• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.3 Efektivitas Program Pelayanan Sosial bagi Perkembangan Biopsikososial Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Spiritual Remaja Tuna Rungu Wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna

5.3.1 Pemahaman Program

5.3.1.1. Sumber pengetahuan mengenai program bimbingan biologi/fisik

Pelayanan sosial mempunyai fungsi sebagai “akses” untuk menciptakan

hubungan bimbingan yang sehat antara berbagai program, sehingga program-program tersebut dapat berfungsi dan dimanfaatkan oleh masyarakat yang membutuhkannya. Pelayanan akses bukanlah semata-mata memberikan informasi, tetapi juga termasuk menghubungkan seseorang dengan sumber-sumber yang diperlukan dengan melaksanakan program-program referral. Fungsi tambahan dari pelayanan sosial ialah menciptakan partisipasi anggota masyarakat untuk mengatasi masalah-masalah sosial. Tujuannya dapat berupa terapi individual dan sosial (untuk memberikan kepercayaan pada diri individu dan masyarakat) dan untuk mengatasi hambatan-hambatan sosial dalam pembagian politik, yaitu untuk mendistribusikan sumber-sumber dan kekuasaan.

Partisipasi mungkin merupakan konsekuensi dari bagaimana program itu diorganisir, dilaksanakan dan disusun. Partisipasi kadang-kadang merupakan alat, kadang-kadang merupakan tujuan. Ada yang memandang bahwa partisipasi dan pelayanan merupakan dua fungsi yang selalu konflik, karenanya harus dipilih salah satu. Karena itu harus dipilih partisipasi sebagai tanggung jawab masyarakat dan pelayanan sebagai tanggung jawab program. Pada umumnya satu program sulit untuk meningkatkan kedua-duanya sekaligus.

Adapun data distribusi responden berdasarkan sumber pengetahuan mengenai program bimbingan biologi/fisik disajikan dalam tabel 5.6 berikut ini:

Tabel 5.6

Distribusi responden berdasarkan sumber pengetahuan mengenai program bimbingan biologi/fisik

1 2

Pegawai/pekerja sosial UPT Keluarga 19 3 86.36 13.64 Total 22 100

Sumber : Data primer, 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.6 dapat diketahui bahwa Pegawai/pekerja sosial UPT merupakan sumber utama responden untuk mendapat informasi tentang program bimbingan fisik/biologi bagi penyandang cacat tuna rungu wicara yakni sebanyak 19 orang (86.36%). Sebanyak 3 orang (13.64%) yang menyatakan mengetahui program bimbingan fisik/biologi penyandang cacat tuna rungu wicara dari keluarganya

Tabel 5.6 menggambarkan bahwa pegawai/pekerja sosial UPT berperan aktif menyampaikan informasi melalui sosialisasi mengenai program bimbingan fisik/biologi bagi penyandang cacat tuna rungu wicara. Sebagian lagi responden mengetahui adanya program pelatihan keterampilan tersebut dari kelurganya remaja tuna rungu wicara sendiri. Meskipun persentasenya cukup sedikit namun kita dapat melihat bahwa beberapa keluarga masih menunjukkan kepedulian yang cukup besar bagi kepentingan remaja tuna rungu wicara.

Kuantifikasi skala likert tentang sumber pengetahuan mengenai program bimbingan biologi/fisik adalah dengan jumlah nilai dari jawaban responden yakni 16, nilai tersebut dibagi dengan jumlah responden yang berjumlah 22 orang. Nilai skala likert tentang sumber pengetahuan mengenai program bimbingan biologi/fisik di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar adalah 0.72 dan termasuk dalam kategori efektif.

