• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL KONSINYERING DENGAN PANJA KOMISI X DPR RI H. Century, Juni 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL KONSINYERING DENGAN PANJA KOMISI X DPR RI H. Century, Juni 2013"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

4 April 2013 Page 1

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN

4 April 2013

HASIL KONSINYERING DENGAN PANJA KOMISI X DPR RI H. Century, 11 – 13 Juni 2013

NO. DRAFT DPR (9 APRIL 2012)

HASIL PEMBAHASAN DENGAN DPR, KONSINYERING 10-11 MARET (dalam block kuning)

RUMUSAN BARU HASIL PEMBAHASAN TIM PANJA PEMERINTAH

(per 4 April 2013)

KETERANGAN

A B Hasil Konsinyering 11-13 juni (dalam font biru) Hasil Konsinyering 11-13 juni (dalam font biru)

1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR ... TAHUN ...

TENTANG

PENDIDIKAN KEDOKTERAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 Menimbang: a. bahwa negara menjamin hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Tetap

3 b. bahwa pemerintah

mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat ;

Tetap

(2)

4 April 2013 Page 2

4 c. bahwa pendidikan kedokteran sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional diselenggarakan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan untuk menumbuhkembangkan

penguasaan, pemanfaatan, penelitian, serta pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan kedokteran gigi; dan

Tetap

5 d. bahwa upaya melakukan

penataan pendidikan kedokteran untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam huruf c belum diatur secara komprehensif dalam peraturan perundang-undangan;

Tetap

6 e. bahwa berdasarkan

pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Pendidikan Kedokteran.

Tetap

7 Mengingat: Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28C ayat (1) dan Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Tetap

8 Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Tetap

(3)

4 April 2013 Page 3

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN.

9 BAB I

KETENTUAN UMUM

Tetap

10 Pasal 1 Tetap

11 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Tetap

12 1. Pendidikan Kedokteran atau Pendidikan Kedokteran Gigi, selanjutnya disebut Pendidikan Kedokteran, adalah usaha sadar dan terencana dalam pendidikan formal yang terdiri atas pendidikan akademik dan pendidikan profesi sebagai satu kesatuan proses pada jenjang pendidikan tinggi yang program studinya terakreditasi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.

1. Pendidikan Dokter atau Pendidikan Dokter Gigi selanjutnya disebut Pendidikan Kedokteran adalah pendidikan tinggi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.

Hasil Konsinyering 10-11 Maret : Pembahasan Ditunda Penjelasan pemerintah :

 Semua prodi yang memiliki izin akan terakreditasi (pendidikan kedokteran memiliki minimal 2 program, akademik dan profesi dokter)

 Penjelasan akademik-profesi terintegrasi tercantum pada pasal 6 ayat (6) ; satu kesatuan proses hanya hingga profesi dokter (tidak hingga program spesialis) 13 2. Fakultas Kedokteran adalah himpunan sumber

daya pendukung perguruan tinggi yang menyelenggarakan dan mengelola pendidikan kedokteran dan kesehatan.

2. Fakultas Kedokteran adalah himpunan sumber daya pendukung perguruan tinggi yang menyelenggarakan dan mengelola pendidikan dokter.

Perbaikan rumusan, konsistensi dengan aturan point (1)

14

3. Fakultas Kedokteran Gigi adalah himpunan sumber daya pendukung perguruan tinggi yang menyelenggarakan dan mengelola pendidikan kedokteran gigi dan kesehatan gigi dan mulut.

3. Fakultas Kedokteran Gigi adalah himpunan sumber daya pendukung perguruan tinggi yang menyelenggarakan dan mengelola pendidikan dokter gigi.

Perbaikan rumusan, konsistensi dengan aturan point (1)

15

4. Peserta Didik Pendidikan Mahasiswa Kedokteran atau Mahasiswa Kedokteran Gigi, selanjutnya disebut Mahasiswa Kedokteran, adalah peserta didik yang mengikuti program pendidikan akademik dan program pendidikan profesi kedokteran.

Tetap Hasil Konsinyering : Perbaikan rumusan, penyesuain dengan

istilah pada UU No.12/2012

16 5. Sarjana Kedokteran adalah mahasiswa kedokteran yang telah menyelesaikan program pendidikan akademik di bidang kedokteran, baik di dalam

Tetap Hasil Konsinyering : Perbaikan rumusan, penyesuain dengan

istilah pada UU No.12/2012

(4)

4 April 2013 Page 4

maupun di luar negeri, yang diakui oleh Pemerintah.

17 6. Sarjana Kedokteran Gigi adalah mahasiswa kedokteran gigi yang telah menyelesaikan program pendidikan akademik di bidang kedokteran gigi, baik di dalam maupun di luar negeri, yang diakui oleh Pemerintah.

Tetap Hasil Konsinyering : Perbaikan rumusan, penyesuain dengan

istilah pada UU No.12/2012

18 7. Dokter adalah dokter, dokter spesialis-subspesialis lulusan pendidikan kedokteran, baik di dalam maupun di luar negeri, yang diakui oleh Pemerintah.

7. Dokter adalah dokter, dokter spesialis-subspesialis lulusan pendidikan dokter, baik di dalam maupun di luar negeri, yang diakui oleh Pemerintah.

Perbaikan rumusan, konsistensi dengan aturan point (1)

19 8. Dokter Gigi adalah dokter gigi, dokter gigi spesialis- subspesialis lulusan pendidikan kedokteran gigi, baik di dalam maupun di luar negeri, yang diakui oleh Pemerintah.

8. Dokter Gigi adalah dokter gigi, dokter gigi spesialis- subspesialis lulusan pendidikan dokter gigi, baik di dalam maupun di luar negeri, yang diakui oleh Pemerintah.

