• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Terminal Terpadu Pinang Baris

BAB III Perkembangan Terminal Pinang Baris ( 1990 – 2000 )

3.2 Pemanfaatan Terminal Terpadu Pinang Baris

Pengelolaan Terminal Pinang Baris dikelola oleh 3 instansi sehingga di katakan menjadi Terminal Terpadu Pinang Baris yaitu :

a. Perusahaan Daerah Pembangunan ( PD Pembangunan ) Kotamadya Medan yang berwenang dalam urusan administrasi serta perawatan gedung.

b. Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan yang bertindak untuk mengelola sektor pendapatan Tanda Pengutipan Retribusi ( TPR )

c. Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya Kotamadya Medan yang bertugas untuk pengendalian dan pengoperasian lalu lintas.

Ketiga instansi ini bertugas sebagai Unit Pengelola Terminal ( UPT ) Pinang Baris yang berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tk. II Medan No. 551.22/565/SK/91 tahun 1991 menyerahkan pengelolaanya kepada PD Pembangunan Kotamadya Medan. Pengelolaan Terminal Pinang Baris dipimpin oleh Kepala Unit Pengelola Terminal Pinang Baris yang dalam tekhnis operasionalnya bertugas untuk mengelola dan bertanggung jawab pada pemeliharaan Terminal Pinang Baris.

Susunan Organisasi Unit Pengelola Terminal Pinang Baris20

a. Kepala UPT Pinang Baris

terdiri dari :

b. Kepala Tata Usaha

d. Kepala Urusan Keuangan

e. Kepala Urusan Perawatan dan Kebersihan Terminal f. Staf ataupun Anggota.

Adapun bagan organisasi Unit Pengelola Terminal Pinang Baris ini dapat dilihat pada daftar gambar.

Ditinjau dari sistem kota, untuk model terminal Pinang Baris ini menggunakan konsep nearside terminating21

1) Tersedianya lahan yang cukup luas di pinggiran kota Medan sehingga memberikan peluang untuk pengembangan Terminal Pinang Baris,

dimana dalam konsep ini terminal dikembangkan di daerah pinggiran kota dan untuk pergerakan di dalam kota dilayani oleh angkutan kota yang berawal dan berakhir di dalam terminal. Konsep ini merupakan salah satu usaha untuk memisahkan lalu lintas regional dengan lalu lintas lokal, sehingga dapat mengurangi permasalahan lalu lintas dalam kota. Konsep pengembangan Terminal Pinang Baris ini dilakukan karena :

2) Aktivitas di pinggiran kota tidak terlalu padat sehingga diharapkan pembangunan maupun pengembangan Terminal Pinang Baris ini mampu meningkatkan aktivitas penduduk di daerah pinggiran apalagi pada saat pembangunannya tidak terjadi penggusuran terhadap tempat tinggal masyarakat,

3) Menghindari tumpang tindih perjalanan karena arus lalu lintas regional tidak akan masuk ke dalam kota karena perjalanan didalam kota akan dilayani oleh angkutan dalam kota dari terminal Pinang Baris ke seluruh bagian kota.

Setelah diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara Raja Inal Siregar pada tanggal 14 Oktober 1993, maka resmilah terminal ini beroperasi. Antusiasme masyarakat meningkat untuk memanfaatkan terminal ini. Kenderaan angkutan umum semakin teratur untuk masuk terminal. Loket – loket mulai ramai disebabkan sudah banyak pengusaha angkutan yang melakukan kegiatan usahanya di terminal ini. Operasional Terminal Pinang Baris selama kurun waktu 10 tahun ini akan coba di simpulkan menurut persepsi penggunanya berdasarkan beberapa poin yaitu :

