• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris Di Kota Medan (1990 – 2000)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris Di Kota Medan (1990 – 2000)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

KEBERADAAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS DI

KOTA MEDAN (1990 – 2000)

SKRIPSI SARJANA

D I S U S U N

O L E H

:

NAMA

: BONA P. HUTABARAT

N I M

: 070706021

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

(2)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

KEBERADAAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS DI

KOTA MEDAN (1990 – 2000)

Yang telah diajukan oleh:

Nama : Bona P. Hutabarat

NIM : 070706021

Telah disetujui untuk diajukan dalam ujian seminar skripsi oleh :

Pembimbing,

Drs. Timbun Ritonga 195901281984031001

Tanggal 20 Agustus 2013

Ketua Departemen Sejarah

Drs. Edi Sumarno, M.Hum NIP. 196409221989031001

Tanggal 23 Agustus 2013

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

(3)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

KEBERADAAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS DI

KOTA MEDAN (1990 – 2000)

SKRIPSI SARJANA

Yang Dikerjakan oleh :

Nama : Bona P. Hutabarat

NIM : 070706021

Pembimbing,

Drs. Timbun Ritonga 195901281984031001

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk memenuhi syarat ujian memperoleh gelar Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu Sejarah.

DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA

(4)

Lembar Persetujuan Ketua Departemen

Disetujui Oleh :

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen,

(5)

Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Dekan dan Panitia Ujian Diterima Oleh Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sejarah Pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 28 Agustus 2013

Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,

NIP : 19511013197603100 Dr. Syahron Lubis, M. A

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

(6)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris Di Kota Medan ( 1990 – 2000 ). Fokus permasalahan yang dibahas adalah: latar belakang dibangunnya Terminal Pinang Baris, kemudian fungsi dan tujuan dibangunnya Terminal Pinang Baris, serta dampak dari keberadaan Terminal Pinang Baris di Kota Medan ( 1990 – 2000) terhadap kondisi lalu lintas didalam dan diluar Kota medan.

Dalam penulisan ini metode yang digunakan adalah metode sejarah dengan jenis penulisan berupa deskriptif analisis. Dalam penelitian ini juga digunakan metode pengalaman individu (life history) sebagai metode wawancara berfokus dengan mengungkapkan sejarah transportasi dan sejarah perusahaan. Sumber data diperoleh dari sumber – sumber tertulis (buku, dokumentasi, arsip, dll) informan, peristiwa dan aktivitas. Pengumpulan data menggunakan observasi partisipasi kadang kala disertai dengan wawancara, dan dokumentasi. Kemudian dilakukan tahapan kritik sumber dengan membandingkan data – data yang ada lalu melakukan tahapan interpretasi sebelum dilanjutkan dalam tahapan penulisan.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan: (1). Terminal Terpadu Pinang Baris merupakan sebuah solusi dalam mengatasi permasalahan lalu lintas di Kota Medan yang sebelumnya sangat tidak terkendali akibat banyaknya tumpang tindih penggunaan jalan menuju inti kota, (2). Terminal Pinang Baris memiliki fasilitas yang lengkap namun berfungsi tidak secara optimal, masih perlu dilakukan pembenahan dengan melakukan perbaikan atau bahkan penambahan fasilitas yang lebih baru ataupun modern, (3). Terminal Pinang Baris berperan menjadi penata lalu lintas dengan melakukan pengaturan terhadap arus angkutan umum baik untuk angkutan dalam kota maupun angkutan antar kota

(7)

KATA PENGANTAR

Medan, Oktober 2013

Syalooom..

Salam sejahtera…!

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih

karunia dan hikmat Nya lah sehingga penulis sampai pada tahap akhir perkuliahan

dan dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi yang berjudul

:“KEBERADAAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS DI KOTA MEDAN (1990 - 2000). Kiranya Kasih-Nya yang tak berkesudahan juga melimpahi kita semua.

Penulis tidak dapat menyelesaikan semua ini tanpa bantuan dari semua pihak

yang telah bersedia membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini mulai dari awal

sampai skripsi ini dapat diselesaikan.

Dalam penulisan Skripsi ini, penulis sadar bahwa ini tidak luput dari

kekurangan dan masih butuh penyempurnaan. Untuk itu penulis merasa terbuka

untuk menerima saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan tulisan ini.

Demikian penulis sampaikan dan semoga skripsi ini kelak bisa berguna terhadap

berbagai pihak.

Terimakasih, Tuhan Memberkati…!!

Medan,23 Oktober 2013

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar – besarnya sebagai ungkapan tulus dan balasan jasa orang – orang yang

terlibat dalam penulisan skripsi ini. Kiranya Tuhanlah yang memberikan berkahnya

buat kita semua. Jika ada ada nama yang tidak disebutkan, saya haturkan maaf yang

sebesar – besarnya dan bukan ada unsur kesengajaan. Rasa Terima kasih ku kepada :

1. Ayahanda M. Hutabarat dan ibunda E.Lumban gaol, yang senantiasa

mengasihi saya sejak lahir hingga saat ini. Ayah dan bunda banyak memberi

nasehat, motivasi, dukungan dan kasih sayang yang tidak ternilai harganya,

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Mohon maaf dari ananda

apabila penyelesaian skripsi ini tidak sesuai harapanmu. Semoga kalian diberi

umur yang panjang, kesehatan, dan tentunya Tuhan terus memberkati

memberkati keluarga kita.

2. Dr. SyahronLubis, M. A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas

Sumatera Utara beserta para Bapak Pembantu Dekan I – III, para Staf dan

para Pegawai di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera

Utara.

3. Bapak Drs. Edi Sumarno, M. Hum selaku Ketua Departemen Sejarah Fakultas

(9)

Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU, yang telah membantu penulis selama

dalam masa perkuliahan.

4. Bapak Drs. Fachrudin J. Daulay selaku dosen Penasehat Akademik penulis

yang telah memberi arahan kepada penulis selama perkuliahan.

5. Bapak Drs. Timbun Ritonga, selaku dosen pembimbing dalam penulisan ini

yang telah memberikan inspirasi, semangat, dorongan dan telah meluangkan

waktu untuk membimbing penulis. Kebaikan bapak senantiasa penulis ingat,

semoga Tuhan memberi berkat-Nya kepada bapak dan keluarga.

6. Kepada para staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya, terkhusus Departemen

Sejarah penulis ucapkan terima kasih yang begitu dalam. Karena tanpa kalian

penulis tidak ada apa – apanya. Terima kasih atas semua ilmu yang telah

penulis terima dari kalian, telah membuka wawasan dan memberikan inspirasi

bagi penulis. Kiranya Tuhanlah yang membalas semua kebaikan kalian.

7. Buat seluruh Saudara saudari penulis yaitu : kakanda Helen Hutabarat,

abangda Iwan Hutabarat, serta adinda Jani Hutabarat. Terima kasih atas

dukungan kalian selama ini, tanpa kalian mungkin proses pembuatan skripsi

ini tidak akan maksimal. Semoga penyelesaian skripsi ini bisa menjadi

motivasi bagi kita dalam menjalani proses kehidupan yang kita jalani

sekarang. Tuhan memberkati kita.

8. Seluruh rekan – rekan mahasiswa angkatan 2007 yaitu Sari, Meisia, Heri, Siti,

Okta, Mohan, Astina, Naf`an, Soji, Intan, April, Andika, Judika, Hendrik, Oli,

(10)

hampir enam tahun. Stambuk 2007 merupakan sebuah komunitas yang mana

penulis feels like home! Kalian bukan hanya teman, tetapi keluarga.

9. Kepada seluruh rekan – rekan mahasiswa di Departemen Sejarah Universitas

Sumatera Utara, kiranya ini menjadi cambuk bagi kalian yang masih duduk di

bangku perkuliahan untuk segera bisa menyusul. Jadikan ini motivasi bagi

kalian semua. Khususnya buat adik Rina Hutabarat. Cepat tamat ya ito…

10.Kepada rekan – rekan mahasiswa baik di Fakultas Ilmu Budaya maupun di

Fakultas lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Terima kasih telah

menjadi teman dan sahabat yang selama ini dalam suka maupunduka.

Thankyou guys, you are will be in my heart.

11.Buat Adinda Tersayang Yustriani br. Sembiring yang tak pernah lelah

memberikan motivasi, dorongan, dan support dan juga selalu setia dalam

menemani penulis dari awal pembuatan proposal hingga terselesaikannya

skripsi ini. Semoga sukses dalam aktivitas mu sayang, dan tetap selalu

sertakan aku dalam doamu kedepannya.

12.Kepada seluruh pihak yang membantu skripsi ini, seluruh informan dan

semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih saya

ucapkan dan kiranya Tuhanlah yang bisa membalas semua kebaikan Bapak

dan Ibu dalam proses pembuatan skripsi ini.

13.Kepada keluarga besar penulis baik dari pihak Bapak maupun Ibu.

Terimakasih atas segala dukungan baik moril maupun materi yang penulis

(11)

Dan kepada semua pihak – pihak yang tidak bisa saya sebutkan disini yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Mohon maaf apabila ada

yang kurang berkenan dan penulis tak lupa untuk mengucapkan terima kasih yang

begitu besar buat kalian. Kiranya Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai kita dalam

menjalani hidup ini.

