• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. DATA, ANALISIS, dan RANGKUMAN

B. Analisis Data

1. Pemahaman Partisipan Tentang Konsep Panas

Soal nomor 1, 2, dan 3 adalah soal-soal yang memiliki persentase jumlah bobot skor tinggi. Atau dengan kata lain, pemahaman partisipan terhadap ketiga soal tersebut tinggi. Ketiga soal tersebut berhubungan dengan konsep panas. Soal nomor 1 memiliki persentase jumlah bobot skor 92 %, soal nomor 2 memiliki persentase jumlah bobot skor 92 %, dan soal nomor 3 memiliki persentase jumlah bobot skor 77 %.

Berdasarkan persentase jumlah bobot skor pada soal nomor 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar partisipan dapat menjelaskan apa yang akan terjadi pada besi dan air jika besi panas dimasukkan ke dalam air dingin. Keenam partisipan yang diwawancarai dapat mengerjakan soal ini. Namun, setelah dilakukan wawancara terhadap soal ini, ternyata ditemukan adanya miskonsepsi yang berhubungan dengan

konsep panas. Indikator bahwa keenam partisipan mengalami miskonsepsi terhadap konsep panas dapat dilihat dari hasil wawancara berikut ini :

(Lampiran 7 , halaman 117 , pada partisipan nomor urut 10)

P : Ini Puji ya? Kita mulai dari nomor 1 ya. S : Iya.

P : Jika besi panas dimasukkan ke dalam air dingin apa yang akan terjadi dengan temperatur besi dan air ?

S : Temperatur besi menurun. Temperatur air meningkat. P : Mengapa bisa demikian ?

S : Kan ada perpindahan panas atau kalor. P : Berpindahnya dari mana ke mana ? S : Dari besi ke air.

P : Berpindahnya dengan cara apa? S : Konveksi.

P : Yakin ? Konveksi itu apa ?

S : Kalau gak salah perpindahan kalor tanpa diikuti perpindahan suatu zat. Eh, bukan. Kayaknya konduksi. Konduksi apa konveksi sich, mbak ?

P : Kalau menurutmu ?

S : Lupa, ya antara konveksi dan konduksi. Kalau radiasi itu kan gak mungkin. P : Memangnya kenapa ?

S : Hmm, kalau radiasi kalau gak salah pancaran cahaya matahari ke bumi. P : Tadi kamu mengatakan panas. Nah menurutmu panas itu apa ?

S : Panas itu energi yang dimiliki benda. P : Kalau kalor itu apa?

S : Sama dengan panas.

P : O, jadi menurutmu kalor itu sama dengan panas. S : Ya.

P : Nah, kalau besi panasnya sudah dimasukin ke dalam air dingin lama- lama apa yang akan terjadi?

S : Suhunya akan sama.

Dari hasil wawancara partisipan berpendapat bahwa panas dan kalor sama., tetapi sebenarnya berbeda. Menurutnya, panas adalah energi yang dimiliki benda. Selain itu partisipan berpendapat bahwa perpindahan panas dari besi panas ke air yang dingin terjadi dengan cara konveksi.

Sedangkan hasil wawancara dengan partisipan yang lain adalah sebagai berikut :

(Lampiran 7, halaman 113, pada partisipan nomor urut 9)

P : Sekarang nomor 1 ya. Jika besi panas dimasukkan ke dalam air dingin apa yang akan terjadi dengan temperatur besi dan air ?

S : Eee.. besi panas dimasukkan ke dalam air dingin mungkin air dingin itu akan jadi panas atau suhunya meningkat karena panas yang dilepas oleh besi.

Lama– lama suhu besi dan air akan sepadan.

P : Maksudnya sepadan apa?

S : Suhunya itu akan sama. Suhu besi dan air akan setimbang. P : Menurutmu keadaan setimbang itu apa ?

S : Kedua suhunya pada akhirnya akan sama. P : Besi melepas panas ke air denga cara apa? S : Kayaknya konduksi deh.

P : Mengapa konduksi ?

S : Pokoknya konduksi deh. Saya lupa, tapi yang jelas bukan konveksi atau radiasi.

