Jika ada perubahan perilaku,
berarti makhluk hidup tersebut itu telah belajar.
Menurut Hilgard dan Bower (dalam Purwanto, 1994:84), bahwa: “Belajar
berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi
itu”. Perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan
respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang
(misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya). Pengalaman yang dialami
secara terus menerus secara otomatis manusia akan mempelajarinya sehingga
perubahan terjadi pada diri seseorang tersebut, dan perubahan itu tidak dapat
dijelaskan secara pasti bisa jadi pengalaman yang sama atau hampir sama dialami
oleh beberapa orang tetapi perubahan tingkah laku yang terjadi menjadi berbeda
pada masing-masing orang.
Uno (2008: 17) berpendapat bahwa “belajar adalah proses perubahan tingkah
laku seseorang setelah memperoleh informasi yang disengaja.” Informasi tersebut
berasal dari lingkungan seseorang. Jadi, dalam pandangan Uno, penerimaan
informasi yang disengaja akan berakibat pada perubahan tingkah laku baik itu
menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
Konsep yang telah dimiliki siswa adalah modal awal untuk memahami materi
selanjutnya. Belajar akan lebih bermakna bagi siswa jika siswa mengalami apa
10
apa yang menjadi temuannya tersebut. Keberhasilan pembelajaran sangat
dipengaruhi oleh aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
Dari beberapa definisi tersebut, dapat dikemukakan beberapa ciri atas pengertian
belajar, yaitu: (1) belajar merupakan suatu proses perubahan dalam tingkah laku,
dimana perubahan itu mengarah ke tingkah laku yang lebih baik; (2) belajar
merupakan proses perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam
arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan
tidak dianggap sebagai hasil belajar; (3) belajar adalah proses perubahan tingkah
laku yang menyangkut aspek-aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti:
perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Menurut UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
dalam pasal 1 yang dimaksud dengan “Pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dalam pasal yang sama juga dijelaskan bahwa “Peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu” dan
“Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan
lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan”.
Pembelajaran merupakan interaksi sistematis antara peserta didik dengan pendidik
11
Kegiatan pembelajaran memberdayakan semua potensi peserta didik untuk
menguasai kompetensi yang diharapkan. Dengan demikian kegiatan pembelajaran
perlu berpusat pada peserta didik dengan menciptakan kondisi yang
menyenangkan dan menantang untuk mengembangkan kreativitas mereka, dan
menyediakan pengalaman belajar yang beragam. Pembelajaran juga bermuatan
nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika. ( Nurhadi, 2004:30)
Pembelajaran ialah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik dengan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik
untuk mngembangkan kreativitas dan pengalaman belajar yang beragam.
Menurut Isjoni (2009: 11) “Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh
siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya
pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.” Proses
pembelajaran memiliki isi yang berupa bahan ajar atau materi belajar yang
bersumber pada kurikulum dalam suatu program pendidikan, didalamnya terdapat
langkah-langkah atau tahapan yang harus dilalui pendidik dan peserta didik untuk
mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menempatkan guru sebagai
fasilitator sekaligus pembimbing, yakni guru yang dapat menghantarkan
pembelajaran yang lebih membangun pola berpikir kritis siswa. Dalam mengajar,
guru harus kreatif untuk memilih model pembelajaran yang sesuai agar tercipta
suasana kelas yang hidup. Pembelajaran yang dilakukan tersebut harus mampu
memberikan atau menambah informasi atau pengetahuan baru bagi siswa yang
12
pembelajaran yang menyenangkan, menggairahkan dan mampu memberikan
motivasi bagi siswa dalam belajar.
Pembelajaran berlangsung efektif membutuhkan perencanaan dan persiapan yang
matang. Manakala semua kebutuhan yang menjadi penunjang proses
pem-belajaran sudah dipersiapkan dengan mempertimbangkan karakter siswa dan
materi yang akan disampaikan bukan tidak mungkin hasil belajar yang diperoleh
akan maksimal. Dengan demikian cita-cita pembelajaran akan mudah untuk
dicapai dan tidak hanya menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran.
Dari definisi pembelajaran di atas dapat diketahui bahwa kegiatan belajar
mengajar melibatkan beberapa komponen. Gino, dkk (1996: 30) mengemukakan
bahwa kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen yaitu: siswa;
guru; tujuan pembelajaran; isi pelajaran; metode; media serta evaluasi. Dalam hal
ini, siswa berperan penting dalam pembelajaran karena pembelajaran dirancang
untuk siswa dengan guru sebagai fasilitator.