Akhir kata dan diatas semua ini penulis panjatkan syukur dan pujian kepada

Tuhan Yesus Kristus, Allah Bapa dan Roh Kudus yang selalu memberikan limpahan

berkat Nya, perlidungan, kesehatan dan jalan keluar dikala penulis merasa drop,

lemah, putus asa, dan khawatir dalam pengerjaan skripsi ini melalui orang – orang

yang disekitar penulis. Terima kasih Tuhan atas segalanya. Tetaplah berkati hamba

Mu ini ya Tuhan.

Medan, Oktober 2013

(12)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Abstrak ... vi

Kata Pengantar ... vii

Ucapan Terima Kasih ... viii

Daftar Isi ... xii

BAB I Pendahuluan 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 7

1.4Tinjauan Pustaka ... 7

1.5Metode Penelitian ... 11

BAB II Latar Belakang Pembangunan Terminal Pinang Baris 2.1Kondisi Lalu Lintas Kota Medan Sebelum Adanya Terminal Terpadu Pinang Baris ... 14

2.2Upaya Mengatasi Permasalahan Lalu Lintas Kota Medan Sebelum Adanya Terminal Terpadu Pinang Baris ... 20

2.3Pembangunan Terminal Terpadu Pinang Baris ... 24

BAB III Perkembangan Terminal Pinang Baris ( 1990 – 2000 ) 3.1Awal Pengoperasian Terminal Terpadu Pinang Baris ... 29

3.2Pemanfaatan Terminal Terpadu Pinang Baris ... 33

(13)

BAB IV Pengaruh Terminal Pinang Baris Terhadap Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Kota Medan

4.1Kondisi Lalu Lintas Angkutan Dalam Kota Medan Pasca Dibangunnya

Terminal Terpadu Pinang Baris ... 47

4.2Kondisi Lalu Lintas Angkutan Antar Kota Dari Dan Ke Kota Medan

Pasca Dibangunnya Terminal Terpadu Pinang Baris ... 51

BAB V Kesimpulan Dan Saran

5.1Kesimpulan... 57

5.2Saran ... 58

Daftar Pustaka ... 60 Daftar Informan

(14)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris Di Kota Medan ( 1990 – 2000 ). Fokus permasalahan yang dibahas adalah: latar belakang dibangunnya Terminal Pinang Baris, kemudian fungsi dan tujuan dibangunnya Terminal Pinang Baris, serta dampak dari keberadaan Terminal Pinang Baris di Kota Medan ( 1990 – 2000) terhadap kondisi lalu lintas didalam dan diluar Kota medan.

Dalam penulisan ini metode yang digunakan adalah metode sejarah dengan jenis penulisan berupa deskriptif analisis. Dalam penelitian ini juga digunakan metode pengalaman individu (life history) sebagai metode wawancara berfokus dengan mengungkapkan sejarah transportasi dan sejarah perusahaan. Sumber data diperoleh dari sumber – sumber tertulis (buku, dokumentasi, arsip, dll) informan, peristiwa dan aktivitas. Pengumpulan data menggunakan observasi partisipasi kadang kala disertai dengan wawancara, dan dokumentasi. Kemudian dilakukan tahapan kritik sumber dengan membandingkan data – data yang ada lalu melakukan tahapan interpretasi sebelum dilanjutkan dalam tahapan penulisan.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan: (1). Terminal Terpadu Pinang Baris merupakan sebuah solusi dalam mengatasi permasalahan lalu lintas di Kota Medan yang sebelumnya sangat tidak terkendali akibat banyaknya tumpang tindih penggunaan jalan menuju inti kota, (2). Terminal Pinang Baris memiliki fasilitas yang lengkap namun berfungsi tidak secara optimal, masih perlu dilakukan pembenahan dengan melakukan perbaikan atau bahkan penambahan fasilitas yang lebih baru ataupun modern, (3). Terminal Pinang Baris berperan menjadi penata lalu lintas dengan melakukan pengaturan terhadap arus angkutan umum baik untuk angkutan dalam kota maupun angkutan antar kota

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Sistem transportasi dapat diartikan sebagai suatu kesatuan, suatu unit, suatu

integrasi yang bersifat komperhensif yang terdiri dari unsur – unsur, atau komponen –

komponen dimana masing – masing unsur ataupun komponen tersebut saling

mendukung dan bekerja sama yang menimbulkan sebuah integritas. Jika salah satu

unsur tersebut rusak maka sistem tersebut akan mengalami kerusakan juga.

Komponen utama dari sistem transportasi adalah manusia dan barang sebagai (

komponen yang diangkut ), kendaraan dan peti kemas (sebagai komponen alat

angkut), jalan dan terminal ( sebagai komponen tempat alat angkut bergerak ), serta

sistem pengoperasian (sebagai komponen yang mengatur tiga komponen lainnya ).

Semua komponen diatas saling terkait dalam memenuhi kebutuhan akan permintaan

transportasi yang berasal dari manusia dan barang.

Terminal1( stasiun ) adalah perhentian penghabisan angkutan baik bis, kereta

api dan lain – lain. Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan

memuat dan menurunkan orang dan atau barang serta mengatur kedatangan dan

(16)

transportasi2

1. Terminal Tipe A melayani Angkutan Antar Kota Antar Propinsi, Angkutan

Kota Dalam Propinsi, Angkutan Kota dan Angkutan Desa. Terminal Terpadu

Pinang Baris ( TTPB ) termasuk terminal dalam tipe A.

. Terminal penumpang yang berfungsi sebagai pusat kegiatan

penumpang dan pergantian moda transportasi mempunyai nilai yang sangat strategis

dalam menunjang perkembangan ekonomi masyarakat dan ekonomi regional pada

umumnya. Efektifitas terminal bisa diukur dari hal kenyamanan, pelayanan, ataupun

kecepatan pergerakan penumpang, yang sangat menentukan kapasitas dan kredibilitas

sebuah terminal. Terminal didirikan dengan tujuan tempat bongkar muat barang,

turun – naik penumpang, dan perubahan moda angkutan dari yang satu ke yang

lainnya, untuk kelancaran mobilitas orang, barang maupun jasa, dengan kata lain

sebagai tempat lalu lintas ekonomi. Mengkaji tentang terminal erat kaitannya dengan

masalah transportasi.Terminal dapat dikelompokkan dalam tiga tipe, yaitu :

2. Terminal Tipe B melayani kendaraan Angkutan Kota Dalam Propinsi dan

Angkutan Kota.

3. Terminal Tipe C melayani Angkutan Pedesaan saja.

Kajian mengenai Terminal Terpadu Pinang Baris sangat erat kaitannya

dengan sejarah perkotaan. Hal ini karena kota memiliki fungsi yang berbeda sehingga

kebutuhan fasilitasnya pun berbeda dengan daerah pedesaan. Di pedesaan umumnya

(17)

selain sektor penghasil barang, sektor perdagangan dan sektor jasa juga merupakan

basis utama.

Sejarah kota mencakup proses urbanisasi, mobilitas penduduk dan masalah

sosial lainnya. Sejarah kota juga membahas tentang ekologi kota, yaitu interaksi

manusia dengan alam sekitarnya. Pada sisi lain sejarah kota juga membahas problem

sosial dan mobilitas sosial.3 Kota berfungsi sebagai pusat pembangunan daerah, yang

bertujuan sebagai mata rantai penghubung ke kawasan pedesaan dimana kota tidak

hanya merupakan pusat permukiman dari penduduk, kegiatan sosial ekonomi, politik

dan administrasi tapi kota juga merupakan pusat penyediaan fasilitas industri,

perdagangan, transportasi, dan kegiatan lainnya yang berhubungan bagi penunjang

pertumbuhan daerah belakang.4

Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan.

Pertumbuhan Kota Medan yang semakin pesat mempunyai konsekuensi bagi pihak

pemerintah untuk menyediakan prasarana perkotaan seperti prasarana lingkungan,

fasilitas umum serta prasarana sosial.

Untuk melihat konsentrasi kota maka dapat diperhatikan seberapa banyak

fasilitas perkotaan yang tersedia dan seberapa jauh kota menjalankan fungsi

perkotaan. Fasilitas perkotaan/fungsi perkotaan antara lain sebagai pusat

perdagangan, sebagai pusat pelayanan jasa baik jasa perorangan maupun jasa

3

(18)

perusahaan5, tersedianya prasarana perkotaan, seperti sistem jalan kota yang baik,

jaringan listrik, telepon, taman kota, pasar, terminal. Sebagai pusat penyedia fasilitas

sosial seperti pendidikan, kesehatan, dan tempat ibadah. Kemudian sebagai pusat

pemerintahan, pusat komunikasi dan pangkalan transportasi6, dan lokasi permukiman

yang tertata7

Sampai dengan tahun 2000, Kota Medan memiliki lima buah terminal

angkutan umum yaitu:

. Salah satu kendala yang dihadapi Kota Medan adalah kemacetan arus

lalu lintas di pusat kota. Untuk mengantisipasi kendala tersebut, kota Medan sebagai

ibukota Sumatera Utara berupaya keras untuk meningkatkan sarana dan prasarana

menuju kota metropolitan. Salah satu master plan Kota Medan adalah ‘Perkembangan

Sistem Jalan Lingkar Untuk Mendukung Pendistribusian Arus Lalu Lintas Yang

Tidak Terpusat ke Pusat Kota‘. Untuk merealisasi pendukung sistem rute yang lebih

luas dibantu dengan adanya fasilitas yang lebih baik dibangunlah Terminal Terpadu

Pinang Baris. Sejalan dengan itu ditambah juga sarana jalan karena merupakan

sarana penting bagi masyarakat Kota Medan. Bertambahnya jumlah jalan yang

dibangun diharapkan dapat mengurangi kemacetan, peningkatan mobilitas penduduk

dan terciptanya peluang tumbuhnya lapangan kerja baru sekitar wilayah terminal

terpadu tersebut.

