• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANTAPAN MUTU LABORATORI UM TB

Dalam dokumen Panduan Tb Dots Cangkrep (Halaman 33-37)

Komponen pemantapan mutu terdiri dari 3 hal utama yaitu: 1. Pemantapan Mutu Internal

2. Pemantapan Mutu Eksternal

3. Peningkatan mutu (Quality Improvement), terintegrasi dalam PMI dan PME. Pemantapan Mutu Internal (PMI)

PMI adalah kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan laboratorium TB untuk mencegah kesalahan pemeriksaan laboratorium dan mengawasi proses pemeriksaan laboratorium agar hasil pemeriksaan tepat dan benar.

 Tujuan PMI

Meningkatkan kewaspadaan tenaga laboratorium agar tidak terjadi kesalahan pemeriksaan dan koreksi kesalahan dapat dilakukan segera

Memastikan bahwa semua proses sejak persiapan pasien, pengambilan, penyimpanan, pengiriman, pengolahan contoh uji, pemeriksaan contoh uji, pencatatan dan pelaporan hasil dilakukan dengan benar.

Mendeteksi keslahan, mengetahui sumber / penyebab dan mengoreksi dengan cepat dan tepat.

Membantu peningkatan pelayanan pasien.

Kegiatan ini harus meliputi setiap tahap pemeriksaan laboratorium yaitu tahap pra-analisis, analisis, pasca-analisis, dan harus dilakukan terus menerus.

Beberapa hal yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan PMI yaitu :

 Tersedianya Prosedur Tetap (Protap) untuk seluruh proses kegiatan pemeriksaan laboratorium, misalnya :

o Protap pengambilan dahak

o Protap pembuatan sediaan dahak

o Protap pewarnaan Ziehl Neelsen

o Protap pemeriksaan Mikroskopis

o Protap pengelolaan limbah

o Protap pembuatan media

o Protap inokulasi

o Dsb.

 Tersedianya Formulir /buku untuk pencatatan dan pelaporan kegiatan pemeriksaan laboratorium TB

 Tersedianya jadwal pemeliharaan/kalibrasi alat, audit internal, pelatihan petugas

 Tersedianya sediaan kontrol (positip dan negatip) dan kuman kontrol.

Pemantapan Mutu Eksternal (PME)

PME laboratorium TB dilakukan secara berjenjang, karena itu penting sekali membentuk jejaring dan Tim laboratorium yang utuh dan aktif dikelola dengan baik. PME dalam jejaring ini harus berlangsung teratur / berkala dan berkesinambungan. Koordinasi PME harus dilakukan secara bersama-sama oleh lab penyelenggara dengan dinas kesehatan setempat. Kegiatan PME harus secara berkala dievaluasi sehingga baik penyelenggara maupun peserta PME dalam jejaring mengetahui kondisi dan upaya perbaikan kinerja. Tim PME mengundang pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan PMI diwilayahnya dalam pertemuan monev berkala, hal ini sangat berguna untuk meningkatkan kerjasama dan komitmen kelangsungan program PME.

Perencanaan PME

Melakukan koordinasi berdasarkan jejaring laboratorium TB

Menentukan kriteria laboratorium penyelenggara

Menentukan jenis kegiatan PME

Penjadwalan pelaksanaan PME dengan mempertimbangkan beban kerja laboratorium penyelenggara

Menentukan kriteria petugas yang terlibat dalam kegiatan PME

Penilaian dan umpan balik. Pelaksanaan PME

PME mikroskopis BTA dapat dilakukan melalui :

Uji silang sediaan dahak.

 Yaitu pemeriksaan ulang sediaan dahak laboratorium UPK oleh laboratorium yang telah diberi wewenang melalui penilaian kemampuan yang dilakukan oleh petugas teknis yang berada pada jenjang tertinggi di wilayah jejaring laboratorium

tersebut. Pengambilan sediaan untuk uji silang dilakukan dengan metodelot samplingkarena pengambilan 10% sediaan BTA negatif dan seluruh sediaan BTA positif tidak dianjurkan lagi oleh WHO, dianggap kurang menggambarkan kinerja petugas laboratorium. Pada pelaksanaan uji silang, laboratorium rujukan mikroskopis melakukan pemeriksaan mikroskopis tanpa mengetahui hasil pembacaan laboratorium pertama. Analisis hasil pembacaan uji silang dilakukan oleh petugas yang telah ditunjuk yang tidak berasal dari laboratorium pembaca pertama ataupun laboratorium rujukan mikroskopis yang bersangkutan. Hasil analisis harus dilaporkan kepada dinas kesehatan setempat, laboratorium pembaca pertama, danlaboratorium rujukan uji silang sebelum pelaksanaan uji silang pada siklus berikutnya.

