Jenis tumbuhan sumber pakan monyet ekor panjang dan lutung yang teridentifikasi yaitu 97 jenis yang mana 27 jenis dimanfaatkan monyet ekor panjang saja dan 48 jenis dimanfaatkan bersama (Lampiran 18). Dari 75 jenis tumbuhan sumber pakan monyet ekor panjang tersebut jenis yang sering dimanfaatkan yaitu F. sumatrana, B. arborescens, A. laurifolia dan H. peltata. Tumbuhan sumber pakan perdu dan semak yang sering dimanfaatkan yaitu P. valentonic, M. polyantum, E. odoratum dan C. javanica (Lampiran 19).
Untuk mengetahui ketersediaan tumbuhan sumber pakan maka dilakukan analisis vegetasi pada wilayah jelajah monyet ekor panjang. Kerapatan relatif (KR) dan frekuensi relatif (FR) vegetasi pada wilayah jelajah monyet ekor panjang disajikan secara lengkap pada Lampiran 1.
Pada vegetasi tingkat semai, KR tumbuhan sumber pakan monyet ekor panjang seperti rukemFlacourtia rukam 17,57 batang/ha, ipis kulit Decaspermum fruticosum 11,49 batang/ha, kiandong Rhodamnia cinerea 4,05 batang/ha, kibeusi Memecylon oleaefolium 4,05 batang/ha, jejerukan A. laurifolia 3,38 batang/ha dan huru manuk (Litsea mappaceae) 2,03 batang/ha.
FR tumbuhan sumber pakan monyet ekor panjang seperti F. rukam 9,38 batang/plot, R. cinerea 8,33 batang/plot, D. fruticosum 7,29 batang/plot, M. oleaefolium 5,21 batang/plot, A. laurifolia 3,13 batang/plot dan L. mappaceae) 2,08 batang/plot.
Pada vegetasi tingkat pancang, KR tumbuhan sumber pakan monyet ekor panjang sepertiR. cinerea yaitu 25,97 batang/ha, E. chasembila 10,39 batang/ha, A. laurifolia 10,39 batang/ha, D. cauliflora 5,59 batang/ha dan F. rukam 3,90 batang/ha.
Untuk FR pada vegetasi tingkat pancang tumbuhan sumber pakan monyet ekor panjang seperti R. cinerea yaitu 15,22 batang/plot, E. chasembila 10,87 batang/plot, A. laurifolia 10,87 batang/plot, F. rukam 6,52 batang/plot dan D. cauliflora 4,35 batang/plot. KR dan FR vegetasi tingkat semai dan pancang tumbuhan sumber pakan monyet ekor panjang berguna untuk mengetahui ketersediaan pakan. Hal ini berkaitan dengan perilaku teresterial monyet ekor panjang, keberadaan pakan yang dekat atau pada permukaan tanah selain disuplai dari anakan pohon juga diperoleh dari perdu, semak dan liana. hasil analisis vegetasi perdu, semak dan liana disajikan pada Lampiran 25.
Pada analisis vegetasi tingkat tiang diketahui bahwa KR tumbuhan pakan monyet ekor panjang seperti R. Cinerea yaitu 31,43 batang/ha, F. rukam 17,14 batang/ha, B. arborescens 8,57 batang/ha, D. fruticosum 2,86 batang/ha dan C. philippensi 2,86 batang/ha.
FR vegetasi tingkat tiang menunjukkan bahwa tumbuhan pakan monyet ekor panjang sepertiR. cinerea sebesar 23,08 batang/plot, F. rukam 19,23 batang/ plot, B. arborescens 11,54 batang/plot, D. fruticosum 3,85 batang/plot dan C. philippensi 3,85 batang/plot.
Pada analisis vegetasi tingkat pohon, KR tumbuhan sumber pakan monyet ekor panjang seperti V. pubescens yaitu 29,41 batang/ha, C. formosum 9,41 batang/ha, B. arborescens 9,41 batang/ha, D. fruticosum 7,06 batang/ha, L. mappaceae 3,53 batang/ha, A. laurifolia dan ceuri Garcinia dioica.