1. Terminal Terpadu Amplas ( Tipe A )

5

Jasa perorangan misalnya perbengkelan, pengacara, dokter, sedangkan jasa perusahaan adalah: jasa perbankan, jasa perhotelan, dan jasa asuransi.

6

(19)

2. Terminal Terpadu Pinang Baris ( Tipe A )

3. Terminal Sambu ( Tipe B )

4. Terminal Veteran ( Tipe B )

5. Terminal Belawan ( Tipe B )

Dengan memiliki dua terminal terpadu, yaitu terminal terpadu Amplas dan

terminal terpadu Pinang Baris maka pembangunan kedua terminal tersebut

diharapkan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan terhadap bus, baik antar kota

maupun dalam kota dan non bus, memperlancar hubungan antar Kota Medan dengan

daerah pinggirannya (hinterland) dan juga untuk memecahkan sebagian masalah

lalulintas di Kota Medan. Disamping itu dengan sendirinya meningkatkan pendapatan

dari retribusi yang diambil penanggung jawab jasa terminal. Terminal bus terpadu

Pinang Baris dibangun didaerah Sunggal jalan Pinang Baris. Terminal ini

diperuntukkan melayani kenderaan angkutan umum trayek jurusan Barat arah Daerah

Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Pelaksanaan pembangunan terminal secara fisik

dimulai pada bulan Mei 1990 dan keseluruhan pembangunan rampung dilaksanakan

pada akhir Desember 1991.

Ada beberapa alasan yang mendasari diambilnya Terminal Terpadu Pinang

Baris sebagai objek penelitian melalui penulisan skripsi ini. Alasan pertama, belum

ada kajian tentang sejarah Terminal Terpadu Pinang Baris ini. Sedangkan alasan

kedua, adalah keberadaan terminal Pinang Baris yang pada awal keberadaannya

diharapkan dapat menjadi pusat sektor usaha dan perdagangan serta sebagai sarana

(20)

pelayanan regional yang mendorong peran kota ini menjadi simpul pergerakan

penumpang dan barang tapi sempat mengalami kelesuan, padahal fasilitas yang ada di

terminal sudah sangat lengkap dan sangat mendukung keberadaan terminal serta

kenyamanan penumpang. Sehingga dalam konteks itulah penelitian melalui penulisan

skripsi ini diberi judul " Keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris Di Kota

Medan(1990 – 2000)". Batasan spasial dalam penelitian ini adalah Kota Medan,

sementara itu batasan temporalnya penulis mengambil batasan tahun dimulai dari

tahun 1990 sampai tahun 2000. Tahun 1990 diambil sebagai batasan awal dalam

penulisan ini karena pada tahun inilah Terminal Terpadu Pinang Baris dibangun.

Sedangkan batasan akhir yang digunakan penulis adalah tahun 2000 dikarenakan

keberadaan Terminal Bus Pinang Baris setelah pengoperasiannya telah sesuai

dijalankan menurut fungsinya dan mengalami dinamika dalam perjalanannya.

1. 2. Rumusan Masalah

Persoalan pokok dalam penelitian ini dirumuskan kedalam beberapa bentuk

pertanyaan yang ini nantinya di pakai sebagai rumusan masalah dalam penulisan

skripsi ini yaitu :

1. Bagaimana latar belakang dibangunnya Terminal Terpadu Pinang Baris ?

2. Bagaimanakah keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris dari awal

pengoperasiannya sampai tahun 2000 ?

3. Bagaimana pengaruh Terminal Terpadu Pinang Baris terhadap Lalu Lintas

(21)

1. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah yang telah diuraikan

diatas maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Menjelaskan latar belakang dibangunnya Terminal Terpadu Pinang Baris.

2. Menjelaskan pengaruh keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris dari awal

pengoperasiannya sampai tahun 2000 terhadap masyarakat dan pengguna

prasarana terminal tersebut.

3. Menjelaskan pengaruh keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris tersebut

terhadap kehidupan sosial ekonomi Kota Medan.

Adapun harapan manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi masukan bagi Pemerintah Kota Medan untuk

menyusun kebijakan dalam program – program pengembangan wilayah

khususnya melalui pengembangan infrastruktur Terminal Terpadu Pinang

Baris.

2. Agar dapat dipergunakan oleh instansi lain, yang terkait dengan pembangunan

prasarana terminal bus dalam menyusun perencanaan pembangunan.

3. Sebagai perbandingan dan masukan bagi penelitian – penelitian yang

berkaitan dengan hal ini di masa yang akan datang.

1. 4. Tinjauan Pustaka

Pergerakan dan perjalanan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk

(22)

manusia melakukannya, sebab pergerakan terjadi karena adanyakebutuhan pokok

manusia yang tidak tersedia di semua tempat akan tetapi sumber tersebut tersedia

secara heterogen di dalam ruang yang terpisahkan oleh jarak dan waktu.8

Untuk dapat menyusun tinjauan kepustakaan yang baik, maka akan

diusahakan mengumpulkan sumber sebanyak banyaknya, serta harus relevan dengan

topik masalah yang akan ditulis, kemudian melakukan seleksi sebelum dituangkan

kedalam bentuk tulisan.

Perkembangan suatu wilayah kota berkaitan erat dengan perkembangan kegiatan

ekonomi penduduk. Kegiatan ekonomi diduga merupakan daya tarik masuknya

sejumlah penduduk dari daerah sekitar ataupun daerah lain sehingga sejumlah

penduduk kota semakin bertambah besar. Pertumbuhan penduduk alamiah dan

derasnya arus urbanisasi memerlukan lahan yang lebih luas untuk kebutuhan

pemukiman dan aktifitas kehidupan masyarakat. Demikian pula dengan kebutuhan

transportasi, dalam suatu kota ditentukan oleh besar kecilnya jumlah penduduk kota

tersebut. Semakin besar jumlah penduduk suatu kota, akan cenderung semakin

banyak fasilitas prasarana dan sarana angkutan umum yang diperlukan.

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metodologi berupa

konsep dan teori ilmu-ilmu sosial, yaitu tentang teori perubahan sosial9

8

Waparni, Suwarjoko: Merencanakan Sistem Perangkutan, Penerbit ITB, Bandung; 1990, hal. 4

dengan ilmu

9

(23)

bantu adalah Sosiologi, Ekonomi dan Antropologi sebagai upaya mengungkap

peristiwa sejarah yang lebih dalam.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu

dengan mengunakan buku – buku yang berkaitan dengan masalah transportasi dan

permasalahannya.Secara garis besar penelitian ini dilakukan dengan melakukan studi

lapangan (field research). Studi lapangan juga dilakukan untuk mengumpulkan

sumber – sumber informasi mengenai tulisan ini dan dilakukan di tempat objek

penelitian dalam hal ini adalah Terminal Terpadu Pinang Baris dengan menggunakan

tekhnik wawancara.Selanjutnya studi pustaka dilakukan di Perpustakaan Universitas

Sumatera Utara.

Beberapa buku yang digunakan dalam penulisan ini adalah buku dari

karangan Fidel Miro, Perencanaan Transportasi,Jakarta: Erlangga, 2005. Buku ini

menjelaskan bagaimana perkembangan transportasi pada masa kini dan faktor –

faktor yang mempengaruhi perkembangan transportasi. Buku ini juga menjelaskan

bagaimana merencanakan sebuah sistem transportasi yang tergantung pada besarnya

jumlah dan penyebaran penduduk, tingkat kehidupan, luas daerah dan keadaan

geografis, potensi alam dan ekonomi, prasarana serta sarana transportasi itu sendiri.

Kemudian penulis juga menggunakan buku Jurnal Info Trans, Sistem

Transportasi Berkelanjutan, Yogyakarta: Info Trans, 2000. Dalam buku ini dibahas

tentang sistem transportasi yang berkelanjutan dimana sistem ini dapat memenuhi

(24)

daya alam, baik dalam hal pemanfaatan sumberdaya energi maupun pemanfaatan

ruang, dapat dikelola secara transparan dan partisipatif serta menjamin

kesinambungan untuk generasi mendatang. Dalam buku ini juga dijelaskan tentang

prinsip dari sistem transportasi berkelanjutan dimana didalamnya harus terdapat: (a).

kesetaraan sosial; layanan transportasi harus mampu menjangkau masyarakat miskin,

(b). keberlanjutan ekologi; dampak lokal transportasi dan kontribusinya bagi

kerusakan lingkungan harus diminimalisir, (c). kesehatan dan keselamatan ; (d).

berbiaya rendah, (e). partisipasi dan transparansi; masyarakat berperan dalam proses

perencanaan transportasi.

Kemudian penulis menggunakan buku yang ditulis oleh Salim H. A. Abbas,

Manajemen Transportasi, Jakarta: PT. Raja Prafindo Persada, 1998. Buku ini

menjelaskan tentang tujuan dari transportasi yaitu menyediakan akses untuk

bersosialisasi, mendapatkan pelayanan dan barang yang kita perlukan dengan cara

yang mudah, rendah biaya dan memiliki dampak yang kecil. Dijelaskan juga tentang

bagaimana seharusnya kebijakan transportasi yang tidak terjebak pada persepsi

mobilitas sebagai tujuan dan menyederhanakannya dengan mendorong lebih banyak

kendaraan dengan kecepatan yang semakin tinggi. Perencanaan aksesibilitasi

bertujuan untuk menjamin bahwa tempat tujuan dapat dengan mudah dicapai dan

berupaya untuk menjaga kemampuan dan keragaman pilihan transportasi khususnya

(25)

1. 5. Metode Penelitian

Dalam penulisan sejarah yang ilmiah, pemakaian metode sejarah sangatlah

penting. Untuk mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan sebagai bahan

penulisan yang relevan dengan pokok permasalahan maka dilakukanlah penelitian.