Perbaikan rumusan, konsistensi dengan aturan point (1)

20 9. Pendidik Pendidikan Kedokteran, Dosen kedokteran yang selanjutnya disebut dosen, selanjutnya disebut Pendidik, adalah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya pada bidang ilmu kedokteran atau ilmu kedokteran gigi, dan/atau bidang ilmu tertentu yang bertugas untuk mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarkan teknologi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat termasuk pelayanan kesehatan.

pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi, humaniora dan keterampilan klinis melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat

9. Dosen kedokteran yang selanjutnya disebut dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi,

humaniora-kesehatan, dan/atau keterampilan klinis melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Hasil Konsinyering : Perbaikan rumusan, penyesuaian dengan istilah pada UU No.12/2012

Hasil pembahasan tim panja pemerintah 4 April 2013 : Perbaikan rumusan

Dosen kedokteran terdiri dari dosen yang merupakan

‘dokter’ dan dosen dari bidang lain (misal : MIPA, sosial, dll).

Frasa ‘dan/atau’ mengakomodir semua jenis dosen kedokteran

21 10. Tenaga Kependidikan Pendidikan Kedokteran, selanjutnya disebut Tenaga Kependidikan adalah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya mengabdikan diri untuk menunjang

Tetap

(5)

4 April 2013 Page 5

penyelenggaraan pendidikan kedokteran dan/atau pendidikan kedokteran gigi.

22 11. Standar Nasional Pendidikan Kedokteran adalah bagian dari standar nasional pendidikan tinggi yang merupakan kriteria minimal dan harus dipenuhi dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran dan pendidikan kedokteran gigi.

Tetap Hasil Konsinyering : Perbaikan rumusan, konsistensi dengan

aturan point (1)

23 12. Kurikulum Pendidikan Kedokteran, selanjutnya disebut Kurikulum, adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan kedokteran atau pendidikan kedokteran gigi.

Tetap Hasil Konsinyering : Perbaikan rumusan, konsistensi dengan

aturan point (1)

24 13. Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu dalam bidang pendidikan kedokteran dan/atau kedokteran gigi, pendidikan berkelanjutan, dan pendidikan kesehatan lainnya secara multiprofesi.

13. Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan pelayanan kesehatan secara terpadu dalam bidang pendidikan dokter dan/atau dokter gigi, pendidikan berkelanjutan, dan pendidikan kesehatan lainnya secara multiprofesi.

Perbaikan redaksional, konsistensi dengan aturan point (1)

25 14. Rumah Sakit Pendidikan Utama adalah rumah sakit umum yang digunakan fakultas kedokteran dan/atau rumah sakit gigi mulut yang digunakan fakultas kedokteran gigi untuk memenuhi seluruh atau sebagian besar kurikulum pendidikan kedokteran atau pendidikan kedokteran gigi dalam rangka mencapai kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.

14. Rumah Sakit Pendidikan Utama adalah rumah sakit umum yang digunakan fakultas kedokteran dan/atau rumah sakit gigi mulut yang digunakan fakultas kedokteran gigi untuk memenuhi seluruh atau sebagian besar kurikulum pendidikan kedokteran dalam rangka mencapai kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.

Perbaikan redaksional, konsistensi dengan aturan point (1)

26 15. Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi adalah rumah sakit khusus atau rumah sakit umum dengan unggulan pelayanan kedokteran tertentu yang digunakan fakultas kedokteran dan/atau fakultas kedokteran gigi untuk memenuhi kurikulum pendidikan kedokteran atau pendidikan kedokteran gigi dalam rangka mencapai kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.

15. Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi adalah rumah sakit khusus atau rumah sakit umum dengan unggulan pelayanan kedokteran tertentu yang digunakan fakultas kedokteran dan/atau fakultas kedokteran gigi untuk memenuhi kurikulum pendidikan kedokteran dalam rangka mencapai kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.

Perbaikan redaksional, konsistensi dengan aturan point (1)

27 16. Rumah Sakit Pendidikan Satelit adalah rumah sakit khusus atau rumah sakit umum dengan

16. Rumah Sakit Pendidikan Satelit adalah rumah sakit khusus atau rumah sakit umum dengan unggulan pelayanan

Perbaikan redaksional, konsistensi dengan aturan point (1)

(6)

4 April 2013 Page 6

unggulan pelayanan kedokteran tertentu yang digunakan fakultas kedokteran dan/atau fakultas kedokteran gigi untuk memenuhi kurikulum pendidikan kedokteran atau pendidikan kedokteran gigi dalam rangka mencapai kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.

kedokteran tertentu yang digunakan fakultas kedokteran dan/atau fakultas kedokteran gigi untuk memenuhi kurikulum pendidikan kedokteran dalam rangka mencapai kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.

28 17. Wahana Pendidikan Kedokteran adalah fasilitas selain rumah sakit pendidikan yang digunakan sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan kedokteran atau pendidikan kedokteran gigi.

Tetap Hasil Konsinyering : Perbaikan rumusan, konsistensi dengan aturan point (1)

29 18. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.

Tetap 30 19. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut

Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Tetap

31 20. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan walikota, serta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan.

Tetap

32 21. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan.

Tetap

33 Pasal 2 Tetap

34 Pendidikan Kedokteran merupakan bagian dari pendidikan tinggi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945.