A. Jarak Berjalan

Kemudahan dalam lalu lintas utama yang mendukung kemudahan pencapaian dari dan ke Terminal Pinang Baris sudah ada karena sudah didukung oleh penyediaan jaringan jalan yang sudah baik dan angkutan umumyang sudah memadai. Akses jalan untuk mencapai Terminal Pinang Baris melalui lalu lintas utama adalah Jalan Gatot Subroto yang merupakan lalu lintas regional menuju ke luar kota. Tetapi posisi terminal ini menggunakan jalan arteri yaitu Jalan Pinang Baris ( Sekarang Jalan TB. Simatupang ) yang berjarak 500 meter dari persimpangan jalan utama. Namun ini tidak menjadi kendala karena sudah banyak angkutan umum yang langsung menuju Terminal Pinang Baris yang mencakup seluruh penjuru kota Medan. Angkutan Umum yag

Padang Bulan ; KPUM 52 Jurusan Pinang Baris – Amplas via Perumnas Helvetia, Pringgan, Titi Kuning ; KPUM 63 Jurusan Pinang Baris – Tembung, KPUM 31 Jurusan Pinang Baris – Belawan, Morina 138 Jurusan Pinang Baris – Amplas via Pasar Merah/Menteng ; Gajah Mada 99 Jurusan Pinang Baris – Martubung ; Nasional 38 Jurusan Pinang Baris – Amplas via Sunggal ; dsb. B. Kemudahan Pencapaian.

Keberadaan Terminal Pinang Baris berlokasi paling dominan merupakan akhir daripada trayek angkutan umum sehingga menjadi sangat mudah dicapai oleh para calon penumpag maupun kenderaan umum dan pribadi meskipun terletak di pinggiran kota. Meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan terciptanya terminal – terminal bayangan di sekitar terminal Pinang Baris. C. Pelayanan Fasilitas

Keberadaan fasilitas terminal sangat menentukan kelancaran sirkulasi kendaraan serta menunjang keamanan dan kenyamanan para pengguna jasa angkutan umum. Secara garis besar fasilitas yang ada dalam Terminal Pinang Baris meliputi fasilitas penumpang, fasilitas kendaraan, dan fasilitas penunjang. Adapun fasilitas – fasilitas tersebut merupakan bagian integral yang saling terkait dan harus diakui peran sertanya dalam memajukan terminal Pinang Baris ini.

a. Fasilitas Penumpang

Fasilitas bagi penumpang dan calon penumpang yang ada di Terminal Pinang Baris adalah ruang tunggu, loket bus, loket karcis, dan ruang

loket bus walaupun dibangun sebanyak 38 unit namun semua ini tidak terpenuhi karena jumlah perusahaan angkutan juga tidak banyak. Kelebihan dari unit bangunan ini kemudian di alih fungsikan menjadi kios makanan dan minuman. Umumnya loket karcis di Terminal Pinang Baris langsung berada di dalam loket bus. Untuk ruang tunggu di Terminal Pinang Baris terdapat dua tempat yakni ruang tunggu keberangkatan dan ruang tunggu umum. Untuk ruang tunggu keberangkatan biasanya langsung berada di sekitar loket bus tujuan. Misalkan pemberangkatan untuk tujuan Banda Aceh menggunakan bus Anugerah, para calon penumpang bus yang telah membeli karcis menunggu diloket bus Anugerah. Untuk fasilitas di dalam ruang tunggu loket tersebut adalah tanggung jawab dari perusahaan angkutan. Sedangkan untuk ruang tunggu umum berada di gedung induk di depan pusat informasi. Fasilitas yang ada disini hanya tempat duduk. Sepanjang perjalanannya semua fasilitas penumpang yang disebutkan diatas masih ada walaupun sebagian tidak lagi berfungsi secara optimal.

b. Fasilitas Kendaraan

Fasilitas untuk kenderaan terdiri dari jalur kedatangan, jalur keberangkatan, dan jalur parkir sementara. Pada awalnya jalur keberangkatan dan kedatangan berada pada satu jalur. Namun pada tahun 1996 kedua jalur ini dipisahkan seiring dengan penambahan dari semula hanya satu pintu sebagai akses untuk masuk dan keluar terminal menjadi

terminal. Sedangkan fasilitas untuk parkir sementara di berlakukan di loket bus masing – masing dan boleh juga pada lahan kosong di dalam terminal dengan tidak menggangu sirkulasi kenderaan. Pada awal operasionalnya masih terdapat banyak lahan kosong seiring dengan perkembangan terminal ini maka untuk optimalisasi kinerja terminal maka untuk parkir kenderaan hanya dilakukan di depan masing – masing loket bus dan bersifat antrian memanjang sesuai keberangkatan.

c. Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang yang terdapat pada Terminal Pinang Baris meliputi : 1. kantor pengelola terminal,

2. kantor keamanan, 3. pos keamanan, 4. menara pengawas, 5. ruang komunikasi, 6. pos penarikan retribusi,

7. kantor perwakilan perusahaan, 8. telepon umum,

9. mushalla, 10.toilet umum,

11.kios makanan dan minuman, 12.bengkel, dll.

Fasilitas ini merupakan fasilitas dasar yang harus dimiliki sebuah terminal sehingga kedepannya diharapkan adanya penambahan fasilitas dan juga perawatan terhadap fasilitas tersebut.

D. Keamanan

Keamanan baik fisik maupun psikologis yang dirasakan pengguna angkutan umum dapat berupa bebas dari bahaya, bebas dari gangguan, terlindungi, tidak merasa takut atau khawatir menggunakannya.22

22

Flaherty. Transport Planning on Traffic Enginering, 1997, hal: 86 (“semua penumpang Hal ini tentu akan mempengaruhi kinerja dari Terminal Pinang Baris. Kondisi keamanan Terminal Pinang Baris memang cukup meresahkan dimana seringkali terjadi tindakan kriminal berupa pencopetan serta pemaksaan oleh para calo. Hal dikarenakan petugas keamanan yang ditempatkan tidak sebanding dengan banyaknya penumpang dan luasnya terminal sehingga menyebabkan rasa ketidakamanan penumpang ketika berada di Terminal Pinang Baris. Berdasarkan informasi, terkadang korban kejahatan juga terjadi dalam angkutan umum dan melaporkan kejadiannya kepada pihak keamanan terminal sehingga timbul kesan negatif terhadap terminal. Walaupun demikian selama tahun 1990 – 2000 angka kejahatan yang paling tinggi adalah untuk kasus pencopetan saja sedangkan kasus yang lain seperti penipuan, pembiuasan, dll, sangat sedikit dan bahkan hampir tidak ada. Saat ini di Terminal Pinang Baris hanya terdapat sebuah pos pengamanan yang dijaga

oleh polisi yang letaknya dekat dengan gedung pengelola. Akibat yang ditimbulkan dari masalah ini adalah pergerakan penumpang melalui terminal Pinang Baris semakin berkurang. Kelesuan mulai dialami oleh Terminal Pinang Baris ketika para penumpang mulai beraktifitas diluar terminal. Mereka kemudian memilih menaiki dan turun dari angkutan umum di sekitar persimpangan Jalan Gatot Subroto – jalan TB. Simatupang persis di depan Pasar Kampung Lalang. Inilah yang menyebabkan berdirinya terminal bayangan disekitar Terminal Pinang Baris.

E. Kenyamanan yang dirasakan penumpang terkait dengan situasi ketika menggunakan terminal ini adalah ketika penumpang merasa tersedia ruangan yang cukup bagi mereka sehingga mereka dapat senang, sejuk, enak dan tidak kecewa ketika berada di Terminal Pinang Baris.23 Kondisi kenyamanan penumpang di Terminal Pinang Baris sangat memprihatinkan, dimana tidak ada fasilitaspenunjang yang dapat memberikan kenyamanan bagi penumpang seperti ruang tunggu yang sejuk, tempat duduk yang mencukupi, jalur pedestrian yang teduh dan aman, toilet yang bersih dan layak pakai serta fasilitas lainnya. Saat ini di Terminal Pinang Baris, loket bus, jalur pedestrian dan kios menjadi satu sehingga penumpang menjadi tidak nyaman ketika berjalan maupun menunggu bus.

