KEBERADAAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS DI
KOTA MEDAN (1990 – 2000)
SKRIPSI SARJANA
D I S U S U N
O L E H
:
NAMA
: BONA P. HUTABARAT
N I M
: 070706021
DEPARTEMEN SEJARAH
FAKULTAS ILMU BUDAYA
Lembar Persetujuan Ujian Skripsi
KEBERADAAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS DI
KOTA MEDAN (1990 – 2000)
Yang telah diajukan oleh:
Nama : Bona P. Hutabarat
NIM : 070706021
Telah disetujui untuk diajukan dalam ujian seminar skripsi oleh :
Pembimbing,
Drs. Timbun Ritonga 195901281984031001
Tanggal 20 Agustus 2013
Ketua Departemen Sejarah
Drs. Edi Sumarno, M.Hum NIP. 196409221989031001
Tanggal 23 Agustus 2013
DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA
Lembar Persetujuan Ujian Skripsi
KEBERADAAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS DI
KOTA MEDAN (1990 – 2000)
SKRIPSI SARJANA
Yang Dikerjakan oleh :
Nama : Bona P. Hutabarat
NIM : 070706021
Pembimbing,
Drs. Timbun Ritonga 195901281984031001
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk memenuhi syarat ujian memperoleh gelar Sarjana Sastra dalam bidang Ilmu Sejarah.
DEPARTEMEN SEJARAH FAKULTAS ILMU BUDAYA
Lembar Persetujuan Ketua Departemen
Disetujui Oleh :
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013
DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen,
Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Dekan dan Panitia Ujian Diterima Oleh Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sejarah Pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 28 Agustus 2013
Fakultas Ilmu Budaya USU Dekan,
NIP : 19511013197603100 Dr. Syahron Lubis, M. A
Panitia Ujian
No. Nama Tanda Tangan
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris Di Kota Medan ( 1990 – 2000 ). Fokus permasalahan yang dibahas adalah: latar belakang dibangunnya Terminal Pinang Baris, kemudian fungsi dan tujuan dibangunnya Terminal Pinang Baris, serta dampak dari keberadaan Terminal Pinang Baris di Kota Medan ( 1990 – 2000) terhadap kondisi lalu lintas didalam dan diluar Kota medan.
Dalam penulisan ini metode yang digunakan adalah metode sejarah dengan jenis penulisan berupa deskriptif analisis. Dalam penelitian ini juga digunakan metode pengalaman individu (life history) sebagai metode wawancara berfokus dengan mengungkapkan sejarah transportasi dan sejarah perusahaan. Sumber data diperoleh dari sumber – sumber tertulis (buku, dokumentasi, arsip, dll) informan, peristiwa dan aktivitas. Pengumpulan data menggunakan observasi partisipasi kadang kala disertai dengan wawancara, dan dokumentasi. Kemudian dilakukan tahapan kritik sumber dengan membandingkan data – data yang ada lalu melakukan tahapan interpretasi sebelum dilanjutkan dalam tahapan penulisan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan: (1). Terminal Terpadu Pinang Baris merupakan sebuah solusi dalam mengatasi permasalahan lalu lintas di Kota Medan yang sebelumnya sangat tidak terkendali akibat banyaknya tumpang tindih penggunaan jalan menuju inti kota, (2). Terminal Pinang Baris memiliki fasilitas yang lengkap namun berfungsi tidak secara optimal, masih perlu dilakukan pembenahan dengan melakukan perbaikan atau bahkan penambahan fasilitas yang lebih baru ataupun modern, (3). Terminal Pinang Baris berperan menjadi penata lalu lintas dengan melakukan pengaturan terhadap arus angkutan umum baik untuk angkutan dalam kota maupun angkutan antar kota
KATA PENGANTAR
Medan, Oktober 2013
Syalooom..
Salam sejahtera…!
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih
karunia dan hikmat Nya lah sehingga penulis sampai pada tahap akhir perkuliahan
dan dapat menyelesaikan studi dan penulisan skripsi yang berjudul
:“KEBERADAAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS DI KOTA MEDAN (1990 - 2000). Kiranya Kasih-Nya yang tak berkesudahan juga melimpahi kita semua.
Penulis tidak dapat menyelesaikan semua ini tanpa bantuan dari semua pihak
yang telah bersedia membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini mulai dari awal
sampai skripsi ini dapat diselesaikan.
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis sadar bahwa ini tidak luput dari
kekurangan dan masih butuh penyempurnaan. Untuk itu penulis merasa terbuka
untuk menerima saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan tulisan ini.
Demikian penulis sampaikan dan semoga skripsi ini kelak bisa berguna terhadap
berbagai pihak.
Terimakasih, Tuhan Memberkati…!!
Medan,23 Oktober 2013
UCAPAN TERIMA KASIH
Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar – besarnya sebagai ungkapan tulus dan balasan jasa orang – orang yang
terlibat dalam penulisan skripsi ini. Kiranya Tuhanlah yang memberikan berkahnya
buat kita semua. Jika ada ada nama yang tidak disebutkan, saya haturkan maaf yang
sebesar – besarnya dan bukan ada unsur kesengajaan. Rasa Terima kasih ku kepada :
1. Ayahanda M. Hutabarat dan ibunda E.Lumban gaol, yang senantiasa
mengasihi saya sejak lahir hingga saat ini. Ayah dan bunda banyak memberi
nasehat, motivasi, dukungan dan kasih sayang yang tidak ternilai harganya,
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Mohon maaf dari ananda
apabila penyelesaian skripsi ini tidak sesuai harapanmu. Semoga kalian diberi
umur yang panjang, kesehatan, dan tentunya Tuhan terus memberkati
memberkati keluarga kita.
2. Dr. SyahronLubis, M. A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Sumatera Utara beserta para Bapak Pembantu Dekan I – III, para Staf dan
para Pegawai di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera
Utara.
3. Bapak Drs. Edi Sumarno, M. Hum selaku Ketua Departemen Sejarah Fakultas
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya USU, yang telah membantu penulis selama
dalam masa perkuliahan.
4. Bapak Drs. Fachrudin J. Daulay selaku dosen Penasehat Akademik penulis
yang telah memberi arahan kepada penulis selama perkuliahan.
5. Bapak Drs. Timbun Ritonga, selaku dosen pembimbing dalam penulisan ini
yang telah memberikan inspirasi, semangat, dorongan dan telah meluangkan
waktu untuk membimbing penulis. Kebaikan bapak senantiasa penulis ingat,
semoga Tuhan memberi berkat-Nya kepada bapak dan keluarga.
6. Kepada para staf pengajar di Fakultas Ilmu Budaya, terkhusus Departemen
Sejarah penulis ucapkan terima kasih yang begitu dalam. Karena tanpa kalian
penulis tidak ada apa – apanya. Terima kasih atas semua ilmu yang telah
penulis terima dari kalian, telah membuka wawasan dan memberikan inspirasi
bagi penulis. Kiranya Tuhanlah yang membalas semua kebaikan kalian.
7. Buat seluruh Saudara saudari penulis yaitu : kakanda Helen Hutabarat,
abangda Iwan Hutabarat, serta adinda Jani Hutabarat. Terima kasih atas
dukungan kalian selama ini, tanpa kalian mungkin proses pembuatan skripsi
ini tidak akan maksimal. Semoga penyelesaian skripsi ini bisa menjadi
motivasi bagi kita dalam menjalani proses kehidupan yang kita jalani
sekarang. Tuhan memberkati kita.
8. Seluruh rekan – rekan mahasiswa angkatan 2007 yaitu Sari, Meisia, Heri, Siti,
Okta, Mohan, Astina, Naf`an, Soji, Intan, April, Andika, Judika, Hendrik, Oli,
hampir enam tahun. Stambuk 2007 merupakan sebuah komunitas yang mana
penulis feels like home! Kalian bukan hanya teman, tetapi keluarga.
9. Kepada seluruh rekan – rekan mahasiswa di Departemen Sejarah Universitas
Sumatera Utara, kiranya ini menjadi cambuk bagi kalian yang masih duduk di
bangku perkuliahan untuk segera bisa menyusul. Jadikan ini motivasi bagi
kalian semua. Khususnya buat adik Rina Hutabarat. Cepat tamat ya ito…
10.Kepada rekan – rekan mahasiswa baik di Fakultas Ilmu Budaya maupun di
Fakultas lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Terima kasih telah
menjadi teman dan sahabat yang selama ini dalam suka maupunduka.
Thankyou guys, you are will be in my heart.
11.Buat Adinda Tersayang Yustriani br. Sembiring yang tak pernah lelah
memberikan motivasi, dorongan, dan support dan juga selalu setia dalam
menemani penulis dari awal pembuatan proposal hingga terselesaikannya
skripsi ini. Semoga sukses dalam aktivitas mu sayang, dan tetap selalu
sertakan aku dalam doamu kedepannya.
12.Kepada seluruh pihak yang membantu skripsi ini, seluruh informan dan
semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih saya
ucapkan dan kiranya Tuhanlah yang bisa membalas semua kebaikan Bapak
dan Ibu dalam proses pembuatan skripsi ini.
13.Kepada keluarga besar penulis baik dari pihak Bapak maupun Ibu.