Adapun data distribusi responden berdasarkan keikutsertaan sosialisasi bimbingan biologi/fisik disajikan dalam tabel 5.7 berikut ini:

Tabel 5.7

Distribusi responden berdasarkan keikutsertaan sosialisasi bimbingan biologi/fisik

No Keikutsertaan sosialisasi Frekuensi Persentase (%) 1 2 Ya Tidak 20 2 90.90 9.10 Total 22 100

Sumber : Data primer, 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa tingkat keikutsertaan remaja tuna rungu wicara dalam sosialisasi bimbingan fisik sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari data bahwa 20 orang remaja tuna rungu (90.90%) mengikuti sosialisasi bimbingan fisik/biologi yang berada di UPT Tuna rungu wicara . Ini menggambarkan bahwa remaja tuna rungu wicara menganggap bahwa sosialisasi bimbingan fisik merupakan hal yang penting sehingga mereka mengetahui maksud dan tujuan dilaksanakannya bimbingan fisik bagi remaja tuna rungu selama berada di UPT. Sedangkan remaja tuna rungu wicara yang tidak ikut serta dalam bimbingan fisik/biologi sebanyak 2 responden (9.10%). Remaja tuna rungu wicara yang tidak mengikuti bimbingan fisik ini mungkin dikarenakan ketidakhadiran mereka saat proses sosialisasi atau juga dikarenakan anggapan bahwa bimbingan fisik bukanlah suatu hal yang cukup penting bagi diri mereka. Meskipun kategori yang cukup kecil, namun hal ini harus tetap diperhatikan oleh pihak UPT agar pada sosialisasi yang akan diadakan diwaktu mendatang akan diikuti oleh keseluruhan remaja tuna rungu wicara.

Kuantifikasi skala likert tentang keikutsertaan sosialisasi bimbingan biologi/fisik adalah dengan jumlah nilai dari jawaban responden yakni 18, nilai tersebut dibagi dengan jumlah responden yang berjumlah 22 orang. Nilai skala likert tentang keikutsertaan sosialisasi bimbingan biologi/fisik di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar adalah 0.81 dan termasuk dalam kategori efektif.

5.3.1.3 Pemahaman mengenai metode dan tujuan program bimbingan biologi/fisik

Adapun data distribusi responden berdasarkan pemahaman mengenai metode dan tujuan program bimbingan biologi/fisik disajikan dalam tabel 5.8 berikut ini:

Tabel 5.8

Distribusi responden berdasarkan pemahaman mengenai metode dan tujuan program bimbingan biologi/fisik

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 Paham Kurang paham Tidak paham 10 3 9 45.46 13.63 40.91 Total 22 100

Sumber : Data primer, 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.8 dapat kita lihat bahwa perbandingan mengenai remaja tuna rungu wicara yang paham dan tidak paham tidak berbeda signifikan. Hal ini dapat dilihat dari responden yang memahami metode dan tujuan program bimbingan fisik sebanyak 10 orang (45.46%). Sedangkan responden

yang kurang paham mengenai metode dan tujuan program bimbingan fisik sebanyak 3 orang (13.63%) dan yang benar-benar tidak paham sebanyak 9 orang (40.91%).

Bagi responden yang kurang paham/tidak paham terhadap metode dan tujuan program bimbingan fisik dikarenakan latar belakang kemampuan menangkap pesan dari sosialisasi bimbingan fisik yang diberikan kepada remaja tuna rungu wicara. Hal ini dapat dimaklumi dikarenakan tingkat pendidikan akhir remaja tuna rungu wicara mayoritas hanya ditingkat SD atau SMP. Artinya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemberi sosialisasi untuk menyesuaikan penyampaian pesan dengan tingkat kemampuan orang menyerap pesan tersebut sehingga penyampaian metode dan tujuan program dapat dipahami oleh remaja tuna rungu wicara.

Kuantifikasi skala likert tentang pemahaman mengenai metode dan tujuan program bimbingan biologi/fisik adalah dengan jumlah nilai dari jawaban responden yakni 1, nilai tersebut dibagi dengan jumlah responden yang berjumlah 22 orang. Nilai skala likert tentang pemahaman mengenai metode dan tujuan program bimbingan biologi/fisik di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar adalah 0,04 dan termasuk dalam kategori netral.