3. 3. Pasang Surut Fungsi Terminal Pinang Baris 1990 – 2000

Terminal Pinang Baris sejak tahun 1990 – 2000 sudah mengalami pasang surut dalam menjalankan fungsinya. Fungsi utama terminal berdasarkan pihak yang terkait yaitu :

1. Fungsi terminal bagi penumpang adalah kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari suatu moda ke moda yang lainnya, tempat tersedianya fasilitas – fasilitas dan informasi serta adanya fasilitas parkir bagi kenderaan pribadi.

2. Fungsi terminal bagi pemerintah antara lain adalah dari segi perencanaan dan manajemen lalu lintas untuk menata lalu lintas dan menghindari kemacetan, sebagai sumber pemungutan retribusi, dan sebagai pengendali arus angkutan umum.

3. Fungsi terminal bagi operator bus adalah untuk pengaturan layanan operasi bus, penyediaan fasilitas istirahat, dan informasi bagi awak bus serta fasilitas pangkalan. Fungsi ini akan berjalan dengan maksimal jika fungsi yang lain juga dimaksimalkan. Artinya ada keterkaitan antara fungsi yang satu dengan yang lainnya dan ini membutuhkan keseriusan dan kerja keras dalam pengelolaan terminal ini sehingga harapan dengan keberadaan terminal ini dapat terwujud.

Sepanjang periode 1990 – 2000 terminal ini telah mengalami banyak dinamika. Hal ini berkaitan erat dengan retribusi yang diperoleh, dimana semakin

besar retribusi dari terminal yang diperoleh maka total retribusi makin meningkat dan PAD Kota Medan diharapkan makin besar pula. Dari angka – angka tersebut maka akan terlihat gambaran keadaan Terminal Pinang Baris dari tahun ke tahun.

Tabel 1.1 TPR Terminal Pinang Baris 1996 – 2001

No. Tahun Realisasi ( Rp ) Perubahan ( Rp )

Laju Pertumbuhan ( % ) 1. 1996/1997 137.456.700 - - 2. 1997/1998 144.274.150 7.818.450 5,7 3. 1998/1999 147.296.800 3.022.650 2,1 4. 1999/2000 149.645.300 2.348.500 1,6 5. 2000/2001 136.735.000 - 12.910.300 - 8,6

Sumber : Dinas Pendapatan Kotamadya Medan 2000

Tabel diatas menyajikan realisasi retribusi (TPR)dari Terminal Terpadu Pinang Baris dari tahun 1996 – 2001. Pada tahun 1996/1997 realisasinya sebesar Rp. 137.456.700. Kemudian tahun1997/1998 menjadi Rp. 144.274.150. Pada tahun 1998/1999 naik menjadi Rp. 147.296.800. Sedangkan pada tahun 2000 menjadi Rp. 149.645.300. Dari angka – angka tersebut jelas terjadi kenaikan dari tahun sebelumnya dan penurunan drastis terjadi pada tahun 2001. Gejala ini dapat terlihat dari laju pertumbuhannya yang cenderung menurun. Kalau pada tahun 1997/1998 laju pertumbuhannya mencapai 5,7 persen dibandingkan tahun sebelumnya, maka pada tahun 1998/1999 menurun menjadi 2,1 persen selanjutnya tahun 2000 menjadi turun 1,6 persen. Dari angka – angka tersebut tentu akan timbul pertanyaan mengapa

jumlah retribusi Terminal Pinang Baris cenderung menurun. Penyebabnya tidak lain adalah berkurangnya jumlah objek retribusi atau karena faktor lain. Berkurangnya jumlah objek retribusi ditandai oleh menurunnya jumlah kenderaan umum/angkutan kota yang masuk ke Terminal Pinang Baris. Hal ini disebabkan munculnya terminal – terminal bayangan di sekitar Terminal Terpadu Pinang Baris yang sama sekali tidak tersentuh oleh petugas retribusi. Faktor yang lain adalah mulai banyaknya perusahaan angkutan yang meninggalkan Terminal Terpadu Pinang Baris dan mendirikan loket – loket mereka yang berada jauh dari kawasan terminal.24 Alasan mereka adalah efektivitas dan efisiensi dari biaya operasional yang mereka keluarkan lebih rendah apabila mereka beroperasi dari Terminal Terpadu Pinang Baris.25

