4 April 2013 Page 1
DAFTAR INVENTARISASI MASALAH
RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN
4 April 2013
HASIL KONSINYERING DENGAN PANJA KOMISI X DPR RI H. Century, 11 – 13 Juni 2013
NO. DRAFT DPR (9 APRIL 2012)
HASIL PEMBAHASAN DENGAN DPR, KONSINYERING 10-11 MARET (dalam block kuning)
RUMUSAN BARU HASIL PEMBAHASAN TIM PANJA PEMERINTAH
(per 4 April 2013)
KETERANGAN
A B Hasil Konsinyering 11-13 juni (dalam font biru) Hasil Konsinyering 11-13 juni (dalam font biru)
1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR ... TAHUN ...
TENTANG
PENDIDIKAN KEDOKTERAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
2 Menimbang: a. bahwa negara menjamin hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Tetap
3 b. bahwa pemerintah
mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat ;
Tetap
4 April 2013 Page 2
4 c. bahwa pendidikan kedokteran sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional diselenggarakan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan untuk menumbuhkembangkan
penguasaan, pemanfaatan, penelitian, serta pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan kedokteran gigi; dan
Tetap
5 d. bahwa upaya melakukan
penataan pendidikan kedokteran untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam huruf c belum diatur secara komprehensif dalam peraturan perundang-undangan;
Tetap
6 e. bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Pendidikan Kedokteran.
Tetap
7 Mengingat: Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28C ayat (1) dan Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
Tetap
8 Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Tetap
4 April 2013 Page 3
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN.
9 BAB I
KETENTUAN UMUM
Tetap
10 Pasal 1 Tetap
11 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Tetap
12 1. Pendidikan Kedokteran atau Pendidikan Kedokteran Gigi, selanjutnya disebut Pendidikan Kedokteran, adalah usaha sadar dan terencana dalam pendidikan formal yang terdiri atas pendidikan akademik dan pendidikan profesi sebagai satu kesatuan proses pada jenjang pendidikan tinggi yang program studinya terakreditasi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.
1. Pendidikan Dokter atau Pendidikan Dokter Gigi selanjutnya disebut Pendidikan Kedokteran adalah pendidikan tinggi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.
Hasil Konsinyering 10-11 Maret : Pembahasan Ditunda Penjelasan pemerintah :
Semua prodi yang memiliki izin akan terakreditasi (pendidikan kedokteran memiliki minimal 2 program, akademik dan profesi dokter)
Penjelasan akademik-profesi terintegrasi tercantum pada pasal 6 ayat (6) ; satu kesatuan proses hanya hingga profesi dokter (tidak hingga program spesialis) 13 2. Fakultas Kedokteran adalah himpunan sumber
daya pendukung perguruan tinggi yang menyelenggarakan dan mengelola pendidikan kedokteran dan kesehatan.
2. Fakultas Kedokteran adalah himpunan sumber daya pendukung perguruan tinggi yang menyelenggarakan dan mengelola pendidikan dokter.
Perbaikan rumusan, konsistensi dengan aturan point (1)
14
3. Fakultas Kedokteran Gigi adalah himpunan sumber daya pendukung perguruan tinggi yang menyelenggarakan dan mengelola pendidikan kedokteran gigi dan kesehatan gigi dan mulut.
3. Fakultas Kedokteran Gigi adalah himpunan sumber daya pendukung perguruan tinggi yang menyelenggarakan dan mengelola pendidikan dokter gigi.
Perbaikan rumusan, konsistensi dengan aturan point (1)
15
4. Peserta Didik Pendidikan Mahasiswa Kedokteran atau Mahasiswa Kedokteran Gigi, selanjutnya disebut Mahasiswa Kedokteran, adalah peserta didik yang mengikuti program pendidikan akademik dan program pendidikan profesi kedokteran.
Tetap Hasil Konsinyering : Perbaikan rumusan, penyesuain dengan
istilah pada UU No.12/2012
16 5. Sarjana Kedokteran adalah mahasiswa kedokteran yang telah menyelesaikan program pendidikan akademik di bidang kedokteran, baik di dalam
Tetap Hasil Konsinyering : Perbaikan rumusan, penyesuain dengan
istilah pada UU No.12/2012
4 April 2013 Page 4
maupun di luar negeri, yang diakui oleh Pemerintah.
17 6. Sarjana Kedokteran Gigi adalah mahasiswa kedokteran gigi yang telah menyelesaikan program pendidikan akademik di bidang kedokteran gigi, baik di dalam maupun di luar negeri, yang diakui oleh Pemerintah.
Tetap Hasil Konsinyering : Perbaikan rumusan, penyesuain dengan
istilah pada UU No.12/2012
18 7. Dokter adalah dokter, dokter spesialis-subspesialis lulusan pendidikan kedokteran, baik di dalam maupun di luar negeri, yang diakui oleh Pemerintah.
7. Dokter adalah dokter, dokter spesialis-subspesialis lulusan pendidikan dokter, baik di dalam maupun di luar negeri, yang diakui oleh Pemerintah.
Perbaikan rumusan, konsistensi dengan aturan point (1)
19 8. Dokter Gigi adalah dokter gigi, dokter gigi spesialis- subspesialis lulusan pendidikan kedokteran gigi, baik di dalam maupun di luar negeri, yang diakui oleh Pemerintah.
8. Dokter Gigi adalah dokter gigi, dokter gigi spesialis- subspesialis lulusan pendidikan dokter gigi, baik di dalam maupun di luar negeri, yang diakui oleh Pemerintah.
Perbaikan rumusan, konsistensi dengan aturan point (1)
20 9. Pendidik Pendidikan Kedokteran, Dosen kedokteran yang selanjutnya disebut dosen, selanjutnya disebut Pendidik, adalah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya pada bidang ilmu kedokteran atau ilmu kedokteran gigi, dan/atau bidang ilmu tertentu yang bertugas untuk mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarkan teknologi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat termasuk pelayanan kesehatan.
pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi, humaniora dan keterampilan klinis melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat
9. Dosen kedokteran yang selanjutnya disebut dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi,
humaniora-kesehatan, dan/atau keterampilan klinis melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Hasil Konsinyering : Perbaikan rumusan, penyesuaian dengan istilah pada UU No.12/2012
Hasil pembahasan tim panja pemerintah 4 April 2013 : Perbaikan rumusan
Dosen kedokteran terdiri dari dosen yang merupakan
‘dokter’ dan dosen dari bidang lain (misal : MIPA, sosial, dll).