Terimakasih atas segala dukungan baik moril maupun materi yang penulis
Dan kepada semua pihak – pihak yang tidak bisa saya sebutkan disini yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Mohon maaf apabila ada
yang kurang berkenan dan penulis tak lupa untuk mengucapkan terima kasih yang
begitu besar buat kalian. Kiranya Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai kita dalam
menjalani hidup ini.
Akhir kata dan diatas semua ini penulis panjatkan syukur dan pujian kepada
Tuhan Yesus Kristus, Allah Bapa dan Roh Kudus yang selalu memberikan limpahan
berkat Nya, perlidungan, kesehatan dan jalan keluar dikala penulis merasa drop,
lemah, putus asa, dan khawatir dalam pengerjaan skripsi ini melalui orang – orang
yang disekitar penulis. Terima kasih Tuhan atas segalanya. Tetaplah berkati hamba
Mu ini ya Tuhan.
Medan, Oktober 2013
DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Abstrak ... vi
Kata Pengantar ... vii
Ucapan Terima Kasih ... viii
Daftar Isi ... xii
BAB I Pendahuluan 1.1Latar Belakang Masalah ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 6
1.3Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 7
1.4Tinjauan Pustaka ... 7
1.5Metode Penelitian ... 11
BAB II Latar Belakang Pembangunan Terminal Pinang Baris 2.1Kondisi Lalu Lintas Kota Medan Sebelum Adanya Terminal Terpadu Pinang Baris ... 14
2.2Upaya Mengatasi Permasalahan Lalu Lintas Kota Medan Sebelum Adanya Terminal Terpadu Pinang Baris ... 20
2.3Pembangunan Terminal Terpadu Pinang Baris ... 24
BAB III Perkembangan Terminal Pinang Baris ( 1990 – 2000 ) 3.1Awal Pengoperasian Terminal Terpadu Pinang Baris ... 29
3.2Pemanfaatan Terminal Terpadu Pinang Baris ... 33
BAB IV Pengaruh Terminal Pinang Baris Terhadap Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Kota Medan
4.1Kondisi Lalu Lintas Angkutan Dalam Kota Medan Pasca Dibangunnya
Terminal Terpadu Pinang Baris ... 47
4.2Kondisi Lalu Lintas Angkutan Antar Kota Dari Dan Ke Kota Medan
Pasca Dibangunnya Terminal Terpadu Pinang Baris ... 51
BAB V Kesimpulan Dan Saran
5.1Kesimpulan... 57
5.2Saran ... 58
Daftar Pustaka ... 60 Daftar Informan
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris Di Kota Medan ( 1990 – 2000 ). Fokus permasalahan yang dibahas adalah: latar belakang dibangunnya Terminal Pinang Baris, kemudian fungsi dan tujuan dibangunnya Terminal Pinang Baris, serta dampak dari keberadaan Terminal Pinang Baris di Kota Medan ( 1990 – 2000) terhadap kondisi lalu lintas didalam dan diluar Kota medan.
Dalam penulisan ini metode yang digunakan adalah metode sejarah dengan jenis penulisan berupa deskriptif analisis. Dalam penelitian ini juga digunakan metode pengalaman individu (life history) sebagai metode wawancara berfokus dengan mengungkapkan sejarah transportasi dan sejarah perusahaan. Sumber data diperoleh dari sumber – sumber tertulis (buku, dokumentasi, arsip, dll) informan, peristiwa dan aktivitas. Pengumpulan data menggunakan observasi partisipasi kadang kala disertai dengan wawancara, dan dokumentasi. Kemudian dilakukan tahapan kritik sumber dengan membandingkan data – data yang ada lalu melakukan tahapan interpretasi sebelum dilanjutkan dalam tahapan penulisan.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan: (1). Terminal Terpadu Pinang Baris merupakan sebuah solusi dalam mengatasi permasalahan lalu lintas di Kota Medan yang sebelumnya sangat tidak terkendali akibat banyaknya tumpang tindih penggunaan jalan menuju inti kota, (2). Terminal Pinang Baris memiliki fasilitas yang lengkap namun berfungsi tidak secara optimal, masih perlu dilakukan pembenahan dengan melakukan perbaikan atau bahkan penambahan fasilitas yang lebih baru ataupun modern, (3). Terminal Pinang Baris berperan menjadi penata lalu lintas dengan melakukan pengaturan terhadap arus angkutan umum baik untuk angkutan dalam kota maupun angkutan antar kota
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Sistem transportasi dapat diartikan sebagai suatu kesatuan, suatu unit, suatu
integrasi yang bersifat komperhensif yang terdiri dari unsur – unsur, atau komponen –
komponen dimana masing – masing unsur ataupun komponen tersebut saling
mendukung dan bekerja sama yang menimbulkan sebuah integritas. Jika salah satu
unsur tersebut rusak maka sistem tersebut akan mengalami kerusakan juga.
Komponen utama dari sistem transportasi adalah manusia dan barang sebagai (
komponen yang diangkut ), kendaraan dan peti kemas (sebagai komponen alat
angkut), jalan dan terminal ( sebagai komponen tempat alat angkut bergerak ), serta
sistem pengoperasian (sebagai komponen yang mengatur tiga komponen lainnya ).
Semua komponen diatas saling terkait dalam memenuhi kebutuhan akan permintaan
transportasi yang berasal dari manusia dan barang.
Terminal1( stasiun ) adalah perhentian penghabisan angkutan baik bis, kereta
api dan lain – lain. Terminal adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan
memuat dan menurunkan orang dan atau barang serta mengatur kedatangan dan
transportasi2
1. Terminal Tipe A melayani Angkutan Antar Kota Antar Propinsi, Angkutan
Kota Dalam Propinsi, Angkutan Kota dan Angkutan Desa. Terminal Terpadu
Pinang Baris ( TTPB ) termasuk terminal dalam tipe A.
. Terminal penumpang yang berfungsi sebagai pusat kegiatan
penumpang dan pergantian moda transportasi mempunyai nilai yang sangat strategis
dalam menunjang perkembangan ekonomi masyarakat dan ekonomi regional pada
umumnya. Efektifitas terminal bisa diukur dari hal kenyamanan, pelayanan, ataupun
kecepatan pergerakan penumpang, yang sangat menentukan kapasitas dan kredibilitas
sebuah terminal. Terminal didirikan dengan tujuan tempat bongkar muat barang,
turun – naik penumpang, dan perubahan moda angkutan dari yang satu ke yang
lainnya, untuk kelancaran mobilitas orang, barang maupun jasa, dengan kata lain
sebagai tempat lalu lintas ekonomi. Mengkaji tentang terminal erat kaitannya dengan
masalah transportasi.Terminal dapat dikelompokkan dalam tiga tipe, yaitu :
2. Terminal Tipe B melayani kendaraan Angkutan Kota Dalam Propinsi dan
Angkutan Kota.
3. Terminal Tipe C melayani Angkutan Pedesaan saja.
Kajian mengenai Terminal Terpadu Pinang Baris sangat erat kaitannya
dengan sejarah perkotaan. Hal ini karena kota memiliki fungsi yang berbeda sehingga
kebutuhan fasilitasnya pun berbeda dengan daerah pedesaan. Di pedesaan umumnya
selain sektor penghasil barang, sektor perdagangan dan sektor jasa juga merupakan
basis utama.
Sejarah kota mencakup proses urbanisasi, mobilitas penduduk dan masalah
sosial lainnya. Sejarah kota juga membahas tentang ekologi kota, yaitu interaksi
manusia dengan alam sekitarnya. Pada sisi lain sejarah kota juga membahas problem
sosial dan mobilitas sosial.3 Kota berfungsi sebagai pusat pembangunan daerah, yang
bertujuan sebagai mata rantai penghubung ke kawasan pedesaan dimana kota tidak
hanya merupakan pusat permukiman dari penduduk, kegiatan sosial ekonomi, politik
dan administrasi tapi kota juga merupakan pusat penyediaan fasilitas industri,
perdagangan, transportasi, dan kegiatan lainnya yang berhubungan bagi penunjang
pertumbuhan daerah belakang.4
Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan.
Pertumbuhan Kota Medan yang semakin pesat mempunyai konsekuensi bagi pihak
pemerintah untuk menyediakan prasarana perkotaan seperti prasarana lingkungan,
fasilitas umum serta prasarana sosial.
Untuk melihat konsentrasi kota maka dapat diperhatikan seberapa banyak
fasilitas perkotaan yang tersedia dan seberapa jauh kota menjalankan fungsi
perkotaan. Fasilitas perkotaan/fungsi perkotaan antara lain sebagai pusat
perdagangan, sebagai pusat pelayanan jasa baik jasa perorangan maupun jasa
3
perusahaan5, tersedianya prasarana perkotaan, seperti sistem jalan kota yang baik,
jaringan listrik, telepon, taman kota, pasar, terminal. Sebagai pusat penyedia fasilitas
sosial seperti pendidikan, kesehatan, dan tempat ibadah. Kemudian sebagai pusat
pemerintahan, pusat komunikasi dan pangkalan transportasi6, dan lokasi permukiman
yang tertata7
Sampai dengan tahun 2000, Kota Medan memiliki lima buah terminal
angkutan umum yaitu:
. Salah satu kendala yang dihadapi Kota Medan adalah kemacetan arus
lalu lintas di pusat kota. Untuk mengantisipasi kendala tersebut, kota Medan sebagai
ibukota Sumatera Utara berupaya keras untuk meningkatkan sarana dan prasarana
menuju kota metropolitan. Salah satu master plan Kota Medan adalah ‘Perkembangan
Sistem Jalan Lingkar Untuk Mendukung Pendistribusian Arus Lalu Lintas Yang
Tidak Terpusat ke Pusat Kota‘. Untuk merealisasi pendukung sistem rute yang lebih
luas dibantu dengan adanya fasilitas yang lebih baik dibangunlah Terminal Terpadu
Pinang Baris. Sejalan dengan itu ditambah juga sarana jalan karena merupakan
sarana penting bagi masyarakat Kota Medan. Bertambahnya jumlah jalan yang
dibangun diharapkan dapat mengurangi kemacetan, peningkatan mobilitas penduduk
dan terciptanya peluang tumbuhnya lapangan kerja baru sekitar wilayah terminal
terpadu tersebut.