Sepanjang pengamatan penulis memang hal yang lumrah apalagi bila dikaitkan dengan kondisi penumpang dan kondisi lapangan. Penumpang yang umumnya menuju Tanah Karo yang dominan berada disekitar Padang Bulan akan menggunakan perusahaan transportasi tersebut langsung dari kawasan Jl. Jamin Ginting daripada harus ke Terminal Pinang Baris. Sedangkan yang berada di sekitar Jl. Gajah Mada yang merupakan daerah yang didominasi pendatang dari Propinsi D. I Aceh. Artinya para pengusaha angkutan langsung menjemput bola dengan mendirikan loket – loket mereka di daerah tersebut.

26

24

Sekitar Tahun 2000 Perusahan Angkutan CV. Sinabung Jaya mulai beroperasi di sekitar Simpang Pos. Bus – bus tujuan Banda Aceh seperti PO. Kurnia, PO. Pusaka, PO. PMTOH, dll juga mendirikan loketnya di Jl. Gajah Mada.

Kondisi inilah yang menjadi salah satu penyebab menurunnya objek retribusi di Terminal Pinang Baris.

Hal yang sama juga dialami oleh para supir angkutan umum dalam kota dimana mereka menyadari bahwa sebuah kesia – siaan apabila mereka masuk ke dalam terminal dan membayar retribusi. Mereka jarang mendapatkan apa yang mereka inginkan yaitu penumpang yang memadati angkutan mereka. Para penumpang angkutan luar kota yang telah tiba lebih sering turun di sekitar persimpangan Kampung Lalang dan menunggu angkutan dalam kota yang akan mengantar mereka ke daerah tujuan sehingga para supir angkutan dalam kota pun menunggu disana dan mulai mengabaikan keberadaan Terminal Pinang Baris. Selain itu keadaan fasilitas didalam terminal yang mulai tidak terawat menyebabkan para calon penumpang enggan untuk memanfaatkan fungsi Terminal Pinang Baris untuk bepergian. Dalam hal ini dibutuhkan ketegasan pihak pengelola terminal dalam menjalankan fungsinya. Ketegasan yang dimaksud adalah yaitu dengan melakukan tindakan kepada para pengemudi angkutan umum yang melanggar aturan lalu lintas dan menyalahi program pemerintah dalam hal ini mengenai sistem transportasi kota.

BAB IV

PENGARUH KEBERADAAN TERMINAL TERPADU PINANG

BARIS TERHADAP LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN RAYA

KOTA MEDAN

Terminal Terpadu Pinang Baris adalah salah satu dari dua buah terminal utama di Kota Medan selain Terminal Terpadu Amplas. Secara keseluruhan luas areal Terminal Pinang Baris adalah 5 Ha. Terletak di sebelah Barat Kota Medan yang melayani arus lalu lintas bus yang datang dari dan ke jurusan Barat Laut ( Banda Aceh, Langkat, Tanjung Pura, Pangkalan Berandan, Besitang, dll ) dan ke jurusan Selatan ( Tanah Karo, Dairi, dll ). Terminal ini merupakan Salah satu fasilitas umum yang berfungsi untuk mengurai kemacetan lalu lintas di Kota Medan dan juga untuk meningkatkan pelayanan penumpang umum baik yang menggunakan angkutan umum antar kota maupun angkutan umum dalam kota.27

Pertumbuhan dan perkembangan Kota Medan di berbagai sektor membawa konsekuensi terhadap meningkatnya kegiatan transportai kota. Kota Medan yang berfungsi sebagai ibukota propinsi Sumatera Utara berperan sebagai pusat berbagai kegiatan baik dalam konteks lokal maupun regional. Hal inilah yang pada akhirnya menimbulkan intensitas pergerakan yang sangat tinggi baik itu pergerakan internal maupun pergerakan eksternal, sehingga konsekuensinya dibutuhkan suatu fasilitas

yang dapat menampung pergerakan penduduk ketika terjadinya aktivitas perpindahan moda transportasi yaitu terminal.