Penelitian dilaksanakan dengan mengumpulkan sumber – sumber dari berbagai pihak

yang relevan dengan pokok kajian diatas. Data – data tersebut dapat diperoleh baik

dari lapangan maupun dari kepustakaan. Dalam penulisan penelitian ini kita harus

melewati beberapa proses agar diperoleh suatu penilaian atau pemaparan yang lebih

objektif. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam melakukan penulisan ini

adalah mengumpulkan data–data dari sumber-sumber baik primer maupun sekunder

yang disebut dengan heuristik. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui studi

kepustakaan dan studi lapangan. Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan

data melalui buku-buku, arsip, dokumen, majalah, artikel, dan media elektronik yang

dianggap mempunyai kaitan dan dapat membantu penulis untuk memahami

permasalahan dan dalam hal ini sumber diperoleh dari Perpustakaan Universitas

Sumatera Utara dan dari kantor Kepala Terminal Terpadu Pinang Baris. Sedangkan

studi lapangan yaitu mengadakan wawancara terhadap tokoh-tokoh yang dianggap

mampu memberikan masukan-masukan yang berarti sebagai sumber penelitian dan

penulis melakukan wawancara terhadap masyarakat di sekitar Terminal Terpadu

Pinang Baris. Selain itu bisa juga dengan melakukan observasi dan pengamatan yang

(26)

Langkah selanjunya adalah mengkritik sumber. Data yang diperoleh berusaha

mendekatkan penulis untuk mendapatkan petunjuk atas nilai kebenaran dan keaslian

data yang diperoleh. Adapun nilai-nilai tersebut menjadi suatu tolak ukur dalam

melakukan suatu kritik baik itu secara internal maupun eksternal. Kritik internal,

yaitu menelaah tentang kebenaran isi atau fakta dari sumber-sumber objek penelitian

(validitas). Kritik eksternal dilakukan dengan cara pengujian untuk menentukan

keaslian data (orisinalitas).

Langkah selanjutnya adalah tahap interpretasi. Penulis mencoba menafsirkan

data-data yang telah diperoleh kemudian menghasilkan suatu kesimpulan dari objek

masalah yang diteliti baik dengan cara analisis maupun sintesis. Hal ini dilakukan

untuk menghindari subjektivitas. Hal ini akan menjadi benar karena tanpa penafsiran

sejarawan, maka data tidak akan bisa berbicara.

Langkah terakhir adalah tahap Historiografi yang merupakan tahap akhir dari

suatu rangkaian penelitian yang diperoleh dari fakta – fakta, yang dilakukan secara

sistematis, kronologis dan tentunya rasional. Dalam penulisan akhir ini aspek

kronologis menjadi sangat penting untuk menghasilkan karya sejarah yang ilmiah dan

(27)

BAB II

LATAR BELAKANG PEMBANGUNAN TERMINAL TERPADU

PINANG BARIS

2. 1. Kondisi Lalu Lintas Kota Medan Sebelum Adanya Terminal Terpadu Pinang Baris

Kota Medan sedang berbenah diri menjadi kota metropolitan, pusat

pemerintahan, perdagangan, pendidikan, jasa dan lain – lain. Aktivitas di berbagai

sektor kehidupan memberikan daya tarik tersendiri bagi kalangan masyarakat Medan

khususnya dan masyarakat Sumatera Utara pada umumnya. Ketertarikan ini

melakukan mobilitas penduduk dikalangan masyarakat Medan maupun dari luar Kota

Medan sendiri. Mobilitas penduduk itu dapat kita lihat dari adanya gerakan atau

perpindahan masyarakat di Sumatera Utara. Gerakan atau perpindahan masyarakat itu

jelas sangat membutuhkan sarana yaitu jasa transportasi.

Selain itu yang menjadi penyebab utama dalam terciptanya kesemrawutan lalu

lintas Kota Medan adalah belum banyaknya ruas jalan yang dapat di lalui kenderaan

bermotor. Kondisi jalan pada waktu itu yang memang masih layak dilalui adalah jalan

– jalan protokol yang memang berada di pusat kota ataupun langsung menuju ke

pusat kota. Pertumbuhan antara jumlah kenderaan bermotor dengan pertumbuhan

jalan di Kota Medan yang tidak seimbang menyebabkan terjadinya kemacetan dan

(28)

sama dengan yang dihadapi kota – besar lainnya di Indonesia. Masalah transportasi di

Kota Medan umumya disebabkan oleh :

1) Tidak seimbangnya jumlah kendaraan dengan kapasitas yang ada pada saat

itu.

2) Rendahnya sumberdaya manusia pengguna jalan hal ini dikarenakan

minimnya pengetahuan tentang budaya berlalu lintas.

3) Sarana pendukung transportasi seperti marka jalan, lampu pengatur lalu lintas,

halte bus, jembatan penyeberangan, fasilitas pejalan kaki, dan fasilitas

berdasarkan jenis kenderaan yang digunakan.

4) Perubahan pola kehidupan yang terjadi ditengah kehidupan masyarakat

sebagai akibat pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh terhadap

permintaan transportasi. Semakin terbukanya aktifitas ekonomi mendorong

mobilitas manusia dan barang serta menimbulkan permintaan transportasi.

Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan akibat aktivitas

ekonomi, sosial dan lainnya. Transportasi merupakan tulang punggung perekonomian

nasional, regional, dan lokal baik di perkotaan maupun di pedesaan. Sistem

transportasi memiliki sifat sistem jaringan dimana kinerja pelayanan transportasi

sangat dipengaruhi oleh integrasi dan keterpaduan jaringan. Secara umum sistem

transportasi Kota Medan masih belum memenuhi kriteria keberlanjutan yang ditandai

dengan rendahnya kualitas jalan raya, rendahnya kualitas angkutan umum,

(29)

yang berbiaya tinggi. Sebelum tahun 1990-an kondisi lalu lintas di kota Medan sangat

memprihatinkan. Ini terjadi karena pada saat itu semua kendaraan masih bergerak

dari dan menuju inti kota yang tentu saja menciptakan kesemrawutan. Wilayah

Sambu menjadi inti dari semua tujuan angkutan umum yang berangkat dari seluruh

wilayah di kota Medan. Dari sini juga kita bisa memilih angkutan umum untuk

mencapai daerah tujuan yang kita inginkan.

Salah satu ciri khas yang terlihat adalah jaringan transportasi yang tercipta

pada masa itu merupakan hasil dari hubungan antar pasar yang ada di kota Medan

untuk menggerakkan ekonomi perdagangan melalui angkutan umum. Daerah Sambu

yang berdampingan dengan Pusat Pasar menjadi tujuan para pelaku ekonomi.

Kelompok produsen melakukan kegiatan memasarkan barang – barang kebutuhan,

sedangkan pihak konsumen mencari barang-barang yang mereka butuhkan.

Sentralisasi inilah yang menyebabkan terjadinya kemacetan dan kesemrawutan lalu

lintas di Kota Medan. Banyaknya aktifitas masyarakat dengan tujuan dari dan

menuju Sambu menyebabkan banyak perusahaan transportasi dalam kota yang

menjadikan daerah Sambu menjadi asal keberangkatan angkutannya menuju daerah

pinggiran kota. Selain itu mayoritas daripada angkutan kota pada waktu itu adalah

KPUM ( Koperasi Pengangkutan Umum Medan ) yang kantor Pusatnya berada di

kawasan Sambu tepatnya di jalan Rupat.10

10

Sehingga KPUM dalam memulai

menjalankan kegiatannya langsung dari kawasan ini menuju wilayah – wilayah

(30)

menuju kawasan Sunggal sedangkan posisi awal anda berada di daerah Pulo Brayan

ataupun daerah lainnya, maka anda terlebih dahulu harus menuju kawasan Sambu

kemudian berpindah angkutan dengan memilih angkutan yang menuju Sunggal.

Demikian juga sebaliknya dan tujuan yang lainnya.

Keadaan ini diperparah dengan keberadaan bemo, bajai, dan becak mesin (

becak bermotor ) yang pada saat itu masih membanjiri lalu lintas kota Medan.

Keberadaan mereka sangat mempengaruhi lalu lintas di Kota Medan karena memiliki

kuantitas yang besar sehingga dalam aktifitasnya keberadaan kedua jenis angkutan ini

dalam setiap ruas jalan Kota Medan selalu aktif. Becak Mesin selalu mangkal dalam

setiap persimpangan jalan yang mengakibatkan jalanan semakin sempit. Selain itu

kecepatan rata – rata untuk jenis kenderaan ini relatif rendah sehingga memaksa

setiap kenderaan di belakangnya untuk menyesuaikan kecepatannya demi menjaga

ketertiban lalu lintas.