 Apabila terdapat kesalahan besar suatu laboratorium mikroskopis UPK, maka petugas program/Supervisor sebaiknya berkonsultasi dengan laboratorium rujukan uji silang untuk memperkirakan penyebab terjadinya kesalahan tersebut dengan melihat data-data hasil analisa mutu sediaan, mutu pewarnaan, dll. Selanjutnya dapat disarankan rencana tindakan perbaikan.

Kegiatan ini harus dikelola dengan baik sehingga setiap siklus uji silang dapat menetapkan derajat kesalahan pembacaan yang kemudian menjadi dasar untuk kegiatan supervisi, pelatihan, perencanaan pengadaan sarana dan prasarana laboratorium TB.

Supervisi Laboratorium TB.

Kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi laboratorium untuk melihat langsung kinerja, sarana dan prasarana laboratorium, kemampuan dan keterampilan teknis maupun administrasi petugas laboratorium. Petugas supervisi harus memiliki kemampuan teknis dan administrasi laboratorium TB serta sifat yang empatik sehingga kunjungan ini tidak bernuangsa pengawasan. Dalam melakukan supervisi harus menggunakan daftar tilik yang memuat semua aspek yang ada di laboratorium.

Hasil supervisi dibicarakan pada akhir kunjungan sehingga seluruh temuan/masalah dapat dipecahkan.

Penjadwalan dan penunjukan lokasi supervisi harus ditetapkan terlebih dahulu oleh supervisor dan pengelola program TB di wilayah tersebut

Kegiatan PME lainnya adalah Uji profisiensi/panel testing, kegiatan ini  bertujuan untuk menilai kinerja petugas laboratorium TB tetapi hanya

dilaksanakan apabila uji silang dan supervisi belum berjalan dengan memadai. Kelemahan dari uji ini antara lain: tidak dapat menilai kegiatan pemeriksaan laboratorium secara menyeluruh dan memerlukan laboratorium penyelenggara

 yang benar-benar memiliki kemampuan untuk menyediakan sediaan / kuman  yang akan diujikan yang memenuhi syarat.

Hasil PME dapat mengidentifikasi masalah yang berpengaruh terhadap kinerja laboratorium, sebagai tindak lanjut dibuat analisis dan prioritas pemecahan masalah agar ada upaya perbaikan yang dapat segera dilakukan, meliputi :

 Tenaga : Pelatihan, penyegaran, mutasi

Sarana dan prasarana : Pengadaan, pemeliharaan, uji fungsi

Metoda pemeriksaan : Revisi prosedur tetap, pengembangan metoda pemeriksaan

KEAMANAN DAN KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

Berbagai tindakan yang dilakukan di laboratorium, baik akibat spesimen maupun zat dan alat dapat menibulkan bahaya bagi petugas. Untuk mengurangi bahaya yang dapat terjadi, setiap petugas harus melakukan pekerjaannya menurut praktek laboratorium yang benar.

Manajemen laboratorium harus menjamin adanya sistem dan perangkat keamanan dan keselamatan kerja serta pelaksanaannya oleh setiap petugas di laboratorium dengan pemantauan dan evaluasi secara berkala, yang diikuti dengan tindakan koreksi yang memadai.

Kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan : 1.Perencanaan

2.Identifikasi kegiatan dan risiko, menentukan prosedur keamanan dan keselamatan kerja yang sesuai, jadwal pemantauan dan evaluasi.

3.Penyediaan perangkat (protap, peralatan, dsb)

4.Sosialisasi agar setiap petugas memahami dan melaksanakan prosedur keamanan dan

keselamatan kerja di laboratorium

5.Pemantauan terhadap pelaksanaan prosedur keamanan dan keselamatan kerja,

6.Evaluasi dan tindakan koreksi

7.Sistem keamanan dan keselamatan kerja laboratorium TB disesuaikan dengan kegiatan

pemeriksaan laboratorium yang dilaksanakan di laboratorium yang  bersangkutan (mikroskopi, biakan, uji kepekaan, serologi, PCR/biomolekuler,

dsb).

8.Sistem ini harus menjamin perlindungan terhadap petugas laboratorium, lingkungan sekitar laboratorium, masyarakat umum, dan menghindari pemanfaatan bahan infeksius untuk hal-hal yang dapat membahayakan masyarakat luas.

Manajemen logistik Program Penanggulangan Tuberkulosis merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, monitoring dan evaluasi.

Dalam dokumen Panduan Tb Dots Cangkrep (Halaman 33-37)

Dokumen terkait