6) Sasaran strategis 6: Terwujudnya RB BB/BPOM sesuai roadmap RB BPOM 2015 – 2019, terdiri dari indicator :
1.2. Potensi Dan Permasalahan
1.2.1.4. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Pada Era Revolusi Teknologi (Digital) saat ini, kita harus adaptif mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi yang sangat pesat dengan:
a. Kompetensi Sumber Daya Manusia yang mumpuni;
b. Sistem Basis Data dan Informasi yang akurat dan terintegrasi untuk memberikan kemudahan dalam pengambilan keputusan;
c. Kapabilitas dukungan infrastruktur yang andal.
Tantangan saat ini di adalah data pendukung pengawasan Obat dan Makanan yang ada saat ini belum valid dan tidak sinkron sehingga belum dapat dijadikan sumber informasi yang penting dan bermakna.
Selanjutnya adalah pemeliharaan aplikasi yang selama ini sudah digunakan atau yang sedang dikembangkan yang dapat mempercepat pelayanan public Balai Besar POM di Banda Aceh. Sistem aplikasi dan data yang terintegrasi dapat meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan.
Dukungan Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) seperti internet, mobile communication, wireless devices, video conference dan kombinasi teknologi yang lain digunakan untuk mengimplementasikan Sistem pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Merujuk kebijakan SPBE, untuk mewujudkan transformasi digital tersebut perlu didukung dengan peningkatan kapabilitas dukungan infrastruktur TIK yang handal, sesuai proses bisnis Balai Besar POm di Banda Aceh.
1.2.1.3 Upaya penegakan hukum dan penindakan atas pelanggaran obat dan makanan.
Merujuk pada amanat yang tertuang dalam Pasal 24 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan, salah satu tugas BPOM adalah menyelenggarakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pengawasan obat dan makanan, yang dijabarkan sebagai upaya peningkatan efektivitas penegakan hukum terhadap kejahatan obat dan makanan. Pada kurun waktu 2015-2019 jumlah perkara tindak pidana Obat dan Makanan yang ditangani oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Balai Besar Pom di Banda Aceh menunjukkan tren yang semakin meningkat. Hal tersebut menunjukkan komitmen tinggi dari BPOM untuk melakukan penegakan hukum dan penindakan terhadap
pelanggaran obat dan makanan, yang ditunjang oleh beberapa kekuatan internal organisasi seperti komitmen BBPOM di Banda Aceh dalam meningkatkan kompetensi dan kemampuan SDM terkait Pencegahan, Penindakan, dan Penegakan Hukum secara berkesinambungan serta jejaring kuat BBPOM di Banda Aceh dengan unsur Criminal Justice System di daerah.
Namun demikian, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi oleh BPOM dalam meningkatkan penegakan hukum seperti belum maksimalnya payung hukum penindakan terhadap pelanggaran di bidang obat dan makanan; jumlah petugas penindakan baik PPNS maupun intelijen yang masih belum sebanding dengan cakupan wilayah kerja; serta terbatasnya dukungan sistem teknologi informasi dalam bidang penindakan.
1.2.2. Isu Eksternal
1.2.2.1 Produk pangan yang masih mengandung bahan berbahaya
Berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan oleh BBPOM di Banda Aceh masih ditemukan pangan yang mengandung bahan berbahaya yaitu produk mie basah dan kerupuk tempe. Untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya yaitu koordinasi dengan lintas sector, pembinaan dan pendampingan kepada pelaku usaha serta penegakan hukum.
1.2.2.2. Kosmetik dan Obat Tradisional yang beredar tidak memiliki izin edar dan mengandung bahan berbahaya
Permintaan masyarakat Aceh terhadap kosmetik terutama pemutih wajah sangat tinggi pada kaum ibu dan remaja namun masih ditemukan mengandung Merkuri. Selain itu, obat tradisional dan obat kuat juga sangat banyak diminati, namun sangat berisiko terhadap kesehatan karena mengandung bahan kimia obat (BKO). Hal ini merupakan isu yang sangat mengkhawatirkan di masyarakat.
1.2.2.3. Produk UMKM masih banyak yang belum memiliki izin edar (NIE)
Salah satu program utama pemerintah adalah peningkatan mutu UMKM sehingga produk-produk UMKM dapat berdaya saing di pasar internasional. Provinsi Aceh memiliki banyak UMKM yang potensial namun belum memiliki izin edar. BBPOM di Banda Aceh membuat
inovasi SI MEMPAN ACEH (SIap MEMberikan PendampingAN dengan Aksi Cepat, Efektif dan Handal) untuk mendampingi UMKM dalam pengurusan izin edar.