Frasa ‘dan/atau’ mengakomodir semua jenis dosen kedokteran
21 10. Tenaga Kependidikan Pendidikan Kedokteran, selanjutnya disebut Tenaga Kependidikan adalah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya mengabdikan diri untuk menunjang
Tetap
4 April 2013 Page 5
penyelenggaraan pendidikan kedokteran dan/atau pendidikan kedokteran gigi.
22 11. Standar Nasional Pendidikan Kedokteran adalah bagian dari standar nasional pendidikan tinggi yang merupakan kriteria minimal dan harus dipenuhi dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran dan pendidikan kedokteran gigi.
Tetap Hasil Konsinyering : Perbaikan rumusan, konsistensi dengan
aturan point (1)
23 12. Kurikulum Pendidikan Kedokteran, selanjutnya disebut Kurikulum, adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan kedokteran atau pendidikan kedokteran gigi.
Tetap Hasil Konsinyering : Perbaikan rumusan, konsistensi dengan
aturan point (1)
24 13. Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu dalam bidang pendidikan kedokteran dan/atau kedokteran gigi, pendidikan berkelanjutan, dan pendidikan kesehatan lainnya secara multiprofesi.
13. Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu dalam bidang pendidikan dokter dan/atau dokter gigi, pendidikan berkelanjutan, dan pendidikan kesehatan lainnya secara multiprofesi.
Perbaikan redaksional, konsistensi dengan aturan point (1)
25 14. Rumah Sakit Pendidikan Utama adalah rumah sakit umum yang digunakan fakultas kedokteran dan/atau rumah sakit gigi mulut yang digunakan fakultas kedokteran gigi untuk memenuhi seluruh atau sebagian besar kurikulum pendidikan kedokteran atau pendidikan kedokteran gigi dalam rangka mencapai kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.
14. Rumah Sakit Pendidikan Utama adalah rumah sakit umum yang digunakan fakultas kedokteran dan/atau rumah sakit gigi mulut yang digunakan fakultas kedokteran gigi untuk memenuhi seluruh atau sebagian besar kurikulum pendidikan kedokteran dalam rangka mencapai kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.
Perbaikan redaksional, konsistensi dengan aturan point (1)
26 15. Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi adalah rumah sakit khusus atau rumah sakit umum dengan unggulan pelayanan kedokteran tertentu yang digunakan fakultas kedokteran dan/atau fakultas kedokteran gigi untuk memenuhi kurikulum pendidikan kedokteran atau pendidikan kedokteran gigi dalam rangka mencapai kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.
15. Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi adalah rumah sakit khusus atau rumah sakit umum dengan unggulan pelayanan kedokteran tertentu yang digunakan fakultas kedokteran dan/atau fakultas kedokteran gigi untuk memenuhi kurikulum pendidikan kedokteran dalam rangka mencapai kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.
Perbaikan redaksional, konsistensi dengan aturan point (1)
27 16. Rumah Sakit Pendidikan Satelit adalah rumah sakit khusus atau rumah sakit umum dengan
16. Rumah Sakit Pendidikan Satelit adalah rumah sakit khusus atau rumah sakit umum dengan unggulan pelayanan
Perbaikan redaksional, konsistensi dengan aturan point (1)
4 April 2013 Page 6
unggulan pelayanan kedokteran tertentu yang digunakan fakultas kedokteran dan/atau fakultas kedokteran gigi untuk memenuhi kurikulum pendidikan kedokteran atau pendidikan kedokteran gigi dalam rangka mencapai kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.
kedokteran tertentu yang digunakan fakultas kedokteran dan/atau fakultas kedokteran gigi untuk memenuhi kurikulum pendidikan kedokteran dalam rangka mencapai kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.
28 17. Wahana Pendidikan Kedokteran adalah fasilitas selain rumah sakit pendidikan yang digunakan sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan kedokteran atau pendidikan kedokteran gigi.
Tetap Hasil Konsinyering : Perbaikan rumusan, konsistensi dengan aturan point (1)
29 18. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.
Tetap 30 19. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut
Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Tetap
31 20. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan walikota, serta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan.
Tetap
32 21. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan.
Tetap
33 Pasal 2 Tetap
34 Pendidikan Kedokteran merupakan bagian dari pendidikan tinggi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945.
Tetap
35 Pasal 3 Tetap
36 Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran berasaskan: Tetap
37 a. kebenaran ilmiah; Tetap
38 b. tanggung jawab; Tetap
4 April 2013 Page 7
39 c. manfaat; Tetap
40 d. kemanusiaan; Tetap
41 e. keseimbangan; Tetap
42 f. kesetaraan; Tetap
43 g. relevansi; Tetap
44 h. afirmasi; dan Tetap
45 i. etika profesi. Tetap
46 Pasal 4 Tetap
47 Pendidikan Kedokteran bertujuan: Tetap
48 a. menghasilkan Dokter dan Dokter Gigi yang berbudi luhur, bermartabat, bermutu, berkompeten, berbudaya menolong, beretika, berdedikasi tinggi, profesional, berorientasi pada keselamatan pasien, bertanggung jawab, bermoral, humanistis, sesuai dengan kebutuhan masyarakat, mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial, dan berjiwa sosial tinggi;
Tetap
49 b. memenuhi kebutuhan Dokter dan Dokter Gigi di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia secara berkeadilan; dan
Tetap
50 c. meningkatkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan kedokteran gigi.
Tetap
51 BAB II
PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEDOKTERAN
Tetap
4 April 2013 Page 8
52 Bagian Kesatu
Pembentukan
Tetap Umum
Penyesuaian sistematika
53 Pasal 5 Penyesuaian sistematika
54 (1) Pendidikan Kedokteran diselenggarakan oleh perguruan
tinggi.
Penambahan substansi baru ; Lex Specialist dari UU 12/12 pasal 17 tentang pendidikan profesi
55 (2) Perguruan tinggi dalam menyelenggarakan pendidikan
kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bekerja sama dengan rumah sakit pendidikan dan wahana pendidikan kedokteran lainnya serta organisasi profesi.
Penambahan substansi baru
56 (3) Penyelenggaraan pendidikan kedokteran dibina oleh
Kementerian berkoordinasi dengan kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
Penambahan substansi baru
57 (1) Perguruan tinggi yang akan membuka program studi kedokteran dan/atau program studi kedokteran gigi wajib membentuk Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi.
(4) Tetap
Penyesuaian nomor ayat
58 (5) Fakultas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya
dapat diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang berbentuk universitas atau institut.
