• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ASPEK TEKNIS PRODUKSI

4.3 Teknik Operasional

4.3.3 Pemanenan

Panen ikan nila dilakukan secara total, yaitu dengan cara mengeringkan kolam hingga ketinggian air tinggal 10 cm. Petak pemanenan atau petak penangkapan dibuat seluas 1 m2 di depan pintu pengeluaran. Dengan demikian ikan yang sudah terkumpul akan mudah ditangkap. Pemanenan dilakukan pada pagi hari saat cuaca belum panas dengan menggunakan waring yang halus. Pemanenan dilakukan dengan hati-hati dan waktu yang secepatnya, hal ini untuk menghindari luka pada ikan.

4.4. Kendala Produksi

Kendala yang sering dihadapi oleh pembudidaya ikan nila adalah serangan hama dan penyakit. Kerugian akibat hama biasanya tidak sebesar serangan penyakit. Meskipun demikian kedua-duanya harus mendapat perhatian penuh, sehingga usaha budidaya dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan.

Pencegahan merupakan tindakan yang paling efektif dibandingkan dengan pengobatan. Dengan padat penebaran yang demikian tinggi pada pembudidaya yang intensif, maka serangan penyakit dapat terjadi sewaktu-waktu, bahkan secara ekstrim dapat dikatakan tinggal menunggu waktu.

Kalau diperhatikan dengan cermat, sebelum ikan terkena penyakit maka akan menunjukkan gejala-gejala terlebih dahulu, diantaranya nafsu makan yang berkurang, gerakan menjadi lambat, pengeluaran lendir yang berlebihan dan pada stadium selanjutnya akan terlihat perubahan warna, bahkan mulai ada luka pada tubuhnya. Semua gejala tersebut dapat dilihat secara visual. Gejala ini sebenarnya tidak hanya tampak pada ikannya saja, tapi juga kondisi airnya. Air kolam tampak lebih kental atau pekat, akibat pengeluaran lendir yang berlebihan.

Apabila melihat gejala ini, maka harus segera dilakukan langkah pengobatan sebelum penyakitnya menjadi lebih parah. Pengobatan yang lebih dini akan mengurangi jumlah ikan yang mati, bahkan akan menyelamatkan ikan yang kita budidayakan.

4.4.1. Hama

Hama adalah organisme pengganggu yang dapat memangsa, membunuh dan mempengaruhi produktifitas, baik secara langsung ataupun bertahap. Hama ini bisa berasal dari aliran air masuk, udara maupun darat.

Ada 2 (dua) cara yang biasanya digunakan untuk mencegah hama: 1. Dengan melakukan pengeringan dan pemupukan kolam.

2. Dengan memasang saringan pada pintu pemasukan air (inlet).

Hama pada ikan nila yang biasanya ditemui adalah ular, kodok, “ucrit” (larva capung), ikan–ikan buas, linsang dan burung pemakan ikan.

Aspek Teknis Produksi

4.4.2. Penyakit

Penyakit dapat disebabkan karena adanya gangguan dari jasad hidup atau sering disebut dengan penyakit parasiter dan yang disebabkan oleh faktor fisik dan kimia perairan atau non parasiter. Jasad hidup penyebab penyakit tersebut diantaranya adalah virus, jamur, bakteri, protozoa, nematoda dan jenis udang renik.

Penyebaran penyakit dari satu ikan ke ikan lainnya dapat melalui: 1. Aliran air yang masuk ke kolam.

2. Media tempat ikan tersebut hidup

3. Kontak langsung antara ikan yang sakit dan ikan yang sehat.

4. Kontak tidak langsung yaitu melalui peralatan yang terkontaminasi (selang air, gayung, ember dsb).

5. Agent atau carrier (perantara atau pembawa).

Beberapa tindakan untuk mengatasi serangan penyakit dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

1. Penambahan bahan kimia ke air

Cara ini dilakukan dengan merendam ikan yang sakit ke dalam air yang telah diberi larutan senyawa kimia. Setelah direndam beberapa saat kemudian ikan dikembalikan ke kolam. Selain itu dapat juga dengan menambahkan larutan senyawa kimia ke dalam air kolam secara langsung.