1. Terminal Terpadu Amplas ( Tipe A )
5
Jasa perorangan misalnya perbengkelan, pengacara, dokter, sedangkan jasa perusahaan adalah: jasa perbankan, jasa perhotelan, dan jasa asuransi.
6
2. Terminal Terpadu Pinang Baris ( Tipe A )
3. Terminal Sambu ( Tipe B )
4. Terminal Veteran ( Tipe B )
5. Terminal Belawan ( Tipe B )
Dengan memiliki dua terminal terpadu, yaitu terminal terpadu Amplas dan
terminal terpadu Pinang Baris maka pembangunan kedua terminal tersebut
diharapkan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan terhadap bus, baik antar kota
maupun dalam kota dan non bus, memperlancar hubungan antar Kota Medan dengan
daerah pinggirannya (hinterland) dan juga untuk memecahkan sebagian masalah
lalulintas di Kota Medan. Disamping itu dengan sendirinya meningkatkan pendapatan
dari retribusi yang diambil penanggung jawab jasa terminal. Terminal bus terpadu
Pinang Baris dibangun didaerah Sunggal jalan Pinang Baris. Terminal ini
diperuntukkan melayani kenderaan angkutan umum trayek jurusan Barat arah Daerah
Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Pelaksanaan pembangunan terminal secara fisik
dimulai pada bulan Mei 1990 dan keseluruhan pembangunan rampung dilaksanakan
pada akhir Desember 1991.
Ada beberapa alasan yang mendasari diambilnya Terminal Terpadu Pinang
Baris sebagai objek penelitian melalui penulisan skripsi ini. Alasan pertama, belum
ada kajian tentang sejarah Terminal Terpadu Pinang Baris ini. Sedangkan alasan
kedua, adalah keberadaan terminal Pinang Baris yang pada awal keberadaannya
diharapkan dapat menjadi pusat sektor usaha dan perdagangan serta sebagai sarana
pelayanan regional yang mendorong peran kota ini menjadi simpul pergerakan
penumpang dan barang tapi sempat mengalami kelesuan, padahal fasilitas yang ada di
terminal sudah sangat lengkap dan sangat mendukung keberadaan terminal serta
kenyamanan penumpang. Sehingga dalam konteks itulah penelitian melalui penulisan
skripsi ini diberi judul " Keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris Di Kota
Medan(1990 – 2000)". Batasan spasial dalam penelitian ini adalah Kota Medan,
sementara itu batasan temporalnya penulis mengambil batasan tahun dimulai dari
tahun 1990 sampai tahun 2000. Tahun 1990 diambil sebagai batasan awal dalam
penulisan ini karena pada tahun inilah Terminal Terpadu Pinang Baris dibangun.
Sedangkan batasan akhir yang digunakan penulis adalah tahun 2000 dikarenakan
keberadaan Terminal Bus Pinang Baris setelah pengoperasiannya telah sesuai
dijalankan menurut fungsinya dan mengalami dinamika dalam perjalanannya.
1. 2. Rumusan Masalah
Persoalan pokok dalam penelitian ini dirumuskan kedalam beberapa bentuk
pertanyaan yang ini nantinya di pakai sebagai rumusan masalah dalam penulisan
skripsi ini yaitu :
1. Bagaimana latar belakang dibangunnya Terminal Terpadu Pinang Baris ?
2. Bagaimanakah keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris dari awal
pengoperasiannya sampai tahun 2000 ?
3. Bagaimana pengaruh Terminal Terpadu Pinang Baris terhadap Lalu Lintas
1. 3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah yang telah diuraikan
diatas maka penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Menjelaskan latar belakang dibangunnya Terminal Terpadu Pinang Baris.
2. Menjelaskan pengaruh keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris dari awal
pengoperasiannya sampai tahun 2000 terhadap masyarakat dan pengguna
prasarana terminal tersebut.
3. Menjelaskan pengaruh keberadaan Terminal Terpadu Pinang Baris tersebut
terhadap kehidupan sosial ekonomi Kota Medan.
Adapun harapan manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi masukan bagi Pemerintah Kota Medan untuk
menyusun kebijakan dalam program – program pengembangan wilayah
khususnya melalui pengembangan infrastruktur Terminal Terpadu Pinang
Baris.
2. Agar dapat dipergunakan oleh instansi lain, yang terkait dengan pembangunan
prasarana terminal bus dalam menyusun perencanaan pembangunan.
3. Sebagai perbandingan dan masukan bagi penelitian – penelitian yang
berkaitan dengan hal ini di masa yang akan datang.
1. 4. Tinjauan Pustaka
Pergerakan dan perjalanan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk
manusia melakukannya, sebab pergerakan terjadi karena adanyakebutuhan pokok
manusia yang tidak tersedia di semua tempat akan tetapi sumber tersebut tersedia
secara heterogen di dalam ruang yang terpisahkan oleh jarak dan waktu.8
Untuk dapat menyusun tinjauan kepustakaan yang baik, maka akan
diusahakan mengumpulkan sumber sebanyak banyaknya, serta harus relevan dengan
topik masalah yang akan ditulis, kemudian melakukan seleksi sebelum dituangkan
kedalam bentuk tulisan.
Perkembangan suatu wilayah kota berkaitan erat dengan perkembangan kegiatan
ekonomi penduduk. Kegiatan ekonomi diduga merupakan daya tarik masuknya
sejumlah penduduk dari daerah sekitar ataupun daerah lain sehingga sejumlah
penduduk kota semakin bertambah besar. Pertumbuhan penduduk alamiah dan
derasnya arus urbanisasi memerlukan lahan yang lebih luas untuk kebutuhan
pemukiman dan aktifitas kehidupan masyarakat. Demikian pula dengan kebutuhan
transportasi, dalam suatu kota ditentukan oleh besar kecilnya jumlah penduduk kota
tersebut. Semakin besar jumlah penduduk suatu kota, akan cenderung semakin
banyak fasilitas prasarana dan sarana angkutan umum yang diperlukan.
Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metodologi berupa
konsep dan teori ilmu-ilmu sosial, yaitu tentang teori perubahan sosial9
8
Waparni, Suwarjoko: Merencanakan Sistem Perangkutan, Penerbit ITB, Bandung; 1990, hal. 4
dengan ilmu
9
bantu adalah Sosiologi, Ekonomi dan Antropologi sebagai upaya mengungkap
peristiwa sejarah yang lebih dalam.
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu
dengan mengunakan buku – buku yang berkaitan dengan masalah transportasi dan
permasalahannya.Secara garis besar penelitian ini dilakukan dengan melakukan studi
lapangan (field research). Studi lapangan juga dilakukan untuk mengumpulkan
sumber – sumber informasi mengenai tulisan ini dan dilakukan di tempat objek
penelitian dalam hal ini adalah Terminal Terpadu Pinang Baris dengan menggunakan
tekhnik wawancara.Selanjutnya studi pustaka dilakukan di Perpustakaan Universitas
Sumatera Utara.
Beberapa buku yang digunakan dalam penulisan ini adalah buku dari
karangan Fidel Miro, Perencanaan Transportasi,Jakarta: Erlangga, 2005. Buku ini
menjelaskan bagaimana perkembangan transportasi pada masa kini dan faktor –
faktor yang mempengaruhi perkembangan transportasi. Buku ini juga menjelaskan
bagaimana merencanakan sebuah sistem transportasi yang tergantung pada besarnya
jumlah dan penyebaran penduduk, tingkat kehidupan, luas daerah dan keadaan
geografis, potensi alam dan ekonomi, prasarana serta sarana transportasi itu sendiri.
Kemudian penulis juga menggunakan buku Jurnal Info Trans, Sistem
Transportasi Berkelanjutan, Yogyakarta: Info Trans, 2000. Dalam buku ini dibahas
tentang sistem transportasi yang berkelanjutan dimana sistem ini dapat memenuhi
daya alam, baik dalam hal pemanfaatan sumberdaya energi maupun pemanfaatan
ruang, dapat dikelola secara transparan dan partisipatif serta menjamin
kesinambungan untuk generasi mendatang. Dalam buku ini juga dijelaskan tentang
prinsip dari sistem transportasi berkelanjutan dimana didalamnya harus terdapat: (a).
kesetaraan sosial; layanan transportasi harus mampu menjangkau masyarakat miskin,
(b). keberlanjutan ekologi; dampak lokal transportasi dan kontribusinya bagi
kerusakan lingkungan harus diminimalisir, (c). kesehatan dan keselamatan ; (d).
berbiaya rendah, (e). partisipasi dan transparansi; masyarakat berperan dalam proses
perencanaan transportasi.