Tetap

35 Pasal 3 Tetap

36 Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran berasaskan: Tetap

37 a. kebenaran ilmiah; Tetap

38 b. tanggung jawab; Tetap

(7)

4 April 2013 Page 7

39 c. manfaat; Tetap

40 d. kemanusiaan; Tetap

41 e. keseimbangan; Tetap

42 f. kesetaraan; Tetap

43 g. relevansi; Tetap

44 h. afirmasi; dan Tetap

45 i. etika profesi. Tetap

46 Pasal 4 Tetap

47 Pendidikan Kedokteran bertujuan: Tetap

48 a. menghasilkan Dokter dan Dokter Gigi yang berbudi luhur, bermartabat, bermutu, berkompeten, berbudaya menolong, beretika, berdedikasi tinggi, profesional, berorientasi pada keselamatan pasien, bertanggung jawab, bermoral, humanistis, sesuai dengan kebutuhan masyarakat, mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial, dan berjiwa sosial tinggi;

Tetap

49 b. memenuhi kebutuhan Dokter dan Dokter Gigi di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia secara berkeadilan; dan

Tetap

50 c. meningkatkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran dan kedokteran gigi.

Tetap

51 BAB II

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEDOKTERAN

Tetap

(8)

4 April 2013 Page 8

52 Bagian Kesatu

Pembentukan

Tetap Umum

Penyesuaian sistematika

53 Pasal 5 Penyesuaian sistematika

54 (1) Pendidikan Kedokteran diselenggarakan oleh perguruan

tinggi.

Penambahan substansi baru ; Lex Specialist dari UU 12/12 pasal 17 tentang pendidikan profesi

55 (2) Perguruan tinggi dalam menyelenggarakan pendidikan

kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bekerja sama dengan rumah sakit pendidikan dan wahana pendidikan kedokteran lainnya serta organisasi profesi.

Penambahan substansi baru

56 (3) Penyelenggaraan pendidikan kedokteran dibina oleh

Kementerian berkoordinasi dengan kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

Penambahan substansi baru

57 (1) Perguruan tinggi yang akan membuka program studi kedokteran dan/atau program studi kedokteran gigi wajib membentuk Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi.

(4) Tetap

Penyesuaian nomor ayat

58 (5) Fakultas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya

dapat diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang berbentuk universitas atau institut.

Penambahan substansi baru

59 (2) Pembentukan Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat sebagai berikut:

(6) Pembentukan Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus memenuhi syarat paling sedikit sebagai berikut:

Perbaikan rumusan

60 a. memiliki tenaga pendidik yang tersertifikasi dan tenaga kependidikan;

a. Memiliki dosen dan tenaga kependidikan yang memenuhi syarat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Perbaikan rumusan

Acuan peraturan : UU No. 14/2005 61 b. memiliki gedung untuk penyelenggaraan

pendidikan;

Tetap

62 c. memiliki laboratorium biomedis, laboratorium kedokteran klinis, laboratorium bioetika/humaniora kesehatan, dan

laboratorium kedokteran

Tetap

(9)

4 April 2013 Page 9

komunitas/kesehatan masyarakat; dan

63 d. memiliki atau bekerja sama dengan Rumah Sakit Pendidikan

d. Memiliki atau bekerja sama dengan Rumah Sakit Pendidikan dan wahana pendidikan kedokteran lainnya.

Perbaikan rumusan

64 (3) Selain membuka program studi kedokteran dan/atau program studi kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi dapat menambah program studi lain di bidang kesehatan.

(7) Selain membuka program studi kedokteran dan/atau program studi kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi yang memenuhi persyaratan dapat menambah program studi lain di bidang kesehatan.

Perbaikan rumusan

65 (8) Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran gigi

wajib memberikan manfaat dan berperan aktif dalam mendukung program untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Pindahan dari DIM 100

66 (4) Ketentuan mengenai pembentukan Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

(9) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pembentukan Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) serta pengembangan program studi pada Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) diatur dengan Peraturan Menteri.

Perbaikan rumusan

67 Bagian Kedua

Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi

Tetap

68 Pasal 6 Tetap

69 (1) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) merupakan penyelenggara Pendidikan Kedokteran.

Tetap

70 (2) Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

Tetap

71 a. program pendidikan akademik; dan a. pendidikan akademik; dan Perbaikan redaksional, menyesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 15

72 b. program pendidikan profesi. b. pendidikan profesi. Perbaikan redaksional, menyesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 17

(10)

4 April 2013 Page 10

73 (3) Program pendidikan akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas:

(3) Pendidikan akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas:

Perbaikan redaksional, menyesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 15

74 a. program sarjana kedokteran dan program sarjana kedokteran gigi;

Tetap

75 b. program magister; dan Tetap

76 c. program doktor. Tetap

77 (4) Program pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:

(4) Pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:

Perbaikan redaksional, menyesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 17

78 a. program pendidikan dokter dan dokter gigi; dan a. program profesi dokter dan dokter gigi; dan Perbaikan redaksional, menyesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 24

79 b. program pendidikan dokter spesialis- subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis.

b. program dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis.

Perbaikan redaksional, menyesuaikan dengan UU No.

12/2012 pasal 25

80 (5) Dokter yang dihasilkan dari program profesi dokter dan

dokter gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a, mampu melakukan pelayanan primer sesuai dengan standar kompetensi dokter, dan mengembangkan kompetensi sesuai dengan pilihan karirnya.

Penjelasan :

a. Pemerintah menyelenggarakan pelatihan untuk

mengembangkan kompetensi dokter layanan primer secara berkelanjutan

b. Standar kompetensi dokter disahkan oleh KKI

Penambahan substansi baru

81 (6) Program profesi dokter atau program profesi dokter gigi

merupakan program lanjutan yang tidak terpisahkan dari program sarjana.

Penambahan substansi baru,

Lex specialist UU No.12/2012 pasal 24 & 25

82 (7) Program profesi dokter dilanjutkan dengan program

internsip.