Penambahan substansi baru
59 (2) Pembentukan Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai berikut:
(6) Pembentukan Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus memenuhi syarat paling sedikit sebagai berikut:
Perbaikan rumusan
60 a. memiliki tenaga pendidik yang tersertifikasi dan tenaga kependidikan;
a. Memiliki dosen dan tenaga kependidikan yang memenuhi syarat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Perbaikan rumusan
Acuan peraturan : UU No. 14/2005 61 b. memiliki gedung untuk penyelenggaraan
pendidikan;
Tetap
62 c. memiliki laboratorium biomedis, laboratorium kedokteran klinis, laboratorium bioetika/humaniora kesehatan, dan
laboratorium kedokteran
Tetap
4 April 2013 Page 9
komunitas/kesehatan masyarakat; dan
63 d. memiliki atau bekerja sama dengan Rumah Sakit Pendidikan
d. Memiliki atau bekerja sama dengan Rumah Sakit Pendidikan dan wahana pendidikan kedokteran lainnya.
Perbaikan rumusan
64 (3) Selain membuka program studi kedokteran dan/atau program studi kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi dapat menambah program studi lain di bidang kesehatan.
(7) Selain membuka program studi kedokteran dan/atau program studi kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi yang memenuhi persyaratan dapat menambah program studi lain di bidang kesehatan.
Perbaikan rumusan
65 (8) Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran gigi
wajib memberikan manfaat dan berperan aktif dalam mendukung program untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pindahan dari DIM 100
66 (4) Ketentuan mengenai pembentukan Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
(9) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pembentukan Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) serta pengembangan program studi pada Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) diatur dengan Peraturan Menteri.
Perbaikan rumusan
67 Bagian Kedua
Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi
Tetap
68 Pasal 6 Tetap
69 (1) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) merupakan penyelenggara Pendidikan Kedokteran.
Tetap
70 (2) Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
Tetap
71 a. program pendidikan akademik; dan a. pendidikan akademik; dan Perbaikan redaksional, menyesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 15
72 b. program pendidikan profesi. b. pendidikan profesi. Perbaikan redaksional, menyesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 17
4 April 2013 Page 10
73 (3) Program pendidikan akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas:
(3) Pendidikan akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas:
Perbaikan redaksional, menyesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 15
74 a. program sarjana kedokteran dan program sarjana kedokteran gigi;
Tetap
75 b. program magister; dan Tetap
76 c. program doktor. Tetap
77 (4) Program pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:
(4) Pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:
Perbaikan redaksional, menyesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 17
78 a. program pendidikan dokter dan dokter gigi; dan a. program profesi dokter dan dokter gigi; dan Perbaikan redaksional, menyesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 24
79 b. program pendidikan dokter spesialis- subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis.
b. program dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis.
Perbaikan redaksional, menyesuaikan dengan UU No.
12/2012 pasal 25
80 (5) Dokter yang dihasilkan dari program profesi dokter dan
dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a, mampu melakukan pelayanan primer sesuai dengan standar kompetensi dokter, dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan pilihan karirnya.
Penjelasan :
a. Pemerintah menyelenggarakan pelatihan untuk
mengembangkan kompetensi dokter layanan primer secara berkelanjutan
b. Standar kompetensi dokter disahkan oleh KKI
Penambahan substansi baru
81 (6) Program profesi dokter atau program profesi dokter gigi
merupakan program lanjutan yang tidak terpisahkan dari program sarjana.
Penambahan substansi baru,
Lex specialist UU No.12/2012 pasal 24 & 25
82 (7) Program profesi dokter dilanjutkan dengan program
internsip.
Penjelasan :
Internsip adalah proses pelatihan untuk pemahiran dan pemandirian dokter
Penambahan substansi baru
4 April 2013 Page 11
83 (8) Program internsip diselenggarakan secara nasional
bersama oleh Kementerian, kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang kesehatan, asosiasi institusi pendidikan kedokteran, asosiasi rumah sakit,organisasi profesi, dan Konsil Kedokteran Indonesia.
Penambahan substansi baru
84 (9) Ketentuan lebih lanjut mengenai program internsip
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Penambahan substansi baru
85 Pasal 7 Tetap
86 (1) Program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis hanya dapat diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki akreditasi kategori tertinggi untuk program studi pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi.
Tetap
87 (2) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi dalam menyelenggarakan program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bekerja sama dengan organisasi profesi.
Tetap
88 (3)Ketentuan lebih lanjut mengenai Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi yang menyelenggarakan program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Tetap
89 Pasal 8 Tetap
90 (1) Dalam rangka penjaminan mutu, setiap program studi kedokteran dan program studi kedokteran gigi hanya dapat menerima Mahasiswa Kedokteran sesuai dengan kuota nasional.
(1) Program studi kedokteran dan program studi
kedokteran gigi hanya dapat menerima Mahasiswa sesuai dengan kuota nasional.
Penjelasan :
Kuota ditetapkan dengan mengacu pada pemenuhan
Perbaikan rumusan
4 April 2013 Page 12
persyaratan rasio dosen, rasio pasien/kasus, kelengkapan fasilitas pembelajaran
91 (2) Kuota nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
(2) Kuota nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
Penjelasan :
Yang dimaksud dengan pengaturan tentang kuota adalah penentuan jumlah Mahasiswa pada setiap jenis program profesi dokter/dokter gigi dan program dokter/dokter spesialis-subspesialis.
Perbaikan rumusan
92 Pasal 9 Tetap Penyesuaian nomor pasal
93 Dalam hal adanya peningkatan kebutuhan pelayanan kesehatan, Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi dapat meningkatkan dan penerimaan mahasiswa kedokteran program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan/atau dokter gigi spesialis- subspesialis sepanjang memenuhi daya tampung dan daya dukungnya dengan persetujuan Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.
Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan dapat menugaskan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi untuk meningkatkan kuota penerimaan mahasiswa program dokter spesialis- subspesialis dan/atau dokter gigi spesialis-subspesialis sesuai kebutuhan pelayanan sepanjang memenuhi daya tampung dan daya dukungnya.
Perbaikan rumusan
94 Pasal 10 Tetap Penyesuaian nomor pasal
95 (1) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi atas nama perguruan tinggi dalam rangka mewujudkan tujuan Pendidikan Kedokteran bekerja sama dengan Rumah Sakit Pendidikan, Wahana Pendidikan Kedokteran, organisasi profesi, dan/atau lembaga lain.