1.2.2.4. Tindak lanjut Pemerintah Daerah belum optimal terhadap hasil pengawasan industri rumah tangga pangan (IRTP)
Masih ditemukan IRTP yang tidak memiliki nomor izin edar PIRT dan persyaratan hygiene dan sanitasi yang masih belum memenuhi ketentuan. Tindak lanjut hasil pengawasan oleh Pemda belum optimal sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2017 tentang Peningkatan Efektivitas Pengawasan Obat dan Makanan sehingga pengawasan yang menjadi kewenangan Pemda belum dilakukan secara semestinya. Hal ini disebabkan karena kompetensi dan jumlah SDM Pemda belum memadai dan pola mutasi internal Pemda yang terlalu sering.
1.2.2.5. Kondisi Geografis Provinsi Aceh
Berdasarkan kondisi geografis, Provinsi Aceh berhadapan dengan negara tetangga (Malaysia, Thailand, dan India) dan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara, yang berpotensi sebagai pintu masuk produk Obat dan Makanan ilegal dari luar.
1.2.2.6. Garam konsumsi di Provinsi Aceh belum seluruhnya mengandung Iodium
Aceh merupakan salah satu daerah penghasil garam karena memiliki garis pantai yang sangat panjang, namun garam yang dihasilkan masih diproduksi secara tradisional dan belum ditambahkan Iodium. Untuk itu diperlukan perkuatan koordinasi dengan lintas sektor untuk menghasilkan garam yang beriodium dalam rangka menurunkan angka stunting di Aceh.
1.2.2.7. Peraturan Daerah tentang Jaminan Produk Halal
Dengan diberlakukannya Qanun Produk Halal Nomor : 08 Tahun 2016 Tentang Sistem Jaminan Produk Halal di Provinsi Aceh, sehingga perlu perkuatan koordinasi dan sinergitas Balai Besar POM di Banda Aceh dengan MPU (Majelis Permusyaratan Ulama) Aceh.
1.2.2.8. Penjualan Produk Obat dan Makanan secara Online
Masyarakat harus dicerdaskan agar tidak tertipu promosi berlebihan berupa khasiat yang lebih, harga yang murah dan iming – iming bonus dari penjual. Badan POM telah menerbitkan Per BPOM Nomor 8 Tahun 2020 tentang Pengawasan Obat dan Makanan yang di edarkan secara daring, sehingga diperlukan sosialisasi kepada lintas sektor, pelaku usaha dan masyarakat. BBPOM di Banda Aceh dan Loka POM terus melakukan patroli siber untuk mengawasi produk Obat dan Makanan yang beredar secara online.
Balai Besar POM di Banda Aceh menggunakan analisa SWOT untuk menentukan tantangan dan peluang yang dihadapi dengan melakukan identifikasi permasalahan internal dan eksternal sesuai dengan pelaksanaan tugas dan fungsi Balai Besar POM di Banda Aceh periode 2020-2024. Faktor lingkungan internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan sedangkan faktor eksternal terdiri peluang dan ancaman.
Analisa SWOT ini dilakukan dengan melihat pada sumber-sumber organisasi meliputi aspek kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan tantangan (threats) yang berasal dari dalam maupun luar organisasi, serta berguna untuk merumuskan dan menentukan strategi terhadap penetapan kebijakan dasar sebagai pedoman pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi selama jangka waktu tertentu.
Analisa faktor lingkungan internal adalah suatu keadaan yang berasal dari dalam komunitas/organisasi yang dapat mempengaruhi dan membentuk kondisi/situasi tertentu pada komunitas/organisasi tersebut. Hasil pengolahan data SWOT dapat ditentukan beberapa faktor yang dianggap kekuatan (strength) pada Balai Besar POM di Banda Aceh.
1.2.3. Analisis SWOT
Hasil analisa lingkungan strategis baik eksternal maupun internal dirangkum dalam Tabel 6 berikut:
Tabel 1.4 Analisis SWOT
KEKUATAN KELEMAHAN
1. Komitmen pimpinan dan
seluruh ASN BBPOM di Banda Aceh dalam menerapkan RB.