Untuk kondisi lalu lintas dari dan menuju luar Kota Medan, itu belum ada

suatu kawasan khusus yang dijadikan sebagai terminal penumpang. Para penumpang

berdiri berjejer di sepanjang jalan untuk menanti atau menunggu bus/kenderaan yang

sesuai dengan tujuan mereka di luar kota. Akibatnya banyak kenderaan angkutan

yang menumpuk di sekitar lokasi berdirinya penumpang sehingga memunculkan

kawasan terminal liar. Pada saat itu yang ada hanya kawasan – kawasan penumpukan

bus – bus tujuan luar kota yang semuanya tercipta tanpa adanya kesengajaan ataupun

(31)

dengan kondisi geografis Kota Medan yang menjadi persimpangan lalu lintas

regional Sumatera. Kawasan yang pertama adalah terletak di jalan Sei Wampu

melalui jalan Gatot Subroto yang pada waktu itu terkenal dengan istilah Simpang

Barat. Bus – bus yang berangkat dari kawasan ini untuk melayani daerah tujuan

Binjai, Langkat, Tanah Karo, Sidikalang dan juga menuju propinsi D. I Aceh.11

Sedangkan kawasan yang kedua adalah kawasan disekitar stadion Teladan (

sekarang Yuki Simpang Raya ).12

1. Lokasi dari kedua kawasan tersebut berada hampir dekat dengan inti

kota Medan. Dampak yang terjadi adalah semakin meningkatnya

volume kendaraan yang menuju inti kota tetapi tidak diimbangi

dengan penambahan jumlah ruas jalan ataupun pelebaran badan jalan.

Derasnya arus kendaraan menuju pusat kota mengakibatkan

terganggunya aktifitas masyarakat yang ada di pusat kota. Ditambah Disini banyak terdapat berbagai macam – macam

bus baik yang ukuran besar maupun kecil yang khusus melayani penumpangnya

untuk tujuan kota – kota yang berada di sepanjang Pantai Barat dan Pantai Timur

Sumatera bahkan ada juga yang sampai ke kota Jakarta. Kedua kawasan ini sudah

ada akibat tingginya kebutuhan masyarakat dalam hal sistem transportasi dan juga

tingginya mobilisasi penduduk dari daerah ke kota Medan dan sebaliknya yang

membutuhkan alat transportasi untuk semakin mempermudahnya. Kondisi ini tentu

menimbulkan kesemrawutan yang diakibatkan oleh :

11

Hasil wawancara dengan Bapak Haidir ( Kepala Tata Usaha Terminal Pinang Baris ) Tanggal 10 April 2013

(32)

dengan setiap aktifitas yang dilakukan di kawasan ini selalu

memanfaatkan badan jalan sehingga mengganggu pengguna jalan yang

lain misalnya untuk parkir armada bus yang menggunakan bahu jalan,

posisi untuk menaikkan ataupun menurunkan penumpang yang juga

menggunakan bahu jalan serta posisi mangkal setiap jenis angkutan

yang berbeda – beda makin membutuhkan banyak lahan dan tentu saja

terpaksa menggunakan bahu jalan. Bila diperhatikan kondisi ini

semakin memperparah lalu lintas yang berada di sekitar kawasan itu.

2. Sarana pendukung transportasi seperti marka jalan, lampu pengatur

lalu lintas dll masih belum lengkap. Hal ini tentu saja menjadi salah

satu penyebab tingginya angka kemacetan di kedua kawasan ini dan

tentu saja ini mengakibatkan banyaknya terjadi angka kecelakaan,

3. Banyaknya aktivitas masyarakat yang bergerak di sektor informal

yang menggantungkan kehidupan ekonominya disekitar kawasan

tersebut seperti kelompok pedagang, agen dan buruh angkut. Situasi

seperti ini menimbulkan masalah – masalah sosial disekitar kawasan

seperti premanisme, tindakan kriminal dan lain – lain. Oleh sebab itu

pemerintah mulai memikirkan untuk memindahkan lokasi kedua

(33)

2. 2. Upaya Mengatasi Permasalahan Lalu Lintas Kota Medan Sebelum Adanya Terminal Pinang Baris

Kondisi lalu lintas kota Medan pada sekitar era tahun 1980 – an seperti yang

telah dibahas diatas sangat tidak teratur dan terkendali. Hal ini dibuktikan dengan

tingginya angka kecelakaan dan terjadinya kemacetan pada saat jam – jam sibuk.13

13

Jumlah kendaraan yang bertambah tidak seiring dengan penambahan ruas jalan baru

serta masih minimnya rambu - rambu jalan untuk mengatur para pengguna jalan.

Selain itu kendaraan – kendaraan angkutan baik angkutan barang maupun penumpang

masih melalui jalan – jalan utama yang ada di inti kota Medan dikarenakan untuk

mendapatkan waktu tempuh yang lebih singkat dan perhitungan sisi ekonomi yang

lebih murah. Khusus untuk angkutan penumpang, banyaknya jenis angkutan baik

untuk dalam kota maupun untuk luar kota merupakan penyumbang terbesar untuk

masalah kemacetan. Angkutan dalam kota selalu bermangkal di setiap persimpangan

– persimpangan jalan utama di kota Medan. Hampir di setiap persimpangan jalan

pada saat itu bisa kita temui beberapa angkutan kota yang mangkal untuk melayani

rute perjalanan untuk wilayah disekitar persimpangan itu. Belum lagi ditambah

dengan kendaraan jenis angkutan roda tiga seperti becak bermotor ( becak mesin ),

becak dayung, bemo dan bajai yang menghiasi setiap sudut jalanan kota Medan. Bisa

dibayangkan kondisi yang akan terjadi. Ruas jalan yang terdiri dari dua lajur dipenuhi

oleh banyaknya kendaraan. Kenderaan itu melintas untuk waktu yang bersamaan

(34)

keegoisan para pengguna jalan, prasarana dan sarana transprtasi yang kurang

mendukung sudah pasti akan menciptakan kemacetan lalu lintas. Kondisi ini terjadi

karena beberapa hal yaitu :

1. Kurangnya kesadaran ( rasa egois ) dari para pengemudi/supir angkutan

umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang dengan seenaknya,

memarkirkan kendaraan tanpa memikirkan pengguna jalan yang lain yang

pasti dirugikan.

2. Sarana dan prasarana jalan yang kurang mendukung untuk mendukung sistem

transportasi di kota Medan.

3. Tidak tersedianya halte bus.

4. Perangkat pemerintah yang membidangi hal ini belum berfungsi secara

maksimal.

Keempat hal – hal yang menimbulkan kemacetan diatas belum terpenuhi

sehingga perlu perhatian yang lebih serius dari pihak pemerintah. Demikian juga

untuk masalah angkutan yang melayani antar kota, juga menjadi penyumbang dalam

masalah kemacetan lalu lintas kota Medan. Angkutan kota Medan sebelum tahun

1990 didominasi oleh bus – bus ukuran sedang dan ukuran besar dan beberapa

perusahaan angkutan ini ada yang melayani penumpangnya dengan rute melintasi inti

kota.14

14

Bus – bus ukuran besar seperti CV. Setia dan CV. Budi yang melayani rute Belawan - Sambu, DAMRI yang melayani rute Binjai - Sambu, sedangkan untuk ukuran sedang di dominasi oeh

Masih terlintas dalam pikiran ketika bus – bus ukuran besar dari kota – kota di

(35)

penumpangnya yang sebahagian besar adalah pelaku – pelaku ekonomi kecil dan

menengah. Seperti bus – bus dari kota Belawan, Lubuk Pakam dan Kota Binjai.

Masalah yang terjadi hampir sama dengan yang dilakukan oleh angkutan dalam kota

yaitu, parkir secara sembarangan, menaikkan dan menurunkan penumpangnya

dengan sembarangan dan menggunakan jalan dengan seenaknya tanpa memikirkan

para pengguna jalan yang lain.

Beberapa alternatif yang dilakukan untuk mengurai tingkat kepadatan lalu

lintas di Kota Medan adalah:

1) Pada awal tahun 1990 – an pemerintah secara bertahap mulai melakukan

pelebaran jalan di beberapa ruas jalan yang dianggap penting. Misalnya jalan

Gatot Subroto, jalan Adam Malik ( Glugur By Pass ), Jalan Sutomo, Jalan

Sunggal, Jalan Jamin Ginting dan lain sebagainya.15

2) Selain pelebaran dan pengaspalan jalan juga dilakukan penambahan marka

jalan untuk mendukung kelancaran lalu lintas pengguna jalan. Di beberapa

titik persimpangan yang dianggap rawan kemacetan dibuatlah lampu lalu

lintas dan rambu – rambu lalu lintas. Kemudian penambahan rambu lalu lintas

di sisi jalan yang dianggap rawan kemacetan seperti larangan parkir, larangan

berhenti dan rambu untuk hati – hati. Sebelumnya juga sudah dilakukan

sosialisasi terhadap arti dari setiap lambang yang terdapat dalam setiap rambu Selain pelebaran jalan

juga dilakukan pengaspalan terhadap jalan – jalan yang dianggap penting

sebagai jalan alternatif ketika kemacetan sedang berlangsung.