P : O iya, tadi kamu mengatakan panas. Panas itu apa sich? S : Panas itu ya kalor.

P : Jadi panas sama dengan kalor ? S : Eeee.. iya.

P : Kalau gitu kalor artinya apa ?

S : Kalor adalah energi yang terkandung dalam benda .

Dari hasil wawancara dengan partisipan nomor urut 9 juga ditemukan pemahaman yang sama dengan partisipan nomor urut 10. Kedua partisipan tersebut berpendapat bahwa kalor adalah energi yang terkandung dalam benda. Selain itu partisipan nomor 9 juga berpendapat bahwa perpindahan panas dari besi panas yang dicelupkan ke dalam air dingin terjadi secara konduksi meskipun siswa tersebut tidak dapat memberikan alasan mengapa perpindahan panas terjadi secara konduksi. Partisipan nomor urut 9 juga memahami bahwa suhu akhir besi dan air akan setimbang.

Sedangkan hasil yang sama juga ditunjukkan oleh partisipan nomor urut 2, 6, 14, dan 15. Keempat partisipan tersebut memiliki pemahaman yang sama dengan partisipan nomor urut 9 yang memahami bahwa perpindahan panas dari besi panas ke

air yang dingin terjadi secara konduksi dan berpendapat bahwa kalor adalah energi yang terkandung dalam benda.

Pada soal nomor 3, partisipan ditanya arti kata spontan dalam kalimat “Panas tidak pernah mengalir secara spontan dari benda yang dingin ke benda yang panas”.

Menurut partisipan nomor urut 6, kata spontan pada kalimat“Panas tidak pernah mengalir

secara spontan dari benda yang dingin ke benda yang panas” berarti berlangsung sendiri secara alami. Berikut ini cuplikan wawancara dengan partisipan nomor urut 6

(Lampiran 7 halaman 108, pada partisipan nomor urut 6) P : Sekarang saya tanya nomor 3 ya.

S : Ya.

P : Panas tidak pernah mengalir secara spontan dari benda dingin ke benda yang lebih panas. Kamu setuju dengan pernyataan itu nggak ?

S : Ya.

P : Maksud kata spontan pada pernyataan itu apa ? S : Spontan berarti berlangsung sendiri secara alami. P : Maksudnya secara alami itu apa ?

S : Misalnya es jika dibiarkan lama– lama akan mencair. Itu yang aku maksud

secara alami.

Partisipan nomor urut 6 berpendapat bahwa arti kata spontan dalam kalimat “Panas tidak pernah mengalir secara spontan dari benda yang dingin ke benda yang panas” berarti berlangsung secara alami. Maksud dari kata secara spontan pada kalimat tersebut adalah dengan sendirinya tanpa melakukan masukan kerja dalam bentuk apapun. Selain itu, partisipan tersebut tidak dapat memberikan contoh peristiwa yang mendukung pernyataan“Panas tidak pernah mengalir secara spontan dari benda yang dingin ke benda yang panas” dengan benar. Hal yang sama juga diungkapkan oleh partisipan nomor urut 10, 14, dan 15.

Sedangkan wawancara dengan partisipan lain yang dapat menjelaskan arti kata spontan dalam kalimat“Panas tidak pernah mengalir secara spontan dari benda yang dingin ke benda yang panas” adalah sebagai berikut :

(Lampiran 7, halaman 104, pada partisipan nomor urut 2)

P:Ok. Sekarang nomor 3 ya. Panas tidak pernah mengalir secara spontan dari

benda yang dingin ke benda yang panas. Maksud kata spontan dalam pernyataan itu artinya apa ?

S : Spontan itu berarti tanpa perantara. P : Maksudnya perantara ?

S : Jadi suatu benda dingin untuk menjadi panas harus ada usaha atau kerja. P :Kalau begitu artinya spontan apa ?

S : Spontan itu ya nggak langsung, jadi harus ada usaha atau kerja.

P : Contoh peristiwa yang mendukung pernyataan“Panas tidak pernah mengalir

secara spontan dari benda yang dingin ke benda yang panas” apa ?