Kemudian penulis menggunakan buku yang ditulis oleh Salim H. A. Abbas,
Manajemen Transportasi, Jakarta: PT. Raja Prafindo Persada, 1998. Buku ini
menjelaskan tentang tujuan dari transportasi yaitu menyediakan akses untuk
bersosialisasi, mendapatkan pelayanan dan barang yang kita perlukan dengan cara
yang mudah, rendah biaya dan memiliki dampak yang kecil. Dijelaskan juga tentang
bagaimana seharusnya kebijakan transportasi yang tidak terjebak pada persepsi
mobilitas sebagai tujuan dan menyederhanakannya dengan mendorong lebih banyak
kendaraan dengan kecepatan yang semakin tinggi. Perencanaan aksesibilitasi
bertujuan untuk menjamin bahwa tempat tujuan dapat dengan mudah dicapai dan
berupaya untuk menjaga kemampuan dan keragaman pilihan transportasi khususnya
1. 5. Metode Penelitian
Dalam penulisan sejarah yang ilmiah, pemakaian metode sejarah sangatlah
penting. Untuk mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan sebagai bahan
penulisan yang relevan dengan pokok permasalahan maka dilakukanlah penelitian.
Penelitian dilaksanakan dengan mengumpulkan sumber – sumber dari berbagai pihak
yang relevan dengan pokok kajian diatas. Data – data tersebut dapat diperoleh baik
dari lapangan maupun dari kepustakaan. Dalam penulisan penelitian ini kita harus
melewati beberapa proses agar diperoleh suatu penilaian atau pemaparan yang lebih
objektif. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam melakukan penulisan ini
adalah mengumpulkan data–data dari sumber-sumber baik primer maupun sekunder
yang disebut dengan heuristik. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui studi
kepustakaan dan studi lapangan. Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan
data melalui buku-buku, arsip, dokumen, majalah, artikel, dan media elektronik yang
dianggap mempunyai kaitan dan dapat membantu penulis untuk memahami
permasalahan dan dalam hal ini sumber diperoleh dari Perpustakaan Universitas
Sumatera Utara dan dari kantor Kepala Terminal Terpadu Pinang Baris. Sedangkan
studi lapangan yaitu mengadakan wawancara terhadap tokoh-tokoh yang dianggap
mampu memberikan masukan-masukan yang berarti sebagai sumber penelitian dan
penulis melakukan wawancara terhadap masyarakat di sekitar Terminal Terpadu
Pinang Baris. Selain itu bisa juga dengan melakukan observasi dan pengamatan yang
Langkah selanjunya adalah mengkritik sumber. Data yang diperoleh berusaha
mendekatkan penulis untuk mendapatkan petunjuk atas nilai kebenaran dan keaslian
data yang diperoleh. Adapun nilai-nilai tersebut menjadi suatu tolak ukur dalam
melakukan suatu kritik baik itu secara internal maupun eksternal. Kritik internal,
yaitu menelaah tentang kebenaran isi atau fakta dari sumber-sumber objek penelitian
(validitas). Kritik eksternal dilakukan dengan cara pengujian untuk menentukan
keaslian data (orisinalitas).
Langkah selanjutnya adalah tahap interpretasi. Penulis mencoba menafsirkan
data-data yang telah diperoleh kemudian menghasilkan suatu kesimpulan dari objek
masalah yang diteliti baik dengan cara analisis maupun sintesis. Hal ini dilakukan
untuk menghindari subjektivitas. Hal ini akan menjadi benar karena tanpa penafsiran
sejarawan, maka data tidak akan bisa berbicara.
Langkah terakhir adalah tahap Historiografi yang merupakan tahap akhir dari
suatu rangkaian penelitian yang diperoleh dari fakta – fakta, yang dilakukan secara
sistematis, kronologis dan tentunya rasional. Dalam penulisan akhir ini aspek
kronologis menjadi sangat penting untuk menghasilkan karya sejarah yang ilmiah dan
BAB II
LATAR BELAKANG PEMBANGUNAN TERMINAL TERPADU
PINANG BARIS
2. 1. Kondisi Lalu Lintas Kota Medan Sebelum Adanya Terminal Terpadu Pinang Baris
Kota Medan sedang berbenah diri menjadi kota metropolitan, pusat
pemerintahan, perdagangan, pendidikan, jasa dan lain – lain. Aktivitas di berbagai
sektor kehidupan memberikan daya tarik tersendiri bagi kalangan masyarakat Medan
khususnya dan masyarakat Sumatera Utara pada umumnya. Ketertarikan ini
melakukan mobilitas penduduk dikalangan masyarakat Medan maupun dari luar Kota
Medan sendiri. Mobilitas penduduk itu dapat kita lihat dari adanya gerakan atau
perpindahan masyarakat di Sumatera Utara. Gerakan atau perpindahan masyarakat itu
jelas sangat membutuhkan sarana yaitu jasa transportasi.
Selain itu yang menjadi penyebab utama dalam terciptanya kesemrawutan lalu
lintas Kota Medan adalah belum banyaknya ruas jalan yang dapat di lalui kenderaan
bermotor. Kondisi jalan pada waktu itu yang memang masih layak dilalui adalah jalan
– jalan protokol yang memang berada di pusat kota ataupun langsung menuju ke
pusat kota. Pertumbuhan antara jumlah kenderaan bermotor dengan pertumbuhan
jalan di Kota Medan yang tidak seimbang menyebabkan terjadinya kemacetan dan
sama dengan yang dihadapi kota – besar lainnya di Indonesia. Masalah transportasi di
Kota Medan umumya disebabkan oleh :
1) Tidak seimbangnya jumlah kendaraan dengan kapasitas yang ada pada saat
itu.
2) Rendahnya sumberdaya manusia pengguna jalan hal ini dikarenakan
minimnya pengetahuan tentang budaya berlalu lintas.
3) Sarana pendukung transportasi seperti marka jalan, lampu pengatur lalu lintas,
halte bus, jembatan penyeberangan, fasilitas pejalan kaki, dan fasilitas
berdasarkan jenis kenderaan yang digunakan.
4) Perubahan pola kehidupan yang terjadi ditengah kehidupan masyarakat
sebagai akibat pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh terhadap
permintaan transportasi. Semakin terbukanya aktifitas ekonomi mendorong
mobilitas manusia dan barang serta menimbulkan permintaan transportasi.
Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan turunan akibat aktivitas
ekonomi, sosial dan lainnya. Transportasi merupakan tulang punggung perekonomian
nasional, regional, dan lokal baik di perkotaan maupun di pedesaan. Sistem
transportasi memiliki sifat sistem jaringan dimana kinerja pelayanan transportasi
sangat dipengaruhi oleh integrasi dan keterpaduan jaringan. Secara umum sistem
transportasi Kota Medan masih belum memenuhi kriteria keberlanjutan yang ditandai
dengan rendahnya kualitas jalan raya, rendahnya kualitas angkutan umum,
yang berbiaya tinggi. Sebelum tahun 1990-an kondisi lalu lintas di kota Medan sangat
memprihatinkan. Ini terjadi karena pada saat itu semua kendaraan masih bergerak
dari dan menuju inti kota yang tentu saja menciptakan kesemrawutan. Wilayah
Sambu menjadi inti dari semua tujuan angkutan umum yang berangkat dari seluruh
wilayah di kota Medan. Dari sini juga kita bisa memilih angkutan umum untuk
mencapai daerah tujuan yang kita inginkan.
Salah satu ciri khas yang terlihat adalah jaringan transportasi yang tercipta
pada masa itu merupakan hasil dari hubungan antar pasar yang ada di kota Medan
untuk menggerakkan ekonomi perdagangan melalui angkutan umum. Daerah Sambu
yang berdampingan dengan Pusat Pasar menjadi tujuan para pelaku ekonomi.
Kelompok produsen melakukan kegiatan memasarkan barang – barang kebutuhan,
sedangkan pihak konsumen mencari barang-barang yang mereka butuhkan.
Sentralisasi inilah yang menyebabkan terjadinya kemacetan dan kesemrawutan lalu
lintas di Kota Medan. Banyaknya aktifitas masyarakat dengan tujuan dari dan
menuju Sambu menyebabkan banyak perusahaan transportasi dalam kota yang
menjadikan daerah Sambu menjadi asal keberangkatan angkutannya menuju daerah
pinggiran kota. Selain itu mayoritas daripada angkutan kota pada waktu itu adalah
KPUM ( Koperasi Pengangkutan Umum Medan ) yang kantor Pusatnya berada di
kawasan Sambu tepatnya di jalan Rupat.10
10
Sehingga KPUM dalam memulai
menjalankan kegiatannya langsung dari kawasan ini menuju wilayah – wilayah
menuju kawasan Sunggal sedangkan posisi awal anda berada di daerah Pulo Brayan
ataupun daerah lainnya, maka anda terlebih dahulu harus menuju kawasan Sambu
kemudian berpindah angkutan dengan memilih angkutan yang menuju Sunggal.
Demikian juga sebaliknya dan tujuan yang lainnya.