2. Penambahan bahan kimia ke dalam pakan

Prinsip pengobatan dengan cara ini adalah dengan mencampurkan obat ke dalam pakan. Tujuannya adalah selain untuk membunuh organisme penyebab penyakit juga untuk meningkatkan daya tahan tubuh.

3. Aplikasi obat langsung ke ikan

Pengobatan ini dapat dilakukan melalui penyuntikan. Tindakan pengobatan melalui penyuntikan ini hanya efektif jika ikan yang terserang penyakit jumlahnya sedikit.

Bakteri, jamur dan parasit merupakan sumber utama penyakit pada ikan nila, walaupun demikian masih ada penyakit lain yang belum diketahui penyebabnya. Berikut ini disajikan tabel yang memuat gejala klinis, diagnosa dan pengobatannya.

Tabel 4.2. Gejala Klinis dan Pengobatan pada Ikan Nila yang Terkena penyakit

Gejala klinis Diagnosa Pengobatan

Ada bintik putih di sekujur tubuh (white spot)

Ichthyopthirius Methylene Blue (MB), NaCl, PK

Pertumbuhan lambat, badan kurus Lernea Formalin

Aspek Teknis Produksi

BAB V

ASPEK KEUANGAN

5.1. Pemilihan Pola Usaha

Usaha budidaya pembesaran ikan nila sangat potensial untuk dikembangkan mengingat peluang pasar saat ini masih besar, baik di pasar domestik maupun pasar internasional. Disamping itu budidaya pembesaran ikan nila ini tidak membutuhkan tingkat teknologi tinggi dan peralatan yang relatif mahal. Benih ikan nila dibeli pembudidaya dari Balai Benih Ikan (BBI) Sentral Janti atau Unit Pembenihan Rakyat di Jeblok dan Sleman.

Hamparan lahan budidaya yang diusahakan oleh petani berbeda-beda antara pembudidaya satu dengan lainnya. Salah satu pembudidaya ikan nila mengusahakan 100 m2

kolam pembesaran. 5.2. Asumsi dan Parameter Perhitungan

Kajian keuangan akan memberikan gambaran keuangan yang mencakup pembahasan informasi basis (asumsi), investasi, arus kas dan kemampuan memenuhi kewajiban keuangan serta prospek keuangan. Untuk itu dilakukan sajian data investasi, operasional, perhitungan laba-rugi, pola arus kas dan pelunasan hutang serta analisis kelayakan usaha dengan alat Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net BCR).

Dasar perhitungan yang akan dilakukan menggunakan asumsi dengan pendekatan satuan luas budidaya. Satuan luas yang diambil sebagai dasar perhitungan yaitu satuan luas kolam minimum 100 m2 (ukuran 10 m x 10 m) dalam luas lahan 110 m2. Periode proyek diasumsikan selama 3 (tiga) tahun. Asumsi teknis dan parameter dapat ditampilkan pada tabel 5.1 dan lamp. 1.

Tabel 5.1. Asumsi Teknis dan Parameter Keuangan Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Nila N o . U raian U n it Satu an H arg a/ u n it (R p )

1 Periode proyek 3 tahun

2 Pembuatan tanggul keliling dinding kolam 40 meter larik 400,000 3 Pengerukan kolam 1 paket 8,000,000 4 Gubug / saung menunggu 1 unit 800,000 5 Harga total Jaring 1 rol 350,000 6 a. Biaya jahit 80 m persergi 2,500 7 b. Harga bahan 1 rol 150,000 8 Sewa mobil, drum, tabung oksigen+ isinya 1 unit 200,000