S : Kulkas. Kulkas itu kan prinsipnya ngambil kalor dari tempat yang lebih dingin ke tempat yang panas dengan melakukan usaha.

Dari wawancara ini dapat diketahui bahwa partisipan dapat menjelaskan arti kata spontan dalam kalimat“Panas tidak pernah mengalir secara spontan dari benda yang dingin ke benda yang panas”. Menurutnya untuk memindahkan panas dari benda dingin ke benda panas harus ada usaha atau kerja . Partisipan nomor urut 2 juga dapat menjelaskan contoh yang mendukung pernyataan “Panas tidak pernah mengalir secara spontan dari benda yang dingin ke benda yang panas” dengan benar.Hal yang sama juga diungkapkan oleh partisipan nomor urut 9.

Dari hasil tes tertulis, soal nomor 1, 2 dan 3 memiliki bobot skor tinggi. Namun ketika dilakukan wawancara terhadap 6 siswa ditemukan bahwa pemahaman siswa terhadap konsep panas dan kalor masih kurang. Bukti bahwa pemahaman partisipan tentang konsep panas masih sangat kurang antara lain : 1) Partisipan hanya

dapat mengetahui bahwa panas mengalir secara spontan dari benda yang panas ke benda yang lebih dingin, partisipan tidak memahami bahwa kerja dilakukan untuk memindahkan panas dari benda yang dingin ke benda yang lebih panas , 2) partisipan berpendapat bahwa panas dan kalor sama.

2. Pemahaman Partisipan Tetang Siklus Carnot

a. Pemahaman Partisipan Tentang Prinsip Kerja Mesin Panas

Soal nomor 4 dan soal nomor 6 berhubungan dengan konsep mesin panas. Soal nomor 4 memiliki persentase jumlah bobot skor 48 % dan soal nomor 6 memiliki persentase jumlah bobot skor 33 %. Berdasarkan persentase jumlah bobot skor tersebut dapat disimpulkan bahwa pemahaman partisipan tentang mesin panas kurang baik.

Soal nomor 4 berhubungan dengan prinsip kerja mesin panas. Dalam soal tersebut partisipan diminta untuk memilih gambar diagram mesin panas yang benar. Berikut ini gambar mesin panas yang harus dipilih partisipan:

(a) (b) Temperatur tinggi T1 Temperatur rendah T2 mesin Q1 Q2 W Temperatur tinggi T1 Temperatur rendah T2 mesin

Kemudian partisipan diminta untuk menjelaskan prinsip kerja mesin panas. Soal ini digunakan untuk mengukur kemampuan partisipan dalam memahami siklus Carnot dan transfer energi pada mesin panas. Persentase jumlah bobot skor yang diperoleh partisipan adalah 48 %. Dari enam partisipan yang diwawancarai ada empat partisipan yang mengalami kesulitan untuk mengerjakan soal ini. Agar dapat mengerjakan soal ini partisipan harus memahami siklus Carnot dan 3 proses penting pada mesin panas, yaitu proses penyerapan kalor (Q) dari sumber panas, kerja yang dilakukan oleh mesin (W), dan proses pembuangan kalor pada tempat yang bersuhu rendah. Indikator bahwa siswa tidak tidak memiliki pemahaman yang diperlukan untuk menjawab soal ini dengan benar, dapat dilihat dari hasil wawancara berikut :

(Lampiran 7, halaman 114, partisipan nomor urut 9 )

P : Sekarang nomor 4 ya. Manakah gambar mesin panas yang benar ? S : Mesin panas ?

P : Iya.

S : Eeee…… (Siswa diam sejenak ) P : Menurutmu mesin panas itu apa ?

S : Eee.. Apa ya ? Mesin panas itu mungkin mesin yang dapat merubah temperatur. Temperatur tinggi T1 Temperatur rendah T2 Q1 W Q2 mesi n mesin Temperatur tinggi T1 Q1 W (c ) (d )

P : Maksudnya merubah temperatur itu apa ?

S : Eee... mesin yang dapat merubah temperatur dingin menjadi temperatur yang panas.