B. Pembelajaran Inkuiri
Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan
sendiri pengetahuannya dengan bantuan indera penglihatan, pendengaran,
pengecap dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia
berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang
dimiliki siswa akan bermakna manakala didasari oleh keingintahuan itu. Didasari
13
Menurut Gulo (2002: 84) dalam bukunya yang berjudul strategi belajar mengajar
menyebutkan bahwa: “Pengertian inkuiri yang dalam bahasa inggris, berarti
pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan.” Pembelajaran inkuiri berarti suatu
rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis,
sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya
diri. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar adalah
kegiatan mental intelektual dan sosial emosional, sehingga kegiatan dapat terarah
secara logis dan sistematis
Mulyasa (2003) berpendapat bahwa “pembelajaran inkuiri adalah model
pembelajaran yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang
telah ditetapkan selama belajar. Inkuiri menempatkan peserta didik sebagai
subyek belajar yang aktif.” Kendati siswa sebagai sebagi subyek dalam belajar
yang harus berperan aktif, namun peran guru tetap sangat penting sebagai
komponen proses belajar mengajar. Karena guru mempunyai kewajiban untuk
mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada siswa.
Menurut Kindsvatter (dalam Suparno, 2007: 68) pembelajaran inkuiri dibedakan
menjadi dua macam, yaitu inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas. Perbedaan itu
lebih ditandai dengan seberapa besar campur tangan guru dalam penyelidikan
tersebut. Pembelajaran inkuiri bebas, memposisikan guru sebagai teman dalam
belajar. Sedangkan menurut Suparno (2007: 68) “ inkuiri yang terarah adalah
14
memberikan petunjuk baik lewat prosedur yang lengkap dan
pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri.”
Peran guru dalam inkuiri terbimbing dalam memecahkan masalah yang diberikan
kepada siswa yaitu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam proses
penemuan sehingga siswa tidak akan kebingungan, kesimpulan akan lebih cepat
dan mudah diambil. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, membantu siswa agar
menggunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari
sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan
yang tepat oleh guru akan merangsang kreativitas siswa dan membantu mereka
dalam menemukan pengetahuan baru tersebut. Model pembelajaran inkuiri
terbimbing memang memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaanya,
akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang
digunakan. Pengetahuan baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan
secara langsung dalam proses.
Menurut Mulyasa (2003), adapun ciri-ciri pembelajaran dengan menggunakan
inkuiri adalah sebagai berikut:
a. Guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk jadi,
b. Siswa mempunyai keinginan sendiri untuk memecahkan masalah,
c. Masalah dirumuskan seoperasinal mungkin,
d. Perumusan hipotesis untuk mencari data,
e. Siswa menyusun cara-cara pengumpulan data,
f. Siswa mengumpulkan data secara indivudual atau kelompok,
15
Suyitno (2004: 7-8) mengemukakan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing
memiliki kelemahan dan kelebihan. Adapun kelebihan pembelajaran inkuiri
adalah sebagai berikut:
a. Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran
b. Siswa memahami benar bahan pelajaran
c. Menimbulkan rasa puas pada siswa
d. Siswa dapat menstransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.
Selain memiliki kelebihan, inkuiri terbimbing juga memiliki kelemahan, antara
lain:
a. Menyita pekerjaan guru
b. Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan
c. Tidak berlaku untuk semua topik
d. Untuk kelas yang besar sangat merepotkan guru.
Menurut Trianto (2007: 133), Suatu Proses pembelajaran yang baik pada dasarnya
menginginkan peserta didik mampu memahami suatu konsep melalui
penemuannya sendiri dengan melakukan suatu percobaan , untuk mencapai hal
tersebut yaitu dengan menggunakan inkuiri. Pembelajaram berdasarkan inkuiri
dibentuk atas dasar discovery, sebab seorang siswa harus menggunakan
kemampuan discovery dan kemampuan lainnya.
Sholeh (1998:39) mengatakan bahwa, “Saat ini siswa masih mengalami kesulitan
dalam pembelajaran matematika, siswa tidak bisa menangkap konsep dengan
benar, tidak mengerti arti lambang-lambang, tidak memahami asal-usul suatu
16
mencapai tujuan pembelajaran matematika secara tuntas, maka model
pembelajaran inkuiri baik untuk pemahaman konsep matematika siswa”.
Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri, dapat melatih siswa untuk
menemukan konsep dan menyelesaikan sendiri berbagai konsep. Karena
pemahaman konsep matematika dengan cara menemukan sendiri, penguasaan
terhadap materi yang ditemukan akan selalu melekat di ingatan siswa dan itu jauh
lebih baik dari pada pemahaman terhadap konsep yang diajarkan dengan
pemberitahuan. Dengan menemukan sendiri maka hasil yang diperoleh akan setia
dan tahan lama dalam ingatan, tidak mudah dilupakan.
Hasil penelitian Schlenker (dalam Trianto, 2007:136), menunjukkan bahwa
latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis, produktif
dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil, dalam memperoleh dan
menganalisis informasi.
C. Ice Breaker
Saat guru mengajar di ruang kelas sebagian besar waktunya dihabiskan untuk
menyampaikan materi pelajaran tanpa memperhatikan bagaimana kondisi dan
kemampuan daya tangkap atau memori para siswanya. Kebanyakan guru
menganggap hal itu sebagai salah satu bentuk pemanfaatan waktu yang tepat. Hal
ini bisa kita pahami karena guru mempunyai target kurikulum yang harus selesai
disampaikan kepada siswa dalam kurun waktu yang relatif singkat. Jarang sekali
17
sedang disampaikan. Padahal melakukan ice breaker ditengah penyampaian
materi pelajaran amatlah penting.
Menurut Soenarno (2005: 1), ice breaker adalah sebuah cara untuk membuat
peserta pelatihan, seminar, pertemuan meeting menjadi terkonsentrasi. Jika
peserta terkonsentrasi ke pembicara, maka diharapkan peserta akan bisa aware
terhadap materi yang disampaikan pembicara atau trainer. Dengan demikian
peserta akan lebih mudah memahami program secara keseluruhan. Ice breaker
juga merupakan peralihan situasi dari yang membosankan, membuat ngantuk,
menjenuhkan, dan tegang menjadi rileks, bersemangat, tidak membuat
mengantuk, serta ada perhatian dan ada rasa senang untuk mendengarkan atau
melihat orang lain yang berbicara di depan kelas atau ruangan pertemuan.
Menurut the Encyclopedia of Ice Breaker terbitan University Associates Inc tahun
1976 (dalam Wardhani, 2010) bentuk ice breakers ada bermacam-macam, mulai
dari sekedar teka-teki, cerita-cerita lucu atau humor ringan yang memancing
senyum, lagu-lagu atau nyanyian yang disertai gerakan tubuh (action song),
sampai permainan-permainan berkelompok yang cukup menguras tenaga atau
bahkan fikiran. Selain itu dapat juga dilakukan dengan melakukan brain gym
(senam otak).
D. Pemahaman Konsep Matematis
Dalam pembelajaran matematika, pemahaman konsep matematis merupakan hal
18
pembelajaran matematika, konsep yang telah dimiliki siswa akan dipergunakan
dalam materi sesudahnya.
Herdian (2010) mengatakan mengenai pemahaman konsep matematis sebagai
berikut:
“Kemampuan Pemahaman Matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu, dengan pemahaman siswa lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa unutk mencapai konsep yang diharapkan”.
Haryono (2008) menjelaskan bahwa siswa belajar matematika melalui
pengalaman yang difasilitasi guru sehingga siswa memahami matematika, agar
mereka mampu meggunakannya untuk memecahkan masalah dan sehingga
mereka dapat lebih menjadi percaya diri. Siswa dikatakan telah memahami suatu
konsep apabila dia telah mampu mengenali atau mengabstraksikan sifat yang
sama tersebut, yang merupakan ciri khas dari konsep yang dipelajari dan telah
mampu membuat generalisasi terhadap konsep tersebut. Artinya siswa telah
memahami keberadaan konsep tersebut.
Firdaus (dalam Jannah, 2007:17) mengatakan bahwa:“berhitung adalah bagian
yang tidak dapat terpisah dari matematika, terutama pada tingkat Sekolah Dasar.
Namun, berhitung secara singkat bukanlah hal yang terpenting dalam matematika,
yang terpenting adalah pemahaman konsep.” Kita akan mampu mengadakan
analisis (penalaran) terhadap permasalahan (soal) untuk kemudian
mentrans-formasikan ke dalam model dan bentuk persamaan matematika, barulah kemudian
19
Pada penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor
506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian diuraikan
bahwa indikator siswa memahami konsep matematis adalah mampu :
“1. Menyatakan ulang suatu konsep.