Keadaan ini diperparah dengan keberadaan bemo, bajai, dan becak mesin (
becak bermotor ) yang pada saat itu masih membanjiri lalu lintas kota Medan.
Keberadaan mereka sangat mempengaruhi lalu lintas di Kota Medan karena memiliki
kuantitas yang besar sehingga dalam aktifitasnya keberadaan kedua jenis angkutan ini
dalam setiap ruas jalan Kota Medan selalu aktif. Becak Mesin selalu mangkal dalam
setiap persimpangan jalan yang mengakibatkan jalanan semakin sempit. Selain itu
kecepatan rata – rata untuk jenis kenderaan ini relatif rendah sehingga memaksa
setiap kenderaan di belakangnya untuk menyesuaikan kecepatannya demi menjaga
ketertiban lalu lintas.
Untuk kondisi lalu lintas dari dan menuju luar Kota Medan, itu belum ada
suatu kawasan khusus yang dijadikan sebagai terminal penumpang. Para penumpang
berdiri berjejer di sepanjang jalan untuk menanti atau menunggu bus/kenderaan yang
sesuai dengan tujuan mereka di luar kota. Akibatnya banyak kenderaan angkutan
yang menumpuk di sekitar lokasi berdirinya penumpang sehingga memunculkan
kawasan terminal liar. Pada saat itu yang ada hanya kawasan – kawasan penumpukan
bus – bus tujuan luar kota yang semuanya tercipta tanpa adanya kesengajaan ataupun
dengan kondisi geografis Kota Medan yang menjadi persimpangan lalu lintas
regional Sumatera. Kawasan yang pertama adalah terletak di jalan Sei Wampu
melalui jalan Gatot Subroto yang pada waktu itu terkenal dengan istilah Simpang
Barat. Bus – bus yang berangkat dari kawasan ini untuk melayani daerah tujuan
Binjai, Langkat, Tanah Karo, Sidikalang dan juga menuju propinsi D. I Aceh.11
Sedangkan kawasan yang kedua adalah kawasan disekitar stadion Teladan (
sekarang Yuki Simpang Raya ).12
1. Lokasi dari kedua kawasan tersebut berada hampir dekat dengan inti
kota Medan. Dampak yang terjadi adalah semakin meningkatnya
volume kendaraan yang menuju inti kota tetapi tidak diimbangi
dengan penambahan jumlah ruas jalan ataupun pelebaran badan jalan.
Derasnya arus kendaraan menuju pusat kota mengakibatkan
terganggunya aktifitas masyarakat yang ada di pusat kota. Ditambah Disini banyak terdapat berbagai macam – macam
bus baik yang ukuran besar maupun kecil yang khusus melayani penumpangnya
untuk tujuan kota – kota yang berada di sepanjang Pantai Barat dan Pantai Timur
Sumatera bahkan ada juga yang sampai ke kota Jakarta. Kedua kawasan ini sudah
ada akibat tingginya kebutuhan masyarakat dalam hal sistem transportasi dan juga
tingginya mobilisasi penduduk dari daerah ke kota Medan dan sebaliknya yang
membutuhkan alat transportasi untuk semakin mempermudahnya. Kondisi ini tentu
menimbulkan kesemrawutan yang diakibatkan oleh :
11
Hasil wawancara dengan Bapak Haidir ( Kepala Tata Usaha Terminal Pinang Baris ) Tanggal 10 April 2013
dengan setiap aktifitas yang dilakukan di kawasan ini selalu
memanfaatkan badan jalan sehingga mengganggu pengguna jalan yang
lain misalnya untuk parkir armada bus yang menggunakan bahu jalan,
posisi untuk menaikkan ataupun menurunkan penumpang yang juga
menggunakan bahu jalan serta posisi mangkal setiap jenis angkutan
yang berbeda – beda makin membutuhkan banyak lahan dan tentu saja
terpaksa menggunakan bahu jalan. Bila diperhatikan kondisi ini
semakin memperparah lalu lintas yang berada di sekitar kawasan itu.
2. Sarana pendukung transportasi seperti marka jalan, lampu pengatur
lalu lintas dll masih belum lengkap. Hal ini tentu saja menjadi salah
satu penyebab tingginya angka kemacetan di kedua kawasan ini dan
tentu saja ini mengakibatkan banyaknya terjadi angka kecelakaan,
3. Banyaknya aktivitas masyarakat yang bergerak di sektor informal
yang menggantungkan kehidupan ekonominya disekitar kawasan
tersebut seperti kelompok pedagang, agen dan buruh angkut. Situasi
seperti ini menimbulkan masalah – masalah sosial disekitar kawasan
seperti premanisme, tindakan kriminal dan lain – lain. Oleh sebab itu
pemerintah mulai memikirkan untuk memindahkan lokasi kedua
2. 2. Upaya Mengatasi Permasalahan Lalu Lintas Kota Medan Sebelum Adanya Terminal Pinang Baris
Kondisi lalu lintas kota Medan pada sekitar era tahun 1980 – an seperti yang
telah dibahas diatas sangat tidak teratur dan terkendali. Hal ini dibuktikan dengan
tingginya angka kecelakaan dan terjadinya kemacetan pada saat jam – jam sibuk.13
13
Jumlah kendaraan yang bertambah tidak seiring dengan penambahan ruas jalan baru
serta masih minimnya rambu - rambu jalan untuk mengatur para pengguna jalan.
Selain itu kendaraan – kendaraan angkutan baik angkutan barang maupun penumpang
masih melalui jalan – jalan utama yang ada di inti kota Medan dikarenakan untuk
mendapatkan waktu tempuh yang lebih singkat dan perhitungan sisi ekonomi yang
lebih murah. Khusus untuk angkutan penumpang, banyaknya jenis angkutan baik
untuk dalam kota maupun untuk luar kota merupakan penyumbang terbesar untuk
masalah kemacetan. Angkutan dalam kota selalu bermangkal di setiap persimpangan
– persimpangan jalan utama di kota Medan. Hampir di setiap persimpangan jalan
pada saat itu bisa kita temui beberapa angkutan kota yang mangkal untuk melayani
rute perjalanan untuk wilayah disekitar persimpangan itu. Belum lagi ditambah
dengan kendaraan jenis angkutan roda tiga seperti becak bermotor ( becak mesin ),
becak dayung, bemo dan bajai yang menghiasi setiap sudut jalanan kota Medan. Bisa
dibayangkan kondisi yang akan terjadi. Ruas jalan yang terdiri dari dua lajur dipenuhi
oleh banyaknya kendaraan. Kenderaan itu melintas untuk waktu yang bersamaan
keegoisan para pengguna jalan, prasarana dan sarana transprtasi yang kurang
mendukung sudah pasti akan menciptakan kemacetan lalu lintas. Kondisi ini terjadi
karena beberapa hal yaitu :
1. Kurangnya kesadaran ( rasa egois ) dari para pengemudi/supir angkutan
umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang dengan seenaknya,
memarkirkan kendaraan tanpa memikirkan pengguna jalan yang lain yang
pasti dirugikan.
2. Sarana dan prasarana jalan yang kurang mendukung untuk mendukung sistem
transportasi di kota Medan.
3. Tidak tersedianya halte bus.
4. Perangkat pemerintah yang membidangi hal ini belum berfungsi secara
maksimal.
Keempat hal – hal yang menimbulkan kemacetan diatas belum terpenuhi
sehingga perlu perhatian yang lebih serius dari pihak pemerintah. Demikian juga
untuk masalah angkutan yang melayani antar kota, juga menjadi penyumbang dalam
masalah kemacetan lalu lintas kota Medan. Angkutan kota Medan sebelum tahun
1990 didominasi oleh bus – bus ukuran sedang dan ukuran besar dan beberapa
perusahaan angkutan ini ada yang melayani penumpangnya dengan rute melintasi inti
kota.14
14
Bus – bus ukuran besar seperti CV. Setia dan CV. Budi yang melayani rute Belawan - Sambu, DAMRI yang melayani rute Binjai - Sambu, sedangkan untuk ukuran sedang di dominasi oeh
Masih terlintas dalam pikiran ketika bus – bus ukuran besar dari kota – kota di
penumpangnya yang sebahagian besar adalah pelaku – pelaku ekonomi kecil dan
menengah. Seperti bus – bus dari kota Belawan, Lubuk Pakam dan Kota Binjai.
Masalah yang terjadi hampir sama dengan yang dilakukan oleh angkutan dalam kota
yaitu, parkir secara sembarangan, menaikkan dan menurunkan penumpangnya
dengan sembarangan dan menggunakan jalan dengan seenaknya tanpa memikirkan
para pengguna jalan yang lain.