Penjelasan :

Internsip adalah proses pelatihan untuk pemahiran dan pemandirian dokter

Penambahan substansi baru

(11)

4 April 2013 Page 11

83 (8) Program internsip diselenggarakan secara nasional

bersama oleh Kementerian, kementerian yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam bidang kesehatan, asosiasi institusi pendidikan kedokteran, asosiasi rumah sakit,organisasi profesi, dan Konsil Kedokteran Indonesia.

Penambahan substansi baru

84 (9) Ketentuan lebih lanjut mengenai program internsip

sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Penambahan substansi baru

85 Pasal 7 Tetap

86 (1) Program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis hanya dapat diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi yang memiliki akreditasi kategori tertinggi untuk program studi pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi.

Tetap

87 (2) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi dalam menyelenggarakan program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bekerja sama dengan organisasi profesi.

Tetap

88 (3)Ketentuan lebih lanjut mengenai Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi yang menyelenggarakan program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Tetap

89 Pasal 8 Tetap

90 (1) Dalam rangka penjaminan mutu, setiap program studi kedokteran dan program studi kedokteran gigi hanya dapat menerima Mahasiswa Kedokteran sesuai dengan kuota nasional.

(1) Program studi kedokteran dan program studi

kedokteran gigi hanya dapat menerima Mahasiswa sesuai dengan kuota nasional.

Penjelasan :

Kuota ditetapkan dengan mengacu pada pemenuhan

Perbaikan rumusan

(12)

4 April 2013 Page 12

persyaratan rasio dosen, rasio pasien/kasus, kelengkapan fasilitas pembelajaran

91 (2) Kuota nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

(2) Kuota nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

Penjelasan :

Yang dimaksud dengan pengaturan tentang kuota adalah penentuan jumlah Mahasiswa pada setiap jenis program profesi dokter/dokter gigi dan program dokter/dokter spesialis-subspesialis.

Perbaikan rumusan

92 Pasal 9 Tetap Penyesuaian nomor pasal

93 Dalam hal adanya peningkatan kebutuhan pelayanan kesehatan, Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi dapat meningkatkan dan penerimaan mahasiswa kedokteran program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan/atau dokter gigi spesialis- subspesialis sepanjang memenuhi daya tampung dan daya dukungnya dengan persetujuan Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan dapat menugaskan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi untuk meningkatkan kuota penerimaan mahasiswa program dokter spesialis- subspesialis dan/atau dokter gigi spesialis-subspesialis sesuai kebutuhan pelayanan sepanjang memenuhi daya tampung dan daya dukungnya.

Perbaikan rumusan

94 Pasal 10 Tetap Penyesuaian nomor pasal

95 (1) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi atas nama perguruan tinggi dalam rangka mewujudkan tujuan Pendidikan Kedokteran bekerja sama dengan Rumah Sakit Pendidikan, Wahana Pendidikan Kedokteran, organisasi profesi, dan/atau lembaga lain.

Tetap

Penjelasan :

Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

(13)

4 April 2013 Page 13

secara tertulis sesuai peraturan perundang-undangan

96 Pasal 11 Penambahan pasal

97 (1) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dapat memiliki Rumah Sakit Universitas.

Penambahan substansi baru

98 (2) Rumah Sakit Universitas merupakan Rumah Sakit

Pendidikan yang dimiliki oleh Perguruan Tinggi.

Penambahan substansi baru

99 (3) Pengelolaan keuangan Rumah Sakit Universitas milik

Perguruan Tinggi Negeri dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

Penambahan substansi baru

100 (2) Fakultas Kedokteran dan/atau Fakultas Kedokteran Gigi wajib mendukung program Pemerintah Daerah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Dihapus Dipindahkan ke bagian kesatu tentang pembentukan, pasal 5 ayat (8), DIM 65

101 Pasal 11 Dihapus Substansi dihilangkan, sehingga pasal dihapus

102 Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi atas nama perguruan tinggi dapat bekerja sama dengan rumah sakit, wahana pendidikan kedokteran, organisasi profesi, dan/atau lembaga lain dari luar negeri.

Dihapus Sudah tercakup, diatur pada pasal 10 ayat (1), DIM 95

103 Pasal 12 Tetap

104 Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi dalam menyelenggarakan Pendidikan Kedokteran harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tetap

105 Bagian Ketiga

Tempat Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran di Rumah Sakit

Tetap

106 Pasal 13 Tetap

107 (1) Pendidikan profesi di rumah sakit dilaksanakan setelah rumah sakit ditetapkan menjadi Rumah

Tetap

(14)

4 April 2013 Page 14

Sakit Pendidikan.

108 (2) Penetapan rumah sakit menjadi Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan dan standar.

Tetap

109 (3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagai berikut:

(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit sebagai berikut :

Perbaikan redaksional,

Sesuai dengan UU 44/2009 Tentang RS, pengaturan terkait persyaratan RSP akan diatur melalui PP tentang RSP 110 a. mempunyai Pendidik dengan kualifikasi

Dokter dan/atau Dokter Gigi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

Tetap

111 b. memiliki teknologi kedokteran dan/atau kedokteran gigi yang sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran;

Tetap

112 c. mempunyai program penelitian secara rutin; dan

Tetap

113 d. persyaratan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tetap

114 (4) Penetapan rumah sakit menjadi Rumah Sakit Pendidikan dilakukan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan setelah berkoordinasi dengan Menteri.

Tetap

115 Pasal 14 Tetap

116 (1) Rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 memiliki fungsi pendidikan, penelitian, dan pelayanan.

Tetap

117 (2) Fungsi pendidikan, penelitian, dan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tetap

118 (3) Fungsi penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab bersama

Tetap

(15)

4 April 2013 Page 15

antara Menteri, dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, serta berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang riset dan teknologi.