2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai de-ngan konsepnya.
3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.
4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. 5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep. 6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.”
E. Kerangka Pikir
Penelitian tentang pengaruh pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker
terhadap pemahaman konsep matematis terdiri dari satu variabel bebas dan satu
variabel terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah
pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker (X). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah pemahaman konsep matematis (Y).
Rendahnya pemahaman konsep matematis siswa merupakan masalah yang sering
ditemukan dalam pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena
pembelajaran masih bersifat satu arah dimana guru monoton dalam pembelajaran.
Siswa tidak diberi kesempatan dalam mengembangkan pengetahuan yang
dimiliki. Pembelajaran monoton yang dilakukan oleh guru juga menyebabkan
siswa merasa bosan dan jenuh. Tidak dipungkiri bahwa perasaan siswa juga
mempengaruhi pembelajaran.
Belajar matematika akan lebih bermakna bagi siswa apabila mereka aktif dengan
20
rumus, konsep atau prinsip dalam matematika, sebaiknya dapat ditemukan oleh
siswa dengan bimbingan guru. Pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk
menemukan sendiri membuat mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan
menemukan sesuatu, khususnya dalam pembelajaran matematika. Dalam
pembe-lajaran inkuiri, materi pepembe-lajaran yang dibahas tidak lagi sebagai sesuatu yang
harus dihafal oleh siswa, namun harus dipahami, dialami serta di temukan. Dalam
hal ini, siswa perlu mengerti apa makna belajar atau manfaatnya, dalam status apa
mereka dan bagaimana untuk mencapainya.
Melalui pembelajaran inkuiri, tujuh kompoen yang terkandung dalam indikator
pemahaman konsep tersebut memberikan kontribusi dalam meningkatkan
pemahaman konsep tentang KPK dan FPB pada siswa. Siswa aktif bertanya
untuk menggali informasi yang belum diketahui, melakukan kerjasama dengan
orang lain untuk sharing (bertukar ide atau pendapat), siswa menggunakan model
yang membantu siswa dalam memecahkan materi, siswa merenungkan kembali
(refleksi) tentang penemuan tersebut yang telah diperoleh. Dengan dilakukan
tujuh komponen dalam pembelajaran inkuiri maka pengetahuan baru akan lebih
dipahami dan bermakna sehingga lama tersimpan dalam ingatan siswa. Dengan
demikian dalam setiap pembelajaran siswa akan lebih aktif. Dengan aktifnya
siswa , selama pembelajaran maka kemampuan yang ada pada diri siswa dapat
digunakan secara optimal.
Ice breaker merupakan peralihan situasi dari yang membosankan atau
menjenuhkan menjadi situasi yang menyenangkan. Sesuai dengan namanya, ice
21
pembelajaran, suasana perlu disegarakan kembali. Dengan ice breaker,
pembelajaran menjadi lebih berarti karena suasana yang menyenangkan akan
menjadikan proses pembelajaran lebih bermakna. Pembelajaran yang monoton
dapat menyebabkan siswa menjadi bosan dan jenuh, untuk itu ice breaker sangat
perlu dilakukan unutuk mengatasi kejenuhan siswa.
Pembelajaran matematika materi KPK dan FPB menggunakan model
pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan selingan ice bereaker yaitu
pembelajaran aktif dimana siswa melakukan penyelidikan dengan
langkah-langkahnya mengidentifikasi masalah, menentukan hipotesis, menguji hipotesis,
mengambil data hingga mengambil kesimpulan yang dibimbing oleh guru dan
dilengkapi dengan lembar kerja siswa dalam menemukan konsep. Dalam hal ini
ice breaker hanya sebagai selingan untuk merubah suasana yang membosankan
atau jenuh menjadi menyenangkan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diduga bahwa pembelajaran inkuiri dengan
selingan ice breaker adalah peubah bebas dan dapat mempengaruhi pemahaman
konsep matematis sebagai peubah terikatnya
F. Anggapan Dasar
Penelitian ini memiliki anggapan dasar yaitu:
Semua siswa kelas IV semester ganjil SD Negeri 1 Pringsewu Selatan tahun
pelajaran 2012-2013 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum
22
G. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pikir di atas, dirumuskan hipotesis penelitian
“pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker berpengaruh terhadap
21
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Pringsewu Selatan yang terletak di Jl.
