• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemahaman Sempit Terhadap Prinsip Umum Transaksi Efek Sebagai Celah Terjadinya PraktekInsider Trading

Secara umum dapat diasumsikan bahwa ‘orang dalam’ (insider) memiliki peluang untuk berspekulasi terhadap saham yang dimilikinya sebab mereka memiliki informasi materiil dalam kapasitasnya sebagai ‘orang dalam’ (insider) dan oleh karena itu ada kecenderungan untuk memanfaatkan kesempatan memperoleh keuntungan. Dalam sebuah transaksi efek selain berhubungan dengan segala perhitungan yang bersifat matematis sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa keuntungan yang akan diperoleh tentunya juga memperhitungkan pula sistem atau metode yang secara umum menjadi pegangan para pelaku pasar modal. Hingga kini metode yang dipakai dalam sebuah transaksi efek bagi negara-negara yang memiliki institusi pasar modal masih berkiblat pada metode yang diterapkan Amerika Serikat. Hal ini tidak mengherankan karena Amerika Serikat merupakan negara yang telah terlebih dahulu menerapkan sistem pasar modal modern yang diakui secara umum bahkan oleh IOSCO(International Organization of Securities Commisions).75

Seorang yang bertindak sebagai ‘orang dalam’ (insider) dapat merepresentasikan dirinya baik itu sebagai seorang investor atau bahkan sebagai seorang speculator bahkan pula dalam satu waktu menjadi gabungan keduanya. Perbedaan antara investor dan seorang spekulator dalam sebuah transaksi efek 75 Hari Rahmad Armanto, Pencegahan Praktek Insider Trading dalam Pasar Modal Indonesia,IBLAM, Jakarta, 2005, hal. 19-20

tampaknya hanyalah sebuah pemahaman sempit dan batasnya adalah kualitatif. Dalam spekulasi pada sebuah transaksi efek yang dilakukan oleh ‘orang dalam’

(insider)untuk membeli suatu efek dengan tujuan pada saat yang dirasa tepat menjual kembali dimana motif yang akan muncul adalah semata-mata di balik semua itu adalah kesempatan bertransaksi secara “keluar dan masuk” (in-and out transaction). Motif semacam ini dilakukan dengan berpatokan pada indeks harga saham.

Di dalam pasar modal indeks setidaknya memiliki lima fungsi diantaranya :76 1. Sebagai indikator kecenderungan pasar

2. Sebagai indikator tingkat keuntungan

3. Sebagai tolok ukur(benchmark)kinerja suatu portofolio 4. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif 5. Memfasilitasi produk derivatif.

Ada beberapa macam pendekatan atau metode penghitungan yang digunakan utnuk menghitung indeks yaitu :77

1. Menghitung rata-rata (arithmetic mean) harga saham yang masuk dalam anggota indeks

2. Menghitung (geometric mean) dari indeks individual saham yang masuk anggota indeks

76Ibid,hal. 22-23 77Ibid, hal. 32-33

3. Menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar. Umumnya semua indeks harga saham gabungan (composite) menggunakan metode rata-rata tertimbang termasuk di Bursa Efek Indonesia.

Di Bursa Efek Indonesia terdapat empat jenis indeks, antara lain ;78

1. Indeks harga Saham individual, adalah indikator harga suatu saham individual dengan menghitung naik turunnya harga saham individual tersebut dibandingkan dengan harga pada saat tertentu

2. Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sector. Di BEJ indeks sektoral terbagi atas Sembilan sector yaitu :

a. Sektor-sektor primer (ekstratif) : 1) Pertanian

2) Pertambangan

b. Sektor-sektor sekunder (industri manufaktur) : 1) Industri Dasar dan Kimia

2) Aneka Industri

3) Industri Barang Konsumsi c. Sektor-sektor Tersier (jasa) :

1) Properti danReal Estate

2) Transportasi dan Infrastruktur

78Firmansyah Gunadi, Analisa Transaksi Efek Pada Pasar Modal, Tarsito, Bandung, 2011, hal. 52

3) Keuangan

4) Perdagangan, Jasa dan Investasi

3. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan Februari dan Agustus). Sehingga saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu berubah

4. Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG, menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks.