5.3.1.4 Sumber pengetahuan mengenai program bimbingan psikososial

Adapun data distribusi responden berdasarkan sumber pengetahuan mengenai program bimbingan psikososial disajikan dalam tabel 5.9 berikut ini:

Tabel 5.9

Distribusi responden berdasarkan sumber pengetahuan mengenai program bimbingan psikososial

1 2

Pegawai/pekerja sosial UPT Keluarga 19 3 86.36 13.64 Total 22 100

Sumber : Data primer, 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.9 dapat diketahui bahwa Pegawai/pekerja sosial UPT merupakan sumber utama responden untuk mendapat informasi tentang program bimbingan psikososial bagi penyandang cacat tuna rungu wicara yakni sebanyak 19 orang (86.36%). Sebanyak 3 orang (13.64%) yang menyatakan mengetahui program bimbingan psikososial penyandang cacat tuna rungu wicara dari keluarganya

Tabel 5.9 menggambarkan bahwa pegawai/pekerja sosial UPT berperan aktif menyampaikan informasi melalui sosialisasi mengenai program bimbingan psikososial bagi penyandang cacat tuna rungu wicara. Sebagian lagi responden mengetahui adanya program psikososial tersebut dari kelurganya remaja tuna rungu wicara sendiri. Meskipun persentasenya cukup sedikit namun kita dapat melihat bahwa beberapa keluarga masih menunjukkan kepedulian yang cukup besar bagi kepentingan remaja tuna rungu wicara.

Kuantifikasi skala likert tentang sumber pengetahuan mengenai program bimbingan psikososial adalah dengan jumlah nilai dari jawaban responden yakni 16, nilai tersebut dibagi dengan jumlah responden yang berjumlah 22 orang. Nilai skala likert tentang sumber pengetahuan mengenai program bimbingan psikososial di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar adalah 0,72 dan termasuk dalam kategori efektif.

Adapun data distribusi responden berdasarkan keikutsertaan sosialisasi bimbingan psikososial disajikan dalam tabel 5.10 berikut ini:

Tabel 5.10

Distribusi responden berdasarkan keikutsertaan sosialisasi bimbingan psikososial

No Keikutsertaan sosialisasi Frekuensi Persentase (%) 1 2 Ya Tidak 20 2 90.90 9.10 Total 22

Sumber : Data primer, 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.10 menunjukkan bahwa tingkat keikutsertaan remaja tuna rungu wicara dalam sosialisasi bimbingan psikososial sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari data bahwa 20 orang remaja tuna rungu (90.90%) mengikuti sosialisasi bimbingan psikososial yang bertempat di UPT. Ini menggambarkan bahwa remaja tuna rungu wicara menganggap bahwa sosialisasi bimbingan psikososial merupakan hal yang penting sehingga mereka mengetahui maksud dan tujuan dilaksanakannya bimbingan fisik bagi remaja tuna rungu selama berada di UPT. Sedangkan remaja tuna rungu wicara yang tidak ikut serta dalam bimbingan psikososial sebanyak 2 responden (9.10%). Remaja tuna rungu wicara yang tidak mengikuti bimbingan psikososial ini mungkin dikarenakan ketidakhadiran mereka saat proses sosialisasi atau juga dikarenakan anggapan bahwa bimbingan psikososial bukanlah suatu hal yang cukup penting bagi diri mereka. Meskipun kategori yang cukup kecil, namun hal ini harus tetap diperhatikan oleh pihak UPT agar pada sosialisasi yang akan diadakan diwaktu mendatang akan diikuti oleh keseluruhan remaja tuna rungu wicara.

Nilai skala likert tentang keikutsertaan sosialisasi bimbingan psikososial di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar adalah 0.81 yang termasuk dalam kategori efektif.

5.3.1.6 Pemahaman mengenai metode dan tujuan program bimbingan psikososial

Adapun data distribusi responden berdasarkan pemahaman mengenai metode dan tujuan program bimbingan psikososial disajikan dalam tabel 5.11 berikut ini:

Tabel 5.11

Distribusi responden berdasarkan pemahaman mengenai metode dan tujuan program bimbingan psikososial

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 Paham Kurang paham Tidak paham 10 3 9 45.46 13.63 40.91 Total 22 100

Sumber : Data primer, 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.11 dapat kita lihat bahwa perbandingan mengenai remaja tuna rungu wicara yang paham dan tidak paham tidak berbeda signifikan. Hal ini dapat dilihat dari responden yang memahami metode dan tujuan program bimbingan psikososial sebanyak 10 orang (45.46%). Sedangkan responden yang kurang paham mengenai metode dan tujuan program bimbingan

psikososial sebanyak 3 orang (13.63%) dan yang benar-benar tidak paham sebanyak 9 orang (40.91%).