Jendral Sudirman Pringsewu Selatan Kabupaten Pringsewu pada tanggal 9 Juli
sampai dengan 1 Agustus 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas
IV semester ganjil SD Negeri 1 Pringsewu Selatan tahun pelajaran 2012-2013
yang terdistribusi dalam tiga kelas (IV A-IV C) dengan jumlah siswa sebanyak 79
siswa. Dengan distribusi kelas sebagai berikut :
Tabel 3.1 Distribusi Peserta Didik dan Rata-rata Nilai Ujian Semester Genap kelas IV SD Negeri 1 Pringsewu Selatan
NO. Kelas Banyaknya
Peserta didik Nilai Ujian Rata-rata Semester
1 IV A 27 59,19
2 IV B 26 59,05
3 IV C 26 59,13
Jumlah populasi 79
Pengambilan sampel dalam penelitian ini akan menggunakan cluster random
sampling yaitu populasi dibagi menjadi beberapa kelompok atau cluster.
22
dipilih 2 kelompok sesuai dengan distribusi peserta didik pada tabel 3.1 secara
random yaitu dengan cara melakukan pengundian.
Kelas yang diperoleh dari hasil pengacakan akan dikategorikan menjadi kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen guru menerapkan model
pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker dan pada kelas kontrol guru
menerapkan pembelajaran konvensional.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Desain yang digunakan
adalah posttest control design. Pada penelitian ini, diberikan perlakuan kepada
kelompok eksperimen dan kemudian membandingkan hasilnya dengan kelompok
kontrol. Posttest control design menurut Furchan (2007: 368) adalah sebagai
berikut:
Table 3.2 Desain penelitian
Kelompok Perlakuan Posttest
A X Y2
B - Y2
Keterangan :
A : kelompok eksperimen
B : kelompok kontrol
X : pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker
Y : pemahaman konsep matematis siswa
Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Observasi sekolah, melihat kondisi lapangan seperti jumlah kelas yang ada,
23
2. Merencanaan penelitian
a. Menentukan sampel penenlitian dengan menggunakan random sampling.
Random sampling di gunakan untuk memilih kelas kontrol, kelas
eksperimen dan kelas uji coba. Kelas uji coba menggunakan kelas V
dengan catatan sebelum waktu uji coba dilakukan, siswa kelas V yang
merupaka kelas uji coba diminta belajar terlebih dahulu agar instrumen uji
coba tepat sasaran.
b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model inkuiri
untuk kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional untuk kelas
kontrol.
c. Menyusun bahan bacaan teks materi dan Lembar Kerja Kelompok (LKK)
yang akan diberikan kepada siswa pada saat diskusi kelompok.
d. Menyiapkan instrumen penelitian dengan terlebih dahulu membuat
kisi-kisi tes pemahaman konsep matematis, kemudian membuat soal esai
beserta penyelesaian dan aturan penskorannya.
3. Mengujicobakan instrumen pada kelas uji coba, yang mana tes instrumen
tersebut akan digunakan sebagai tes akhir
4. Menganalisis data hasil uji coba instrumen tes uji coba pada kelas uji coba
untuk mengetahui validitas dan reliabilitas.
5. Menenukan soal-soal yang memenuhi syarat.
6. Melakukan perbaikan instrumen tes.
7. Melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen. Pada pelaksanaan ini
diterapkan model pembelajaran inkuiri berbantuan LKK dan dengan selingan
24
8. Melaksanakn pembelajaran pada kelas kontrol. Pada pelaksanaan ini
diterapkan model pembelajaran konvensional.
9. Mengadakan postest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
10.Menganalisis/mengolah data hasil postest
11.Menyusun dan melaporkan hasil penelitian
C. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif merupakan data kemampuan
pemahaman konsep matematis siswa diperoleh dari nilai hasil posttes.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
dokumentasi dan tes.
1. Dokumentasi
Metode ini digunakan untuk memperoleh data nama-nama peserta didik yang
akan diambil sampel dalam penelitian ini dan daftar nama-nama peserta didik
yang akan menjadi responden dalam uji coba instrumen. Selain itu, metode ini
digunakan untuk mendapatkan nilai data ujian akhir semester yang nantikan
digunakan untuk mengetahui bahwa setiap kelas memiliki kemampuan awal yang
sama ditinjau dari nilai rata-rata ujian akhir semester..
