dalam rangka penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.
e. standar pemantauan dan pelaporan pencapaian program profesi dokter dan dokter gigi dalam rangka penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.
Perbaikan rumusan
218 (5) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b paling sedikit memuat:
(6) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b paling sedikit memuat:
Perbaikan redaksional, penyesuaian nomor ayat
219 a. standar isi, proses, kompetensi lulusan dokter subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis, Rumah Sakit Pendidikan, Pendidik, Tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan;
a. standar kompetensi lulusan, standar isi, proses, Rumah Sakit Pendidikan, Dosen, Tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian;
Perbaikan rumusan
Lex specialist dari standar nasional pendidikan yang diatur pada UU No.20/2003 pasal 35
220 b. penilaian program pendidikan dokter subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala;
Dihapus Tetap Diintegrasikan pada ayat 6 huruf a (21/6)
221 b. Standar Penelitian Penambahan substansi baru, disesuaikan dengan UU
No.12/2012 pasal 54 ayat (2)
Standar Nasional Pendidikan Tinggi meliputi standar nasional pendidikan ditambah dengan standar penelitian dan standar pengadian kepada masyarakat
222 c. Standar Pengabdian kepada Masyarakat Penambahan substansi baru, disesuaikan dengan UU
No.12/2012 pasal 54 ayat (2)
Standar Nasional Pendidikan Tinggi meliputi standar nasional pendidikan ditambah dengan standar penelitian dan standar pengadian kepada masyarakat
223 d. standar kontrak kerja sama antara Rumah Sakit
Pendidikan dengan perguruan tinggi penyelenggara pendidikan kedokteran
Penambahan substansi baru
224 c. standar kontrak kerja sama antara Rumah e. standar kontrak kerja antara Rumah Sakit Pendidikan Perbaikan redaksional,
4 April 2013 Page 28
Sakit Pendidikan dan mahasiswa kedokteran program pendidikan dokter subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis;
dengan mahasiswa program dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis;
konsistensi istilah dan penyesuaian urutan huruf
225 d. pengembangan Kurikulum, Pendidik, Tenaga Kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan;
Dihapus Aturan ini bukan standar, akan diintegrasikan pada aturan terkait kurikulum
226 e. pengembangan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran, pemantauan dan pelaporan pencapaian program pendidikan dokter subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis dalam rangka penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan; dan
Dihapus Diintegrasikan pada ayat (7), DIM 228
227 f. standar pola pemberian insentif untuk mahasiswa kedokteran program pendidikan dokter spesialis-spesialis atau dokter gigi spesialis-subspesialis atas kinerjanya sebagai pemberi pelayanan kesehatan.
f. standar pola pemberian insentif untuk mahasiswa program dokter spesialis-subspesialis atau dokter gigi spesialis-subspesialis atas kinerjanya sebagai pemberi pelayanan kesehatan.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
228 (7) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditinjau dan dievaluasi secara berkala
(8) Peninjauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan berdasarkan kebutuhan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan perkembangan dunia
Penambahan substansi baru
229 Bagian Kedelapan
Kurikulum
Tetap
230 Pasal 32 Pasal 27 Penyesuaian nomor pasal
231 (1) Kurikulum dikembangkan oleh Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi dengan mengacu Standar Nasional Pendidikan Kedokteran.
(1) Kurikulum dikembangkan oleh Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Perbaikan rumusan
Disesuaikan dengan UU No.12/12 pasal 36 tentang kurikulum program profesi
4 April 2013 Page 29
Penjelasan :
Kurikulum program profesi dokter/dokter gigi mengacu pada Standar Pendidikan Profesi Dokter/Dokter Gigi
Kurikulum program dokter spesialis-subspesialis/dokter gigi spesialis-subspesialis mengacu pada Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-Subspesialis/Dokter Gigi Spesialis-Subspesialis
232 (2) Pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diarahkan untuk menghasilkan Dokter dan Dokter Gigi dalam rangka:
Tetap Berlaku untuk dokter/dokter gigi dan dokter spesialis-subspesialis/ dokter gigi spesialis-subspesialis
233 a. pemenuhan kompetensi lulusan untuk melakukan pelayanan kesehatan di tingkat primer;
Tetap
234 b. pemenuhan kompetensi khusus sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan di daerah tertentu.
Tetap
Penjelasan :
Yang dimaksud dengan kompetensi khusus adalah kompetensi di luar kompetensi inti yang sesuai dengan misi khusus/unggulan Perguruan Tinggi, antara lain kedokteran perkotaan, kesehatan populasi/komunitas, pendekatan kesehatan holistik, kedokteran forensik, kedokteran militer 235 c. pemenuhan kebutuhan Dokter dan Dokter
Gigi sebagai pendidik, peneliti, dan pengembang ilmu.
