• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.4 Program Komunikasi Kesehatan

2.4.3 Pemantauan dan Evaluas

Kerangka “pemantauan” yang sistematis sudah harus dicanangkan dalam tahap “perencanaan” dengan melakukan analisis variable-variabel yabg ingin dipantau, kriteria keberhasilan dan upaya perbaikan yang dibutuhkan. Pada dasarnya pemantauan dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kekurangan atau kesalahan yang mungkin terjadi dalam strategi produksi, distribusi, dan komunikasi. Informasi hasil pemantauan harus dapat diperoleh tiap waktu agar perbaikan dapat dilakukan segera sementara progam komunikasi kesehatan dapat terus berlangsung. Sedangkan evaluasi ditujukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan progam berjalan dengan baik dan apakah tujuan progam telah tercapai serta faktor apa yang perlu mendapat perhatian khusus dan perbaikan untuk pengembangan progam selanjutnya.

Upaya pemantauan dan evaluasi merupakan kesatuan kegiatan yang dilakukan secara terpadu dan tidak dapat dipisahkan serta dilaksanakan secara sistematis. Pemantauan harus dilakukan pada hal-hal berikut ini:

a. System distribusi produksi dan bahan. b. Pengelolaatikn dan kinerja.

c. Jadual kerja. d. Anggaran.

e. Tingkat penerimaan, pemgetahuan, dan kebiasaan

Uji bahan merupakan pemantauan awal atas produksi dan strategi. Dalam proses n pemantauan ini dapat dilakukan perbaikan dan peningkatan

“strategi produksi” dan “strategi promosi” secara bersamaan. Pemantauan juga harus dapat mengukur efektivitas media, tingkat keterpaduan dan penjadualan waktu yang sesuai untuk mengadakan pelayanan. Selama pemantauan berlangsung, perencana harus tetap berorientasi pada tujuan progam semula. Pada tingkatan tertentu, pemantauan dapat mempengaruhi progam terhadap peningkatan derajat kesehatan,walaupun memerlukan waktu relative yang lebih lama. Paling tidak, pemantauan dapat memberikan umpan balik (feed back) yang diperlukan untuk perbaikan progam kesehatan lainnya.

Strategi pemantauan harus meliputi upaya-upaya sebagai berikut: a. Pemeriksaan bahan secara teratur pada titik sasaran distribusi.

b. Distribusi Kelompok Terarah(DKT) untuk mengaetahuai pesan promosi dan melihat kemungkinan adanyakeraguan dari kelompok sasaran.

c. Pemantauan siaran untuk memastikan bahwa jadual penyiaran dilakukan sesuai dengan rencana.

d. Wawancara sesaat di lokasi tertentu untuk memantau tema pokok dan “slogan” progam serta jangkauannya.

e. Evaluasi tidak lanjut pelatihan bagi petugan kesehatan.

f. Pemantauan terhadap pengelolaan untuk mengetahuai pengaruh progam pada distributor atau pelaksana.

a. Perbaikan progam

Pemantauan merupakan riset yang bertujuan untuk mengungkapkan hambatan- hambatan yang terjadi selama progam berlangsung. Pemantauan dan evaluasi diperlukan untuk melihat tingkat keberhasilan, masalah-masalah yang dihadapi dan perubahan-perubahan yang diperlukan selama progam berlangsung. Upaya ini memungkinkan perencana mengtahui langkah-langkah perbaikan yang dapat diantisipasi di tengah-tengah progam,seperti :

a. Memasang poster kembali di tempat-tempat yang lebih mudah terlihat. b. Mengubah jadual siaran pada waktu yang lebih memungkinkan. c. Menaikkan atau menurunkan harga produksi.

d. Memperbaiki system distribusi. e. Mengubah strategi pesan.

f. Menambah daftar lembaga yang perlu dilibatkan.

Dalam melakukan perubahan-perubahan ini perlu dipertimbangkan asas ketepatan dan kemantapan.

Evaluasi merupakan upaya penting dalam progam komunikasi kesehatan yang bertujuan menilai hasil keseluruhan progam dengan menggunakan teknik riset secara sistematis. Evaluasi dilakukan tidak hanya pada tahap akhir, tetapi juga pada tahap-tahap proses secara menyeluruh.(Green, et. Al., hal, 247). Sedangkan evaluasi di akhir progam harus dapat menjawab pertanyaan- pertanyaan berikut ini:

a. Sejauh mana tujuan progam telah tercapai.

b. Seberapa besar pengaruh progam terhadapperubahan perilaku. c. Akibat-akibat apa saja yang tidak diharapkan dari progam.

d. Bagian progam mana yang paling berhasil dan mana yang kurang berhasil.

Pertanyaan-pertanyaan evaluasi ini seharusnya sudah dirancang pada tahap perencanaan ketika riset pengambangan dilakukan dan pada tahap pengukuran dilakukan selama proses berlangsung.

Sedangkan untuk melihat hasil akhir berupa “dampak” terhadap derajat kesehatan, upaya evaluasi harus memperhatikan factor-faktor di bawah ini :

a. Sejauh mana jalur komuniksi yang digunkan dapat menjangkau sasaran. b. Pesan-pesan apa saja yang disampaikan melaluai jalur tersebut,

c. Apakah pesan yang disampaikan dapat diinggat oleh kelompok sasaran yang jelas.

d. Apakah telah terjadi perubahan perilaku pada kelompok sasaran akibat adanya progam.

e. Apakah telah terjadi peningaktan derajat kesehatan akibat perubahan perilaku.