Tetap
Penjelasan :
Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
4 April 2013 Page 13
secara tertulis sesuai peraturan perundang-undangan
96 Pasal 11 Penambahan pasal
97 (1) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dapat memiliki Rumah Sakit Universitas.
Penambahan substansi baru
98 (2) Rumah Sakit Universitas merupakan Rumah Sakit
Pendidikan yang dimiliki oleh Perguruan Tinggi.
Penambahan substansi baru
99 (3) Pengelolaan keuangan Rumah Sakit Universitas milik
Perguruan Tinggi Negeri dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
Penambahan substansi baru
100 (2) Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi wajib mendukung program Pemerintah Daerah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Dihapus Dipindahkan ke bagian kesatu tentang pembentukan, pasal 5 ayat (8), DIM 65
101 Pasal 11 Dihapus Substansi dihilangkan, sehingga pasal dihapus
102 Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi atas nama perguruan tinggi dapat bekerja sama dengan rumah sakit, wahana pendidikan kedokteran, organisasi profesi, dan/atau lembaga lain dari luar negeri.
Dihapus Sudah tercakup, diatur pada pasal 10 ayat (1), DIM 95
103 Pasal 12 Tetap
104 Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi dalam menyelenggarakan Pendidikan Kedokteran harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tetap
105 Bagian Ketiga
Tempat Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran di Rumah Sakit
Tetap
106 Pasal 13 Tetap
107 (1) Pendidikan profesi di rumah sakit dilaksanakan setelah rumah sakit ditetapkan menjadi Rumah
Tetap
4 April 2013 Page 14
Sakit Pendidikan.
108 (2) Penetapan rumah sakit menjadi Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan dan standar.
Tetap
109 (3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagai berikut:
(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit sebagai berikut :
Perbaikan redaksional,
Sesuai dengan UU 44/2009 Tentang RS, pengaturan terkait persyaratan RSP akan diatur melalui PP tentang RSP 110 a. mempunyai Pendidik dengan kualifikasi
Dokter dan/atau Dokter Gigi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;
Tetap
111 b. memiliki teknologi kedokteran dan/atau kedokteran gigi yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran;
Tetap
112 c. mempunyai program penelitian secara rutin; dan
Tetap
113 d. persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tetap
114 (4) Penetapan rumah sakit menjadi Rumah Sakit Pendidikan dilakukan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan setelah berkoordinasi dengan Menteri.
Tetap
115 Pasal 14 Tetap
116 (1) Rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 memiliki fungsi pendidikan, penelitian, dan pelayanan.
Tetap
117 (2) Fungsi pendidikan, penelitian, dan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Tetap
118 (3) Fungsi penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab bersama
Tetap
4 April 2013 Page 15
antara Menteri, dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, serta berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang riset dan teknologi.
119 Bagian Keempat
Jenis Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana Pendidikan Kedokteran
Tetap
120 Pasal 15 Tetap
121 Jenis-jenis Rumah Sakit Pendidikan terdiri atas : Tetap
122 a. Rumah Sakit Pendidikan Utama; Tetap
123 b. Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi; dan Tetap
124 c. Rumah Sakit Pendidikan Satelit. Tetap
125 Pasal 16 Tetap
126 Wahana Pendidikan Kedokteran antara lain: Tetap
127 a. puskemas; Tetap
128 b. laboratorium; dan Tetap
129 c. fasilitas kesehatan lain. Tetap
130 Bagian Kelima
Pendidikan Akademik dan Pendidikan Profesi
Tetap
131 Paragraf 1
Pendidikan Akademik
Tetap
132 Pasal 17 Tetap
133 (1) Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana kedokteran dan sarjana kedokteran gigi yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu kedokteran dan ilmu kedokteran gigi.
Tetap
134 (2) Pendidikan akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan pembelajaran akademik, laboratorium, dan lapangan di bidang ilmu biomedis, bioetika/humaniora kesehatan, ilmu kependidikan kedokteran serta kedokteran
Tetap
4 April 2013 Page 16
komunitas/kesehatan masyarakat.
135 Pasal 18 Tetap
136 (1) Dalam rangka pencapaian kompetensi lulusan, Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi menjamin kelangsungan dimilikinya dosen dalam keilmuan biomedis, bioetika/humaniora kesehatan, dan kedokteran komunitas/kesehatan masyarakat.
Tetap
137 (2) Jaminan kelangsungan dimilikinya dosen sebagaimana ayat (1) dapat dilaksanakan melalui penyelenggaraan program studi magister dan/atau doktor di Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi yang memenuhi persyaratan.
(2) Jaminan kelangsungan dimilikinya dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan melalui penyelenggaraan program magister dan/atau doktor di Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi yang memenuhi persyaratan.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
138 (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan program studi magister dan/atau doktor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan program magister dan/atau doktor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
139 Paragraf 2
Pendidikan Profesi
Tetap
140 Pasal 19 Tetap
141 (1) Pendidikan profesi merupakan Pendidikan Kedokteran yang dilaksanakan melalui proses belajar-mengajar dalam bentuk pembelajaran klinik dan pembelajaran lapangan yang menggunakan berbagai bentuk dan tingkat pelayanan kesehatan nyata yang memenuhi persyaratan sebagai tempat praktik kedokteran.
(1) Pendidikan profesi merupakan Pendidikan Kedokteran yang dilaksanakan melalui proses belajar-mengajar dalam bentuk pembelajaran klinik dan pembelajaran komunitas yang menggunakan berbagai bentuk dan tingkat pelayanan kesehatan nyata yang memenuhi persyaratan sebagai tempat praktik kedokteran.
Perbaikan redaksional
142 (2) Dalam rangka pembelajaran klinik dan pembelajaran lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Mahasiswa Kedokteran diberi
(3) Dalam rangka pembelajaran klinik dan pembelajaran komunitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Mahasiswa diberi
Perbaikan rumusan
4 April 2013 Page 17
kewenangan di bawah supervisi untuk melakukan pelayanan kesehatan.
kesempatan untuk terlibat dalam pelayanan kesehatan dengan bimbingan dan pengawasan dosen
Penjelasan (timus, 12/6) :
Yang dimaksud dengan bimbingan adalah proses alih pengetahuan, keterampilan dan sikap dari dosen kepada Mahasiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jangka waktu tertentu
Yang dimaksud dengan pengawasan adalah proses jaga mutu dari Dosen kepada Mahasiswa untuk memastikan tidak terjadinya kekeliruan/kerugian terhadap pasien/masyarakat yang dilibatkan dalam proses pembelajaran
143 (4) Mahasiswa Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tetap harus mematuhi ketentuan kode etik Dokter dan Dokter Gigi, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur keprofesian.