Tetap
236 (3) Pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan kemajuan ilmu kedokteran dan/atau ilmu kedokteran gigi, muatan lokal, dan potensi daerah, untuk memenuhi kebutuhan Dokter dan Dokter Gigi.
Tetap
237 Pasal 33 Pasal 28 Penyesuaian nomor pasal
4 April 2013 Page 30
238 Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi wajib melaksanakan Kurikulum berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran.
Tetap
239 Bagian Kesembilan
Mahasiswa Kedokteran
Tetap
240 Paragraf 1
Calon Mahasiswa Kedokteran
Tetap
Penerimaan Mahasiswa Baru
Perubahan redaksional, disesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 73-74 tentang penerimaan mahasiswa baru
241 Pasal 34 Pasal 29 Penyesuaian nomor pasal
242 (1) Calon mahasiswa kedokteran harus lulus seleksi penerimaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(1) Calon Mahasiswa kedokteran harus lulus seleksi
penerimaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah (12/6)
243 (2) Selain lulus seleksi penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), calon mahasiswa kedokteran harus lulus tes bakat dan tes kepribadian.
(2) Selain lulus seleksi penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), calon Mahasiswa harus lulus tes bakat dan tes kepribadian.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
244 (3) Seleksi penerimaan calon mahasiswa kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjamin adanya kesempatan bagi calon Mahasiswa Kedokteran dari daerah sesuai dengan kebutuhan daerahnya, kesetaraan gender, dan kondisi masyarakat yang berpenghasilan rendah.
(3) Seleksi penerimaan calon Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjamin adanya kesempatan bagi calon Mahasiswa dari daerah sesuai dengan kebutuhan daerahnya, kesetaraan gender, dan kondisi masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
245 (4) Seleksi penerimaan calon mahasiswa kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan melalui jalur khusus.
(4) Seleksi penerimaan calon Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan melalui jalur khusus.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
246 (5) Seleksi penerimaan calon mahasiswa kedokteran melalui jalur khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditujukan untuk menjamin pemerataan penyebaran lulusan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
(5) Seleksi penerimaan calon Mahasiswa melalui jalur khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditujukan untuk menjamin pemerataan penyebaran lulusan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
4 April 2013 Page 31
Indonesia.
247 (6) Seleksi penerimaan calon mahasiswa kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.
(6) Seleksi penerimaan calon Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur dalam Peraturan Menteri.
Perbaikan redaksional
248 Pasal 35 Pasal 30 Penyesuaian nomor pasal
249 (1) Dokter atau dokter gigi dapat mengikuti seleksi penerimaan program pendidikan dokter spesialis
(1) Dokter atau dokter gigi dapat mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa program dokter spesialis/dokter gigi spesialis
Penjelasan :
Mahasiswa program dokter spesialis/dokter gigi spesialis disebut residen
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
250 (2) Dokter atau dokter gigi yang akan mengikuti seleksi penerimaan program pendidikan dokter spesialis
(2) Dokter atau dokter gigi yang akan mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa program dokter spesialis/dokter gigi spesialis:
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
251 a. memiliki surat tanda registrasi; dan tetap
252 b. mempunyai pengalaman klinis di fasilitas pelayanan kesehatan terutama di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, atau kepulauan terdepan.
tetap
253 Pasal 36 Pasal 31 Penyesuaian nomor pasal
254 (1) Seleksi penerimaan program pendidikan dokter subspesialis atau dokter gigi spesialis-subspesialis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) memperhatikan prinsip afirmatif, transparan, dan berkeadilan.
(1) Seleksi penerimaan mahasiswa program dokter subspesialis atau dokter gigi spesialis-subspesialis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) memperhatikan prinsip afirmatif, transparan, dan berkeadilan.
Perbaikan redaksional,
konsistensi istilah dan penyesuaian nomor pasal
Asas afirmasi disesuaikan dengan RUU 9 april 2013 (pasal 3 huruf h)
Yang dimaksud dengan asas “afirmasi” adalah adanya keberpihakan kepada daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, pulau terluar, kesamaan gender, generasi penerus,
masyarakat rentan, masyarakat yang secara ekonomi kurang mampu, masyarakat rendah status kesehatannya maupun
4 April 2013 Page 32
tinggi risiko kesehatannya akibat kondisi struktural ataupun akibat bencana.