FR vegetasi tingkat pohon tumbuhan sumber pakan monyet ekor panjang seperti V. pubescens yaitu 18,52 batang/plot, C. formosum 11,11 batang/plot, B. arborescens 9,26 batang/plot, D. fruticosum 9,26 batang/plot, L. mappaceae 5,56 batang/plot.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa KR dan FR tumbuhan sumber pakan pada wilayah jelajahnya termasuk tinggi. Hal tersebut mengindikasikan adanya hubungan antara luas wilayah jelajah dengan KR dan FR tumbuhan sumber
pakan. Walker (1996) dan Lindburg (1980) menyebutkan bahwa dasar penggunaan habitat oleh primata tergantung pada besarnya stok pakan, penyebaran pakan, serta interval pergantian musim berbuah. Pada wilayah jelajah yang tumbuhan sumber pakannya sedang berbunga atau berbuah akan sering dikunjungi oleh koloni monyet ekor panjang. Oleh karena itu wilayah jelajah harian dan musiman menjadi berubah-ubah.
Gambar 35. Monyet makan bunga dan buah laban
Gambar 36. Buah jejerukan Mencermati data luas wilayah jelajah, ukuran koloni dan analisis vegetasi pada wilayah jelajah monyet ekor panjang maka diketahui bahwa perubahan perilaku lebih berpengaruh dibandingkan ukuran koloni, KR dan FR tumbuhan sumber pakan terhadap luas wilayah jelajah monyet ekor panjang di CAP, terutama pada koloni yang aktivitas pengunjungnya tinggi.
b. Lutung
Jenis tumbuhan sumber pakan monyet ekor panjang dan lutung yang teridentifikasi yaitu 97 jenis yang mana 22 jenis dimanfaatkan lutung saja dan 48 jenis dimanfaatkan bersama (Lampiran 18). Dari 70 jenis tumbuhan sumber pakan lutung tersebut jenis yang sering dimanfaatkan yaitu V. pubescens, F. veriegata, F. sumatrana, S. macrophylla dan P. javanicum (Lampiran 19).
Untuk mengetahui ketersediaan tumbuhan sumber pakan maka dilakukan analisis vegetasi pada wilayah jelajah lutung. hasil analisis vegetasi tentang KR dan FR vegetasi disajikan secara lengkap pada Lampiran 2.
KR vegetasi tingkat semai tumbuhan sumber pakan lutung seperti jejebugan Sterculia urceolata yaitu 35,76 batang/ha, L. mappaceae 8,94 batang/ha, P.
javanicum 4,30 batang/ha, R. cinerea 3,97 batang/ha dan carelang Pterospermum diversifolium 3,97 batang/ha.
Analisis vegetasi tingkat semai menunjukkan bahwa FR tumbuhan sumber pakan lutung seperti L. mappaceae yaitu 5,88 batang/plot, P. javanicum 5,88 batang/plot, R. cinerea 5,88 batang/plot, B. javanica 4,71 batang/ha dan S. urceolata 4,71 batang/plot.
Pada analisis vegetasi tingkat pancang diperoleh hasil bahwa KR tumbuhan sumber pakan lutung seperti B. javanica yaitu 9,80 batang/ha, R. cinerea 7,84 batang/ha,C. philippensi 5,88 batang/ha, D. caulostachyum 5,88 batang/ha dan P. diversifolium sebesar 5,88 batang /Ha.
Hasil analisis vegetasi tingkat pancang menunjukkan bahwa FR tumbuhan sumber pakan lutung seperti B. javanica yaitu 6,67 batang/plot, R. Cinerea 6,67 batang/plot, C. philippensi 6,67 batang/plot, D. caulostachyum 6,67 batang/plot danP. diversifolium sebesar 6,67 batang/plot.
