• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemantauan dan Evaluasi Bidang Tata Ruang dan Pertanahan Melalui Forum Evaluasi Kinerja Pembangunan Daerah (EKPD)

Dalam dokumen Buletin Tata Ruang dan Pertanahan. Edisi (Halaman 34-36)

Bidang Tata Ruang dan Pertanahan

Gambar 1Pembukaan Rakernas BKPRN Tahun 2013

Gambar 3Sidang Komisi III dipimpin oleh Deputi Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah-Bappenas, Dr Ir Max Pohan, CES

Gambar 2Sidang Pleno dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Ir. M. Hatta Rajasa

Road Map Knowledge Management

Dalam suatu organisasi kita dapat belajar bersama dengan cara saling tukar pendapat, berdiskusi dengan harapan akan terjadi transfer pengetahuan diantara anggota organisasi. Melalui transfer pengetahuan dapat memunculkan kreatifitas dalam kinerja untuk mencapai tujuan organisasi. Adanya keragaman pemikiran dari anggota organisasi ini harus dihargai dan perlu dikelola dengan baik yang dikenal dengan sebutan pengelolaan pengetahuan (knowledge management).

Dalam pembagian sidang komisi, Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas mendapat tugas sebagai fasilitator pada komisi III yang dipimpin oleh Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, Bappenas. Adapun tema Sidang Komisi III adalah “Sinergi Kebijakan, Rencana, dan Program Pembangunan Nasional dan Daerah”. Bertempat di Ruang Banda A, Hotel Borobudur. Peserta Sidang memilih Kepala Bappeda Provinsi Maluku Utara selaku Sekretaris Komisi III.

Di akhir sidang disepakati tiga isu strategis yang dihasilkan yaitu isu pertama adalah kurang sinergisnya berbagai peraturan perundangan sektoral yang mengatur pemanfaatan ruang. Berdasarkan isu tersebut dihasilkan empat rumusan yaitu: (1) penyesuaian kembali UU 41/1999 tentang Kehutanan dengan UU 26/2007 tentang Penataan Ruang; (2) RTRW Provinsi dan Kab/ Kota yang mengakomodir materi teknis rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RZWP3K) sehingga dapat ditetapkan menjadi satu Perda, termasuk di dalamnya rencana pengelolaan pesisir, pulau-pulau kecil dan laut sampai dengan 12 mil laut; (3) seluruh peraturan perundangan sektoral yang mengindikasikan penggunaan ruang perlu mewajibkan pencantuman peta pada peraturan perundangan turunannya; dan (4) BKPRN perlu memfasilitasi pemerintah daerah dalam proses penyusunan Perda yang mengakomodasi hak ulayat.

Kemudian yang menjadi isu strategis kedua adalah belum terintegrasinya rencana pembangunan dengan rencana tata ruang yang diikuti dengan 7 rumusan, yaitu: (1) indikasi program dalam RTR seringkali tidak diacu di dalam RPJP dan RPJM. Usulan solusinya adalah penyusunan pedoman penyerasian antara kedua rencana, sesuai amanat PP 15/2010 pasal 102, misalnya RPI2JM. Program pembangunan yang sesuai dengan indikasi program akan memudahkan evaluasi, pengendalian dan pengawasan; (2) penyusunan RPJMD Provinsi dan Kab/Kota harus mengacu kepada RTRW Provinsi dan Kab/Kota; (3) perlu penguatan kapasitas kelembagaan BKPRD, terutama dalam rangka proses persetujuan substansi RDTR yang didekonsentrasikan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Provinsi; (4) mekanisme penyerasian RTRW dengan RPJMN, misalnya melalui forum BKPRD atau melalui Musrenbang;

(5) perlu dikaitkan antara proses penganggaran dengan

penyusunan rencana tata ruang; (6) untuk pembangunan Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Strategis Nasional Tertentu, harus ada penganggaran di dalam RPJM Nasional. Demikian juga untuk pembangunan Kawasan Strategis Provinsi di dalam RPJM Provinsi; dan (7) Perlu ada percepatan penetapan Perda RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota dan Perda RZWP3K. Dan pada sidang komisi tersebut juga diusulkan batas waktu holding zone paling lama lima tahun sejak rencana tata ruang ditetapkan dengan Perda yang dimasukkan dalam isu strategis lainnya.