2. Kompetensi SDM BBPOM di Banda Aceh yang profesional dan memadai.
3. Inpres 3 tahun 2017 tentang peningkatan efektifitas
pengawasan Obat dan Makanan.
4. Adanya pembentukan UPT di Kab/Kota
5. Memiliki laboratorium unggulan yaitu pengujian DNA porcine, dan laboratorium rujukan untuk ganja
6. Kejelasan pembagian tugas dan fungsi berbasis e-kinerja
7. Implementasi budaya kerja 8. Adanya Peraturan Presiden
Nomor 80 Tahun 2017 tentang BPOM yang memuat tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas.
9. Adanya peningkatan kualitas pelayanan publik
10. adanya mobile lab dalam perluasan cakupan pengawasan serta pengujian
1. Jumlah ASN belum memadai jika dibandingkan dengan
cakupan tugas pengawasan dan beban kerja.
2. Ruang lingkup pengujian masih terlalu kecil dibandingkan
dengan area pengawasan produk.
3. Masih diperlukan
pengembangan IT yang lebih aplikatif
4. Payung hukum tentang
pengawasan obat dan makanan belum ada
5. Anggaran utk pengujian masih terbatas,
6. Masih kurangnya sosialisasi kepada masyarakat dan lintas sektor tentang tupoksi BBPOM di Banda Aceh dan kinerja yang telah dilakukan
7. Belum adanya personil yang memiliki kemampuan di bidang perawatan instrumen
laboratorium
8. kurang memadainya sarana dan prasarana IT dalam menunjang tugas di lapangan
9. kurangnya inovasi dalam
pengawasan obat dan makanan 10. Masih ada syarat mutu yang
belum sama dengan SNI wajib
PELUANG TANTANGAN
1. Terjalinnya kerjasama yang baik dengan lintas sektor.
2. Ekspektasi masyarakat yang tinggi terhadap keberadaan BBPOM.
3. Perkembangan teknologi yang semakin canggih.
4. Tingkat pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan semakin baik.
5. Peningkatan pengetahuan
masyarakat sudah dimulai dari usia dini
6. Dukungan pemerintah daerah dan organisasi profesi
7. Semakin tingginya komitmen pemerintah dalam peningkatan kualitas dan kesejahteraan SDM 8. Pelaku usaha yg sebagian besar
bersikap kooperatif
9. Regulasi yang mendukung
perkembangan dunia usaha seta pengembangan dan percepatan pelayanan publik
10. Meningkatnya jumlah
permohonan pendaftaran produk tidak memiliki izin edar dan mengandung bahan
berbahaya
3. Produk UMKM masih banyak yang belum memiliki izin edar (NIE)
4. Tindak lanjut Pemerintah Daerah belum optimal terhadap hasil pengawasan industri rumah tangga pangan (IRTP)
5. Kondisi Geografis Provinsi Aceh
6. Garam konsumsi di Provinsi Aceh belum seluruhnya mengandung Iodium 7. Peraturan Daerah tentang
Jaminan Produk Halal 8. Penjualan Produk Obat dan
Makanan secara Online
Berdasarkan hasil analisa SWOT tersebut di atas, baik dari sisi keseimbangan pengaruh lingkungan internal antara kekuatan dan kelemahan, serta pengaruh lingkungan eskternal antara peluang dan ancaman, Balai Besar POM di Banda Aceh perlu melakukan penataan dan penguatan kelembagaan dengan menetapkan strategi untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi Badan POM periode 2020-2024. Terdapat beberapa hal yang harus dibenahi di masa mendatang agar pencapaian kinerja Balai Besar POM di Banda Aceh lebih optimal.
Berdasarkan kondisi obyektif capaian yang dipaparkan di atas,
kapasitas Balai Besar POM di Banda Aceh sebagai lembaga pengawasan obat dan makanan di Provinsi Aceh masih perlu terus dilakukan penataan dan penguatan, baik secara kelembagaan maupun dukungan regulasi yang dibutuhkan, terutama peraturan perundang-undangan yang menyangkut peran, tugas pokok dan fungsinya agar pencapaian kinerja di masa datang semakin baik dan dapat memastikan berjalannya proses pengawasan obat dan makanan yang lebih ketat dalam menjaga keamanan, khasiat/manfaat dan mutu obat dan makanan.
BAB II
VISI, MISI, TUJUAN, BUDAYA ORGANISASI