P : Mengapa bisa merubah temperatur ? S : Kan ada W.

P : W yang mana ?

S : Yang ini (Siswa menunjukkan gambar ).

P : Pada gambar, W itu menunjukkan apa ? S : W itu kalau tidak salah usaha.

P : Lantas kok W (usaha) itu bisa merubah temperatur? S : Wah, bingung mbak. Susah.

P : Kalau begitu menurutmu mana gambar mesin panas yang benar ? S : Hehehehe

P : Kok ketawa. Yang mana dong ?

S : Eee… Kalau tidak salah yang A

P : Bisa menjelaskan prinsip kerjanya ? S : Nggak bisa, mbak.

Dari hasil wawancara dapat dilihat bahwa partisipan dengan nomor urut 9 mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal yang berhubungan dengan prinsip kerja mesin panas. Partisipan nomor urut 9 berpendapat bahwa mesin panas adalah mesin yang dapat merubah temperatur. Ketika partisipan ditanya lebih lanjut apa maksud jawabannya tersebut, partisipan tersebut tidak bisa menjawabnya. Pada saat mengerjakan soal tes partisipan ini juga tidak dapat memilih gambar diagram transfer energi pada mesin panas yang benar dan tidak dapat menjelaskan pinsip kerja mesin panas. Dari sini dapat dilihat bahwa partisipan nomor urut 9 tidak memiliki pemahaman tentang siklus Carnot. Akibatnya partisipan tidak dapat menjelaskan prinsip kerja mesin panas. Hasil wawancara dengan partisipan lain menunjukkan hal yang sama, yaitu:

(Lampiran 7, halaman 129 partisipan nomor urut 15)

P : Sekarang nomor 4. Soal ini berhubungan dengan prinsip kerja mesin panas.Pernah denger mesin panas?

S : Pernah.

P : Tahu nggak, mesin panas itu apa ?

S : Mesin panas itu mesin yang bisa menghasilkan panas. P : Mengapa bisa menghasilkan panas ?

S : Ya karena adanya pemanasan. Contohnya ini aja pemanas air atau hiter. Hiter itu kan bisa panas karena dialiri listrik. Dari energi listrik itu makanya hiter bisa panas.

P : Coba kamu perhatikan gambar– gambar ini. Manakah gambar mesin kalor

yang benar ?

S : (Siswa memperhatikan gambar ) Yang C.

P : Yang C ? S : Iya.

P : Coba jelaskan alasannya mengapa kamu memilih C. S : Bingung mbak.

P : Kok bingung, nggak ingat sama sekali ? S : Nggak.

Partisipan 15 tidak mengetahui gambar diagram transfer energi pada mesin panas. Menurut partisipan, mesin panas adalah mesin yang dapat menghasilkan panas.

Sedangkan hasil wawancara dengan partisipan lain juga menunjukkan hal yang sama, yaitu partisipan dengan nomor urut 6 dan 14. Mereka tidak mengetahui gambar diagram transfer energi pada mesin panas yang benar dan tidak dapat menjelaskan prinsip kerja mesin panas karena mereka tidak memahami konsep siklus carnot dan 3 proses penting pada mesin panas, yaitu proses penyerapan kalor (Q) dari sumber panas, kerja yang dilakukan oleh mesin (W), dan proses pembuangan energi panas pada tempat yang bersuhu rendah.

Sedangkan soal nomor 6 berhubungan dengan perhitungan tentang prinsip kerja mesin panas berdasarkan hukum II termodinamika. Dalam soal tersebut

partisipan diminta untuk menghitung besarnya kerja mesin, panas yang dibuang oleh mesin, dan efisiensi mesin. Soal ini digunkan untuk mengukur partisipan dalam memahami siklus mesin (dimana dalam setiap siklus mesin selalu ada panas yang dibuang), mengukur kemampuan partisipan dalam memahami proses termodinamika yang dapat menghasilkan usaha, dan mengukur kemampuan partisipan dalam memahami bahwa efisiensi mesin-mesin tidak pernah mencapai 100%. Dalam soal tersebut persentase jumlah bobot skor yang diperoleh partisipan adalah 33%. Dari keenam partisipan yang diwawancarai terdapat lima partisian yang tidak bisa menjawab soal ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemahaman partisipan terhadap soal ini masih sangat rendah.