Analisis vegetasi pada tumbuhan tingkat semai dan pancang perlu dilakukan karena di CAP meskipun lutung adalah arboreal namun acap kali terlihat beraktivitas pada permukaan tanah. Hal ini terjadi karena koridor antar tajuk terlalu jauh atau lutung merasa aman dari predator dan gangguan. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi aktivitas gerak satwaliar yaitu faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer yaitu dorongan bergerak untuk memenuhi kebutuhan fisiologis yaitu makan, minum dan aktivitas seksual, sedangkan faktor sekunder yaitu modifikasi pergerakan karena pengaruh lapangan, resiko predator atau pesaing dan resiko terkena penyakit (Schaik, Amoregen & Mouton 1985).
Pada vegetasi tingkat tiang diperoleh hasil bahwa KR tumbuhan sumber pakan lutung seperti B. javanica yaitu 29,79 batang/ha, C. philippensi 10,64 batang/ha, D. caulostachyum 10,64 batang/ha, B. arborescens 6,38 batang/ha dan R. cinerea 4,26 batang/ha.
Analisis vegetasi tingkat tiang menunjukkan bahwa FR tumbuhan sumber pakan lutung seperti B. javanica yaitu 21,62 batang/plot, C. philippensi 10,81 batang/plot, B. arborescens 8,11 batang/plot, D. caulostachyum 5,41 batang/plot danR. cinerea 5,41 batang/plot.
Gambar 37. Aktivitas berpindah dan istirahat lutung di tanah
Analisis vegetasi tingkat pohon menunjukkan bahwa KR tumbuhan sumber pakan lutung seperti V. pubescens sebesar 16,09 batang/ha, D. caulostachyum 13,79 batang/ha, R. cinerea 6,90 batang/ha, manggis hutan Garcinia lateriflora 6,90 batang/ha danD. fruticosum 4,60 batang/ha.
Pada analisis vegetasi tingkat pohon menunjukkan bahwa FR tumbuhan sumber pakan lutung seperti V. pubescens sebesar 16,00 batang/plot, D. caulostachyum 10,00 batang/plot, D. fruticosum 8,00 batang/plot, R. cinerea 6,00 batang/plot dan manggis hutanG. lateriflora 6,90 batang/plot.
Berdasarkan pembahasan data luas wilayah jelajah, ukuran koloni dan analisis vegetasi pada wilayah jelajah lutung diketahui bahwa luas wilayah jelajah lutung di CAP lebih dipengaruhi oleh ukuran koloni, KR dan FR tumbuhan sumber pakan daripada oleh perubahan perilaku lutung.
c. Derajat Asosiasi Jenis Tumbuhan Sumber Pakan
Hasil pengamatan lapangan menemukan 97 jenis tumbuhan sumber pakan monyet ekor panjang dengan lutung. Dari 97 jenis tumbuhan sumber pakan tersebut 27 jenis diantaranya hanya dimakan monyet ekor panjang dan 22 jenis hanya dimakan lutung dan 48 jenis dimakan oleh keduanya. Sayangnya tidak ditemukan data pembanding pada kohabitasi primata lainnya. Namun jumlah tersebut masih lebih banyak apabila dibandingkan dengan hasil penelitian Kearvell et al. (2002) pada burung dimana dari 90% frekuensi pengamatan jenis tumbuhan sumber pakanC. malherbi dan C. auriceps terdiri dari 4 jenis tumbuhan sumber pakan bersama. Berdasarkan data pembanding tersebut maka persaingan interspesifik monyet ekor panjang dengan lutung terhadap sumber pakan relatif lebih rendah karena adanya preferensi dan perbedaan bagian yang dimakan pada jenis tumbuhan sumber pakan bersama (Lampiran 19).