Kota Medan sebagai ibukota propinsi Sumatera Utara tidak dapat dipungkiri dikatakan sebagai pusat pelayanan dan pengembangan transportasi dalam propinsi itu sendiri. Dalam mendukung aktifitas transportasi itu sendiri, pendirian suatu objek transit atau pemberhentian moda angkutan transportasi sangatlah diperlukan keberadaannya, dan dalam hal ini Terminal Pinang Baris didirikan dengan maksud dapat menampung segala pelayanan moda transportasi tersebut. Ditinjau dari fungsi dan jangkauan pelayanan maka Terminal Terpau Pinang Baris dinobatkan sebagai salah satu Terminal induk Kota Medan yang dapat menampung segala aktifitas moda angkutan umum baik antar kota dalam propinsi maupun angkutan umum dalam kota. Adapun fasilitas yang tersedia didalam Terminal Terpadu Pinang Baris disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 1.2 Fasilitas Terminal Pinang Baris

No Fasilitas Jumlah

1. Bangunan Loket Bus 48 Unit

2. Bangunan Kios 34 Unit

3. Toilet Umum 8 Unit

4. Musholla 1 Unit

5. Gudang 1 Unit

7. Bangunan Tempel Ban 1 Unit

Sumber : PD Pembangunan Kotamadya Medan Tahun 1994

Berkaitan dengan masalah lalu lintas di Kota Medan sejak keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris maka berikut akan diuraikan dampak dari keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris terhadap kondisi lalu lintas di Kota Medan.

4. 1. Kondisi Lalu Lintas Angkutan Dalam Kota Medan Pasca Dibangunnya Terminal Terpadu Pinang Baris

Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa sistem transportasi perkotaan terdiri dari berbagai aktivitas seperti bekerja, sekolah, olah raga, belanja, bertamu, dsb, yang berlangsung diatas lahan (kantor, pabrik, pertokoan, rumah, dll ). Masing – masing daripada lahan tersebut dinamakan tata guna lahan. Proses kegiatan diatas lahan ini disebut sebagai sistem kegiatan. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia melakukan perjalanan diantara tata guna lahan tersebut dengan menggunakan sistem jaringan transportasi ( misalanya dengan berjalan kaki atau menggunakan kenderaan). Hal ini menimbulkan pergerakan arus barang dan orang. Pergerakan arus manusia, kenderaan dan barang mengakibatkan berbagai macam interaksi.28

Arah pergerakan lalu lintas di Kota Medan terjadi akibat adanya interaksi antara dua tata guna lahan atau lebih baik yang berada di dalam kota maupun diluar kota. Interaksi dalam lingkup kota lebih banyak terjadi dari zona pemukiman dan perumahan, namun karena intensitas aktivitas komersial lebih tinggi maka pergerakan

lalu lintas terbesar lebih banyak didominasi oleh zona komersial, walaupun sebenarnya lebih banyak dipengaruhi oleh keberadaan jalan arteri primer. Yang terjadi di Kota Medan adalah sebelum berdirinya Terminal Pinang Baris adalah kondisi lalu lintas begitu sangat semrawut dan memprihatinkan yakni pergerakan lalu lintas yang selalu cenderung terpusat menuju ke inti kota. Diwarnai dengan keberadaan arus lokal ( arus lalu lintas dalam kota ) dengan arus regional ( arus lalu lintas antar kota ) yang saling bersinggungan bahkan ada juga yang mengalami tumpang tindih dalam melaksanakan kegiatannya. Sehingga menciptakan konflik dalam lalu lintas dan cenderung menciptakan kemacetan.