(3) Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tetap harus mematuhi kode etik Dokter dan Dokter Gigi, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur keprofesian.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
144 Pasal 20 Tetap
145
(1)
Dalam rangka program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis, Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi dapat mendidik mahasiswa program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis di Rumah Sakit Pendidikan dan/atau di Wahana Pendidikan Kedokteran.(1) Dalam rangka penyelenggaraan program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis, Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi mendidik mahasiswa program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis di Rumah Sakit Pendidikan dan/atau di Wahana Pendidikan Kedokteran.
Perbaikan rumusan
146 (2) Mahasiswa program pendidikan dokter spesialis-
subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam tahap mandiri pendidikan dapat ditempatkan di rumah sakit selain rumah sakit pendidikan, setelah dilakukan visitasi
Penambahan substansi baru
4 April 2013 Page 18
Penjelasan :
- Yang dimaksud dengan tahap mandiri dalam pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis adalah tahap pendidikan setelah memperoleh kompetensi tertentu yang dibutuhkan
- Penempatan mahasiswa program pendidikan dokter spesialis-subspesialis tahap mandiri untuk kompetensi tertentu oleh FK, ditujukan untuk meningkatkan pemahiran dan pemerataan pelayanan spesialistik sekaligus sebagai pelaksanaan tridharma FK tersebut
Tambahan penjelasan :
FK yang mengirimkan mahasiswa program pendidikan dokter spesialis-subspesialis bertanggung jawab untuk melakukan supervisi dan pembinaan bagi mahasiswa program pendidikan dokter spesialis- subspesialis yang melaksanakan pelayanan di RS selain RSP
Yang dimaksud dengan visitasi adalah kunjungan yang dilakukan oleh FK ke RS selain RSP untuk menilai kelayakan RS tersebut sebagai tempat pembelajaran mahasiswa program pendidikan dokter spesialis- subspesialis
Yang dimaksud dengan RS selain RSP adalah RS yang tidak memiliki Dokter Spesialis untuk memenuhi kebutuhan afirmasi pemenuhan kebutuhan dokter spesialis
147 (3) Pemerintah mendukung program pendidikan dokter
spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis yang lulusannya ditempatkan di daerah tertentu untuk waktu tertentu.
Penjelasan :
4 April 2013 Page 19
Yang dimaksud dengan “daerah tertentu” antara lain daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, kepulauan terdepan, industri, pertambangan, atau endemis penyakit menular.
Yang dimaksud dengan dukungan pemerintah adalah upaya yang sah, antara lain berbentuk sarana, prasana, tempat, peralataan dan pendaanaan dalam rangka mensinergikan mahasiswa pendidikan dokter spesialis-subspesialis pada saat melakukan pelayanan terhadap pasien yang terkait status sebagai mahasiswa sekaligus tenaga kesehatan strategis
148
(2)
Mahasiswa program pendidikan dokter spesialis- subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang akan menyelesaikan pendidikannya dapat ditempatkan di rumah sakit jejaring.Dihapus
Sudah diintegrasikan pada ayat (2)
149
(3)
Ketentuan mengenai penempatan mahasiswa program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis di rumah sakit jejaring diatur dengan Peraturan Menteri.(4)
Ketentuan mengenai penempatan mahasiswa program dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis di rumah sakit selain rumah sakit pendidikan diatur dalam Peraturan Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.Perbaikan rumusan
150 Bagian Keenam
Sumber Daya Manusia Tetap
151 Paragraf 1
Pendidik
Tetap
Dosen Perbaikan redaksional, menyesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 69
152 Pasal 21 Dihapus
153 Pendidik terdiri atas: Dihapus Disesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 69 dan ketentuan
umum RUU Dikdok, maka hanya digunakan istilah Dosen 154 a. dosen; dan Dihapus Disesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 69 dan ketentuan
umum RUU Dikdok, maka hanya digunakan istilah Dosen
4 April 2013 Page 20
155 b. dosen klinis. Dihapus -Disesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 69 dan ketentuan
umum RUU Dikdok, maka hanya digunakan istilah Dosen -Status dosen klinis disamakan dengan dosen
-Norma dosen klinis tercakup pada pasal 22 ayat (1), DIM 166
156 Pasal 22 Pasal 21 Penyesuaian nomor pasal
157 (1) Dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a diangkat dan diberhentikan pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(1) Dosen diangkat dan diberhentikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penjelasan :
Yang dimaksud dengan pejabat yang berwenang adalah pejabat yang berasal dari kementerian/lembaga, Pemda yang berkoordinasi dengan pejabat berwenang dari kementerian yang menangani bidang pendidikan, yang mengatur antara lain kesetaraan, pengakuan, angka kredit dosen dan dosen klinis
Perbaikan rumusan, penyesuaian sistematika 12/6 : Ditunda,
perlu ada penjelasan lebih lanjut
158 (2) Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengampu kelompok keilmuan biomedis, kedokteran klinis, laboratorium bioetika/humaniora kesehatan, ilmu pendidikan
kedokteran, serta kedokteran
komunitas/kesehatan masyarakat.
(2) Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengampu kelompok keilmuan biomedis, kedokteran klinis, laboratorium bioetika/humaniora kesehatan, ilmu pendidikan kedokteran, atau kedokteran komunitas/kesehatan masyarakat.
Perbaikan rumusan :
12/6 : Menghilangkan kata ‘laboratorium’
159 (3) Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan.
Tetap
160 Pasal 23 Pasal 22 Penyesuaian nomor pasal
161 (1) Dosen klinis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b diangkat oleh pejabat yang berwenang setelah memenuhi persyaratan:
Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga persyaratannya pun mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)
162 a. memiliki ijazah dokter spesialis-subspesialis Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga
4 April 2013 Page 21
atau dokter gigi spesialis-subspesialis, atau dokter atau dokter gigi yang telah lulus program magister dalam keilmuan biomedis, kedokteran klinis, laboratorium bioetika/humaniora kesehatan, ilmu pendidikan kedokteran, atau kedokteran komunitas/kesehatan masyarakat;
persyaratannya pun mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)
163 b. memiliki kemampuan dasar sebagai pendidik klinis yang diperoleh dari pelatihan oleh Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi yang terakreditasi;
Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga persyaratannya pun mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)
164 c. memiliki surat tugas sebagai Dokter atau Dokter Gigi di Rumah Sakit Pendidikan; dan
Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga persyaratannya pun mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)
165 d. memiliki kewenangan klinis di Rumah Sakit Pendidikan, dan/atau Wahana Pendidikan Kedokteran;
Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga persyaratannya pun mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)
166 (2) Dosen klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berasal dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan selain bidang pendidikan dan/atau dari masyarakat.