Gambar 39. Daun dan pucuk kondang Gambar 40. Buah kimokla
Tabel 14. Derajat asosiasi jenis pakan antara monyet ekor panjang dengan lutung
No Jenis Satwa
Bagian yang dimakan Jenis pakan
Indeks Jaccard Batang Pucuk Daun Bunga Buah
1 monyet 6 25 12 10 59 27 0,49
2 lutung 1 49 27 10 40 22
3 keduanya 0 19 8 4 30 48
Hasil analisis asosiasi jenis tumbuhan sumber pakan antara lutung dengan monyet ekor panjang berdasarkan Indeks Jaccard yaitu sebesar 0,49. hasil tersebut menunjukkan bahwa persaingan interspesifik tumbuhan sumber pakan antara
kedua primata tersebut sedang. Daftar pakan monyet ekor panjang dan lutung dapat dilihat pada Lampiran 18.
d. Kesamaan Jenis Tumbuhan Sumber Pakan
Daftar pakan monyet ekor panjang dengan lutung seperti yang disajikan pada Lampiran 18 dan perhitungan kesamaan jenis tumbuhan sumber pakan (Lampiran 19) menunjukkan bahwa persentase kesamaan jenis tumbuhan sumber pakan sebesar 48,45 % dan berdasarkan Indeks Morisita yaitu 0,47. Data tersebut berarti bahwa 48,45% tumbuhan sumber pakan monyet ekor panjang juga merupakan tumbuhan sumber pakan lutung. Sayangnya tidak ditemukan data pembanding penelitian sejenis, namun pada burung C. malherbi dan C. auriceps ditemukan kesamaan jenis sumber pakan sebesar 90% (Kearvell et al. 2002). Penelitian lain pada karnivora menunjukkan bahwa Sarcophilus laniarius jantan dan Dasyurus maculates jantan saat musim panas menunjukkan bahwa indeks tumpang tindih pakan sebesar 0,20 pada indeks normal (normalized index/B)(Jones & Barmuta 1998) serta pada C. cyaneus dan C. pygargus sebesar 55% sampai 95% pada indeks tumpang tindih simetris (symmetrical overlap index/Ov)(Garcia & Arroyo 2005).
Berdasarkan kesamaan tumbuhan sumber pakan tersebut maka diperlukan pengelolaan tumbuhan sumber pakan bersama antara monyet ekor panjang dengan lutung secara menyeluruh. Pengelolaan tumbuhan sumber pakan bersama secara menyeluruh lebih menguntungkan daripada pengelolaan tumbuhan sumber pakan monyet ekor panjang dan lutung secara parsial. Keuntungan tersebut antara lain meningkatkan konservasi sumberdaya, mengurangi biaya pengelolaan dan pengelolaan akan lebih terfokus pada satwa yang berkohabitasi serta dapat memberikan keuntungan lebih pada kegiatan konservasi (Forsythet al. 2000).
Analisis vegetasi yang dilakukan pada daerah tumpang tindih wilayah jelajah monyet ekor panjang dengan lutung disajikan secara lengkap pada Lampiran 16. hasil analisis vegetasi tingkat semai menunjukkan bahwa KR dan FR tumbuhan sumber pakan bersama antara monyet ekor panjang dan lutung termasuk tinggi. KR tumbuhan sumber pakan bersama seperti P. javanicum yaitu 10,91 batang/ha, D. caulostachyum 4,72 batang/ha dan P. diversifolium 3,54
batang/ha sedangkan frekuensi relatifnya berturut-turut sebesar 6,45 batang/plot, 4,03 batang/plot dan 1,61 batang/plot.
Adanya perbedaan penggunaan ruang secara vertikal antara monyet ekor panjang dengan lutung menyebabkan keberadaan tumbuhan sumber pakan yang dekat atau berada pada permukaan tanah seperti perdu, semak dan liana menjadi sangat penting. Contoh tumbuhan sumber pakan bersama jenis perdu dan liana yaituP. valentonic, L. circinatum dan areuy kilaleur Milletia sericae.
Pada vegetasi tingkat pancang menunjukkan KR jenis-jenis tumbuhan sumber pakan bersama seperti D. caulostachyum sebesar 20,75 batang/ha, B. javanica 11,32 batang/ha dan E. chasembila 3,77 batang/ha dengan FR-nya berturut-turut 14,29 batang/plot, 8,57 batang/plot dan 5,71 batang/plot.