255 (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai seleksi penerimaan program pendidikan dokter subspesialis atau dokter gigi spesialis-subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai seleksi penerimaan mahasiswa program dokter spesialis-subspesialis atau dokter gigi spesialis-subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
256 Paragraf 2
Mahasiswa Warga Negara Asing
Penyesuaian sistematika, penambahan paragraf
Merujuk pada UU No.12/2012 pasal 75 tentang mahasiswa asing
257 Pasal 37 Pasal 32 Penyesuaian nomor pasal
258 (1) Warga negara asing dapat menjadi Mahasiswa Kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(1) Warga negara asing dapat menjadi Mahasiswa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
259 (2) Warga negara asing dapat menjadi Mahasiswa Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kuota yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Warga negara asing dapat menjadi Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kuota yang ditetapkan oleh Menteri.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
260 (3) Warga negara asing yang menjadi Mahasiswa Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan khusus yang ditetapkan oleh Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi.
(3) Warga negara asing yang menjadi Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan khusus yang ditetapkan oleh Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
261 (4) Warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib membayar seluruh biaya pendidikan.
Tetap
262 (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai calon mahasiswa kedokteran warga negara asing sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai calon mahasiswa warga negara asing sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri Tetap
Perbaikan rumusan, menyesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 75 ayat (3)
Saat ini sedang disusun Permen tentang mahasiswa asing (untuk PTN dan PTS)
4 April 2013 Page 33
263 Paragraf 2
Mahasiswa Kedokteran
Dihapus
264 Pasal 38 Dihapus
265 (1) Mahasiswa Kedokteran terdiri atas: Dihapus Substansi sudah diatur pada pasal 6 ayat (2)
266 a. mahasiswa kedokteran program pendidikan akademik
Dihapus Substansi sudah diatur pada pasal 6 ayat (2)
267 b. mahasiswa kedokteran program pendidikan profesi
Dihapus Substansi sudah diatur pada pasal 6 ayat (2)
268 (2) Mahasiswa kedokteran program pendidikan akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
Dihapus Substansi sudah diatur pada pasal 6 ayat (3)
269 a. mahasiswa program sarjana kedokteran dan program sarjana kedokteran gigi;
Dihapus Substansi sudah diatur pada pasal 6 ayat (3)
270 b. mahasiswa program magister; dan Dihapus Substansi sudah diatur pada pasal 6 ayat (3)
271 c. mahasiswa program doktor. Dihapus Substansi sudah diatur pada pasal 6 ayat (3)
272 (3) Mahasiswa kedokteran program pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
Dihapus Substansi sudah diatur pada pasal 6 ayat (4)
273 a. mahasiswa program pendidikan dokter dan dokter gigi; dan
Dihapus Substansi sudah diatur pada pasal 6 ayat (4)
274 b. mahasiswa program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis.
Dihapus Substansi sudah diatur pada pasal 6 ayat (4)
275 Paragraf 3
Hak dan Kewajiban Mahasiswa
Tetap
276 Pasal 39 Pasal 33 Penyesuaian nomor pasal
277 (1) Setiap Mahasiswa Kedokteran berhak: (1) Setiap Mahasiswa berhak: Perbaikan redaksional, konsistensi istilah 278 a. memperoleh pelindungan hukum dalam
mengikuti proses belajar-mengajar, baik di Fakultas Kedokteran atau Fakultas
Tetap
4 April 2013 Page 34
Kedokteran Gigi maupun di Rumah Sakit Pendidikan dan/atau Wahana Pendidikan Kedokteran;
279 b. memperoleh insentif di Rumah Sakit Pendidikan bagi mahasiswa program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis; dan
b. memperoleh insentif di Rumah Sakit Pendidikan bagi mahasiswa program dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis; dan
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah Penjelasan :
Yang dimaksud dengan insentif adalah imbalan dalam bentuk materi yang diberikan oleh RS atas jasa pelayanan medis yang dilakukan sesuai kompetensinya
280 c. memperoleh waktu istirahat sesuai dengan waktu yang telah ditentukan;
Tetap
Penjelasan :
Jumlah jam kerja di di rumah sakit sama disesuaikan dengan standar dengan memperhatikan keselamatan diri dan pasien
281 (2) Setiap Mahasiswa Kedokteran wajib: (2) Setiap Mahasiswa sekurang-kurangnya berkewajiban : Perbaikan redaksional, konsistensi istilah 282 a. mengembangkan potensi dirinya secara
aktif sesuai dengan metode pembelajaran;
Dihapus Tetap
sudah diatur pada UU No.12/2012 pasal 13, dimana Mahasiswa sebagai anggota civitas Akademika diposisikan sebagai insan dewasa yang memiliki kesadaran sendiri dalam mengembangkan potensi diri
283 b. mengikuti seluruh rangkaian Pendidikan Kedokteran;
Dihapus Tetap
sudah diatur, tercakup pada norma standar nasional pendidikan kedokteran
284 c. menjaga etika profesi dan etika rumah sakit serta disiplin praktik kedokteran;
a. Tetap Perbaikan redaksional, perubahan urutan huruf
285 d. mengikuti tata tertib yang berlaku di lingkungan Fakultas kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi, Rumah Sakit Pendidikan, dan Wahana Pendidikan Kedokteran; dan
b. Tetap Perbaikan redaksional, perubahan urutan huruf
286 e. menghormati hak dan menjaga keselamatan pasien
c. Tetap Perbaikan redaksional, perubahan urutan huruf
287 (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak dan kewajiban Mahasiswa Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak dan kewajiban Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
4 April 2013 Page 35
288 Bagian Kesepuluh
Beasiswa dan Bantuan Biaya Pendidikan
Tetap
289 Pasal 40 Pasal 34 Penyesuaian nomor pasal
290 (1) Mahasiswa Kedokteran dapat memperoleh beasiswa dan/atau bantuan biaya pendidikan.