2. Tes
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang
25
dan kelas kontrol. Tes yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pemahaman
konsep matematis siswa.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pemahaman konsep
matematis.
Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematika Siswa
Instrumen tes pemahaman konsep disusun berdasarkan indikator pemahaman
konsep matematika antara lain disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Tes dari Indikator Pemahaman Konsep
No Indikator Keterangan Skor
1. Menyatakan ulang
suatu konsep a.b. Tidak menjawab Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah 0 1 c. Menyatakan ulang suatu konsep dengan benar 2 2. Mengklasifikasi objek
menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya
a. Tidak menjawab 0
b. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu
tetapi tidak sesuai dengan konsepnya 1 c. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu
sesuai dengan konsepnya 2
3. Memberi contoh dan
non contoh a.b. Tidak menjawab Memberi contoh dan non contoh tetapi salah 0 1 c. Memberi contoh dan non contoh dengan benar 2 4. Menyatakan konsep
dalam berbagai bentuk representasi matematika
a. Tidak menjawab 0
b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi
matematika tetapi salah 1
c. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi
matematika dengan benar 2
5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep
a. Tidak menjawab 0
b. Mengembangkan syarat perlu atau cukup dari
suatu konsep tetapi salah 1
c. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep dengan benar 2 6. Menggunakan,
memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu
a. Tidak menjawab 0
b. Menggunakan, memanfatkan, dan memilih
prosedur tetapi salah 1
c. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih
prosedur dengan benar 2
7. Mengaplikasikan
konsep a.b. Tidak menjawab Mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat 0 1 c. Mengaplikasikan konsep dengan tepat 2
26
Bentuk tes yang di uji cobakan adalah tes esai, yaitu sejenis tes untuk mengukur
hasil belajar peserta didik yang memerlukan jawaban bersifat pembahasan atau
uraian kata-kata. Soal bentuk ini menuntut kemampuan peserta didik untuk dapat
mengorganisir, menginterprestasikan dan menghubungkan pengertian-pengertian
yang telah dimiliki, dengan kata lain tes esai menuntut peserta didik untuk dapat
mengingat kembali dan terutama harus mempunyai daya kreatifitas yang tinggi.
Setelah perangkat tes tersusun, diujicobakan pada kelas uji coba penelitian, yaitu
kelas V.A. Setelah uji coba dilakukan, langkah selanjutnya adalah menganalisis
hasil uji coba instrumen untuk diteliti kualitasnya. Adapun hal-hal yang dianalisis
dari uji coba intstrumen adalah sebagai berikut:
a. Validitas Instrumen
Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi
dari tes pemahaman konsep matematis ini dapat diketahui dengan cara
mem-bandingkan isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematika dengan
indikator pembelajaran yang telah ditentukan.
Instrumen tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu
kemudian dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas IV.
Dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika kelas IV SD Negeri 1
Pringsewu Selatan mengetahui dengan benar kurikulum SD maka validitas
instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika.
Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang diukur dan
kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa
27
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan dan ketetapan hasil
(Arikunto, 2006: 178). Suatu instrumen dikatakan mempunyai taraf kepercayaan
yang tinggi jika instrumen tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Rumus
yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal bentuk esai menurut Arikunto
(2006: 196) adalah rumus Alpha, yaitu:
r
: koefisien reliabilitas instrumen (tes)k : banyaknya butir pertanyaan atau soal
2b
: jumlah varians dari tiap-tiap butir tes
2
t
: varians total
Dengan rumus varians dapat dicari yaitu:
= ∑ (∑ )
Keterangan:
X : skor pada belah awal dikurangi skor pada belah akhir N : jumlah peserta tes (Arikunto, 2006: 196)
Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kritis r product moment pada
tabel, jika > maka item tes yang diujicobakan reliabel.
Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus alpha terhadap hasil
uji coba tes diperoleh = 0,6697 , sedangkan untuk n = 40 diperoleh nilai
28
F. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda maka dilaksanakan tes akhir
berupa tes pemahaman konsep. Dari hasil tes akhir ini akan diperoleh data yang
digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitiaan.
Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis siswa
Sebelum melakukan pengujian hipotesis maka perlu dilakukan uji prasyarat, yaitu
uji normalitas dan uji kesamaan dua variansi.
a. Uji Normalitas
Semua data yang digunakan untuk pengujian hipotesis perlu dilakukan uji
normalitas. Uji ini berfungsi untuk mengetahui apakah data-data tersebut
berdistribusi normal atau tidak. Hal ini dilakukan untuk menentukan metode
statistik yang digunakan. Jika data berdistribusi normal, maka dapat digunakan
metode parametrik, sedangkan jika data tidak berdistribusi normal maka
digunakan metode non parametrik. Uji normalitas yang digunakan uji Chi
Kuadat.
Hipotesis yang digunakan untuk uji normalitas :
: data berdistribusi normal
: data tidak berdistribusi normal
Kriteria pengujian jika ≤ dengan derajat kebebasan dk = k -3 dan
29
Hasil analisis data uji normalitas, untuk kelas eksperimen dan kontrol diperoleh
= 7,23 dan = 3,07. Dengan derajat kebebasan dk = k - 3 dan taraf
signifikan 5% diperoleh = 7,81. Karena ≤ maka data
pemahaman konsep matematis kelas eksperimen maupun kelas kontrol
berdistribusi normal.
b. Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas)
Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian
berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk
menentukan statistik t yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji
homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai
varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah
sebagai berikut:
∶ = , artinya kedua kelompok sampel mempunyai varians sama
∶ ≠ ,artinya kedua kelompok sampel mempunyai varians tidak sama
Dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 dan taraf signifikan = 5% maka kriteria
pengujian adalah jika < ( )( ) berarti diterima dan dalam hal
lainnya ditolak. (Sudjana, 2005:263)
Hasil perhitungan uji kesamaan dua varians diperoleh = 0,036 dan
= 3,84 dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 dan taraf signifikan = 5% .
Karena ( ) < ( )( ) maka terima hal ini berarti kedua kelompok
30
c. Uji Hipotesis
Setelah melakukan uji normalitas dan uji kesamaan dua varians, dapat diketahui
bahwa kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka langkah selanjutnya
dilakukan uji satu pihak (pihak kanan) dengan menggunakan uji parametrik atau
uji t.
Setelah dilakukan perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji t, diperoleh
= 1,88, sedangkan dengan = 27 dan = 26 diperoleh nilai =
1,68. Karena > maka tolak . Dapat disimpulkan bahwa
pemahaman konsep matematis kelas pembelajaran inkuiri dengan selingan ice
breaker lebih baik dari pada pemahaman konsep matematis kelas pembelajaran
42
V. SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan
Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri
dengan selingan ice breaker siswa SD Negeri 1 Pringsewu Selatan tahun pelajaran
2012 – 2013 materi KPK dan FPB berpengaruh terhadap pemahaman konsep
matematis. Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai rata-rata kemampuan
pema-haman konsep matematis yang menggunakan pembelajaran inkuiri dengan
selingan ice breaker lebih tinggi dari pada yang menggunakan pembelajaran
konvensional.
B.Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan agar mendapatkan hasil yang lebih
optimal disarankan hal-hal berikut ini.
1. Pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker dapat diterapkan dalam
pembelajaran matematika untuk membantu siswa dalam memahami konsep
matematis. Pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker sebaiknya
dilaksanakan dengan perencanaan yang matang, pengelolaan kelas yang baik,
43
2. Pembaca yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan mengenai penerapan
pembelajaran inkuiri dengan selngan ice breaker hendaknya dalam
pelaksanaan pembelajaran memperhatikan pembagian waktu dan pengelolaan
kelas sebaik mungkin agar proses pembelajaran sesuai dengan yang
diharapkan. Selain itu, diharapkan untuk menambahkan referensi tentang
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.
Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Dahar, Ratna Wilis.1989. Teori - Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.
Depdiknas. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika. Jakarta.
_________. 2004. Peraturan tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP
No. 506/C/Kep?PP/2004 Tanggal 11 November 2004. Ditjen Dikdasmen
Depdiknas. Jakarta
Djamarah, dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional Surabaya
Gino, dkk. 1996. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia UNS.
Gulo, W. 2008. Strategi Belajar-Mengajar. Grasindo. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Haryono, Ari Dwi. 2008. Prinsip Mengajar Matematika. http://aflah.wordpress.com. /diakses tanggal 6 Juni 2011
Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika.
http://herdy07.wordpress.com/diakses tanggal 6 Juni 2011
Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.