Berbeda dengan ketiga sidang komisi sebelumnya, dalam sidang komisi IV yang dipimpin oleh Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Kemenko Bidang Perekonomian, dibahas mengenai penyelesaian konflik penataan ruang di dalam kawasan KSN dan bersifat strategis nasional. Beberapa konflik tersebut diantaranya terkait dengan: (1) perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B); (2) perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan di Provinsi; (3) penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K); (4) rencana reklamasi di Teluk Benoa; dan (5) pemanfaatan ruang di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Dari masing-masing konflik tersebut telah disepakati tindak lanjut yang harus dilakukan, misalnya untuk konflik LP2B disepakati tiga rumusan, yaitu: (1) pada akhir 2013 Kementerian Pertanian akan menerbitkan peta LP2B tingkat nasional (skala 1:50.000) yang nantinya peta tersebut akan dibahas dalam forum BKPRN; (2) BKPRN perlu mempertahankan keberadaan sawah eksisting dan memfasilitasi proses integrasi LP2B ke dalam RTRW (yang sudah dan belum perda); dan (3) integrasi LP2B ke dalam RTRW perlu mempertimbangkan potensi minerba dan migas bawah tanah.

Kesuksesan Rakernas ini tidak lepas dari matangnya persiapan yang dilakukan oleh panitia [ma/na/rt/gp/cp/cr/or/ri].

Gambar 4Suasana Rakernas BKPRN Tahun 2013

Gambar 5Rapat koordinasi persiapan Rakernas BKPRN 2013

Knowledge Management (KM) merupakan salah satu metode peningkatan produktifitas dalam suatu organisasi, perusahaan maupun instansi pemerintah. KM dilaksanakan untuk memanfaatan sumber daya manusia secara optimal dengan menggali potensi yang dimiliki. Kepemilikan anggota organisasi yang kreatif dan mampu berinovasi dapat meningkatkan produktivitas suatu organisasi dengan strategi yang tepat.

Salah satu strategi yang digunakan dalam KM adalah peran aktif untuk mengelola pengetahuan (push strategy). Dalam strategi ini, individu yang berada di dalam satu organisasi untuk secara langsung membagi serta mengambil pengetahuan yang mereka miliki ke dan dari dalam satu sistem penyimpanan bersama, misalnya dalam bentuk database. Strategi lain adalah mencari pengetahuan baru dengan melibatkan berbagai ahli di bidang yang

Kegiatan KM Bidang TRP ini mencakup: (1) pengelolaan sistem informasi di bidang tata ruang dan pertanahan, seperti Portal TRP; (2) pelaksanaan kegiatan kehumasan yang aktual dan dokumentasi melalui pengembangan website, seperti landspatial.bappenas.go.id, bkprn.org, ran.org; (3) pengelolaan sistem koordinasi, seperti eTRP dan eBKPRN; Portal TRP, Buletin TRP, Leaflet, dan eNewsletter; (4) pengolahan data dan informasi melalui kajian dan eNewsletter; (5) pelaksanaan kegiatan sosialisasi melalui lokakarya dan seminar serta publikasi cetak dan digital yang meliputi CD, Leaflet, dan Buletin TRP.Berikut merupakan Road Map Knowledge Management

Bidang TRP Tahun 2014 (Gambar2).