Tindakan spekulasi yang dilakukan dengan menjual dan membeli saham adalah dalam rangka secara tepat mendapatkan keuntungan dari harga yang berfluktuasi. Hal ini tentunya harus dibedakan dengan suatu investasi yang secara murni tidak hanya bertujuan memetik keuntungan tetapi juga memperhitungkan faktor resiko yang sangat dihindari oleh para investor yang telah menanamkan modalnya. Seorang investor adalah pihak yang hanya memperhitungkan deviden (bagian keuntungan perusahaan yang diberikan kepada pemegang saham) serta nilai intrinsik saham dalam jangka panjang.79

Dalam rangka menentukan akibat spekulasi perdagangan yang dilakukan oleh ‘orang dalam’(insider) hendaknya dipahami terlebih dahulu karakteristik dan fungsi pasar modal. Kriteria yang dapat dipakai sebagai pegangan terhadap efisiensi dalam pasar modal adalah kemampuan untuk dapat diuji namun tidak semua produk yang

79Roni Sumantoro, Catatan Hukum Pasar Modal Indonesia, Raja Grafindo Persada, 2008, hal. 38-39

berhubungan dengan faktor ekonomi dan berpengaruh terhadap pasar diarahkan pada cakupan skala yang lebih besar. Yang terjadi, hanya di pasar modal dan pasar komoditi digambarkan sebagai suatu pasar spekulasi. Hal ini tidak mengherankan mengingat dalam kedua jenis pasar tersebut banyak faktor yang berpengaruh di dalamnya sehingga tindakan spekulasi menjadi sesuatu yang dianggap wajar.80

Setidaknya untuk mengujinya diperlukan tiga macam ukuran :81

Pertama, suatu pasar harus dalam keadaan sempurna atau semi sempurna. Dalam pasar sempurna barang-barang yang diperjualbelikan sejenis dan tidak memenuhi standar yang dipersyaratkan, terdapat banyak penjual dan pembeli, terdapat kesempatan terhadap semua pihak untuk keluar maupun masuk sehingga tidak ada kesulitan dan hambatan dan diikuti dengan pengeluaran seminimal mungkin. Terdapat ukuran penentuan harga terhadap semua komoditas produk sehingga penjual maupun pembeli harus memiliki informasi yang tepat terhadap harga yang berlaku termasuk pula persiapan terhadap perhitungan harga yang berbeda setiap saat.

Kedua, biaya peralihan terhadap barang yang diperdagangkan di pasar modal berjangkau dan diperhitungkan prospeknya khususnya bagi para investor sehingga fluktuasi harga pun dapat bergerak secara wajar. Apabila harga yang menjadi penghalang. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa untuk memperoleh keuntungan namun diikuti dengan resiko, spekulator harus memperhitungkan perbedaan antara

80

Ibid,hal. 43-44

81 Tjiptono Darmaji, Seluk Beluk Praktek Pasar Modal di Indonesia, Salemba Empat, Jakarta,, 2008, hal. 21

harga jual dan beli, yang tentunya harus lebih besar dari biaya peralihan. Dalam rangka untuk memperoleh harga yang rendah harus pula memperhitungkan faktor-faktor seperti barang-barang yang diperdagangkan tahan lama, tingkat depresiasi (dengan ketentuan harga perolehan, masa manfaat atau umur ekonomis dan nilai barang), tingkat daluwarsa produk yang ditawarkan. Di samping itu faktor lain yaitu nilai barang yang ditawarkan harus sesuai secara fisik baik itu dalam ukuran dan berat. Sehingga dengan barang yang ditawarkan berkualitas otomatis akan mempengaruhi pernilaian terhadap saham tersebut seperti dotkrin yang berlaku di lantai bursa“the higher yield, the lower is the net carrying cost”.

