4. Lama Menetap dan Partisipasi
5.5.3 Pemanfaatan sampah organik dan anorganik oleh warga
a. Pemanfaatan sampah organik oleh warga RW 04 Kelurahan Susukan, Jakarta Timur
Sebagian masyarakat Jakarta Timur memanfaatkan sampah organik dan anorganik untuk didaur ulang kembali menjadi suatu yang bermanfaat. Misalnya saja warga di kelurahan Susukan RW 04/RT 03, 07 dan 15 memanfaatkan sampah dapur dan daun-daunan menjadi kompos. Pemanfaatan sampah menjadi kompos di RT 03/RW 04 dilakukan oleh bapak Maman sebagai ketua RT 03/RW 04, usaha kompos yang dikerjakan masih dalam lingkup usaha skala kecil. Dalam mengolah sampah organik menjadi kompos, bapak Maman menggunakan mesin penggiling/penghalus sederhana buatannya sendiri sehingga menghemat waktu dan biaya. Selain itu terdapat juga alat pengaduk kompos untuk meratakan kompos dengan cairan EM4 (Gambar 16).
(a) (b)
Gambar 16. (a)Saung Kompos Organik miik RT 03/RW 04; (b) Mesin Penggilingan yang dibuat bapak Maman
Pada Tahun 2007 kelompok wilayah ini pernah terpilih sebagai juara 2 lomba bina RT Tingkat Kecamatan Ciracas mengenai kebersihan lingkungan. Masyarakat dapat merasakan manfaat langsung dari kegiatan pemilahan sampah yang telah dilakukan secara rutin. Dengan adanya kegiatan pengolahan sampah menjadi pupuk kompos pengetahuan masyarakat akan pemanfaatan sampah organik akan semakin bertambah. Beliau mengharapkan agar kegiatan pemilahan dapat dilakukan secara terus menerus melalui proses peningkatan pemahaman sehingga seiring dengan berjalannya waktu akan merubah sikap dan perilaku masyarakat dalam memandang
sampah. Namun untuk merubah pola pikir, cara pandang dan perubahan sikap masyarakat diperlukan waktu yang cukup lama, serta sosialisasi secara terus menerus mengenai pentingnya menciptakan suatu lingkungan yang bersih, nyaman dan tentram.
Selain pemanfaatan sampah organik menjadi kompos terdapat juga pemanfaatan sampah anorganik menjadi suatu produk yang memiliki nilai jual tinggi. Contohnya saja pemanfaatan sampah anorganik yang dilakukan bapak R uskendi dan bapak Chandra. Bapak Ruskendi merupakan salah seorang warga RT 07/RW 04 yang turut berpartisipasi terhadap kepedulian lingkungan khususnya masalah sampah, beliau juga merupakan sekretaris dari kelompok PAHALA. Dalam lingkungan tempat tinggalnya bapak Ruskendi memanfaatkan aqua gelas bekas menjadi media tanam (pot) yang menarik (Lampiran 11), untuk membuat satu pot beliau menggunakan 3-4 aqua gelas. Jenis plastik aqua gelasnya dipilih yang kaku. Harga pot bervariasi sesuai ukuran, untuk satu pot dijual seharga Rp 5000-10.000. Ukuran pot yang kecil dijual seharga Rp 5000, sedangkan yang ukuran besar dijual seharga Rp 10.000/pot. Selain didapat dari lingkungannya sendiri, beliau juga membeli aqua gelas bekas dari pemulung, 1 kg berisi 80-100 buah aqua gelas bekas dan 1 kg nya dijual pemulung seharga Rp 10.000, bisa dibayangkan keuntungan yang didapat oleh bapak Ruskendi, namun disamping itu juga terdapat beberapa kendala yang dihadapi yaitu kesulitan dalam mendapatkan jenis aqua gelas plastik yang kaku serta pemasarannya yang belum menyebar luas dan persaingan dengan para pengrajin pot yang lain baik dari segi harga maupun kualitasnya.
Sedangkan bapak Chandra memanfaatkan kertas bekas untuk dijadikan topeng/ hiasan dinding, dan menghias helm dari kertas yang merupakan usaha dari bapak Candra (Lampiran 11). Usaha yang dikerjakan masih dalam lingkup usaha skala kecil, pemasarannya masih sangat terbatas, jika ada kegiatan di Kelurahan maupun Kecamatan biasanya bapak Chandra diminta hasil karyanya untuk diperlihatkan sebagai salah satu bentuk contoh pemanfaatan sampah anorganik, selain itu terdapat juga warga dari daerah lain yang membeli hasil kerajinan tangan milik bapak Chandra, keberadaan usaha kerajinan tangan milik bapak Chandra ini diketahui
dari mulut ke mulut. dalam proses pembuatannya sangatlah mudah, dan alat yang digunakan pun sederhana.
b. Pemanfaatan sampah anorganik oleh warga RT 05/RW 08 Kelurahan Ciracas, Jakarta Timur.