Untuk mendukung pelaksanaan KM ini di Tahun 2015– 2019, Direktorat TRP akan melakukan (i) pengumpulan data dan informasi secara terstruktur melalui eTRP, (ii) pengolahan dan analisis data dan informasi menjadj pengetahuan, dan (iii) penyebaran pengetahuan melalui media yang disesuaikan dengan pemangku kepentingan. Pemetaan database website juga dilakukan dengan mitra kerja terkait, seperti Menko Perekonomian, Dirjen Penataan Ruang- Kementerian PU, Badan Pertanahan Nasional (BPN), Ditjen Bangda-Kementerian Dalam Negeri, Sekretariat Kabinet dan Kementerian Kehutanan. Berikut merupakan gambaran analisis Pemangku Kepentingan (PK) dalam KM Bidang TRP (Gambar 3) [ma].

digelutinya (pull strategy). Dalam strategi ini, ahli memberikan wawasan baru kepada individu yang memerlukan.

Kedua strategi di atas dikenal dengan strategi codification dan

personalization. Codification fokus pada pengumpulan dan penyimpanan pengetahuan yang telah melalui proses coding ke dalam database elektronik. Database ini akan mempermudah suatu organisasi untuk mengakses sumber pengetahuan tersebut. Sedangkan strategi personalization bertujuan untuk mendorong satu individu untuk membagi pengetahuan secara langsung. Dalam KM, teknologi informasi berperan penting untuk memfasilitasi komunikasi dan knowledge sharing di antara anggota organisasi. Instrumen KM lain yang dapat digunakan dalam satu organisasi adalah cross-project learning, after action reviews, knowledge mapping, expert directories serta best practices transfer.

Sebagai sebuah institusi pemerintah, Kementerian PPN/Bappenas telah banyak melakukan berbagai kegiatan keilmuan/birokratis dalam penyusunan berbagai kebijakannya, terutama dalam penyelenggaraan penataan ruang dan pengelolaan pertanahan. Dalam rangka melakukan pengintegrasian berbagai pengalaman, wawasan, dan berbagai data yang dimiliki, maka dituangkan dalam bentuk KM. KM menjadi sangat penting untuk Bidang Tata Ruang dan Pertanahan (TRP) yang bersifat lintas sektor dalam membangun ruang nasional.

Banyak kegiatan yang dilakukan antara lain diskusi, lokakarya, seminar, dan kajian yang selalu diadakan setiap tahunnya telah menghasilkan berbagai pengetahuan baik dalam bentuk peraturan maupun kebijakan lainnya. Di Bidang Tata Ruang, telah dilakukan Kajian Kebijakan Insentif dan Disinsentif Tata Ruang dalam Penataan Ruang, dan Kajian Penyeimbangan Penataan Ruang, Produksi Biomassa yang Berkelanjutan dan Konservasi. Di Bidang Pertanahan, telah dilakukan Kajian Sertifikasi Tanah. Hal ini menjadi sangat penting untuk pengembangan kebijakan yang tepat di Bidang Tata Ruang dan Pertanahan yang diacu oleh berbagai sektor. Belum tersosialisasikannya kebijakan TRP kepada seluruh

pemangku kepentingan juga menjadi kondisi yang melatarbelakangi pentingnya dikembangkan KM. Tujuan dari KM Bidang TRP ini adalah untuk mempermudah proses penciptaan, pengumpulan, penyimpanan, dan berbagi-tukar pengetahuan, menutup kesenjangan pengetahuan, baik didalam internal organisasi, maupun dengan masyarakat, serta menyusun pendekatan sistematis untuk pengelolaan informasi dan aliran pengetahuan untuk meningkatkan efisiensi pengambilan keputusan. Sasaran yang ingin dicapai adalah dengan terkumpulnya data dan informasi Bidang TRP untuk kemudian dapat dianalisa, disusun dan diolah menjadi sebuah pengetahuan sesuai dengan target, serta tersebarnya pengetahuan kepada stakeholders melalui berbagai media yang sesuai.

Secara sederhana proses KM untuk Bidang TRP dapat digambarkan dalam Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1Tahapan Knowledge Management Bidang TRP

Gambar 2Road Map Knowledge Management Bidang TRP Tahun 2014

INPUT

OUTPUT

Gambar 3Analisis Pemangku Kepentingan (PK) Bidang TRP

Dalam dokumen Buletin Tata Ruang dan Pertanahan. Edisi (Halaman 34-36)

Dokumen terkait