Agar dapat mengerjakan soal ini partisipan harus memiliki pemahaman tentang siklus carnot dan prinsip kerja mesin panas. Selain itu partisipan juga harus memahami efisiensi mesin panas sebagai perbandingan antara kerja yang dilakukan oleh mesin dengan panas yang diserap selama siklus. Indikator bahwa partisipan tidak memiliki pemahaman yang diperlukan untuk menjawab soal ini dengan benar, dapat dilihat dari hasil wawancara berikut ini :

(Lampiran 7, halaman 110, pada partisipan nomor urut 6)

P : Sekarang nomor 6 ya.. Informasi apa saja yang ada di soal ?

S : Suhu reservoir rendah 00C, suhu reservoir tinggi 1000C, panas 1000 Joule.

P : Coba gambarkan mesin panas. Dari nomor 4, mana gambar mesin panas yang benar ?

S : Yang A.

P : Untuk memudahkan memahami soal itu, coba kamu gambarkan mesin panas yang benar.

S : Yang kayak tadi ? P : Iya.

S :(Siswa mulai menggambar).

P : Nah, dari data– data tersebut gimana caranya mencari besarnya kerja mesin ?

S : Kerja itu kalau tidak salah kan W. Jadi W = Q1- Q2

P : Rumus itu diperoleh dari mana ?

S : Nggak tahu. Tapi kalau tidak salah memang kayak gitu

P : Q1 dan Q2itu menyatakan apa ?

S : Q1 itu panas yang diserap mesin. Q2 itu panas yang dikeluarkan mesin.

P : Sekarang pertanyaan yang b. Tahu nggak besarnya panas yang dibuang oleh mesin ?

S : Nggak tahu e mbak.

P : Kalau yang c tahu nggak. Berapa efisiensi mesinnya ? Cara mencarinya gimana ? S : 1 2 1 Q T − =

P : Persamaan itu diperoleh dari mana ? S : Rumusnya memang seperti itu.

P : Sebenarnya efisensi mesin itu berhubungan dengan apa ? S : Nggak tahu.

Ternyata partisipan nomor urut 6 ini tidak dapat mengerjakan soal hitungan yang berhubunggan dengan mesin mesin panas. Partisipan hanya mampu menyebutkan rumus kerja dan efisiensi mesin saja. Hal itu membuktikan bahwa partisipan tidak mengetahui hubungan persamaan tersebut. Partisipan mengetetahui rumus tersebut sebatas hafalan saja.

Sedangkan hasil wawancara yang lainnya adalah sebagai berikut :

(Lampiran 7, halaman 114 pada partisipan nomor urut 9) P : Sekarang nomor 6. Apa saja yang diketahui dalam soal ?

S : Suhu rendah 00C , Suhu rendah 1000C , panas yang diserap 1000 joule.

P : Dari soal tersebut, tahu nggak berapa besarnya kerja mesin ? S : Nggak tahu, mbak.

P : kalu begitu coba kamu gambar lagi mesin panas.

S : (Siswa menggambar mesin panas ) . Kayak gini mbak ?

P : Iya. Terus kerjanya gimana ? S : Eee...

P : Ini W kan ? S : Iya.

P : W itu apa ? S : Energi.

S : Nggak tahu, mbak.

P : Kalau yang b, berapakah panas yang dibuang oleh mesin ? S : Eee.. 10.

P : Dari mana ? S : 1000 dibagi 100. P : Kok bisa begitu ?

S : 1000 itu kan panas yang diserap mesin. Yang 100 itu suhu. Karena panas yang dibuang itu kan ke suhu yang rendah, jadinya 1000 joule dibagi 100

0

C.

P : Kok bisa begitu ? Dasarnya apa ? S : He..he.. bingung, mbak.

P : Kalau efisiensi mesinnya berapa ? S : ( Siswa diam saja )

P : Efisiensi mesin itu apa ? Tahu nggak ? S : Nggak. Kayaknya belum pernah denger deh.