Warga RT 05/ RW 08 Kelurahan Ciracas ini diharuskan memilah sampah di rumah kemudian menyetorkannya ke bank sampah. Selanjutnya di bank sampah, sampah yang telah dipilah oleh warga dipilah kembali sesuai dengan jenisnya. Warga membuat Bank Sampah sebagai pusat pengelolaan skala komunal. Bank sampah dibangun pada bulan April 2007. Tahun 2007 setelah mendapat pelatihan dari PT Unilever, warga mulai lebih memfokuskan kegiatan daur ulang sampah kering untuk dijadikan barang kerajinan. Produk kerajinan tas daur ulang yang dibuat warga rencananya akan ditampung oleh supermarket Carefour. Bahkan diadakan kerjasama dengan perusahaan daur ulang untuk mengekspor tas khusus untuk laptop ke Amerika, Australia dan Belanda dalam program mendaur ulang sampah plastik kemasan untuk dijadikan tas, kelompok ini difasilitasi 2 mesin jahit yang dirancang oleh Unilever untuk menjahit plastik kemasan tersebut. Pada bulan Desember 2008 bangunan Bank Sampah tersebut dibongkar karena yang punya tanah membangun rumah. Dibongkarnya Bank Sampah tidak menurunkan niat warga RT 05/ RW 08 untuk terus melakukan kegiatan pemilahan sampah.
Kemasan plastik bekas yang tidak memiliki nilai menjadi bermanfaat dengan dijadikannya sebagai tas dari bentuk dan ukuran yang bervariasi (besar, sedang, kecil) serta memiliki keguanaan yang beragam (tas laptop, dompet, tas belanja, tas sekolah, dan lain-lain), hasil kerajinan tersebut diberi merk “Trashion” harga tas dari plastik kemasan tersebut dijual dengan harga yang beragam sesuai ukuran gabungan dari trash (sampah) dan fashion (Lampiran 11). Harga yang dibuat bervariasi sesuai ukuran tas, tingkat kesulitan dalam membuat dan modal yang dibutuhkan. Ukuran dompet dijual seharga Rp 25.000, tas ukuran kecil dijual berkisar Rp 40.000-50.000, tas ukuran sedang/medium dijual seharga Rp 80.000-100.000 dan tas ukuran besar dijual dengan harga sekitar Rp 120.000-200.000. Adanya pemnfaatan sampah yang
dilakukan oleh warga akan sangat membantu mengurangi timbunan sampah perkotaaan.
Selain itu terdapat juga pemanfaatan dalam bentuk lain seperti yang dilakukan oleh bapak Wakir. Bapak Wakir adalah salah seorang ketua RT 07/RW 02 Kelurahan Ciracas yang memanfaatkan puing-puing bangunan (Lampiran 11). Terbesit dipikiran bapak Wakir untuk mengajak warganya mengolah kembali puing-puing bangunan menjadi conblok. Awalnya bapak Wakir hanya ingin mengurangi dana yang dikeluarkan untuk perbaikan jalan di lingkungan tempat tinggalnya. Namun langkah ini sangat disambut baik oleh warganya yang sama-sama berniat untuk mengurangi sisa-sisa puing bangunan.
Ketua RT 07/RW 02 yang akrab dipanggil dengan sebutan pak Wakir ini ingin mengembangkannya menjadi suatu bisnis, namun kendala dana dan keterbatasan alat menyebabkan keinginan beliau tertunda sementara waktu. Pembuatannya tidaklah sulit namun dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian, pertama kali hal yang dilakukan oleh bapak Wakir dan 4 orang warga yang ikut membantunya adalah menghaluskan puing-puing bekas tembok bangunan hingga menjadi butiran yang halus kemudian diperbaiki sifat fisiknya dengan mencampurkan bahan aditif, setelah tercampur olahan tersebut kemudian di cetak dan dikeringkan. Dalam sehari dengan 5 orang pekerja dapat menghasilkan 150 conblog. Adanya ide kreatif dan semangat yang tinggi dalam memanfaatkan kembali sampah menjadi suatu barang berguna sangat dibutuhkan dalam menangani permasalaham sampah dilingkungan tempat tinggal masing-masing.