Ketiga, kondisi untuk mengadakan spekulasi terhadap situasi pasar saat itu mencerminkan tingkat ketidakpastian sehubungan dengan prediksi pada pasar modal di masa mendatang seharusnya tercipta dalam kondisi yang wajar, teratur dan transparan sebagaimana diinginkan oleh segenap para pelaku pasar modal. Para pihak yang terlibat dalam industri pasar modal tentunya juga mempunyai pengharapan yang besar terhadap kondisi pasar modal karena keikutsertaan para pelaku pasar modal ini akan menentukan tumbuh kembangnya, baik buruknya maupun likuid tidaknya perkembangan suatu pasar modal. Mengenai perkiraan terhadap suatu pasar modal di mana setiap pihak dapat memperkirakan dengan pasti nilai suatu saham maka tidak seorangpun yang dapat membuat perkiraan secara spekulatif untuk memperoleh keuntungan. Apabila nilai saham telah diperkirakan secara tepat dan tanpa adanya

fluktuasi yang berarti maka diharapkan di masa medatang tindakan spekulasi tidak akan bertahan lama.82

Permasalahan yang selama ini terjadi adalah mengenai jasa orang dalam

(insider) sebagai pihak yang dianggap penentu khususnya dalam hal aksi spekulasi terhadap nilai saham perlu untuk dievaluasi kembali dalam lingkup tujuan dan fungsi pasar modal. Sebagai contoh, di Amerika Serikat pasar modal terdiri dari dua bagian yaitu organisasi yang berada dalam struktur pasar modal seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Indonesia(organized exchange)dan lembaga luar bursa(over the counter market). Walaupun kedua institusi tersebut memiliki fungsi yang berbeda namun kednya bertujuan memasyarakatkan pasar modal serta membentuk suatu pasar modal yang likuid.83Pasar modal yang likuid dapat didefinisikan sebagai suatu pasar di mana investor dapat mengatur saham-sahamnya yang terdaftar di bursa tanpa adanya penundaan dan tanpa timbulnya kerugian yang diakibatkan minimalnya pembeli potensial. Suatu pasar modal juga dianggap likuid dengan terciptanya transaksi secara tepat, mengingat bagi para investor waktu sangat berharga sehingga dengan singkatnya waktu diharapkan didapatkan gain (keuntungan). Setidaknya ada tiga karakteristik yang melekat pada pasar modal yang menunjukkan pasar likuid :84

a. Tingkat penjualan teratur dan transaksi yang berjalan lancar

b. Perbedaan minimal antara penawaran dan permintaan(bid and over)

82

Tjiptono Darmadji dan Fakhruddin Hendy,Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab,Salemba Empat, Jakarta, 2001, hal. 21

83Ibid, hal. 26 84Ibid,hal. 28

c. Harga saham bergerak secara rasional sepanjang waktu. Sehingga, secara umum suatu pasar dianggap stabil dan aktif akan menghasilkan pasar modal yang likuid.

Pandangan yang berkembang diantara para pelaku pasar modal terhadap aksi spekulasi pada transaksi pasar modal. Pandangan tersebut didasarkan pada anggapan bahwa aksi spekulasi yang dilakukan merupakan konsekuensi wajar dari berkembangnya pasar bebas mengingat pasar modal merupakan institusi ekonomi yang aktif dan reaktif baik itu terhadap perkembangan modal itu sendiri maupun kondisi di luar pasar modal yang berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya industri pasar modal. Berdasarkan teori klasik tentang pasar modal, aksi spekulasi secara kompetitif kenyataanya tetap diperlukan dalam rangka mewujudkan pasar modal yang berjalan secara teratur, wajar dan transparan.85

Dokumen terkait