Analisis vegetasi tingkat tiang mengidentifikasi KR tumbuhan sumber pakan bersama seperti B. javanica yaitu sebesar 25,81 batang/ha, D. caulostachyum 16,13 batang/ha, D. amorroides 6,45 batang/ha, C. philippensi 6,45 batang/ha dan P. javanicum 3,23 batang/ha dengan frekuensi relatifnya berturut-turut sebesar 21,74 batang/plot, 8,70 batang/plot, 8,70 batang/plot, 8,70 batang/plot dan 4,35 batang/plot.
Untuk tingkat pohon diperoleh KR tumbuhan sumber pakan bersama seperti D. caulostachyum 15,28 batang/ha, T. grandis yaitu 13,89 batang/ha, D. amorroides 12,50 batang/ha, P. javanicum 9,72 batang/ha dan B. javanica 5,56 batang/ha.
Selanjutnya, pada analisis vegetasi tingkat pohon diperoleh bahwa FR tumbuhan sumber pakan bersama seperti D. amorroides yaitu sebesar 13,33 batang/plot,D. caulostachyum 11,11 batang/plot, P. javanicum 11,11 batang/plot, T. grandis 6,67 batang/plot dan V. pubescens 6,67 batang/plot.
Perbedaan penggunaan ruang secara vertikal, perbedaan bagian tumbuhan pakan yang di makan dan perbedaan agresivitas perilaku diantara kedua primata tersebut menunjukkan adanya segregasi relung (Garcia & Arroyo 2005). Pemisahan relung tersebut mengakibatkan persaingan interspesifik antara monyet ekor panjang dengan lutung di CAP tidak begitu berpengaruh pada populasi. Pada CAP terjadi eksploitasi jenis tumbuhan sumber pakan tertentu oleh kedua primata tersebut (Lampiran 19), sehingga diperlukan penelitian tentang pengaruh
persaingan eksploitasi sumberdaya oleh spesies yang berkohabitasi karena data tersebut masih sangat sedikit (Connell 1981). Informasi tersebut sangat penting untuk mendesain strategi pembinaan habitat dan pengelolaan kawasan konservasi seperti pada CA dan TWA Pangandaran. Jenis-jenis tumbuhan yang menjadi tumbuhan sumber pakan bersama tersebut harus diperkaya kerapatan dan frekuensinya dengan mempertimbangkan besarnya konsumsi pakan, ukuran populasi, sebaran koloni dan wilayah jelajah serta preferensi pakan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya dukung kawasan dan mengurangi jumlah pohon-pohon yang tertekan akibat eksploitasi yang berlebihan (Gambar 41 dan Gambar 42).
Gambar 41. Pohon ketapang tertekan Gambar 42. Pohon kopeng tertekan
Untuk mengetahui ketersediaan tumbuhan sumber pakan monyet ekor panjang dan lutung juga dilakukan analisis vegetasi pada daerah yang bukan wilayah jelajah monyet ekor panjang dan lutung. Penentuan daerah tersebut berdasarkan pengamatan langsung, informasi petugas BBKSDA Jawa Barat, dan informasi masyarakat.
Pengumpulan data analisis vegetasi dilakukan pada 3 (tiga) lokasi yang berbeda dengan setiap lokasi dibuat 5 (lima) plot pengamatan. Hasil analisis vegetasi pada daerah yang bukan wilayah jelajah monyet ekor panjang dan lutung disajikan pada Lampiran 20. Hasil analisis vegetasi pada daerah ini tidak begitu berbeda dengan hasil analisis vegetasi pada wilayah jelajh lutung, monyet atau daerah tumpang tindih. Faktor yang membedakan daerah ini adalah jaraknya terhadap sumber air. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa
habitat monyet ekor panjang (Crockett & Wilson 1977) dan lutung (Napier & Napier 1977) adalah daerah riparian.
Dengan menggabungkan keempat hasil analisis vegetasi (analisis vegetasi pada wilayah jelajah monyet ekor panjang, pada wilayah jelajah lutung, pada daerah tumpang tindih wilayah jelajah dan daerah yang bukan wilayah jelajah keduanya) maka diperoleh potensi tumbuhan sumber pakan kedua primata tersebut di seluruh kawasan CAP. hasil analisis vegetasi seluruh kawasan CAP disajikan secara lengkap pada Lampiran 21 s.d. Lampiran 25.