Berdasarkan hasil tes tertulis partisipan nomor urut 9 tidak dapat menjelaskan prinsip kerja mesin panas. Ternyata partisipan ini juga tidak bisa mengerjakan soal hitungan tentang mesin panas. Hal ini membuktikan bahwa pemahaman partisipan nomor urut 9 tentang mesin panas sangat rendah.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh partisipan nomor urut 10, 14, dan 15. Ketiga partisipan tersebut tidak dapat menjelaskan prinsip kerja mesin panas dan tidak dapat mengerjakan soal hitungan tentang mesin panas.

Dari soal nomor 4 dan 6 dapat disimpulkan bahwa pemahaman partisipan dalam memahami mesin panas masih sangat rendah. Bukti bahwa pemahaman partisipan tentang mesin panas sangat rendah adalah 1) partisipan tidak dapat menjelaskan prinsip kerja mesin panas dengan benar. Hal ini dikarenakan partisipan tidak memahami 3 proses penting pada mesin panas, yaitu proses penyerapan kalor (Q) dari sumber panas, kerja yang dilakukan oleh mesin (W), dan proses pembuangan kalor pada tempat yang bersuhu rendah.; 2) Partisipan tidak dapat mengerjakan soal

hitungan tentang mesin panas meskipun partisipan hafal rumus kerja dan efisiensi mesin.

b. Pemahaman Partisipan Tentang Mesin Pendingin

Soal nomor 5 dan soal nomor 7 berhubungan dengan konsep mesin pendingin. Soal nomor 5 memiliki persentase jumlah bobot skor 31 % dan soal nomor 7 memiliki persentase jumlah bobot skor 16 %.

Pada soal nomor 5 partisipan diminta untuk memilih gambar proses transfer energi pada mesin pendingin. Berikut ini adalah gambar mesin pendingin yang harus dipilih oleh partisipan :

Temperatur tinggi T1 Temperatur rendah T2 mesin Temperatur tinggi T1 Temperatur rendah T2 Q1 W Q2 mesin (a) (b) Temperatur tinggi T1 Temperatur rendah T2 mesi n Q1 Q2 W mesin Temperatur tinggi T1 Q1 W (c) (d)

Kemudian partisipan diminta untuk menjelaskan prinsip dasar mesin pendingin. Prinsip dasar mesin pendingin ini merupakan kebalikan mesin panas. Soal ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami transfer energi pada mesin pendingin. Dari enam partisipan yang diwawancarai ada lima partisipan yang mengalami kesulitan untuk mengerjakan soal ini. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemahaman partisipan tentang prinsip kerja mesin pendingin masih kurang

Agar dapat menjawab soal ini dengan benar partisipan harus memahami siklus carnot dan proses penting yang terjadi pada mesin pendingin, yaitu kerja yang dilakukan oleh mesin untuk memindahkan panas dari tempat yang dingin ke tempat yang panas. Indikator bahwa siswa tidak tidak memiliki pemahaman yang diperlukan untuk menjawab soal ini dengan benar, dapat dilihat dari hasil wawancara berikut :

(Lampiran 7, halaman 130, pada partisipan nomor urut 15)

P : Soal nomor 5 ini berhubungan dengan mesin pendingin. Kamu tanhu nggak mesin pendingin itu apa ?

S : Mesin yang bekerja untuk mendinginkan. P : Contohnya apa saja ?

S : Eee.. AC, kulkas.

P : Gambar mesin pendingin yang benar yang mana ? S :( Siswa memperhatikan gambar ) Yang D.

P : Coba kamu jelaskan prinsip dasar mesin pendingin. S :(Siswa terdiam sesaat)

P : Bisa Nggak ? S : Nggak bisa mbak.