Beberapa alternatif yang dilakukan untuk mengurai tingkat kepadatan lalu
lintas di Kota Medan adalah:
1) Pada awal tahun 1990 – an pemerintah secara bertahap mulai melakukan
pelebaran jalan di beberapa ruas jalan yang dianggap penting. Misalnya jalan
Gatot Subroto, jalan Adam Malik ( Glugur By Pass ), Jalan Sutomo, Jalan
Sunggal, Jalan Jamin Ginting dan lain sebagainya.15
2) Selain pelebaran dan pengaspalan jalan juga dilakukan penambahan marka
jalan untuk mendukung kelancaran lalu lintas pengguna jalan. Di beberapa
titik persimpangan yang dianggap rawan kemacetan dibuatlah lampu lalu
lintas dan rambu – rambu lalu lintas. Kemudian penambahan rambu lalu lintas
di sisi jalan yang dianggap rawan kemacetan seperti larangan parkir, larangan
berhenti dan rambu untuk hati – hati. Sebelumnya juga sudah dilakukan
sosialisasi terhadap arti dari setiap lambang yang terdapat dalam setiap rambu Selain pelebaran jalan
juga dilakukan pengaspalan terhadap jalan – jalan yang dianggap penting
sebagai jalan alternatif ketika kemacetan sedang berlangsung.
lalu lintas tersebut sehingga para pengguna jalan dapat mengerti sepenuhnya
apa maksud dan tujuan dari keberadaan rambu – rambu tersebut. 16
3) Pemerintah menurunkan aparat kepolisian dan Dinas Lalu Lintas Angkutan
Jalan Raya ( DLLAJR ) untuk melakukan penertiban di lapangan baik berupa
tindakan persuasif yang dalam pelaksanaannya bersifat teguran atau
pemberitahuan maupun melakukan tindakan langsung ( tilang ). Kedua cara
ini juga dilakukan disekitar kawasan tempat pemberangkatan penumpang
tujuan luar kota yang berada di sekitar Simpang Barat dan juga kawasan
Stadion Teladan. Namun sesuai dengan topik pembahasan bahwa ini
dilakukan untuk mengatasi kondisi lalu lintas kota Medan yang tinggi tingkat
kemacetannya yang seperti telah dibahas sebelumnya bahwa kedua kawasan
ini merupakan salah satu faktor penyebab kemacetan tersebut.
Inilah upaya – upaya yang dilakukan secara langsung oleh pemerintah dalam
mengatasi kondisi kemacetan lalu lintas Kota Medan yang diperparah oleh masih
belum terkordinasinya tata kelola sistem transportasi pada saat itu. Upaya yang lain
dilakukan adalah diberlakukannya peremajaan terhadap kenderaan transportasi dalam
kota khususnya bemo, kemudian adanya ruas jalan yang khusus dan tidak boleh
dilalui oleh angkutan umum, becak mesindan becak dayung seperti kawasan jalan
Jend. Sudirman yang merupakan kawasan tertib lalu lintas, selanjutnya kawasan Jalan
Putri Hijau, Jalan Diponegoro, dan jalan Imam Bonjol, walaupun masih sering dilalui
Dampak dari diberlakukannya upaya – upaya diatas langsung dapat dirasakan
dengan berkurangnya jumlah kenderaan yang melaju pada saat jam sibuk serta
bertambahnya kesadaran para pengguna jalan khususnya para pengemudi angkutan
umum dalam kota. Sedangkan untuk angkutan umum tujuan luar kota mulai
mengkonsentrasikan armada angkutannya dengan menerapkan sistem pool dan mulai
menata manajemen keberangkatan armadanya lewat pool masing – masing
perusahaan angkutan. Kenderaan – kenderaan ukuran besar mulai dilarang masuk ke
inti kota dan harus di parkirkan di sekitar pool masing – masing.
2. 3. Pembangunan Terminal Terpadu Pinang Baris
Tahun 1980-an pemerintah mulai memikirkan bagaimana menata sistem
transportasi di Kota Medan.17
1) Pelabuhan Belawan untuk transportasi laut,
Sebagai daerah perlintasan untuk regional Sumatera,
baik untuk tujuan ke Propinsi D. I. Aceh maupun untuk tujuan ke kota – kota lainnya
misalkan Padang, Pekan Baru, Jambi, Palembang, Lampung ataupun ke Pulau Jawa.
Pemerintah merasa perlu untuk melakukan sentralisasi keberadaan angkutan –
angkutan tujuan luar kota dalam satu tempat. Kondisi yang tercipta pada waktu itu
adalah Kota Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia hanya memiliki:
2) Tansportasi udara sudah didukung dengan adanya Bandara Polonia sebagai
sarana angkutan udara bertaraf Internasional,
3) Transportasi darat hanya memiliki Stasiun Besar Kereta Api,
Tetapi Kota Medan belum memiliki Terminal khusus untuk angkutan bus tujuan luar
kota. Kondisi ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan kota – kota lain yang ada
di Pulau Sumatera yang sudah memiliki terminal bus terlebih dahulu. Melihat kondisi
yang ada maka di putuskan bahwa Propinsi Sumatera Utara khususnya Kota Medan
sangat membutuhkan terminal angkutan umum sebagai wadah untuk membangun
sistem transportasi yang selama ini belum ada. Untuk mengejar ketertinggalan itu
serta untuk mengatasi kebutuhan masyarakat akan sistem transportasi yang lebih
modern, maka pemerintah Propinsi Sumatera Utara mulai merancang rencana untuk
membangun terminal bus. Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Propinsi Sumatera
Utara ditugaskan untuk melakukan kajian untuk pembangunan terminal tersebut.
Setelah melakukan kajian dan melihat dari keberhasilan propinsi tetangga
yang telah lebih dulu memiliki terminal angkutan, maka diputuskan bahwa Kota
Medan sudah layak untuk memiliki terminal angkutan umum. Masalah yang
kemudian timbul adalah sebagai daerah perlintasan, Kota Medan tidak mungkin
membangun hanya sebuah terminal angkutan saja, sebab dari Kota Medan ada tiga
daerah tujuan keberangkatan yaitu: pertama untuk tujuan : Binjai, Stabat, Tanjung
Pura, bahkan ke Propinsi Aceh, kedua untuk tujuan Lubuk Pakam, Rantau Prapat,
Pematang Siantar, Tarutung, Sibolga, Pekanbaru, Padang bahkan ke Pulau Jawa, dan
yang ketiga untuk tujuan Tanah Karo, Sidikalang, Kutacane, Singkil, Subulussalam,
dan seterusnya. Jika hanya membangun sebuah terminal maka dibutuhkan area yang
sangat luas untuk mencakup semua perusahaan – perusahaan angkutan umum berikut
merugikan sebuah pihak baik pihak perusahaan angkutan maupun dari pihak
penumpang. Serta dibutuhkan juga manajemen yang baik untuk mengatur dan
mengelola terminal tersebut.
Setelah melalui proses yang panjang maka diputuskan untuk membangun
sdua buah terminal sekaligus untuk mengurai kemacetan yang mendekati inti kota
serta menempatkan bus – bus tujuan luar kota di sebuah wilayah yang berada di
pinggiran kota Medan. Keputusan yang diambil adalah dengan membangun sebuah
terminal sebagai pintu masuk Kota Medan dari arah tenggara dan tepatnya berada di
daerah Amplas sedangkan sebuah lagi untuk pintu masuk Kota Medan melalui arah
barat laut yang tepatnya berada di daerah Pinang Baris. Pembangunan kedua terminal
terpadu tersebut adalah dalam rangka meningkatkan pelayanan terhadap bus, baik
antar kota maupun bus dalam kota serta non – bus, memperlancar hubungan antar
Kota Medan dengan daerah pinggirannya dan juga untuk memecahkan sebahagian
masalah kemacetan lalu lintas kota Medan. Disamping itu dengan sendirinya
meningkatkan pendapatan dari retribusi yang diambil oleh penanggung jawab jasa
terminal.
Sesuai dengan judul tulisan maka isi dari tulisan ini intinya membahas tentang
Terminal Pinang Baris walaupun nanti mungkin akan merangkai pembahasan kedua
terminal yang ada di Kota Medan. Koordinat geografisKota Medan adalah 3˚30’ -
3˚43’ LU dan 98˚35’ - 98˚44’ LU dengan kondisi permukaan tanah cenderung miring
Malaka sedangkan sebelah Barat, Selatan dan Timur berbatasan dengan Kabupaten
Deli Serdang. Luas Kota Medan saat ini adalah 265, 10 km² yang sebelumnya hingga
tahun 1972 hanya mempunyai luas sebesar 51,32 km² namun kemudian diedarkan
Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun1973 yang memperluas wilayah Kota Medan
dengan mengintegrasikan sebagian wilayah Kabupaten Deli Serdang.
Sesuai dengan namanya Terminal Terpadu Pinang Baris maka nama daerah
tersebut dicantumkan sebagai nama dari terminal ini. Berada di Kecamatan Medan
Sunggal di kelurahan Pinang Baris. Dibangun diatas tanah kosong milik pemerintah
Kota Medan serta di tambah dengan tanah bekas pekuburan etnis Tionghoa sehingga
terminal ini dibangun diatas lahan dengan luas total 33.430 m². Pelaksanaan
pembangunan terminal secara fisik dimulai pada bulan Mei 1990 dan keseluruhan
pembangunan rampung dilaksanakan pada akhir Desember 1991. Penentuan suatu
lokasi yang akan dibangun sebagai terminal terpadu tergantung kepada seberapa
besar manfaat yang akan diperoleh dari keberadaan terminal terpadu tersebut
dibandingkan dengan dana yang dikeluarkan untuk pembangunan tersebut.