Tidak semua pertanyaan dapat terjawab dalam proses evaluasi, tetapi beberapa factor penting sudah dapat diketahui. Proses evaluasi hanyalah salah satu dari berbagai pilihan kegiatan dan penentuan yang cermat atas prioritas sasaran, dana yang tersedia dan waktu yang terbatas.

c. Strategi Evaluasi

Evaluasi yang efektif merupakan gabungan berbagai strategi dab studi dengan metode yang berbeda, di mana setiappertanyaan yang berbeda harus dapat dijawab dengan metodologi terntentu. Alat studi utama yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah survey skala besar yang dilakukan sebelum dan sesudah progam berlangsung. Tujuannya utamanya dalah mengukur tingkat pengetahuan,sikap dan perilaku kelompok sasaran. Survei ini juga berperan untuk mengukur jangkauan dan pencapaian jalur media, pesan serta penerimaannya di

kalangan khalayak sasaran. Data sosio demografis yang dikumpulkan dalam survei ini, seperti tingkat ekonomi, pendidikan,”melek huruf”, dan sebagainya membantu untuk mengidentifikasi apakah perubahan perilaku terjadi pada kelompok tertentu saja.

Di samping survei skla besar, teknik pengamatan dan penelusuran data sekunder juga dapat membantu untuk menguji akurasi data yang dikumpukan, termsuk catatan klinik di Puskesmas, prevalensi penyakit dan tingkat kematian di suatu wilayah. Pendekatak lain yang dapat digunakan dalam rangka evaluasi adalah survei ibu rumah tangga dan pemeriksaan kartu imunisasi. Dalam memilih teknik-teknik evaluasi, evaluator harus dapat menentukan teknik tertentu yang dapat dipercaya ditinjau dari segi waktu, biaya dan pertimbangan lain.

d. Evaluasi sebagai Dasar Pengambilan Keputusan

Evaluasi tertentu saja harus didasarkan hasil riset, baik kuantitatif maupun kualitatif, agar dapat mengukur seberapa jauh tujuan progam telah tercapai. Dengan demikian, evaluasi akan dapat memberikan penilaian secara lebih akurat tentang manfaat yang diperoleh dari suatu progam komunikasi kesehatan. Dengan akurasi ini setiap penilaian dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan oleh pejabat dari instansi yang berwenang.

Bagi pembuat kebijakan, informasi dari hasil evaluasi dapat memberi kesempatan untuk melakukan analisis lebih lanjut tentang pola pelaksanaan suatu progam, perluasan kelembagaan, biaya serta penentuan tenaga relawan. Hasilnya dapat dijadikan bahan bagi perencana untuk memperbaiki atau mempertajam rancangan dasar progam baru di tempat berbeda.

Evaluasi juga dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana dan mengapa progam tersebut berhasil, sedangkan progam lain tidak. Studi-studi yang dilakukan dapat menunjukkan kaitan yang jelas antara progam yang baik dan tidak, sehingga selanjutnya dapat dijadikan dasar pengambilan keputudan tentang arah kegiatan mendatang.

Bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam program – program kesehatan masyarakat adalah komunikasi antar pribadi dan komunikasi massa. 1.1. Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi langsung, tatap muka antara satu orang dengan orang lain baik perorangan maupun kelompok. Komunikasi ini tidak melibatkan kamera, artis, penyiar, atau penulis skenario. Kamonikator langsung bertatap muka dengan komunikan, baik secara individual, maupun kelompok.

Didalam pelayanan kesehatan, komunikasi antar peribadi ini terjadi antara petugas kesehatan atau health provider dengan clients, atau kelompok masyarakat dan para anggota masyarakat. Komunikasi antar pribadi merupakan pelengkap komunikasi massa. Artinya pesan – pesan kesehatan yang telah disampaikan lewat media massa (televisi, radio, koran, dan sebagainya) dapat ditindaklanjuti dengan melakukan komunikasi antar pribadi, misalnya penyuluhan kelompok dan konseling kesehatan.

Komunikasi antar pribadi dapat efektif apabila memenuhi tiga hal diantaranya: a. Empathy, yakni menempatkan diri pada kedudukan orang lain (orang yang

diajak komunikasi)

b. Respect terhadap perasaan dan sikap orang lain

c. Jujur dalam menanggapi pertanyaan orang lain yang diajak berkomunikasi Metode komunikasi antar pribadi yang paling baik adalah konseling, karena di dalam cara ini antara komunikator atau konselor dengan komunikan atau klien terjadi dialog. Klien dapat lebih terbuka menyampaikan masalah dan keinginan – keinginannya, karena tidak ada pihak ketiga yang hadir.

Proses konseling ini dapat diingat secara mudah dengan akronim berikut : G = Greet Client Warmly (menyambut klien dengan hangat)

A = Ask Client About Themselves (menanyakan tentang keadaan mereka)

T = Tell Client About Their Problems (menanyakan masalah – masalah yang mereka hadapi)

H = Help Clients Solve Their Problem (membantu pemecahan masalah yang mereka hadapi)

E = Explain How To Prevent To Have The Same Problem (menjelaskan bagaimana mencegah terjadinya masalah yang sama)

Dokumen terkait