(36)

lalu lintas tersebut sehingga para pengguna jalan dapat mengerti sepenuhnya

apa maksud dan tujuan dari keberadaan rambu – rambu tersebut. 16

3) Pemerintah menurunkan aparat kepolisian dan Dinas Lalu Lintas Angkutan

Jalan Raya ( DLLAJR ) untuk melakukan penertiban di lapangan baik berupa

tindakan persuasif yang dalam pelaksanaannya bersifat teguran atau

pemberitahuan maupun melakukan tindakan langsung ( tilang ). Kedua cara

ini juga dilakukan disekitar kawasan tempat pemberangkatan penumpang

tujuan luar kota yang berada di sekitar Simpang Barat dan juga kawasan

Stadion Teladan. Namun sesuai dengan topik pembahasan bahwa ini

dilakukan untuk mengatasi kondisi lalu lintas kota Medan yang tinggi tingkat

kemacetannya yang seperti telah dibahas sebelumnya bahwa kedua kawasan

ini merupakan salah satu faktor penyebab kemacetan tersebut.

Inilah upaya – upaya yang dilakukan secara langsung oleh pemerintah dalam

mengatasi kondisi kemacetan lalu lintas Kota Medan yang diperparah oleh masih

belum terkordinasinya tata kelola sistem transportasi pada saat itu. Upaya yang lain

dilakukan adalah diberlakukannya peremajaan terhadap kenderaan transportasi dalam

kota khususnya bemo, kemudian adanya ruas jalan yang khusus dan tidak boleh

dilalui oleh angkutan umum, becak mesindan becak dayung seperti kawasan jalan

Jend. Sudirman yang merupakan kawasan tertib lalu lintas, selanjutnya kawasan Jalan

Putri Hijau, Jalan Diponegoro, dan jalan Imam Bonjol, walaupun masih sering dilalui

(37)

Dampak dari diberlakukannya upaya – upaya diatas langsung dapat dirasakan

dengan berkurangnya jumlah kenderaan yang melaju pada saat jam sibuk serta

bertambahnya kesadaran para pengguna jalan khususnya para pengemudi angkutan

umum dalam kota. Sedangkan untuk angkutan umum tujuan luar kota mulai

mengkonsentrasikan armada angkutannya dengan menerapkan sistem pool dan mulai

menata manajemen keberangkatan armadanya lewat pool masing – masing

perusahaan angkutan. Kenderaan – kenderaan ukuran besar mulai dilarang masuk ke

inti kota dan harus di parkirkan di sekitar pool masing – masing.

2. 3. Pembangunan Terminal Terpadu Pinang Baris

Tahun 1980-an pemerintah mulai memikirkan bagaimana menata sistem

transportasi di Kota Medan.17

1) Pelabuhan Belawan untuk transportasi laut,

Sebagai daerah perlintasan untuk regional Sumatera,

baik untuk tujuan ke Propinsi D. I. Aceh maupun untuk tujuan ke kota – kota lainnya

misalkan Padang, Pekan Baru, Jambi, Palembang, Lampung ataupun ke Pulau Jawa.

Pemerintah merasa perlu untuk melakukan sentralisasi keberadaan angkutan –

angkutan tujuan luar kota dalam satu tempat. Kondisi yang tercipta pada waktu itu

adalah Kota Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia hanya memiliki:

2) Tansportasi udara sudah didukung dengan adanya Bandara Polonia sebagai

sarana angkutan udara bertaraf Internasional,

3) Transportasi darat hanya memiliki Stasiun Besar Kereta Api,

(38)

Tetapi Kota Medan belum memiliki Terminal khusus untuk angkutan bus tujuan luar

kota. Kondisi ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan kota – kota lain yang ada

di Pulau Sumatera yang sudah memiliki terminal bus terlebih dahulu. Melihat kondisi

yang ada maka di putuskan bahwa Propinsi Sumatera Utara khususnya Kota Medan

sangat membutuhkan terminal angkutan umum sebagai wadah untuk membangun

sistem transportasi yang selama ini belum ada. Untuk mengejar ketertinggalan itu

serta untuk mengatasi kebutuhan masyarakat akan sistem transportasi yang lebih

modern, maka pemerintah Propinsi Sumatera Utara mulai merancang rencana untuk

membangun terminal bus. Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Propinsi Sumatera

Utara ditugaskan untuk melakukan kajian untuk pembangunan terminal tersebut.

Setelah melakukan kajian dan melihat dari keberhasilan propinsi tetangga

yang telah lebih dulu memiliki terminal angkutan, maka diputuskan bahwa Kota

Medan sudah layak untuk memiliki terminal angkutan umum. Masalah yang

kemudian timbul adalah sebagai daerah perlintasan, Kota Medan tidak mungkin

membangun hanya sebuah terminal angkutan saja, sebab dari Kota Medan ada tiga

daerah tujuan keberangkatan yaitu: pertama untuk tujuan : Binjai, Stabat, Tanjung

Pura, bahkan ke Propinsi Aceh, kedua untuk tujuan Lubuk Pakam, Rantau Prapat,

Pematang Siantar, Tarutung, Sibolga, Pekanbaru, Padang bahkan ke Pulau Jawa, dan

yang ketiga untuk tujuan Tanah Karo, Sidikalang, Kutacane, Singkil, Subulussalam,

dan seterusnya. Jika hanya membangun sebuah terminal maka dibutuhkan area yang

sangat luas untuk mencakup semua perusahaan – perusahaan angkutan umum berikut

(39)

merugikan sebuah pihak baik pihak perusahaan angkutan maupun dari pihak

penumpang. Serta dibutuhkan juga manajemen yang baik untuk mengatur dan

mengelola terminal tersebut.

Setelah melalui proses yang panjang maka diputuskan untuk membangun

sdua buah terminal sekaligus untuk mengurai kemacetan yang mendekati inti kota

serta menempatkan bus – bus tujuan luar kota di sebuah wilayah yang berada di

pinggiran kota Medan. Keputusan yang diambil adalah dengan membangun sebuah

terminal sebagai pintu masuk Kota Medan dari arah tenggara dan tepatnya berada di

daerah Amplas sedangkan sebuah lagi untuk pintu masuk Kota Medan melalui arah

barat laut yang tepatnya berada di daerah Pinang Baris. Pembangunan kedua terminal

terpadu tersebut adalah dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap bus, baik

antar kota maupun bus dalam kota serta non – bus, memperlancar hubungan antar

Kota Medan dengan daerah pinggirannya dan juga untuk memecahkan sebahagian

masalah kemacetan lalu lintas kota Medan. Disamping itu dengan sendirinya

meningkatkan pendapatan dari retribusi yang diambil oleh penanggung jawab jasa

terminal.

Sesuai dengan judul tulisan maka isi dari tulisan ini intinya membahas tentang

Terminal Pinang Baris walaupun nanti mungkin akan merangkai pembahasan kedua

terminal yang ada di Kota Medan. Koordinat geografisKota Medan adalah 3˚30’ -

3˚43’ LU dan 98˚35’ - 98˚44’ LU dengan kondisi permukaan tanah cenderung miring

(40)

Malaka sedangkan sebelah Barat, Selatan dan Timur berbatasan dengan Kabupaten

Deli Serdang. Luas Kota Medan saat ini adalah 265, 10 km² yang sebelumnya hingga

tahun 1972 hanya mempunyai luas sebesar 51,32 km² namun kemudian diedarkan

Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun1973 yang memperluas wilayah Kota Medan

dengan mengintegrasikan sebagian wilayah Kabupaten Deli Serdang.

Sesuai dengan namanya Terminal Terpadu Pinang Baris maka nama daerah

tersebut dicantumkan sebagai nama dari terminal ini. Berada di Kecamatan Medan

Sunggal di kelurahan Pinang Baris. Dibangun diatas tanah kosong milik pemerintah

Kota Medan serta di tambah dengan tanah bekas pekuburan etnis Tionghoa sehingga

terminal ini dibangun diatas lahan dengan luas total 33.430 m². Pelaksanaan

pembangunan terminal secara fisik dimulai pada bulan Mei 1990 dan keseluruhan

pembangunan rampung dilaksanakan pada akhir Desember 1991. Penentuan suatu

lokasi yang akan dibangun sebagai terminal terpadu tergantung kepada seberapa

besar manfaat yang akan diperoleh dari keberadaan terminal terpadu tersebut

dibandingkan dengan dana yang dikeluarkan untuk pembangunan tersebut.

Pembangunan terminal ini tidaklah menimbulkan kerugian kepada suatu pihak

karena tidak adanya penggusuran dan dibangun diatas tanah kosong serta diatas

pekuburan etnis Tionghoa.18 Adapun bangunan fisik yang tersedia didalam Terminal

Pinang Baris yang dibangun adalah terdapat sebanyak 48 unit loket bus, 34 unit

bangunan kios, 8 unit toilet umum, 2 unit bangunan untuk gudang dan tempat cuci

(41)

tempel ban, selain itu di tambah dengan pelataran parkir yang dapat menampung 500

unit angkutan dalam kota serta 400 unit bus antarkota serta bangunan induk yang di

fungsikan sebagai perkantoran, ruang tunggu dan adanya fasilitas mushalla dan

(42)

BAB III

PERKEMBANGAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS

3. 1. Awal Pengoperasian Terminal Pinang Baris

Terminal adalah sebuah prasarana guna mengatur kedatangan,

pemberangkatan, serta tempat berpangkalnya kenderaan bermotor angkutan

berpenumpang baik antar propinsi, antar kota, dan angkutan dalam kota. Untuk

menampung kegiatan angkutan penumpang antar propinsi dan antar kota yang

mencapai 24 jam setiap hari menyebabkan penyediaan fasilitas pelayanan yang

semakin baik merupakan sebuah keharusan. Terminal merupakan tempat untuk

melakukan pergantian dan perpidahan dari angkutan dalam kota dan menjadi

angkutan luar kota dan sebaliknya oleh penumpang. Terminal memiliki fungsi untuk

menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan antar angkutan seperti antar

transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara. Fungsi yang lain adalah

menyediakan sarana untuk simpul lalu lintas seperti misalnya antar transportasi darat,

dan menyediakan tempat untukmenyiapkan kenderaan pada pemberangkatan

berikutnya. Terminal terpadu dalam hal ini adalah terminal yang pengelolannya

dilakukan oleh tiga instansi pemerintah dan dipadukan dalam satu unit kerja

Terminal Pinang Baris. Instansi pemerintah yang melaksanakan tugasnya dalam

(43)

retribusi kenderaan, Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Sumatera Utara untuk

mengatur sistem dan pengelolaan terminal serta PD Pembangunan Kotamadya Medan

sebagai penanggung jawab jasa terminal Pinang Baris.