Pembangunan terminal ini tidaklah menimbulkan kerugian kepada suatu pihak
karena tidak adanya penggusuran dan dibangun diatas tanah kosong serta diatas
pekuburan etnis Tionghoa.18 Adapun bangunan fisik yang tersedia didalam Terminal
Pinang Baris yang dibangun adalah terdapat sebanyak 48 unit loket bus, 34 unit
bangunan kios, 8 unit toilet umum, 2 unit bangunan untuk gudang dan tempat cuci
tempel ban, selain itu di tambah dengan pelataran parkir yang dapat menampung 500
unit angkutan dalam kota serta 400 unit bus antarkota serta bangunan induk yang di
fungsikan sebagai perkantoran, ruang tunggu dan adanya fasilitas mushalla dan
BAB III
PERKEMBANGAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS
3. 1. Awal Pengoperasian Terminal Pinang Baris
Terminal adalah sebuah prasarana guna mengatur kedatangan,
pemberangkatan, serta tempat berpangkalnya kenderaan bermotor angkutan
berpenumpang baik antar propinsi, antar kota, dan angkutan dalam kota. Untuk
menampung kegiatan angkutan penumpang antar propinsi dan antar kota yang
mencapai 24 jam setiap hari menyebabkan penyediaan fasilitas pelayanan yang
semakin baik merupakan sebuah keharusan. Terminal merupakan tempat untuk
melakukan pergantian dan perpidahan dari angkutan dalam kota dan menjadi
angkutan luar kota dan sebaliknya oleh penumpang. Terminal memiliki fungsi untuk
menyediakan tempat dan kemudahan perpindahan antar angkutan seperti antar
transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara. Fungsi yang lain adalah
menyediakan sarana untuk simpul lalu lintas seperti misalnya antar transportasi darat,
dan menyediakan tempat untukmenyiapkan kenderaan pada pemberangkatan
berikutnya. Terminal terpadu dalam hal ini adalah terminal yang pengelolannya
dilakukan oleh tiga instansi pemerintah dan dipadukan dalam satu unit kerja
Terminal Pinang Baris. Instansi pemerintah yang melaksanakan tugasnya dalam
retribusi kenderaan, Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Sumatera Utara untuk
mengatur sistem dan pengelolaan terminal serta PD Pembangunan Kotamadya Medan
sebagai penanggung jawab jasa terminal Pinang Baris.
Pada awal pengoperasian Terminal Pinang Baris ini pemerintah melakukan
kegiatan sosialisasi kepada setiap pemilik perusahaan angkutan untuk melaksanakan
kegiatan usahanya dari dan ke dalam terminal seperti menaikkan dan menurunkan
penumpang, memarkirkan armadanya hingga menjual tiket keberangkatan. Loket –
loket yang ada dalam terminal disewakan kepada setiap perusahaan angkutan.
Kemudian mewajibkan setiap supir angkutan umum baik untuk angkutan luar kota
maupun angkutan dalam kota untuk masuk dan beraktifitas di dalam terminal Pinang
Baris guna menaikkan – menurunkan penumpangnya atapun sekedar parker dan
beristirahat. Kemudian juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar mau
memanfaatkan terminal Pinang Baris ketika hendak bepergian ke luar kota dengan
menggunakan angkutan yang sesuai dengan tujuannya. Sesuai dengan prinsip
pengoperasiannya, terminal ini merupakan pintu gerbang jalur darat untuk masuk ke
kota Medan melalui arah Barat khususnya melalui provinsi D. I Aceh tetapi juga
melayani rute khusus untuk wilayah selatan ke arah Tanah Karo dan Sidikalang.
Angkutan dalam kota juga di alihkan untuk mengantarkan dan mengambil
penumpang dari dalam terminal. Beberapa angkutan umum yang beroperasi didalam
kota melalui terminal Pinang Baris adalah:
2) KPUM 52 melayani trayek Pinang Baris – Terminal Amplas tetapi via
Helvetia – Pringgan – Padang Bulan,
3) KPUM 63 untuk melayani trayek Pinang Baris – Tembung, dll.
Sedangkan untuk angkutan antar kota antar propinsi terdapat bus – bus
berukuran besar dan sedang yaitu, bus CV. Pelangi, PMTOH, P. O. Anugerah yang
merupakan jurusan Medan – Aceh, ada juga bus Sinabung Jaya untuk tujuan Tanah
Karo, kemudian bus Samosir Pribumi untuk tujuan Sidikalang, Dolok Sanggul, dan
Pangururan.
Pada Awal pengoperasian Terminal Pinang Baris ini hanya memiliki satu jalur
untuk pintu masuk dan pintu keluar sehingga masih perlu dilakukan perbaikan dalam
pengelolaannya. Setiap bus yang masuk harus melewati loket retribusi yang dijaga
oleh petugas Dinas Pendapatan. Besarnya jumlah retribusi yang diberikan para supir
pada waktu itu adalah Rp. 100. Kemudian bus – bus yang telah masuk harus parkir
dan menunggu sesuai antrian di depan loket yang telah mereka sewa untuk kemudian
diberangkatkan. Sedangkan untuk angkutan umum ditempatkan sesuai pada lajur
trayeknya yang telah disediakan. Untuk hal ini diatur oleh pihak aparat dari Dinas
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya ( DLLAJR ).
Pada awal operasional terminal ini diakui beberapa kalangan bahwa masih
membutuhkan waktu untuk memaksimalkan fungsi daripada terminal ini. Masih
banyaknya para pengusaha dan para supir angkutan yang masih beroperasi di
yang berangkat melalui terminal ini. Hal ini kemudian segera ditindak lanjuti oleh
pemerintah dengan kembali melakukan sosialisasi kepada para pengusaha, supir, dan
masyarakat. Sejalan dengan itu juga pemerintah melakukan penertiban terhadap
kawasan Simpang Barat dan melakukan tindakan langsung ( tilang ) dalam bentuk
razia di kawasan tersebut. Langkah selanjutnya adalah membenahi sistem layanan
dalam terminal. Efektifitas terminal baik dalam hal kenyamanan pelayanan
penumpang ataupun kecepatan pergerakan penumpang sangat menentukan kapasitas
dan kredibilitas sebuah terminal. Oleh karena itu selain berfungsi sebagai fasiltas
umum, terminal juga berfungsi sebagai tempat pengendalian, pengawasan dan
pengaturan lalu lintas serta sebagai bagian dari sistem transportasi untuk melancarkan
arus penumpang dan barang.19 Selain itu terminal juga harus memiliki fasilitas
penunjang meliputi kantor pengelola, kantor keamanan, pos keamanan, menara
pengawas, ruang informasi, toilet umum, telepon umum, mushalla, dan kantor
perwakilan bus. Hal ini segera dilengkapi oleh pihak pengelola untuk
memaksimalkan fungsi terminal ini. Sedangkan untuk fasilitas kenderaan juga
dilakukan pembenahan yaitu dengan memisahkan jalur kendaraan angkutan dalam
kota dengan jalur angkutan antar kota. Selama kurang lebih dua tahun dilakukan
ujicoba pengoperasian Terminal Pinang Baris. Hasil yang paling bisa terlihat adalah
sebahagian kemacetan lalu lintas bisa di kurangi karena bus angkutan umum /
3. 2. Pemanfaatan Terminal Terpadu Pinang Baris
Pengelolaan Terminal Pinang Baris dikelola oleh 3 instansi sehingga di
katakan menjadi Terminal Terpadu Pinang Baris yaitu :
a. Perusahaan Daerah Pembangunan ( PD Pembangunan ) Kotamadya Medan
yang berwenang dalam urusan administrasi serta perawatan gedung.
b. Dinas Pendapatan Daerah Kotamadya Medan yang bertindak untuk mengelola
sektor pendapatan Tanda Pengutipan Retribusi ( TPR )
c. Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya Kotamadya Medan yang bertugas
untuk pengendalian dan pengoperasian lalu lintas.
Ketiga instansi ini bertugas sebagai Unit Pengelola Terminal ( UPT ) Pinang
Baris yang berdasarkan Surat Keputusan Walikotamadya Kepala Daerah Tk. II
Medan No. 551.22/565/SK/91 tahun 1991 menyerahkan pengelolaanya kepada PD
Pembangunan Kotamadya Medan. Pengelolaan Terminal Pinang Baris dipimpin oleh
Kepala Unit Pengelola Terminal Pinang Baris yang dalam tekhnis operasionalnya
bertugas untuk mengelola dan bertanggung jawab pada pemeliharaan Terminal
Pinang Baris.
Susunan Organisasi Unit Pengelola Terminal Pinang Baris20
a. Kepala UPT Pinang Baris
terdiri dari :
b. Kepala Tata Usaha
d. Kepala Urusan Keuangan
e. Kepala Urusan Perawatan dan Kebersihan Terminal
f. Staf ataupun Anggota.
Adapun bagan organisasi Unit Pengelola Terminal Pinang Baris ini dapat
dilihat pada daftar gambar.
Ditinjau dari sistem kota, untuk model terminal Pinang Baris ini
menggunakan konsep nearside terminating21
1) Tersedianya lahan yang cukup luas di pinggiran kota Medan sehingga
memberikan peluang untuk pengembangan Terminal Pinang Baris,
dimana dalam konsep ini terminal
dikembangkan di daerah pinggiran kota dan untuk pergerakan di dalam kota dilayani
oleh angkutan kota yang berawal dan berakhir di dalam terminal. Konsep ini
merupakan salah satu usaha untuk memisahkan lalu lintas regional dengan lalu lintas
lokal, sehingga dapat mengurangi permasalahan lalu lintas dalam kota. Konsep
pengembangan Terminal Pinang Baris ini dilakukan karena :
2) Aktivitas di pinggiran kota tidak terlalu padat sehingga diharapkan
pembangunan maupun pengembangan Terminal Pinang Baris ini mampu
meningkatkan aktivitas penduduk di daerah pinggiran apalagi pada saat
pembangunannya tidak terjadi penggusuran terhadap tempat tinggal
3) Menghindari tumpang tindih perjalanan karena arus lalu lintas regional tidak
akan masuk ke dalam kota karena perjalanan didalam kota akan dilayani oleh
angkutan dalam kota dari terminal Pinang Baris ke seluruh bagian kota.