(1) Dosen dapat berasal dari perguruan tinggi, rumah sakit pendidikan dan wahana pendidikan kesehatan lainnya
Perbaikan rumusan
167 (3) (2) Dosen di rumah sakit pendidikan dan wahana
pendidikan kesehatan lainnya melakukan pendidikan, sekaligus pelayanan kesehatan, dan disamping penelitian.
Penambahan substansi baru 12/6 : perbaikan rumusan
168 Pasal 24 Dihapus
169 (1) Dosen klinis mempunyai hak dan kewajiban yang setara dengan dosen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga hak dan kewajibannya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)
4 April 2013 Page 22
170 (2) Dalam melaksanakan tugas keprofesian, dosen klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak:
Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga haknya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)
171 a. memperoleh gaji dan tunjangan sebagai dosen klinis yang dibayar oleh institusi asal;
Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga haknya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)
172 b. memperoleh insentif kinerja atas pelayanan klinis dan pendidikan yang dilakukan; dan
Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga haknya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)
173 c. memiliki jenjang jabatan akademik profesi dosen klinis yang terdiri atas asisten ahli klinis, lektor klinis, lektor kepala kinis, dan profesor klinis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga haknya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)
174 Pasal 25 Pasal 23 Penyesuaian nomor pasal
175 Ketentuan lebih lanjut mengenai jenjang jabatan akademik profesi dosen klinis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dan Pasal 24 ayat (2) huruf c diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Ketentuan lebih lanjut mengenai dosen di rumah sakit pendidikan dan wahana pendidikan kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 diatur dengan Peraturan Presiden
Penjelasan :
Dosen sebagaimana dimaksud pada Pasal 22 menjadi model panutan yang mengutamakan tanggung jawab pelayanan demi kepentingan terbaik pasien yang dilibatkan dalam proses pendidikan profesi dan penelitian pada setiap rumah sakit pendidikan, rumah sakit jejaring dan wahana pendidikan lainnya.
Urgensi perlunya pengaturan khusus tentang dosen klinis : - Asal institusi induk dosen beragam dan bukan dari PT - Tugas utama dan tanggung jawab utama berbeda dari pengakuan yang diberikan oleh FK
Perbaikan rumusan dan penyesuaian nomor pasal
176 Pasal 26 Dihapus
177 Dalam melaksanakan tugas keprofesian, dosen klinis Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga
4 April 2013 Page 23
wajib: kewajibannya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur
khusus) 178 a. mengikuti sertifikasi dosen sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga kewajibannya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)
179 b. melaksanakan tugas pengabdian kepada masyarakat termasuk pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian;
Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga kewajibannya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)
180 c. merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga kewajibannya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)
181 d. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi;
Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga kewajibannya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)
182 e. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik, atau latar belakang sosioekonomi Mahasiswa Kedokteran dalam pembelajaran;
Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga kewajibannya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)
183 f. menjunjung tinggi peraturan perundang- undangan, hukum, dan kode etik, serta nilai-nilai agama dan etika; dan
Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga kewajibannya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)
184 g. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga kewajibannya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)
185 Pasal 27 Pasal 24 Penyesuaian nomor pasal
186 Warga negara asing yang mempunyai kompetensi dan kualifikasi akademis ilmu kedokteran atau ilmu kedokteran gigi dapat menjadi pendidik tamu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Warga negara asing yang mempunyai kompetensi dan kualifikasi akademis ilmu kedokteran atau ilmu kedokteran gigi dapat menjadi dosen tamu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
187 Paragraf 2
Tenaga Kependidikan
Tetap
188 Pasal 28 Pasal 25 Penyesuaian nomor pasal
4 April 2013 Page 24
189 (1) Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran dibantu oleh Tenaga Kependidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Tetap
190 (2) Tenaga Kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berasal dari pegawai negeri dan/atau nonpegawai negeri.
Dihapus Tetap
sudah diatur pada UU No.12/2012 pasal 70 (12/6)191 (1) Tenaga Kependidikan nonpegawai negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat dan diberhentikan oleh pemimpin Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Tenaga Kependidikan nonpegawai negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat dan diberhentikan oleh pemimpin Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Perubahan rumusan (12/6)
192 Pasal 29
Dihapus Tetap
(12/6)193 Tenaga Kependidikan bertugas membantu penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran di Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi,Rumah Sakit Pendidikan, dan/atau Wahana Pendidikan Kedokteran.
Dihapus sudah diintegrasikan pada pasal 25 ayat (1)
195 Bagian Ketujuh
Standar Nasional Pendidikan Kedokteran
Tetap
196 Pasal 30 Pasal 26 Penyesuaian nomor pasal
197 (1) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran disusun oleh asosiasi institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi bersama dengan asosasi rumah sakit pendidikan dan organisasi profesi untuk menjamin mutu Pendidikan Kedokteran.
(1) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi disusun secara bersama oleh asosiasi institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi, kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, asosasi rumah sakit pendidikan dan organisasi profesi.
Penjelasan :
Standar Nasional Pendidikan Kedokteran merupakan rujukan
Perbaikan rumusan, mengacu pada UU No.12/2012 pasal 54
4 April 2013 Page 25
untuk pengembangan Standar Pendidikan Profesi Dokter/Dokter Gigi Indonesia dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-Subspesialis/Dokter Gigi Spesialis- Subspesialis Indonesia yang disahkan oleh KKI
198 (2) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.