Pada awal pengoperasian Terminal Pinang Baris ini pemerintah melakukan

kegiatan sosialisasi kepada setiap pemilik perusahaan angkutan untuk melaksanakan

kegiatan usahanya dari dan ke dalam terminal seperti menaikkan dan menurunkan

penumpang, memarkirkan armadanya hingga menjual tiket keberangkatan. Loket –

loket yang ada dalam terminal disewakan kepada setiap perusahaan angkutan.

Kemudian mewajibkan setiap supir angkutan umum baik untuk angkutan luar kota

maupun angkutan dalam kota untuk masuk dan beraktifitas di dalam terminal Pinang

Baris guna menaikkan – menurunkan penumpangnya atapun sekedar parker dan

beristirahat. Kemudian juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mau

memanfaatkan terminal Pinang Baris ketika hendak bepergian ke luar kota dengan

menggunakan angkutan yang sesuai dengan tujuannya. Sesuai dengan prinsip

pengoperasiannya, terminal ini merupakan pintu gerbang jalur darat untuk masuk ke

kota Medan melalui arah Barat khususnya melalui provinsi D. I Aceh tetapi juga

melayani rute khusus untuk wilayah selatan ke arah Tanah Karo dan Sidikalang.

Angkutan dalam kota juga di alihkan untuk mengantarkan dan mengambil

penumpang dari dalam terminal. Beberapa angkutan umum yang beroperasi didalam

kota melalui terminal Pinang Baris adalah:

(44)

2) KPUM 52 melayani trayek Pinang Baris – Terminal Amplas tetapi via

Helvetia – Pringgan – Padang Bulan,

3) KPUM 63 untuk melayani trayek Pinang Baris – Tembung, dll.

Sedangkan untuk angkutan antar kota antar propinsi terdapat bus – bus

berukuran besar dan sedang yaitu, bus CV. Pelangi, PMTOH, P. O. Anugerah yang

merupakan jurusan Medan – Aceh, ada juga bus Sinabung Jaya untuk tujuan Tanah

Karo, kemudian bus Samosir Pribumi untuk tujuan Sidikalang, Dolok Sanggul, dan

Pangururan.

Pada Awal pengoperasian Terminal Pinang Baris ini hanya memiliki satu jalur

untuk pintu masuk dan pintu keluar sehingga masih perlu dilakukan perbaikan dalam

pengelolaannya. Setiap bus yang masuk harus melewati loket retribusi yang dijaga

oleh petugas Dinas Pendapatan. Besarnya jumlah retribusi yang diberikan para supir

pada waktu itu adalah Rp. 100. Kemudian bus – bus yang telah masuk harus parkir

dan menunggu sesuai antrian di depan loket yang telah mereka sewa untuk kemudian

diberangkatkan. Sedangkan untuk angkutan umum ditempatkan sesuai pada lajur

trayeknya yang telah disediakan. Untuk hal ini diatur oleh pihak aparat dari Dinas

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya ( DLLAJR ).

Pada awal operasional terminal ini diakui beberapa kalangan bahwa masih

membutuhkan waktu untuk memaksimalkan fungsi daripada terminal ini. Masih

banyaknya para pengusaha dan para supir angkutan yang masih beroperasi di

(45)

yang berangkat melalui terminal ini. Hal ini kemudian segera ditindak lanjuti oleh

pemerintah dengan kembali melakukan sosialisasi kepada para pengusaha, supir, dan

masyarakat. Sejalan dengan itu juga pemerintah melakukan penertiban terhadap

kawasan Simpang Barat dan melakukan tindakan langsung ( tilang ) dalam bentuk

razia di kawasan tersebut. Langkah selanjutnya adalah membenahi sistem layanan

dalam terminal. Efektifitas terminal baik dalam hal kenyamanan pelayanan

penumpang ataupun kecepatan pergerakan penumpang sangat menentukan kapasitas

dan kredibilitas sebuah terminal. Oleh karena itu selain berfungsi sebagai fasiltas

umum, terminal juga berfungsi sebagai tempat pengendalian, pengawasan dan

pengaturan lalu lintas serta sebagai bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan

arus penumpang dan barang.19 Selain itu terminal juga harus memiliki fasilitas

penunjang meliputi kantor pengelola, kantor keamanan, pos keamanan, menara

pengawas, ruang informasi, toilet umum, telepon umum, mushalla, dan kantor

perwakilan bus. Hal ini segera dilengkapi oleh pihak pengelola untuk

memaksimalkan fungsi terminal ini. Sedangkan untuk fasilitas kenderaan juga

dilakukan pembenahan yaitu dengan memisahkan jalur kendaraan angkutan dalam

kota dengan jalur angkutan antar kota. Selama kurang lebih dua tahun dilakukan

ujicoba pengoperasian Terminal Pinang Baris. Hasil yang paling bisa terlihat adalah

sebahagian kemacetan lalu lintas bisa di kurangi karena bus angkutan umum /

(46)

3. 2. Pemanfaatan Terminal Terpadu Pinang Baris

Pengelolaan Terminal Pinang Baris dikelola oleh 3 instansi sehingga di

katakan menjadi Terminal Terpadu Pinang Baris yaitu :

a. Perusahaan Daerah Pembangunan ( PD Pembangunan ) Kotamadya Medan

yang berwenang dalam urusan administrasi serta perawatan gedung.

b. Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan yang bertindak untuk mengelola

sektor pendapatan Tanda Pengutipan Retribusi ( TPR )

c. Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya Kotamadya Medan yang bertugas

untuk pengendalian dan pengoperasian lalu lintas.

Ketiga instansi ini bertugas sebagai Unit Pengelola Terminal ( UPT ) Pinang

Baris yang berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tk. II

Medan No. 551.22/565/SK/91 tahun 1991 menyerahkan pengelolaanya kepada PD

Pembangunan Kotamadya Medan. Pengelolaan Terminal Pinang Baris dipimpin oleh

Kepala Unit Pengelola Terminal Pinang Baris yang dalam tekhnis operasionalnya

bertugas untuk mengelola dan bertanggung jawab pada pemeliharaan Terminal

Pinang Baris.

Susunan Organisasi Unit Pengelola Terminal Pinang Baris20

a. Kepala UPT Pinang Baris

terdiri dari :

b. Kepala Tata Usaha

(47)

d. Kepala Urusan Keuangan

e. Kepala Urusan Perawatan dan Kebersihan Terminal

f. Staf ataupun Anggota.

Adapun bagan organisasi Unit Pengelola Terminal Pinang Baris ini dapat

dilihat pada daftar gambar.

Ditinjau dari sistem kota, untuk model terminal Pinang Baris ini

menggunakan konsep nearside terminating21

1) Tersedianya lahan yang cukup luas di pinggiran kota Medan sehingga

memberikan peluang untuk pengembangan Terminal Pinang Baris,

dimana dalam konsep ini terminal

dikembangkan di daerah pinggiran kota dan untuk pergerakan di dalam kota dilayani

oleh angkutan kota yang berawal dan berakhir di dalam terminal. Konsep ini

merupakan salah satu usaha untuk memisahkan lalu lintas regional dengan lalu lintas

lokal, sehingga dapat mengurangi permasalahan lalu lintas dalam kota. Konsep

pengembangan Terminal Pinang Baris ini dilakukan karena :

2) Aktivitas di pinggiran kota tidak terlalu padat sehingga diharapkan

pembangunan maupun pengembangan Terminal Pinang Baris ini mampu

meningkatkan aktivitas penduduk di daerah pinggiran apalagi pada saat

pembangunannya tidak terjadi penggusuran terhadap tempat tinggal

(48)

3) Menghindari tumpang tindih perjalanan karena arus lalu lintas regional tidak

akan masuk ke dalam kota karena perjalanan didalam kota akan dilayani oleh

angkutan dalam kota dari terminal Pinang Baris ke seluruh bagian kota.

Setelah diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara Raja Inal Siregar pada

tanggal 14 Oktober 1993, maka resmilah terminal ini beroperasi. Antusiasme

masyarakat meningkat untuk memanfaatkan terminal ini. Kenderaan angkutan umum

semakin teratur untuk masuk terminal. Loket – loket mulai ramai disebabkan sudah

banyak pengusaha angkutan yang melakukan kegiatan usahanya di terminal ini.