Bagi responden yang kurang paham/tidak paham terhadap metode dan tujuan program bimbingan psikososial dikarenakan latar belakang kemampuan menangkap pesan dari sosialisasi bimbingan psikososial yang diberikan kepada remaja tuna rungu wicara. Hal ini dapat dimaklumi dikarenakan tingkat pendidikan akhir remaja tuna rungu wicara mayoritas hanya ditingkat SD atau SMP. Artinya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemberi sosialisasi untuk menyesuaikan penyampaian pesan dengan tingkat kemampuan orang menyerap pesan tersebut sehingga penyampaian metode dan tujuan program dapat dipahami oleh remaja tuna rungu wicara.

Nilai skala likert tentang pemahaman mengenai metode dan tujuan program bimbingan psikososial di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar adalah 0.04 yang termasuk dalam kategori netral.

5.3.1.7 Sumber pengetahuan mengenai program bimbing spiritual/keagamaan

Adapun data distribusi responden berdasarkan sumber pengetahuan mengenai program bimbingan spiritual/keagamaan disajikan dalam tabel 5.12 berikut ini:

Tabel 5.12

Distribusi responden berdasarkan sumber pengetahuan mengenai program bimbingan spiritual/keagamaan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2

Pegawai/pekerja sosial UPT Keluarga 19 3 86.36 13.64 Total 22 100

Sumber : Data primer, 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.12 dapat diketahui bahwa Pegawai/pekerja sosial UPT merupakan sumber utama responden untuk mendapat informasi tentang program bimbingan spiritual/keagamaan bagi penyandang cacat tuna rungu wicara yakni sebanyak 19 orang (86.36%). Sebanyak 3 orang (13.64%) yang menyatakan mengetahui program bimbingan spiritual/keagamaan penyandang cacat tuna rungu wicara dari keluarganya.

Tabel 5.12 menggambarkan bahwa pegawai/pekerja sosial UPT berperan aktif menyampaikan informasi melalui sosialisasi mengenai program bimbingan spiritual/keagamaan bagi penyandang cacat tuna rungu wicara. Hal tersebut seharusnya memang terjadi karena yang menjadi sumber informasi mengenai sosialisasi di UPT adalah pegawai/pekerja sosial UPT. Sebagian lagi responden mengetahui adanya program spiritual/keagamaan tersebut dari kelurganya remaja tuna rungu wicara sendiri. Meskipun persentasenya cukup sedikit namun kita dapat melihat bahwa beberapa keluarga masih menunjukkan kepedulian yang cukup besar bagi kepentingan remaja tuna rungu wicara.

Nilai skala likert tentang sumber pengetahuan mengenai program bimbingan spiritual/keagamaan di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar adalah 0.72 yang termasuk dalam kategori efektif.

5.3.1.8 Keikutsertaan sosialisasi bimbingan spiritual/keagamaan

Adapun data distribusi responden berdasarkan keikutsertaan sosialisasi bimbingan spiritual/keagamaan disajikan dalam tabel 5.13 berikut ini:

Distribusi responden berdasarkan keikutsertaan sosialisasi bimbingan spiritual/keagamaan

No Keikutsertaan sosialisasi Frekuensi Persentase (%) 1 2 Ya Tidak 20 2 90.90 9.10 Total 22 100

Sumber : Data primer, 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.13 menunjukkan bahwa tingkat keikutsertaan remaja tuna rungu wicara dalam sosialisasi bimbingan spiritual/keagamaan sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari data bahwa 20 orang remaja tuna rungu (90.90%) mengikuti sosialisasi bimbingan spiritual/keagamaan yang diadakan di UPT Tuna rungu wicara. Ini menggambarkan bahwa remaja tuna rungu wicara menganggap bahwa sosialisasi bimbingan spiritual/keagamaan merupakan hal yang penting sehingga mereka mengetahui maksud dan tujuan dilaksanakannya bimbingan spiritual/keagamaan bagi remaja tuna rungu selama berada di UPT. Sedangkan remaja tuna rungu wicara yang tidak ikut serta dalam bimbingan spiritual/keagamaan sebanyak 2 responden (9.10%). Remaja tuna rungu wicara yang tidak mengikuti bimbingan spiritual/keagamaan ini mungkin dikarenakan ketidakhadiran mereka saat proses sosialisasi atau juga dikarenakan anggapan bahwa bimbingan spiritual/keagamaan bukanlah suatu hal yang cukup penting bagi diri mereka. Meskipun kategori yang cukup kecil, namun hal ini harus tetap diperhatikan oleh pihak UPT agar pada sosialisasi yang akan diadakan diwaktu mendatang akan diikuti oleh keseluruhan remaja tuna rungu wicara.