Tetap
199 Pasal 31 Dihapus Diintegrasikan dengan pasal 26
200 (1) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) mengatur standar untuk:
(2) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengatur standar untuk:
Perbaikan redaksional, penyesuaian nomor pasal
201 a. program pendidikan akademik; dan a. pendidikan akademik; dan Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
202 b. program pendidikan profesi. b. pendidikan profesi. Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
203 (2) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
(3) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas:
Perbaikan redaksional, penyesuaian nomor ayat
204 a. program Sarjana Kedokteran dan program Sarjana Kedokteran Gigi;
Tetap
205 b. program magister; dan Tetap
206 c. program doktor Tetap
207 (3) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:
(4) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:
Perbaikan redaksional, penyesuaian nomor ayat
208 a. program pendidikan dokter dan dokter gigi; dan
a. program profesi dokter dan dokter gigi; dan Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
209 b. program pendidikan dokter spesialis- subspesialis dan program pendidikan dokter gigi spesialis-subspesialis.
b. program dokter spesialis-subspesialis dan program dokter gigi spesialis-subspesialis.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
210
(4) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a paling sedikit memuat:
(5) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a paling sedikit memuat:
Perbaikan redaksional, penyesuaian nomor ayat
4 April 2013 Page 26
211
a. standar isi, proses, kompetensi lulusan dokter dan dokter gigi, Rumah Sakit Pendidikan, Wahana Pendidikan Kedokteran, Pendidik, Tenaga Kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan;
a. standar kompetensi lulusan, standar isi, proses, Rumah Sakit Pendidikan, Wahana Pendidikan Kedokteran, Dosen, Tenaga Kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian;
Perbaikan rumusan
Lex specialist dari standar nasional pendidikan yang diatur pada UU No.20/2003 pasal 35
212 b. Standar Penelitian Penambahan substansi baru, disesuaikan dengan UU
No.12/2012 pasal 54 ayat (2)
Standar Nasional Pendidikan Tinggi meliputi standar nasional pendidikan ditambah dengan standar penelitian dan standar pengadian kepada masyarakat
213 c. Standar Pengabdian kepada Masyarakat Penambahan substansi baru, disesuaikan dengan UU
No.12/2012 pasal 54 ayat (2)
Standar Nasional Pendidikan Tinggi meliputi standar nasional pendidikan ditambah dengan standar penelitian dan standar pengadian kepada masyarakat
214
b. penilaian program pendidikan dokter dan dokter gigi yang harus ditingkatkan
secaraberencana dan berkala;
DihapusTetap Sudah diintegrasikan pada ayat 5 huruf a (12/6)
215
c. standar kontrak kerja sama antara Rumah Sakit Pendidikan dan mahasiswa kedokteran program pendidikan dokter dan dokter gigi;
d. standar kontrak kerja sama antara Rumah Sakit Pendidikan dengan perguruan tinggi penyelenggara pendidikan kedokteran ;
Perbaikan rumusan dan penyesuaian urutan huruf
216
d. pengembangan Kurikulum, Pendidik, Tenaga Kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, serta pembiayaan; dan
Dihapus Aturan ini bukan standar, diintegrasikan pada aturan terkait kurikulum
4 April 2013 Page 27
217
e. pemantauan dan pelaporan pencapaian program pendidikan dokter dan dokter gigi dalam rangka penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.
e. standar pemantauan dan pelaporan pencapaian program profesi dokter dan dokter gigi dalam rangka penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.
Perbaikan rumusan
218 (5) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b paling sedikit memuat:
(6) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b paling sedikit memuat:
Perbaikan redaksional, penyesuaian nomor ayat
219 a. standar isi, proses, kompetensi lulusan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis, Rumah Sakit Pendidikan, Pendidik, Tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan;
a. standar kompetensi lulusan, standar isi, proses, Rumah Sakit Pendidikan, Dosen, Tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian;
Perbaikan rumusan
Lex specialist dari standar nasional pendidikan yang diatur pada UU No.20/2003 pasal 35
220 b. penilaian program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala;
Dihapus Tetap Diintegrasikan pada ayat 6 huruf a (21/6)
221 b. Standar Penelitian Penambahan substansi baru, disesuaikan dengan UU
No.12/2012 pasal 54 ayat (2)
Standar Nasional Pendidikan Tinggi meliputi standar nasional pendidikan ditambah dengan standar penelitian dan standar pengadian kepada masyarakat
222 c. Standar Pengabdian kepada Masyarakat Penambahan substansi baru, disesuaikan dengan UU
No.12/2012 pasal 54 ayat (2)
Standar Nasional Pendidikan Tinggi meliputi standar nasional pendidikan ditambah dengan standar penelitian dan standar pengadian kepada masyarakat
223 d. standar kontrak kerja sama antara Rumah Sakit
Pendidikan dengan perguruan tinggi penyelenggara pendidikan kedokteran
Penambahan substansi baru
224 c. standar kontrak kerja sama antara Rumah e. standar kontrak kerja antara Rumah Sakit Pendidikan Perbaikan redaksional,
4 April 2013 Page 28
Sakit Pendidikan dan mahasiswa kedokteran program pendidikan dokter spesialis- subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis;
dengan mahasiswa program dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis;
konsistensi istilah dan penyesuaian urutan huruf
225 d. pengembangan Kurikulum, Pendidik, Tenaga Kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan;
Dihapus Aturan ini bukan standar, akan diintegrasikan pada aturan terkait kurikulum
226 e. pengembangan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran, pemantauan dan pelaporan pencapaian program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis dalam rangka penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan; dan
Dihapus Diintegrasikan pada ayat (7), DIM 228
227 f. standar pola pemberian insentif untuk mahasiswa kedokteran program pendidikan dokter spesialis-spesialis atau dokter gigi spesialis-subspesialis atas kinerjanya sebagai pemberi pelayanan kesehatan.
f. standar pola pemberian insentif untuk mahasiswa program dokter spesialis-subspesialis atau dokter gigi spesialis-subspesialis atas kinerjanya sebagai pemberi pelayanan kesehatan.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
228 (7) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditinjau dan dievaluasi secara berkala
(8) Peninjauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan berdasarkan kebutuhan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan perkembangan dunia
Penambahan substansi baru
229 Bagian Kedelapan
Kurikulum
Tetap
230 Pasal 32 Pasal 27 Penyesuaian nomor pasal
231 (1) Kurikulum dikembangkan oleh Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi dengan mengacu Standar Nasional Pendidikan Kedokteran.
(1) Kurikulum dikembangkan oleh Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Perbaikan rumusan
Disesuaikan dengan UU No.12/12 pasal 36 tentang kurikulum program profesi
4 April 2013 Page 29
Penjelasan :
Kurikulum program profesi dokter/dokter gigi mengacu pada Standar Pendidikan Profesi Dokter/Dokter Gigi
Kurikulum program dokter spesialis-subspesialis/dokter gigi spesialis-subspesialis mengacu pada Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-Subspesialis/Dokter Gigi Spesialis-Subspesialis
232 (2) Pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diarahkan untuk menghasilkan Dokter dan Dokter Gigi dalam rangka:
Tetap Berlaku untuk dokter/dokter gigi dan dokter spesialis- subspesialis/ dokter gigi spesialis-subspesialis
233 a. pemenuhan kompetensi lulusan untuk melakukan pelayanan kesehatan di tingkat primer;
Tetap
234 b. pemenuhan kompetensi khusus sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan di daerah tertentu.