(1) Mahasiswa dapat memperoleh beasiswa dan/atau bantuan biaya pendidikan.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah 291 (2) Beasiswa dan/atau bantuan biaya pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari:
Tetap
292 a. Pemerintah; Tetap
293 b. Pemerintah Daerah; Tetap
294 c. Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi; dan/atau
Tetap
295 d. pihak lain. Tetap
296 Pasal 41 Pasal 35 Penyesuaian nomor pasal
297 (1) Beasiswa yang bersumber dari Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf a diberikan kepada Mahasiswa Kedokteran dengan kewajiban ikatan dinas untuk ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(1) Beasiswa yang bersumber dari Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) huruf a diberikan kepada Mahasiswa dengan kewajiban ikatan dinas untuk
ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perbaikan redaksional, penyesuaian nomor pasal dan konsistensi istilah
298 (2) Beasiswa yang bersumber dari Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf b diberikan kepada Mahasiswa Kedokteran dengan kewajiban ikatan dinas untuk di daerahnya.
(2) Beasiswa yang bersumber dari Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) huruf b diberikan kepada Mahasiswa dengan kewajiban ikatan dinas untuk di daerahnya.
Perbaikan redaksional, penyesuaian nomor pasal dan konsistensi istilah
299 (3) Bantuan biaya pendidikan yang bersumber dari Pemerintah dan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf a dan huruf b diberikan kepada Mahasiswa Kedokteran tanpa kewajiban mengikat.
(3) Bantuan biaya pendidikan yang bersumber dari
Pemerintah dan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) huruf a dan huruf b dapat diberikan kepada Mahasiswa dengan tanpa kewajiban mengikat.
Perbaikan rumusan
300 (4) Beasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
diberikan dengan pertimbangan prestasi dan/atau potensi
Penambahan substansi
4 April 2013 Page 36
akademik, serta dalam rangka memenuhi program afirmasi.
301 (4) Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf c diberikan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) huruf c diberikan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perbaikan redaksional, penyesuaian nomor pasal
302 (5) Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf d diberikan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(6) Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (2) huruf d diberikan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perbaikan redaksional, penyesuaian nomor pasal
303 Pasal 42 Pasal 36 Penyesuaian nomor pasal
304 (1) Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan dapat diberikan kepada Pendidik dan/atau Tenaga Kependidikan untuk menjamin pemerataan kesempatan memperoleh peningkatan kualifikasi dan kompetensi.
(1) Beasiswa atau bantuan biaya pendidikan dapat diberikan kepada Dosen dan/atau Tenaga Kependidikan untuk
menjamin pemerataan kesempatan memperoleh peningkatan kualifikasi dan kompetensi.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
305 (2) Beasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk beasiswa ikatan dinas atau beasiswa bersyarat.
(2) Beasiswa atau bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk ikatan dinas.
Perbaikan rumusan
Frasa beasiswa bersyarat dihapus, karena sama dengan beasiswa ikatan dinas
306 (3) Bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk bantuan bersyarat.