Jenis tumbuhan sumber pakan yang sering dimanfaatkan monyet ekor panjang yaitu F. sumatrana, P. valentonic, M. polyantum, E. odoratum dan B. arborescens. Kerapatan relatif (KR) P. valentonic 17,81 batang/ha, M. polyantum 2,73 batang/ha dan E. odoratum 4,91 batang/ha. Jenis perdu dan semak sering dimanfaatkan oleh monyet ekor panjang, hal ini berhubungan dengan perilaku teresterial. Alokasi waktu monyet ekor panjang beraktivitas pada permukaan tanah yaitu sebesar 46,97%. Untuk B. arborescens, meskipun pada tingkat semai dan pancang kerapatan relatifnya rendah namun pada tingkat tiang dan pohon termasuk dalam sepuluh besar tumbuhan dengan KR tertinggi. Demikian halnya F. sumatrana, kerapatan relatifnya juga rendah namun pada umumnya jenis ini adalah tumbuhan dominan dengan tajuk yang besar.
Pada lutung, jenis tumbuhan sumber pakan yang sering dimanfaatkan yaitu V. pubescens, F. veriegata, F. sumatrana, S. macrophylla dan P. javanicum. Pada analisis vegetasi tingkat pohon, kelima jenis tumbuhan sumber pakan lutung tersebut mempunyai KR rendah kecuali V. pubescens yaitu 16,24 batang/ha. Kelima tumbuhan sumber pakan tersebut mempunyai lebih dari satu bagian yang sering dimakan lutung.
Mencermati jenis tumbuhan sumber pakan yang sering dimanfaatkan monyet ekor panjang dan lutung (Lampiran 19) dan hasil analisis vegetasi seluruh kawasan CAP (Lampiran 21 s.d Lampiran 25) maka diketahui bahwa potensi tumbuhan sumber pakan masih tinggi. Namun demikian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang daya dukung kawasan CAP terhadap kedua primata yang berkohabitasi ini.
Berdasarkan penggunaan ruang dan pemanfaatan jenis tumbuhan pakan diketahui bahwa wilayah jelajah monyet ekor panjang lebih besar daripada lutung. Menurut Lekagul & Mc Neely (1977) monyet ekor panjang memakan buah– buahan, biji–bijian, pucuk, serangga, kepiting, katak, kadal dan moluska. Urutan sumber pakan monyet ekor panjang dari yang terbesar yaitu buah (86%), daun, bunga insekta, jamur dan lumpur (Wheatley 1974, Yeager 1976). Jadi, meskipun monyet ekor panjang lebih omnivora daripada lutung (Lekagul & Mc Neely 1977) namun preferensi pakan dan agresivitasnya menyebabkan wilayah jelajahnya menjadi besar. Hal ini karena buah-buahan tidak tersedia sepanjang tahun atau bersifat musiman.
Preferensi pakan juga berpengaruh pada luas wilayah jelajah lutung. Jenis pakan lutung di CAP teridentifikasi sebanyak 70 jenis tumbuhan sumber pakan yang terdiri dari 0,8% batang, 38,5% pucuk, 21,3 daun, 7,9% bunga dan 31,5% buah. Data ini berbeda dengan penelitian Supriatna & Hendras (2000) bahwa jenis pakan lutung terdiri dari 66 jenis tumbuhan, 50% daun, 32% buah, 13% bunga dan sisanya bagian tumbuhan dan serangga. Menurut Kool (1993) preferensi pakan lutung dari yang terbesar yaitu dedaunan baik muda atau tua, buah-buahan baik matang ataupun mentah, bunga, kuncup bunga, dan larva serangga. Konsumsi buah-buahan oleh lutung hanya sebesar 27–37% yang terdiri dari 5– 27% buah-buahan mentah dan 10–12% buah masak. Oleh karena itu wilayah jelajah lutung lebih sempit daripada monyet ekor panjang karena dedaunan tersedia sepanjang tahun dan tidak mengenal musim.