Dari hasil wawancara tersebut ditemukan adanya miskonsepsi yang dialami oleh partisipan nomor urut 15. Partisipan tidak dapat menjelaskan prinsip kerja mesin pendingin dan mengerti gambar diagram taranfer energi yang benar pada mesin pendingin. Berdasarkan hasil wawancara tampak sekali kalau partisipan nomor urut 15 tidak memahami siklus Carnot dan prinsip kerja mesin panas. Karena pada

dasarnya prinsip kerja mesin pendingin adalah kebalikan daari prinsip kerja mesin panas. Partisipan nomor urut 15 ini juga tidak mengerti gambar transfer energi pada mesin panas.

Hasil wawancara dengan partisipan lain juga menunjukkan hal yang sama, yaitu :

( Lampiran 7, halaman 104 pada partisipan nomor urut 2)

P : Sekarang nomor 5 ya. Manakah gambar gambar mesin pendingin yang benar ?

S : Aku milihnya D. P : Mengapa ?

S : Prosesnya sama seperti mesin panas kan ? P : Apa iya ?

S : Hmmm...nggak tahu.

P : Menurutmu mesin panas itu apa ?

S : Mesin yang fungsinya untuk memanaskan. P : Contohnya apa ?

S : Seterika.

P : Seterika ? Mesin lho. S : Oh mesin ya. Mesin motor.

P : Kalu menurutmu mesin pendingin itu apa ? S : Mesin yang fungsinya buat mendinginkan. P : Contohnya apa ?

S : Lemari es.

P : Nah dari pengertian dan contohnya saja sudah beda, masa prinsip kerja mesin panas dan mesin pendingin sama?

S : Oh iya ya.

P : Kalau begitu bisa nggak menjelaskan prinsip kerja mesin pendingin ? S : Wah, nggak tahu.

P : Ya sudah tidak apa– apa.

S : Maaf ya mbak.

Sedangkan hasil yang sama ditunjukkan oleh partisipan nomor urut 6, 10, dan 14. Mereka sama sekali tidak mengerti gambar diagram transfer energi yang benar pada mesin pendingin. Akibatnya Para partisipan tidak dapat menjelaskan prinsip kerja mesin pendingin

Sedangkan soal nomor 7 berhubungan dengan perhitungan tentang prinsip kerja mesin pendingin berdasarkan hukum II termodinamika. Dalam soal tersebut

partisipan diminta menghitung besarnya panas yang dilepaskan oleh mesin ke suhu tinggi dan kerja yang dilakukan sistem. Soal ini digunakan untuk mengukur kemampuan partisipan dalam memahami siklus mesin ( dimana dalam setiap siklus mesin selalu ada panas yang dibuang), dan mengukur kemampuan partisipan dalam memahami proses termodinamika yang membutuhkan usaha untuk memindahkan panas. Dalam soal tersebut persentase jumlah bobot skor yang diperoleh partisipan adalah 16 %. Hampir semua partisipan mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal ini dan keenam partisipan yang diwawancarai juga mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal ini. Dengan melihat persentase bobot skor yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pemahaman partisipan terhadap soal ini masih sangat rendah..

Agar dapat menjawab pertanyaan ini dengan benar, partisipan harus memahami prinsip kerja mesin pendingin. Selain itu partisipan harus memahami bahwa koefisien performansi mesin pendingin sebagai perbandingan antara panas yang diambil dari daerah bertemperatur rendah dengan kerja yang dilakukan oleh mesin untuk mengeluarkan panas. Indikator bahwa partisipan tidak tidak memiliki pemahaman yang diperlukan untuk menjawab soal ini dapat dilihat dari hasil wawancara berikut ini :

(Lampiran 7, halaman 132 pada partisipan nomor urut 15) P : Nomor 7 ya. Apa saja yang diketahui dalam soal ?

S : Mesin pendingin mempunyai koefisien performansi 0,6. Mesin bekerja pada

suhu reservoir 00C dan 1000C. Mesin menyerap panas 500 joule dari

reservoir rendah.

P : Koefisien performansi itu apa ?

S : Nggak tahu, mbak. Kayaknya belum pernah denger. P : Kalau 00C dan 1000C itu apa ?

P : Yang 500 joule itu apa ? S : Q.

P : Lalu besarnya panas yang dilepas oleh mesin ke suhu tinggi berapa?

Dokumen terkait