119 Bagian Keempat

Jenis Rumah Sakit Pendidikan dan Wahana Pendidikan Kedokteran

Tetap

120 Pasal 15 Tetap

121 Jenis-jenis Rumah Sakit Pendidikan terdiri atas : Tetap

122 a. Rumah Sakit Pendidikan Utama; Tetap

123 b. Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi; dan Tetap

124 c. Rumah Sakit Pendidikan Satelit. Tetap

125 Pasal 16 Tetap

126 Wahana Pendidikan Kedokteran antara lain: Tetap

127 a. puskemas; Tetap

128 b. laboratorium; dan Tetap

129 c. fasilitas kesehatan lain. Tetap

130 Bagian Kelima

Pendidikan Akademik dan Pendidikan Profesi

Tetap

131 Paragraf 1

Pendidikan Akademik

Tetap

132 Pasal 17 Tetap

133 (1) Pendidikan akademik merupakan pendidikan tinggi program sarjana kedokteran dan sarjana kedokteran gigi yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu kedokteran dan ilmu kedokteran gigi.

Tetap

134 (2) Pendidikan akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melaksanakan pembelajaran akademik, laboratorium, dan lapangan di bidang ilmu biomedis, bioetika/humaniora kesehatan, ilmu kependidikan kedokteran serta kedokteran

Tetap

(16)

4 April 2013 Page 16

komunitas/kesehatan masyarakat.

135 Pasal 18 Tetap

136 (1) Dalam rangka pencapaian kompetensi lulusan, Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi menjamin kelangsungan dimilikinya dosen dalam keilmuan biomedis, bioetika/humaniora kesehatan, dan kedokteran komunitas/kesehatan masyarakat.

Tetap

137 (2) Jaminan kelangsungan dimilikinya dosen sebagaimana ayat (1) dapat dilaksanakan melalui penyelenggaraan program studi magister dan/atau doktor di Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi yang memenuhi persyaratan.

(2) Jaminan kelangsungan dimilikinya dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan melalui penyelenggaraan program magister dan/atau doktor di Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi yang memenuhi persyaratan.

Perbaikan redaksional, konsistensi istilah

138 (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan program studi magister dan/atau doktor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan program magister dan/atau doktor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Perbaikan redaksional, konsistensi istilah

139 Paragraf 2

Pendidikan Profesi

Tetap

140 Pasal 19 Tetap

141 (1) Pendidikan profesi merupakan Pendidikan Kedokteran yang dilaksanakan melalui proses belajar-mengajar dalam bentuk pembelajaran klinik dan pembelajaran lapangan yang menggunakan berbagai bentuk dan tingkat pelayanan kesehatan nyata yang memenuhi persyaratan sebagai tempat praktik kedokteran.

(1) Pendidikan profesi merupakan Pendidikan Kedokteran yang dilaksanakan melalui proses belajar-mengajar dalam bentuk pembelajaran klinik dan pembelajaran komunitas yang menggunakan berbagai bentuk dan tingkat pelayanan kesehatan nyata yang memenuhi persyaratan sebagai tempat praktik kedokteran.

Perbaikan redaksional

142 (2) Dalam rangka pembelajaran klinik dan pembelajaran lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Mahasiswa Kedokteran diberi

(3) Dalam rangka pembelajaran klinik dan pembelajaran komunitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Mahasiswa diberi

Perbaikan rumusan

(17)

4 April 2013 Page 17

kewenangan di bawah supervisi untuk melakukan pelayanan kesehatan.

kesempatan untuk terlibat dalam pelayanan kesehatan dengan bimbingan dan pengawasan dosen

Penjelasan (timus, 12/6) :

Yang dimaksud dengan bimbingan adalah proses alih pengetahuan, keterampilan dan sikap dari dosen kepada Mahasiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jangka waktu tertentu

Yang dimaksud dengan pengawasan adalah proses jaga mutu dari Dosen kepada Mahasiswa untuk memastikan tidak terjadinya kekeliruan/kerugian terhadap pasien/masyarakat yang dilibatkan dalam proses pembelajaran

143 (4) Mahasiswa Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tetap harus mematuhi ketentuan kode etik Dokter dan Dokter Gigi, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur keprofesian.

(3) Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tetap harus mematuhi kode etik Dokter dan Dokter Gigi, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur keprofesian.

Perbaikan redaksional, konsistensi istilah

144 Pasal 20 Tetap

145

(1)

Dalam rangka program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis, Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi dapat mendidik mahasiswa program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis di Rumah Sakit Pendidikan dan/atau di Wahana Pendidikan Kedokteran.

(1) Dalam rangka penyelenggaraan program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis, Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi mendidik mahasiswa program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis di Rumah Sakit Pendidikan dan/atau di Wahana Pendidikan Kedokteran.

Perbaikan rumusan

146 (2) Mahasiswa program pendidikan dokter spesialis-

subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam tahap mandiri pendidikan dapat ditempatkan di rumah sakit selain rumah sakit pendidikan, setelah dilakukan visitasi

Penambahan substansi baru

(18)

4 April 2013 Page 18

Penjelasan :

- Yang dimaksud dengan tahap mandiri dalam pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis adalah tahap pendidikan setelah memperoleh kompetensi tertentu yang dibutuhkan

- Penempatan mahasiswa program pendidikan dokter spesialis-subspesialis tahap mandiri untuk kompetensi tertentu oleh FK, ditujukan untuk meningkatkan pemahiran dan pemerataan pelayanan spesialistik sekaligus sebagai pelaksanaan tridharma FK tersebut

Tambahan penjelasan :

 FK yang mengirimkan mahasiswa program pendidikan dokter spesialis-subspesialis bertanggung jawab untuk melakukan supervisi dan pembinaan bagi mahasiswa program pendidikan dokter spesialis- subspesialis yang melaksanakan pelayanan di RS selain RSP

 Yang dimaksud dengan visitasi adalah kunjungan yang dilakukan oleh FK ke RS selain RSP untuk menilai kelayakan RS tersebut sebagai tempat pembelajaran mahasiswa program pendidikan dokter spesialis- subspesialis

 Yang dimaksud dengan RS selain RSP adalah RS yang tidak memiliki Dokter Spesialis untuk memenuhi kebutuhan afirmasi pemenuhan kebutuhan dokter spesialis

147 (3) Pemerintah mendukung program pendidikan dokter

spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis yang lulusannya ditempatkan di daerah tertentu untuk waktu tertentu.