8 Umur budidaya 4 bulan

9 Frekuensi panen per tahun 3 kali

10 Benih (ukuran 5-7 cm) 1,000 kg 11,000 11 Pakan ikan 170 zak @ 30 kg 155,000 12 Gaji pengelola 1 orang/bulan 1,200,000 13 Upah tenaga kerja tetap 1 orang/bulan 600,000 14 Harga jual ikan Nila 1 kg 9,700 15 Tingkat mortalitasRata-rata jumlah ekor per kg saat panen 203 ekor/kgprosen

Aspek Keuangan

Selain menggunakan tenaga sendiri, pembudidaya ikan nila juga menggunakan tenaga kerja untuk membantu dalam usahanya. Upah tenaga kerja disesuaikan dengan standard hidup di Kabupaten Klaten dan Upah Minimum Kabupaten (UMK) di sana. UMK Kabupaten Klaten tahun 2006 sebesar Rp480.250,- per bulan dengan rata- rata kenaikan Rp55.000,- (tahun 2007). Sedangkan Kebutuhan Hidup Minimum di Kabupaten Klaten pada tahun 2006 sebesar Rp566.764,- per bulan (Jawa Tengah Dalam Angka, 2006).

5.3. Komponen Biaya Investasi dan Biaya Operasional 5.3.1. Komponen Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya tetap yang dikeluarkan pada saat memulai suatu usaha. Biaya investasi utama dalam usaha budidaya ikan dapat dikelompokkan menjadi:

1. Investasi aktiva tetap berupa pembuatan tanggul kolam dan saung untuk menunggu kolam. 2. Investasi peralatan berupa ember, jaring dan timbangan.

Secara rinci perhitungan biaya investasi disajikan pada tabel 5.2 atau lampiran 2 berikut ini:

Tabel 5.2 Biaya Investasi Budidaya Pembesaran Ikan Nila

No. Uraian Unit Satuan Harga per Nilai (Rp) Umur Peny usutan

unit (Rp) Ekonomis

1 Sewa lahan 110 m2 3,000,000 3,000,000 3 1,000,000 2 Pembuatan tanggul keliling dinding kolam 40 meter 400,000 16,000,000 8 2,000,000 3 Gubug / saung menunggu 1 unit 750,000 750,000 3 250,000 4 Harga Jaring 1 rol 350,000 350,000 3 116,667 5 Ember 2 buah 60,000 120,000 3 40,000 6 Timbangan 1 buah 300,000 300,000 3 100,000 7 Pengerukan Lahan 1 paket 8,000,000 8,000,000

TOTAL 28,520,000 3,506,667

Sumber : Data primer yang diolah.

Dari tabel 5.2 di atas dapat diketahui bahwa budidaya pembesaran ikan nila dengan luas kolam 100 m2

memerlukan biaya investasi pada tahun ke 0 sebesar Rp28.520.000,-. Masing-masing komponen biaya investasi disusut berdasarkan umur ekonomisnya dengan menggunakan metode garis lurus (straight line method). Merujuk pada rata-rata umur ekonomis tersebut maka diasumsikan jangka waktu proyek adalah 3 tahun.

5.3.2. Komponen Biaya Operasional

oksigen, dan biaya listrik serta biaya pemeliharaan. Pada tabel 5.3 dan lampiran 3 disajikan rincian biaya operasional (data terolah).

Tabel 5.3 Biaya Operasional Budidaya Pembesaran Ikan Nila

No Komponen biay a Satuan Jumlah Harga Total/ periode Total/ tahun fisik Rp/ satuan Rp *) Rp**)

1 Benih kg/periode 1,000 11,000 11,000,000 33,000,000 2 Pakan zak/periode 170 155,000 26,350,000 79,050,000 Sub jumlah 37,350,000 112,050,000 3 Tenaga kerja

a. Pengelolaan per bulan 1 1,200,000 4,800,000 14,400,000 c. Tenaga kerja tetap per bulan 1 600,000 2,400,000 7,200,000 Sub jumlah 7,200,000 21,600,000 4 Produksi

a. Pemeliharaan periode 1 250,000 250,000 750,000 b. Listrik bulan 1 30,000 120,000 360,000 c. Sewa mobil, drum,tabung oksigen+isi periode 1 200,000 200,000 600,000