Tetap
Penjelasan :
Yang dimaksud dengan kompetensi khusus adalah kompetensi di luar kompetensi inti yang sesuai dengan misi khusus/unggulan Perguruan Tinggi, antara lain kedokteran perkotaan, kesehatan populasi/komunitas, pendekatan kesehatan holistik, kedokteran forensik, kedokteran militer 235 c. pemenuhan kebutuhan Dokter dan Dokter
Gigi sebagai pendidik, peneliti, dan pengembang ilmu.
Tetap
236 (3) Pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan kemajuan ilmu kedokteran dan/atau ilmu kedokteran gigi, muatan lokal, dan potensi daerah, untuk memenuhi kebutuhan Dokter dan Dokter Gigi.
Tetap
237 Pasal 33 Pasal 28 Penyesuaian nomor pasal
4 April 2013 Page 30
238 Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi wajib melaksanakan Kurikulum berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran.
Tetap
239 Bagian Kesembilan
Mahasiswa Kedokteran
Tetap
240 Paragraf 1
Calon Mahasiswa Kedokteran
Tetap
Penerimaan Mahasiswa Baru
Perubahan redaksional, disesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 73-74 tentang penerimaan mahasiswa baru
241 Pasal 34 Pasal 29 Penyesuaian nomor pasal
242 (1) Calon mahasiswa kedokteran harus lulus seleksi penerimaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(1) Calon Mahasiswa kedokteran harus lulus seleksi
penerimaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah (12/6)
243 (2) Selain lulus seleksi penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), calon mahasiswa kedokteran harus lulus tes bakat dan tes kepribadian.
(2) Selain lulus seleksi penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), calon Mahasiswa harus lulus tes bakat dan tes kepribadian.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
244 (3) Seleksi penerimaan calon mahasiswa kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjamin adanya kesempatan bagi calon Mahasiswa Kedokteran dari daerah sesuai dengan kebutuhan daerahnya, kesetaraan gender, dan kondisi masyarakat yang berpenghasilan rendah.
(3) Seleksi penerimaan calon Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjamin adanya kesempatan bagi calon Mahasiswa dari daerah sesuai dengan kebutuhan daerahnya, kesetaraan gender, dan kondisi masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
245 (4) Seleksi penerimaan calon mahasiswa kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan melalui jalur khusus.
(4) Seleksi penerimaan calon Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan melalui jalur khusus.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
246 (5) Seleksi penerimaan calon mahasiswa kedokteran melalui jalur khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditujukan untuk menjamin pemerataan penyebaran lulusan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik
(5) Seleksi penerimaan calon Mahasiswa melalui jalur khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditujukan untuk menjamin pemerataan penyebaran lulusan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
4 April 2013 Page 31
Indonesia.
247 (6) Seleksi penerimaan calon mahasiswa kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.
(6) Seleksi penerimaan calon Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur dalam Peraturan Menteri.
Perbaikan redaksional
248 Pasal 35 Pasal 30 Penyesuaian nomor pasal
249 (1) Dokter atau dokter gigi dapat mengikuti seleksi penerimaan program pendidikan dokter spesialis
(1) Dokter atau dokter gigi dapat mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa program dokter spesialis/dokter gigi spesialis
Penjelasan :
Mahasiswa program dokter spesialis/dokter gigi spesialis disebut residen
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
250 (2) Dokter atau dokter gigi yang akan mengikuti seleksi penerimaan program pendidikan dokter spesialis
(2) Dokter atau dokter gigi yang akan mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa program dokter spesialis/dokter gigi spesialis:
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
251 a. memiliki surat tanda registrasi; dan tetap
252 b. mempunyai pengalaman klinis di fasilitas pelayanan kesehatan terutama di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, atau kepulauan terdepan.
tetap
253 Pasal 36 Pasal 31 Penyesuaian nomor pasal
254 (1) Seleksi penerimaan program pendidikan dokter spesialis-subspesialis atau dokter gigi spesialis- subspesialis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) memperhatikan prinsip afirmatif, transparan, dan berkeadilan.
(1) Seleksi penerimaan mahasiswa program dokter spesialis-subspesialis atau dokter gigi spesialis- subspesialis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) memperhatikan prinsip afirmatif, transparan, dan berkeadilan.
Perbaikan redaksional,
konsistensi istilah dan penyesuaian nomor pasal
Asas afirmasi disesuaikan dengan RUU 9 april 2013 (pasal 3 huruf h)
Yang dimaksud dengan asas “afirmasi” adalah adanya keberpihakan kepada daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, pulau terluar, kesamaan gender, generasi penerus,
masyarakat rentan, masyarakat yang secara ekonomi kurang mampu, masyarakat rendah status kesehatannya maupun
4 April 2013 Page 32
tinggi risiko kesehatannya akibat kondisi struktural ataupun akibat bencana.
255 (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai seleksi penerimaan program pendidikan dokter spesialis-subspesialis atau dokter gigi spesialis- subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai seleksi penerimaan mahasiswa program dokter spesialis-subspesialis atau dokter gigi spesialis-subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
256 Paragraf 2
Mahasiswa Warga Negara Asing
Penyesuaian sistematika, penambahan paragraf
Merujuk pada UU No.12/2012 pasal 75 tentang mahasiswa asing
257 Pasal 37 Pasal 32 Penyesuaian nomor pasal
258 (1) Warga negara asing dapat menjadi Mahasiswa Kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(1) Warga negara asing dapat menjadi Mahasiswa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
259 (2) Warga negara asing dapat menjadi Mahasiswa Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kuota yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Warga negara asing dapat menjadi Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kuota yang ditetapkan oleh Menteri.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
260 (3) Warga negara asing yang menjadi Mahasiswa Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan khusus yang ditetapkan oleh Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi.
(3) Warga negara asing yang menjadi Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan khusus yang ditetapkan oleh Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi.
Perbaikan redaksional, konsistensi istilah
261 (4) Warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib membayar seluruh biaya pendidikan.
Tetap
262 (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai calon mahasiswa kedokteran warga negara asing sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai calon mahasiswa warga negara asing sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri Tetap
Perbaikan rumusan, menyesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 75 ayat (3)
Saat ini sedang disusun Permen tentang mahasiswa asing (untuk PTN dan PTS)