Dihapus Sudah diatur, tercakup pada ayat (2)
307 (4) Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari:
(3) Tetap
308 a. Pemerintah; Tetap
309 b. Pemerintah Daerah; Tetap
310 c. Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi; dan/atau
Tetap
4 April 2013 Page 37
311 d. pihak lain. Tetap
312 Pasal 43 Pasal 37 Penyesuaian nomor pasal
313 Ketentuan lebih lanjut mengenai beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 sampai dengan Pasal 42 diatur dalam Peraturan Pemerintah
Ketentuan lebih lanjut mengenai beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 sampai dengan Pasal 36 diatur dalam Peraturan
Menteri.Presiden
Perbaikan rumusan
314 Bagian Kesebelas
Lulusan
Tetap
Uji kompetensi Perbaikan rumusan
315 Pasal 44 Pasal 38 Penyesuaian nomor pasal
316 (1) Dalam rangka menyelesaikan Pendidikan Kedokteran, Mahasiswa Kedokteran wajib mengikuti uji kompetensi yang bersifat nasional sebelum dinyatakan lulus dan mengangkat sumpah sebagai dokter atau dokter gigi.
(1) Dalam rangka menyelesaikan program profesi dokter atau dokter gigi, Mahasiswa harus lulus uji kompetensi yang bersifat nasional sebelum mengangkat sumpah sebagai dokter atau dokter gigi.
Perbaikan rumusan
Lulusan akan mendapatkan sertifikat profesi (menggantikan ijazah profesi, dari PT) dan sertifikat kompetensi (dari kolegium)
*serprof berlaku seumur hidup
*serkom berlaku 5 tahun
317 (2) Mahasiswa yang lulus uji kompetensi memperoleh
sertifikat profesi yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi.
Penambahan substansi baru
Menyesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 43 318 (2) Sumpah sebagai dokter atau dokter gigi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan sumpah yang lafalnya diatur dalam Peraturan Pemerintah.
(3) Tetap Penyesuaian nomor pasal
319 (3) Uji kompetensi dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi bekerja sama dengan asosiasi institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi dan organisasi profesi yang mempunyai kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.
(4) Uji kompetensi dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi bekerja sama dengan asosiasi institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi dan organisasi profesi.
Perbaikan rumusan
320 (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Menteri.
Perbaikan redaksional, penyesuaian nomor pasal dan ayat
4 April 2013 Page 38
Peraturan Menteri.
321 Pasal 45 Dihapus Penyesuaian nomor pasal
322 (1) Mahasiswa Kedokteran yang telah mengangkat sumpah sebagai dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) wajib melaksanakan ikatan dinas atau mengikuti penempatan kerja sementara.
Dihapus Perubahan rumusan :
Mahasiswa Kedokteran yang telah mengangkat sumpah sebagai dokter atau dokter gigi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) wajib melaksanakan ikatan dinas atau mengikuti penempatan kerja sementara.
Sudah tercakup, diatur pada pasal 34-37 Setuju dengan rumusan baru (13/6)
323 (2) Kewajiban melaksanakan ikatan dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi dokter dan dokter gigi yang menerima beasiswa selama mengikuti Pendidikan Kedokteran.
Dihapus Sudah tercakup, diatur pada pasal 34-37
324 (3) Kewajiban mengikuti penempatan kerja sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi lulusan perguruan tinggi yang menerima subsidi.
Dihapus Sudah tercakup, diatur pada pasal 34-37
325 (4) Kewajiban mengikuti penempatan kerja sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikecualikan bagi dokter atau dokter gigi yang akan menjadi dosen biomedis, dosen bioetika/humaniora kesehatan, dosen kedokteran komunitas/kesehatan masyarakat, peneliti, atau anggota Tentara Nasional Indonesia/anggota Kepolisian Republik Indonesia.
Dihapus Tetap
Sudah tercakup, diatur pada pasal 34-37
326 (5) Kewajiban penempatan kerja sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan dalam rangka pelayanan kesehatan dan/atau pemenuhan distribusi dokter atau dokter gigi di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dihapus Rumusan baru :
Kententuan mengenai kewajiban penempatan kerja sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Sudah tercakup, diatur pada pasal 34-37
4 April 2013 Page 39
327 Pasal 46 Pasal 39 Penyesuaian nomor pasal
328 (1) Mahasiswa program pendidikan dokter subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis wajib mengikuti uji kompetensi dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis bersifat nasional dalam rangka memberi pengakuan pencapaian kompetensi profesi dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis.
(1) Mahasiswa program dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis harus mengikuti uji kompetensi dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis bersifat nasional dalam rangka
memberi pengakuan pencapaian kompetensi profesi dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
329 (2) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi bekerja sama dengan asosiasi institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi dan organisasi profesi yang mempunyai kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.
Tetap
330 (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Dihapus Sudah diatur pada standar pendidikan dokter spesialis-subspesialis/ dokter gigi spesialis-subspesialis
Dihapus Sudah diatur pada standar pendidikan dokter spesialis-subspesialis/ dokter gigi spesialis-subspesialis