Sub jumlah 570,000 1,710,000

Jumlah biay a operasional 45,120,000 135,360,000

Keterangan

1 *) Periode budidaya = 4 bulan 2 **) Budidaya per tahun= 3 kali

3 Modal kerja diasumsikan untuk satu periode saja yaitu Rp 45.120.000,-. Pertimbangannya setiap akhir periode/panen, pembudidaya langsung memperoleh pembayaran dan dapat langsung berproduksi lagi

Dari tabel 5.3 terlihat bahwa untuk usaha budidaya pembesaran ikan nila, setiap satu periode budidaya (4 bulan) dibutuhkan biaya operasional sebesar Rp45.120.000,-. Jadi untuk budidaya pembesaran ikan nila dalam jangka waktu 1 (satu) tahun dibutuhkan biaya operasional sebesar Rp 135.360.000,- (untuk 3 kali periode budidaya). Dari jumlah ini, sebesar 82,78% nya adalah biaya untuk pembelian pakan dan benih.

5.4. Kebutuhan Dana Investasi dan Modal Kerja

Kebutuhan dana untuk budidaya pembesaran ikan nila meliputi biaya investasi dan biaya operasional. Pada umumnya pembudidaya memerlukan pinjaman (kredit) di awal usaha untuk menutup biaya investasi dan biaya operasionalnya. Dana yang dibutuhkan untuk investasi dan modal kerja awal sebesar Rp28.520.000,- + Rp45.120.000,- = Rp73.640.000,-.

Dari total kebutuhan dana awal di atas, sebagian akan dipenuhi sendiri oleh pembudidaya dan sebagian lagi akan dipenuhi dari pinjaman (kredit) perbankan. Kebutuhan untuk membiayai investasi akan dipenuhi dari kredit investasi yang mempunyai jangka waktu pengembalian 2 tahun. Sedangkan kebutuhan untuk membiayai modal kerja akan dipenuhi dari kredit modal kerja yang

Aspek Keuangan

mempunyai jangka waktu pengembalian 1 tahun. Besarnya dana untuk masing-masing sumber pembiayaan dapat dilihat pada tabel 5.4 atau lampiran 4.

Tabel 5.4. Kebutuhan dan Sumber Dana Usaha Budidaya Pembesaran Ikan Nila

No Rincian Biaya proyek Jumlah

1 Sumber dana Investasi

a. Kredit 20,000,000 b. Dana sendiri 8,520,000 Jumlah dana investasi

28,520,000

2 Sumber dana modal kerja

a. Kredit 30,000,000 b. Dana sendiri 15,120,000 Jumlah dana modal kerja

45,120,000

3 Sumber Total dana

a. Kredit 50,000,000 b. Dana sendiri 23,640,000

Jumlah dana

73,640,000

Sumber : Data primer yang diolah.

Sedangkan rincian angsuran per bulannya dapat dilihat di lampiran 3 dan lampiran 4. Tabel 5.5 menampilkan besarnya angsuran dan bunga kredit investasi dan modal kerja.

Tabel 5.5. Angsuran Pokok dan Bunga Kredit Investasi dan Modal Kerja

Tahun Kredit Angsuran Angsuran Total Saldo Aw al Saldo Akhir

ke Pokok Bunga Angsuran

0 50,000,000 - 50,000,000 50,000,000

1 40,000,000 4,791,667 44,791,667 50,000,000 10,000,000

2 10,000,000 541,667 10,541,667 10,000,000

Dalam dokumen 1 0 0 m 2 BUDIDAYA PEMBESARAN IKAN NILA (Halaman 28-36)

Dokumen terkait