Berdasarkan data yang disajikan tentang keikutsertaan sosialisasi bimbingan spiritual/keagamaan, maka nilai skala likert adalah 0.81 dan termasuk dalam kategori efektif.

5.3.1.9 Pemahaman mengenai metode dan tujuan program bimbingan spiritual/keagamaan

Adapun data distribusi responden berdasarkan pemahaman mengenai metode dan tujuan program bimbingan spiritual/keagamaan disajikan dalam tabel 5.14 berikut ini:

Tabel 5.14

Distribusi responden berdasarkan pemahaman mengenai metode dan tujuan program bimbingan spiritual/keagamaan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 Paham Kurang paham Tidak paham 10 3 9 45.46 13.63 40.91 Total 22 100

Sumber : Data primer, 2016

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.14 dapat kita lihat bahwa perbandingan mengenai remaja tuna rungu wicara yang paham dan tidak paham tidak berbeda signifikan. Hal ini dapat dilihat dari responden yang memahami metode dan

tujuan program bimbingan spiritual/keagamaan sebanyak 10 orang (45.46%). Sedangkan responden yang kurang paham mengenai metode dan tujuan program bimbingan spiritual/keagamaan sebanyak 3 orang (13.63%) dan yang benar-benar tidak paham sebanyak 9 orang (40.91%).

Bagi responden yang kurang paham/tidak paham terhadap metode dan tujuan program bimbingan spiritual/keagamaan dikarenakan latar belakang kemampuan menangkap pesan dari sosialisasi bimbingan spiritual/keagamaan yang diberikan kepada remaja tuna rungu wicara. Hal ini dapat dimaklumi dikarenakan tingkat pendidikan akhir remaja tuna rungu wicara mayoritas hanya ditingkat SD atau SMP. Artinya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pemberi sosialisasi untuk menyesuaikan penyampaian pesan dengan tingkat kemampuan orang menyerap pesan tersebut sehingga penyampaian metode dan tujuan program dapat dipahami oleh remaja tuna rungu wicara.

Berdasarkan data yang disajikan tentang pemahaman mengenai metode dan tujuan program bimbingan spiritual/keagamaan, maka nilai skala likert adalah 0.04 yang termasuk dalam kategori netral.

Jika diukur efektifitas progam pelayanan sosial bagi perkembangan biospsikososial spiritual remaja tuna rungu wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar sehubungan dengan pemahaman program dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

a. Sumber pengetahuan mengenai program bimbingan biologi/fisik = 0.72 b. Keikutsertaan sosialisasi bimbingan biologi/fisik = 0.81

c. Pemahaman mengenai metode dan tujuan program bimbingan biologi/fisik = 0.04

e. Keikutsertaan sosialisasi bimbingan psikososial = 0.81

f. Pemahaman mengenai metode dan tujuan program bimbingan psikososial = 0.04

g. Sumber pengetahuan mengenai program bimbingan spiritual/keagamaan = 0.72

h. Keikutsertaan sosialisasi bimbingan spiritual/keagamaan = 0.81

i. Pemahaman mengenai metode dan tujuan program bimbingan spiritual/keagamaan = 0.04 Rata-rata = 0.72 + 0.81 + 0.04 + 0.72 + 0.81 + 0.04 + 0.72 + 0.81 + 0.04 9 = 4.71 9 = 0.52

Dengan demikian dilihat dari pemahaman program pelayanan sosial bagi perkembangan biospsikososial spiritual remaja tuna rungu wicara di UPT Pelayanan Sosial Tuna Rungu Wicara dan Lansia Pematang Siantar tergolong dalam kategori yang efektif.

Dokumen terkait