Setelah diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara Raja Inal Siregar pada
tanggal 14 Oktober 1993, maka resmilah terminal ini beroperasi. Antusiasme
masyarakat meningkat untuk memanfaatkan terminal ini. Kenderaan angkutan umum
semakin teratur untuk masuk terminal. Loket – loket mulai ramai disebabkan sudah
banyak pengusaha angkutan yang melakukan kegiatan usahanya di terminal ini.
Operasional Terminal Pinang Baris selama kurun waktu 10 tahun ini akan coba di
simpulkan menurut persepsi penggunanya berdasarkan beberapa poin yaitu :
A. Jarak Berjalan
Kemudahan dalam lalu lintas utama yang mendukung kemudahan pencapaian
dari dan ke Terminal Pinang Baris sudah ada karena sudah didukung oleh
penyediaan jaringan jalan yang sudah baik dan angkutan umumyang sudah
memadai. Akses jalan untuk mencapai Terminal Pinang Baris melalui lalu
lintas utama adalah Jalan Gatot Subroto yang merupakan lalu lintas regional
menuju ke luar kota. Tetapi posisi terminal ini menggunakan jalan arteri yaitu
Jalan Pinang Baris ( Sekarang Jalan TB. Simatupang ) yang berjarak 500
meter dari persimpangan jalan utama. Namun ini tidak menjadi kendala
karena sudah banyak angkutan umum yang langsung menuju Terminal Pinang
Padang Bulan ; KPUM 52 Jurusan Pinang Baris – Amplas via Perumnas
Helvetia, Pringgan, Titi Kuning ; KPUM 63 Jurusan Pinang Baris – Tembung,
KPUM 31 Jurusan Pinang Baris – Belawan, Morina 138 Jurusan Pinang Baris
– Amplas via Pasar Merah/Menteng ; Gajah Mada 99 Jurusan Pinang Baris –
Martubung ; Nasional 38 Jurusan Pinang Baris – Amplas via Sunggal ; dsb.
B. Kemudahan Pencapaian.
Keberadaan Terminal Pinang Baris berlokasi paling dominan merupakan
akhir daripada trayek angkutan umum sehingga menjadi sangat mudah dicapai
oleh para calon penumpag maupun kenderaan umum dan pribadi meskipun
terletak di pinggiran kota. Meskipun demikian tidak tertutup kemungkinan
terciptanya terminal – terminal bayangan di sekitar terminal Pinang Baris.
C. Pelayanan Fasilitas
Keberadaan fasilitas terminal sangat menentukan kelancaran sirkulasi
kendaraan serta menunjang keamanan dan kenyamanan para pengguna jasa
angkutan umum. Secara garis besar fasilitas yang ada dalam Terminal Pinang
Baris meliputi fasilitas penumpang, fasilitas kendaraan, dan fasilitas
penunjang. Adapun fasilitas – fasilitas tersebut merupakan bagian integral
yang saling terkait dan harus diakui peran sertanya dalam memajukan
terminal Pinang Baris ini.
a. Fasilitas Penumpang
Fasilitas bagi penumpang dan calon penumpang yang ada di Terminal
loket bus walaupun dibangun sebanyak 38 unit namun semua ini tidak
terpenuhi karena jumlah perusahaan angkutan juga tidak banyak.
Kelebihan dari unit bangunan ini kemudian di alih fungsikan menjadi kios
makanan dan minuman. Umumnya loket karcis di Terminal Pinang Baris
langsung berada di dalam loket bus. Untuk ruang tunggu di Terminal
Pinang Baris terdapat dua tempat yakni ruang tunggu keberangkatan dan
ruang tunggu umum. Untuk ruang tunggu keberangkatan biasanya
langsung berada di sekitar loket bus tujuan. Misalkan pemberangkatan
untuk tujuan Banda Aceh menggunakan bus Anugerah, para calon
penumpang bus yang telah membeli karcis menunggu diloket bus
Anugerah. Untuk fasilitas di dalam ruang tunggu loket tersebut adalah
tanggung jawab dari perusahaan angkutan. Sedangkan untuk ruang tunggu
umum berada di gedung induk di depan pusat informasi. Fasilitas yang
ada disini hanya tempat duduk. Sepanjang perjalanannya semua fasilitas
penumpang yang disebutkan diatas masih ada walaupun sebagian tidak
lagi berfungsi secara optimal.
b. Fasilitas Kendaraan
Fasilitas untuk kenderaan terdiri dari jalur kedatangan, jalur
keberangkatan, dan jalur parkir sementara. Pada awalnya jalur
keberangkatan dan kedatangan berada pada satu jalur. Namun pada tahun
1996 kedua jalur ini dipisahkan seiring dengan penambahan dari semula
terminal. Sedangkan fasilitas untuk parkir sementara di berlakukan di
loket bus masing – masing dan boleh juga pada lahan kosong di dalam
terminal dengan tidak menggangu sirkulasi kenderaan. Pada awal
operasionalnya masih terdapat banyak lahan kosong seiring dengan
perkembangan terminal ini maka untuk optimalisasi kinerja terminal maka
untuk parkir kenderaan hanya dilakukan di depan masing – masing loket
bus dan bersifat antrian memanjang sesuai keberangkatan.
c. Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang yang terdapat pada Terminal Pinang Baris meliputi :
1. kantor pengelola terminal,
2. kantor keamanan,
3. pos keamanan,
4. menara pengawas,
5. ruang komunikasi,
6. pos penarikan retribusi,
7. kantor perwakilan perusahaan,
8. telepon umum,
9. mushalla,
10.toilet umum,
11.kios makanan dan minuman,
Fasilitas ini merupakan fasilitas dasar yang harus dimiliki sebuah terminal
sehingga kedepannya diharapkan adanya penambahan fasilitas dan juga perawatan
terhadap fasilitas tersebut.
D. Keamanan
Keamanan baik fisik maupun psikologis yang dirasakan pengguna angkutan
umum dapat berupa bebas dari bahaya, bebas dari gangguan, terlindungi, tidak
merasa takut atau khawatir menggunakannya.22
22
Flaherty. Transport Planning on Traffic Enginering, 1997, hal: 86 (“semua penumpang Hal ini tentu akan
mempengaruhi kinerja dari Terminal Pinang Baris. Kondisi keamanan
Terminal Pinang Baris memang cukup meresahkan dimana seringkali terjadi
tindakan kriminal berupa pencopetan serta pemaksaan oleh para calo. Hal
dikarenakan petugas keamanan yang ditempatkan tidak sebanding dengan
banyaknya penumpang dan luasnya terminal sehingga menyebabkan rasa
ketidakamanan penumpang ketika berada di Terminal Pinang Baris.
Berdasarkan informasi, terkadang korban kejahatan juga terjadi dalam
angkutan umum dan melaporkan kejadiannya kepada pihak keamanan
terminal sehingga timbul kesan negatif terhadap terminal. Walaupun demikian
selama tahun 1990 – 2000 angka kejahatan yang paling tinggi adalah untuk
kasus pencopetan saja sedangkan kasus yang lain seperti penipuan,
pembiuasan, dll, sangat sedikit dan bahkan hampir tidak ada. Saat ini di
oleh polisi yang letaknya dekat dengan gedung pengelola. Akibat yang
ditimbulkan dari masalah ini adalah pergerakan penumpang melalui terminal
Pinang Baris semakin berkurang. Kelesuan mulai dialami oleh Terminal
Pinang Baris ketika para penumpang mulai beraktifitas diluar terminal.
Mereka kemudian memilih menaiki dan turun dari angkutan umum di sekitar
persimpangan Jalan Gatot Subroto – jalan TB. Simatupang persis di depan
Pasar Kampung Lalang. Inilah yang menyebabkan berdirinya terminal
bayangan disekitar Terminal Pinang Baris.
E. Kenyamanan yang dirasakan penumpang terkait dengan situasi ketika
menggunakan terminal ini adalah ketika penumpang merasa tersedia ruangan
yang cukup bagi mereka sehingga mereka dapat senang, sejuk, enak dan tidak
kecewa ketika berada di Terminal Pinang Baris.23 Kondisi kenyamanan
penumpang di Terminal Pinang Baris sangat memprihatinkan, dimana tidak
ada fasilitaspenunjang yang dapat memberikan kenyamanan bagi penumpang
seperti ruang tunggu yang sejuk, tempat duduk yang mencukupi, jalur
pedestrian yang teduh dan aman, toilet yang bersih dan layak pakai serta
fasilitas lainnya. Saat ini di Terminal Pinang Baris, loket bus, jalur pedestrian
dan kios menjadi satu sehingga penumpang menjadi tidak nyaman ketika
berjalan maupun menunggu bus.