Penjelasan :

(19)

4 April 2013 Page 19

Yang dimaksud dengan “daerah tertentu” antara lain daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, kepulauan terdepan, industri, pertambangan, atau endemis penyakit menular.

Yang dimaksud dengan dukungan pemerintah adalah upaya yang sah, antara lain berbentuk sarana, prasana, tempat, peralataan dan pendaanaan dalam rangka mensinergikan mahasiswa pendidikan dokter spesialis-subspesialis pada saat melakukan pelayanan terhadap pasien yang terkait status sebagai mahasiswa sekaligus tenaga kesehatan strategis

148

(2)

Mahasiswa program pendidikan dokter spesialis- subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang akan menyelesaikan pendidikannya dapat ditempatkan di rumah sakit jejaring.

Dihapus

Sudah diintegrasikan pada ayat (2)

149

(3)

Ketentuan mengenai penempatan mahasiswa program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis di rumah sakit jejaring diatur dengan Peraturan Menteri.

(4)

Ketentuan mengenai penempatan mahasiswa program dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis di rumah sakit selain rumah sakit pendidikan diatur dalam Peraturan Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

Perbaikan rumusan

150 Bagian Keenam

Sumber Daya Manusia Tetap

151 Paragraf 1

Pendidik

Tetap

Dosen Perbaikan redaksional, menyesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 69

152 Pasal 21 Dihapus

153 Pendidik terdiri atas: Dihapus Disesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 69 dan ketentuan

umum RUU Dikdok, maka hanya digunakan istilah Dosen 154 a. dosen; dan Dihapus Disesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 69 dan ketentuan

umum RUU Dikdok, maka hanya digunakan istilah Dosen

(20)

4 April 2013 Page 20

155 b. dosen klinis. Dihapus -Disesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 69 dan ketentuan

umum RUU Dikdok, maka hanya digunakan istilah Dosen -Status dosen klinis disamakan dengan dosen

-Norma dosen klinis tercakup pada pasal 22 ayat (1), DIM 166

156 Pasal 22 Pasal 21 Penyesuaian nomor pasal

157 (1) Dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a diangkat dan diberhentikan pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(1) Dosen diangkat dan diberhentikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penjelasan :

Yang dimaksud dengan pejabat yang berwenang adalah pejabat yang berasal dari kementerian/lembaga, Pemda yang berkoordinasi dengan pejabat berwenang dari kementerian yang menangani bidang pendidikan, yang mengatur antara lain kesetaraan, pengakuan, angka kredit dosen dan dosen klinis

Perbaikan rumusan, penyesuaian sistematika 12/6 : Ditunda,

perlu ada penjelasan lebih lanjut

158 (2) Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengampu kelompok keilmuan biomedis, kedokteran klinis, laboratorium bioetika/humaniora kesehatan, ilmu pendidikan

kedokteran, serta kedokteran

komunitas/kesehatan masyarakat.

(2) Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengampu kelompok keilmuan biomedis, kedokteran klinis, laboratorium bioetika/humaniora kesehatan, ilmu pendidikan kedokteran, atau kedokteran komunitas/kesehatan masyarakat.

Perbaikan rumusan :

12/6 : Menghilangkan kata ‘laboratorium’

159 (3) Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan.

Tetap

160 Pasal 23 Pasal 22 Penyesuaian nomor pasal

161 (1) Dosen klinis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b diangkat oleh pejabat yang berwenang setelah memenuhi persyaratan:

Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga persyaratannya pun mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)

162 a. memiliki ijazah dokter spesialis-subspesialis Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga

(21)

4 April 2013 Page 21

atau dokter gigi spesialis-subspesialis, atau dokter atau dokter gigi yang telah lulus program magister dalam keilmuan biomedis, kedokteran klinis, laboratorium bioetika/humaniora kesehatan, ilmu pendidikan kedokteran, atau kedokteran komunitas/kesehatan masyarakat;

persyaratannya pun mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)

163 b. memiliki kemampuan dasar sebagai pendidik klinis yang diperoleh dari pelatihan oleh Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi yang terakreditasi;

Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga persyaratannya pun mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)

164 c. memiliki surat tugas sebagai Dokter atau Dokter Gigi di Rumah Sakit Pendidikan; dan

Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga persyaratannya pun mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)

165 d. memiliki kewenangan klinis di Rumah Sakit Pendidikan, dan/atau Wahana Pendidikan Kedokteran;

Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga persyaratannya pun mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)

166 (2) Dosen klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berasal dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan selain bidang pendidikan dan/atau dari masyarakat.

(1) Dosen dapat berasal dari perguruan tinggi, rumah sakit pendidikan dan wahana pendidikan kesehatan lainnya

Perbaikan rumusan

167 (3) (2) Dosen di rumah sakit pendidikan dan wahana

pendidikan kesehatan lainnya melakukan pendidikan, sekaligus pelayanan kesehatan, dan disamping penelitian.