Operasional Terminal Pinang Baris selama kurun waktu 10 tahun ini akan coba di

simpulkan menurut persepsi penggunanya berdasarkan beberapa poin yaitu :

A. Jarak Berjalan

Kemudahan dalam lalu lintas utama yang mendukung kemudahan pencapaian

dari dan ke Terminal Pinang Baris sudah ada karena sudah didukung oleh

penyediaan jaringan jalan yang sudah baik dan angkutan umumyang sudah

memadai. Akses jalan untuk mencapai Terminal Pinang Baris melalui lalu

lintas utama adalah Jalan Gatot Subroto yang merupakan lalu lintas regional

menuju ke luar kota. Tetapi posisi terminal ini menggunakan jalan arteri yaitu

Jalan Pinang Baris ( Sekarang Jalan TB. Simatupang ) yang berjarak 500

meter dari persimpangan jalan utama. Namun ini tidak menjadi kendala

karena sudah banyak angkutan umum yang langsung menuju Terminal Pinang

(49)

Padang Bulan ; KPUM 52 Jurusan Pinang Baris – Amplas via Perumnas

Helvetia, Pringgan, Titi Kuning ; KPUM 63 Jurusan Pinang Baris – Tembung,

KPUM 31 Jurusan Pinang Baris – Belawan, Morina 138 Jurusan Pinang Baris

– Amplas via Pasar Merah/Menteng ; Gajah Mada 99 Jurusan Pinang Baris –

Martubung ; Nasional 38 Jurusan Pinang Baris – Amplas via Sunggal ; dsb.

B. Kemudahan Pencapaian.

Keberadaan Terminal Pinang Baris berlokasi paling dominan merupakan

akhir daripada trayek angkutan umum sehingga menjadi sangat mudah dicapai

oleh para calon penumpag maupun kenderaan umum dan pribadi meskipun

terletak di pinggiran kota. Meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan

terciptanya terminal – terminal bayangan di sekitar terminal Pinang Baris.

C. Pelayanan Fasilitas

Keberadaan fasilitas terminal sangat menentukan kelancaran sirkulasi

kendaraan serta menunjang keamanan dan kenyamanan para pengguna jasa

angkutan umum. Secara garis besar fasilitas yang ada dalam Terminal Pinang

Baris meliputi fasilitas penumpang, fasilitas kendaraan, dan fasilitas

penunjang. Adapun fasilitas – fasilitas tersebut merupakan bagian integral

yang saling terkait dan harus diakui peran sertanya dalam memajukan

terminal Pinang Baris ini.

a. Fasilitas Penumpang

Fasilitas bagi penumpang dan calon penumpang yang ada di Terminal

(50)

loket bus walaupun dibangun sebanyak 38 unit namun semua ini tidak

terpenuhi karena jumlah perusahaan angkutan juga tidak banyak.

Kelebihan dari unit bangunan ini kemudian di alih fungsikan menjadi kios

makanan dan minuman. Umumnya loket karcis di Terminal Pinang Baris

langsung berada di dalam loket bus. Untuk ruang tunggu di Terminal

Pinang Baris terdapat dua tempat yakni ruang tunggu keberangkatan dan

ruang tunggu umum. Untuk ruang tunggu keberangkatan biasanya

langsung berada di sekitar loket bus tujuan. Misalkan pemberangkatan

untuk tujuan Banda Aceh menggunakan bus Anugerah, para calon

penumpang bus yang telah membeli karcis menunggu diloket bus

Anugerah. Untuk fasilitas di dalam ruang tunggu loket tersebut adalah

tanggung jawab dari perusahaan angkutan. Sedangkan untuk ruang tunggu

umum berada di gedung induk di depan pusat informasi. Fasilitas yang

ada disini hanya tempat duduk. Sepanjang perjalanannya semua fasilitas

penumpang yang disebutkan diatas masih ada walaupun sebagian tidak

lagi berfungsi secara optimal.

b. Fasilitas Kendaraan

Fasilitas untuk kenderaan terdiri dari jalur kedatangan, jalur

keberangkatan, dan jalur parkir sementara. Pada awalnya jalur

keberangkatan dan kedatangan berada pada satu jalur. Namun pada tahun

1996 kedua jalur ini dipisahkan seiring dengan penambahan dari semula

(51)

terminal. Sedangkan fasilitas untuk parkir sementara di berlakukan di

loket bus masing – masing dan boleh juga pada lahan kosong di dalam

terminal dengan tidak menggangu sirkulasi kenderaan. Pada awal

operasionalnya masih terdapat banyak lahan kosong seiring dengan

perkembangan terminal ini maka untuk optimalisasi kinerja terminal maka

untuk parkir kenderaan hanya dilakukan di depan masing – masing loket

bus dan bersifat antrian memanjang sesuai keberangkatan.

c. Fasilitas Penunjang

Fasilitas penunjang yang terdapat pada Terminal Pinang Baris meliputi :

1. kantor pengelola terminal,

2. kantor keamanan,

3. pos keamanan,

4. menara pengawas,

5. ruang komunikasi,

6. pos penarikan retribusi,

7. kantor perwakilan perusahaan,

8. telepon umum,

9. mushalla,

10.toilet umum,

11.kios makanan dan minuman,

(52)

Fasilitas ini merupakan fasilitas dasar yang harus dimiliki sebuah terminal

sehingga kedepannya diharapkan adanya penambahan fasilitas dan juga perawatan

terhadap fasilitas tersebut.

D. Keamanan

Keamanan baik fisik maupun psikologis yang dirasakan pengguna angkutan

umum dapat berupa bebas dari bahaya, bebas dari gangguan, terlindungi, tidak

merasa takut atau khawatir menggunakannya.22

22

Flaherty. Transport Planning on Traffic Enginering, 1997, hal: 86 (“semua penumpang Hal ini tentu akan

mempengaruhi kinerja dari Terminal Pinang Baris. Kondisi keamanan

Terminal Pinang Baris memang cukup meresahkan dimana seringkali terjadi

tindakan kriminal berupa pencopetan serta pemaksaan oleh para calo. Hal

dikarenakan petugas keamanan yang ditempatkan tidak sebanding dengan

banyaknya penumpang dan luasnya terminal sehingga menyebabkan rasa

ketidakamanan penumpang ketika berada di Terminal Pinang Baris.

Berdasarkan informasi, terkadang korban kejahatan juga terjadi dalam

angkutan umum dan melaporkan kejadiannya kepada pihak keamanan

terminal sehingga timbul kesan negatif terhadap terminal. Walaupun demikian

selama tahun 1990 – 2000 angka kejahatan yang paling tinggi adalah untuk

kasus pencopetan saja sedangkan kasus yang lain seperti penipuan,

pembiuasan, dll, sangat sedikit dan bahkan hampir tidak ada. Saat ini di

(53)

oleh polisi yang letaknya dekat dengan gedung pengelola. Akibat yang

ditimbulkan dari masalah ini adalah pergerakan penumpang melalui terminal

Pinang Baris semakin berkurang. Kelesuan mulai dialami oleh Terminal

Pinang Baris ketika para penumpang mulai beraktifitas diluar terminal.

Mereka kemudian memilih menaiki dan turun dari angkutan umum di sekitar

persimpangan Jalan Gatot Subroto – jalan TB. Simatupang persis di depan

Pasar Kampung Lalang. Inilah yang menyebabkan berdirinya terminal

bayangan disekitar Terminal Pinang Baris.

E. Kenyamanan yang dirasakan penumpang terkait dengan situasi ketika

menggunakan terminal ini adalah ketika penumpang merasa tersedia ruangan

yang cukup bagi mereka sehingga mereka dapat senang, sejuk, enak dan tidak

kecewa ketika berada di Terminal Pinang Baris.23 Kondisi kenyamanan

penumpang di Terminal Pinang Baris sangat memprihatinkan, dimana tidak

ada fasilitaspenunjang yang dapat memberikan kenyamanan bagi penumpang

seperti ruang tunggu yang sejuk, tempat duduk yang mencukupi, jalur

pedestrian yang teduh dan aman, toilet yang bersih dan layak pakai serta

fasilitas lainnya. Saat ini di Terminal Pinang Baris, loket bus, jalur pedestrian

dan kios menjadi satu sehingga penumpang menjadi tidak nyaman ketika

berjalan maupun menunggu bus.

Gambar

Tabel 1.1 TPR Terminal Pinang Baris 1996 – 2001
Tabel 1.2 Fasilitas Terminal Pinang Baris
Tabel 1.3. Beberapa Angkutan Umum Dalam Kota Medan Yang Melintasi   Terminal Pinang Baris
Gambar  1. Bagan organisasi Unit Pengelola Terminal Pinang Baris
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar Pb (Timbal) pada thalus lichens yang terdapat pada tegakan pohon peneduh jalan di Kawasan Terminal Pinang Baris Medan..

Sedang mengadakan penelitian tentang “Analisa Permintaan Jasa Angkutan Kota Di Kota Medan Studi Kasus: Terminal Amplas dan Terminal Pinang Baris”. Saya mohon

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk memenuhi syarat ujian memperoleh gelar Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu

Di terminal Pinang Baris ini sering diadakan razia preman, pada saat penulis ada di lapangan penulis melihat para petugas kepolisian sedang mengadakan penangkapan pada

Judul Tesis : “ Perancangan Terminal dalam Kawasan Pembangunan Berorientasi Transit (Studi Kasus : Terminal Pinang Baris Medan) ”.. Nama Mahasiswa : Taufiq

The development of Pinang Baris Terminal Medan through the principles of transit oriented development which is adapted to the character of area, can optimize potential as

Pengembangan kawasan Terminal Pinang Baris Medan melalui prinsip-prinsip pengembangan berorientasi transit transit oriented development yang disesuaikan dengan

Terminal Bus Type A , yaitu Antar Propinsi (AKAP),berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan Antar Kota Antar Propinsi, dan atau... 8 angkutan lintas batas