Kemudian pemerintah mulai membangun terminal, yang kita kenal sekarang sebagai Terminal Terpadu Pinang Baris dan Terminal Terpadu Amplas. Terminal ini dikembangkan di pinggiran Kota Medan dan untuk pergerakan lalu lintas didalam kota dilayani oleh angkutan umum dalam kota yang segala kegiatannya berawal dan berakhir di Terminal Pinang Baris maupun Terminal Terpadu Amplas. Cara ini merupakan salah satu usaha untuk memisahkan lalu lintas regional dengan lalu lintas lokal sehingga dapat mengurangi permasalahan lalu lintas dalam kota. Dengan berlokasi dipinggiran kota, berarti arus regional tidak perlu masuk ke inti kota karena perjalanan ke dalam kota akan dilayani oleh angkutan kota dari Terminal Terpadu Pinang Baris ke seluruh bagian kota. Dengan demikian, berarti akan mengurangi tumpang tindih perjalanan dengan tujuan yang sama sehingga mengurangi beban jaringan jalan kota. Berdasarkan fungsi dan lingkup pelayanan itulah, Terminal Pinang Baris memberikan pengaruh besar terhadap peningkatan aktifitas dan

pergerakan penumpang, barang, dan moda transportasi darat itu sendiri. Walaupun pada akhirnya akan menimbulkan hal – hal yang memprihatinkan dari adanya peningkatan aktifitas itu sendiri terhadap kondisi fisik terminal, kemacetan dalam lingkup lingkungan yang lebih diakibatkan oleh peningkatan volume arus lalu lintas, kurangnya tingkat pelayanan terminal akibat dari ruang terminal yang cenderung tetap dan tidak memiliki perubahan keruangan.

Dikarenakan prinsip dari pembangunan Terminal Terpadu Pinang Baris ini dimaksudkan untuk menyediakan tempat konsentrasi penumpang dan kenderaan, maka lokasi terminal ini pun dapat dicapai dengan mudah oleh penumpang maupun kenderaan umum. Selain itu lokasi terminal yang berada di pinggiran kota dapat memudahkan pencapaian dari luar kota bagi bus – bus antar kota disamping juga dapat merangsang pertumbuhan wilayah disekitar terminal sebagai salah satu usaha pemerataan pembangunan.

Dengan dibangunnya Terminal Pinang Baris, maka telah tercipta sistem angkutan dalam kota yang melayani pergerakan manusia dan barang menuju berbagai pusat – pusat aktivitas kota. Kita dapat melihat secara langsung keluar masuknya angkutan dalam kota melalui Terminal Terpadu Pinang Baris. Bila kita perhatikan maka akan terlihat banyaknya angkutan dalam Kota Medan yang melayani ke berbagai penjuru Kota Medan. Pada tabel berikut akan disajikan beberapa contoh angkutan dalam Kota Medan yang beroperasi melalui Terminal Pinang Baris

Tabel 1.3. Beberapa Angkutan Umum Dalam Kota Medan Yang Melintasi Terminal Pinang Baris

No Perusahaan Angkutan Rute Keterangan

1. KPUM 52 P. Baris – Amplas

Via Helvetia, Pasar Pringgan, Padang Bulan,

2. KPUM 65 P. Baris - Tembung -

3. KPUM 60 Diski - Amplas Masuk Terminal

4. RMC 120 P. Baris - Amplas

Via Setia Budi, Padang Bulan, Simpang Limun

5. KPUM 32 P. Baris - Belawan

Via Jl. G. Subroto, Jl. Putri Hijau

6. KPUM 31 P. Baris - Belawan

Via Pondok Kelapa, Gaperta, Sambu Baru, Glugur By Pass

7. Mitra 63 Diski – Pasar Merah Masuk Terminal

8. Morina 78 Diski – Martubung Masuk Terminal

9. Gajah Mada 99

Pinang Baris –

Martubung Via Tani Asli

10. Nasional 38 P. Baris - Amplas Via Sunggal

Dokumen terkait