Penambahan substansi baru 12/6 : perbaikan rumusan

168 Pasal 24 Dihapus

169 (1) Dosen klinis mempunyai hak dan kewajiban yang setara dengan dosen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga hak dan kewajibannya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)

(22)

4 April 2013 Page 22

170 (2) Dalam melaksanakan tugas keprofesian, dosen klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berhak:

Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga haknya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)

171 a. memperoleh gaji dan tunjangan sebagai dosen klinis yang dibayar oleh institusi asal;

Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga haknya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)

172 b. memperoleh insentif kinerja atas pelayanan klinis dan pendidikan yang dilakukan; dan

Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga haknya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)

173 c. memiliki jenjang jabatan akademik profesi dosen klinis yang terdiri atas asisten ahli klinis, lektor klinis, lektor kepala kinis, dan profesor klinis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga haknya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)

174 Pasal 25 Pasal 23 Penyesuaian nomor pasal

175 Ketentuan lebih lanjut mengenai jenjang jabatan akademik profesi dosen klinis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dan Pasal 24 ayat (2) huruf c diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Ketentuan lebih lanjut mengenai dosen di rumah sakit pendidikan dan wahana pendidikan kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 diatur dengan Peraturan Presiden

Penjelasan :

Dosen sebagaimana dimaksud pada Pasal 22 menjadi model panutan yang mengutamakan tanggung jawab pelayanan demi kepentingan terbaik pasien yang dilibatkan dalam proses pendidikan profesi dan penelitian pada setiap rumah sakit pendidikan, rumah sakit jejaring dan wahana pendidikan lainnya.

Urgensi perlunya pengaturan khusus tentang dosen klinis : - Asal institusi induk dosen beragam dan bukan dari PT - Tugas utama dan tanggung jawab utama berbeda dari pengakuan yang diberikan oleh FK

Perbaikan rumusan dan penyesuaian nomor pasal

176 Pasal 26 Dihapus

177 Dalam melaksanakan tugas keprofesian, dosen klinis Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga

(23)

4 April 2013 Page 23

wajib: kewajibannya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur

khusus) 178 a. mengikuti sertifikasi dosen sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan;

Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga kewajibannya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)

179 b. melaksanakan tugas pengabdian kepada masyarakat termasuk pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian;

Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga kewajibannya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)

180 c. merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga kewajibannya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)

181 d. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi;

Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga kewajibannya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)

182 e. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik, atau latar belakang sosioekonomi Mahasiswa Kedokteran dalam pembelajaran;

Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga kewajibannya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)

183 f. menjunjung tinggi peraturan perundang- undangan, hukum, dan kode etik, serta nilai-nilai agama dan etika; dan

Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga kewajibannya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)

184 g. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Dihapus Status dosen klinis disamakan dengan dosen, sehingga kewajibannya mengikuti aturan dosen (tidak perlu diatur khusus)

185 Pasal 27 Pasal 24 Penyesuaian nomor pasal

186 Warga negara asing yang mempunyai kompetensi dan kualifikasi akademis ilmu kedokteran atau ilmu kedokteran gigi dapat menjadi pendidik tamu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Warga negara asing yang mempunyai kompetensi dan kualifikasi akademis ilmu kedokteran atau ilmu kedokteran gigi dapat menjadi dosen tamu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Perbaikan redaksional, konsistensi istilah

187 Paragraf 2

Tenaga Kependidikan

Tetap

188 Pasal 28 Pasal 25 Penyesuaian nomor pasal

(24)

4 April 2013 Page 24

189 (1) Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran dibantu oleh Tenaga Kependidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Tetap

190 (2) Tenaga Kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berasal dari pegawai negeri dan/atau nonpegawai negeri.

Dihapus Tetap

sudah diatur pada UU No.12/2012 pasal 70 (12/6)

191 (1) Tenaga Kependidikan nonpegawai negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat dan diberhentikan oleh pemimpin Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Tenaga Kependidikan nonpegawai negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat dan diberhentikan oleh pemimpin Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Perubahan rumusan (12/6)

192 Pasal 29

Dihapus Tetap

(12/6)

193 Tenaga Kependidikan bertugas membantu penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran di Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi,Rumah Sakit Pendidikan, dan/atau Wahana Pendidikan Kedokteran.

Dihapus sudah diintegrasikan pada pasal 25 ayat (1)

195 Bagian Ketujuh

Standar Nasional Pendidikan Kedokteran

Tetap

196 Pasal 30 Pasal 26 Penyesuaian nomor pasal

197 (1) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran disusun oleh asosiasi institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi bersama dengan asosasi rumah sakit pendidikan dan organisasi profesi untuk menjamin mutu Pendidikan Kedokteran.

(1) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi disusun secara bersama oleh asosiasi institusi pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi, kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, asosasi rumah sakit pendidikan dan organisasi profesi.

Penjelasan :

Standar Nasional Pendidikan Kedokteran merupakan rujukan

Perbaikan rumusan, mengacu pada UU No.12/2012 pasal 54

(25)

4 April 2013 Page 25

untuk pengembangan Standar Pendidikan Profesi Dokter/Dokter Gigi Indonesia dan Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-Subspesialis/Dokter Gigi Spesialis- Subspesialis Indonesia yang disahkan oleh KKI

198 (2) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri.

Tetap

199 Pasal 31 Dihapus Diintegrasikan dengan pasal 26

200 (1) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) mengatur standar untuk:

(2) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengatur standar untuk:

Perbaikan redaksional, penyesuaian nomor pasal

201 a. program pendidikan akademik; dan a. pendidikan akademik; dan Perbaikan redaksional, konsistensi istilah

202 b. program pendidikan profesi. b. pendidikan profesi. Perbaikan redaksional, konsistensi istilah

203 (2) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

(3) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas:

Perbaikan redaksional, penyesuaian nomor ayat

204 a. program Sarjana Kedokteran dan program Sarjana Kedokteran Gigi;

Tetap

205 b. program magister; dan Tetap

206 c. program doktor Tetap

207 (3) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

(4) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b terdiri atas:

Perbaikan redaksional, penyesuaian nomor ayat

208 a. program pendidikan dokter dan dokter gigi; dan

a. program profesi dokter dan dokter gigi; dan Perbaikan redaksional, konsistensi istilah

209 b. program pendidikan dokter spesialis- subspesialis dan program pendidikan dokter gigi spesialis-subspesialis.

b. program dokter spesialis-subspesialis dan program dokter gigi spesialis-subspesialis.

Perbaikan redaksional, konsistensi istilah

210

(4) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a paling sedikit memuat:

(5) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a paling sedikit memuat:

Perbaikan redaksional, penyesuaian nomor ayat

(26)

4 April 2013 Page 26

211

a. standar isi, proses, kompetensi lulusan dokter dan dokter gigi, Rumah Sakit Pendidikan, Wahana Pendidikan Kedokteran, Pendidik, Tenaga Kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan;

a. standar kompetensi lulusan, standar isi, proses, Rumah Sakit Pendidikan, Wahana Pendidikan Kedokteran, Dosen, Tenaga Kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian;

Perbaikan rumusan

Lex specialist dari standar nasional pendidikan yang diatur pada UU No.20/2003 pasal 35

212 b. Standar Penelitian Penambahan substansi baru, disesuaikan dengan UU

No.12/2012 pasal 54 ayat (2)

Standar Nasional Pendidikan Tinggi meliputi standar nasional pendidikan ditambah dengan standar penelitian dan standar pengadian kepada masyarakat

213 c. Standar Pengabdian kepada Masyarakat Penambahan substansi baru, disesuaikan dengan UU

No.12/2012 pasal 54 ayat (2)

Standar Nasional Pendidikan Tinggi meliputi standar nasional pendidikan ditambah dengan standar penelitian dan standar pengadian kepada masyarakat

214

b. penilaian program pendidikan dokter dan dokter gigi yang harus ditingkatkan

secaraberencana dan berkala;

DihapusTetap Sudah diintegrasikan pada ayat 5 huruf a (12/6)

215

c. standar kontrak kerja sama antara Rumah Sakit Pendidikan dan mahasiswa kedokteran program pendidikan dokter dan dokter gigi;

d. standar kontrak kerja sama antara Rumah Sakit Pendidikan dengan perguruan tinggi penyelenggara pendidikan kedokteran ;

Perbaikan rumusan dan penyesuaian urutan huruf

216

d. pengembangan Kurikulum, Pendidik, Tenaga Kependidikan, sarana dan prasarana,

pengelolaan, serta pembiayaan; dan

Dihapus Aturan ini bukan standar, diintegrasikan pada aturan terkait kurikulum

(27)

4 April 2013 Page 27

217

e. pemantauan dan pelaporan pencapaian program pendidikan dokter dan dokter gigi dalam rangka penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.

e. standar pemantauan dan pelaporan pencapaian program profesi dokter dan dokter gigi dalam rangka penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.

Perbaikan rumusan

218 (5) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b paling sedikit memuat:

(6) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b paling sedikit memuat:

Perbaikan redaksional, penyesuaian nomor ayat

219 a. standar isi, proses, kompetensi lulusan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis, Rumah Sakit Pendidikan, Pendidik, Tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan;

a. standar kompetensi lulusan, standar isi, proses, Rumah Sakit Pendidikan, Dosen, Tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian;

Perbaikan rumusan

Lex specialist dari standar nasional pendidikan yang diatur pada UU No.20/2003 pasal 35

220 b. penilaian program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala;

Dihapus Tetap Diintegrasikan pada ayat 6 huruf a (21/6)

221 b. Standar Penelitian Penambahan substansi baru, disesuaikan dengan UU

No.12/2012 pasal 54 ayat (2)

Standar Nasional Pendidikan Tinggi meliputi standar nasional pendidikan ditambah dengan standar penelitian dan standar pengadian kepada masyarakat

222 c. Standar Pengabdian kepada Masyarakat Penambahan substansi baru, disesuaikan dengan UU

No.12/2012 pasal 54 ayat (2)

Standar Nasional Pendidikan Tinggi meliputi standar nasional pendidikan ditambah dengan standar penelitian dan standar pengadian kepada masyarakat

223 d. standar kontrak kerja sama antara Rumah Sakit

Pendidikan dengan perguruan tinggi penyelenggara pendidikan kedokteran

Penambahan substansi baru

224 c. standar kontrak kerja sama antara Rumah e. standar kontrak kerja antara Rumah Sakit Pendidikan Perbaikan redaksional,

(28)

4 April 2013 Page 28

Sakit Pendidikan dan mahasiswa kedokteran program pendidikan dokter spesialis- subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis;

dengan mahasiswa program dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis;

konsistensi istilah dan penyesuaian urutan huruf

225 d. pengembangan Kurikulum, Pendidik, Tenaga Kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan;

Dihapus Aturan ini bukan standar, akan diintegrasikan pada aturan terkait kurikulum

226 e. pengembangan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran, pemantauan dan pelaporan pencapaian program pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis- subspesialis dalam rangka penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan; dan

Dihapus Diintegrasikan pada ayat (7), DIM 228

227 f. standar pola pemberian insentif untuk mahasiswa kedokteran program pendidikan dokter spesialis-spesialis atau dokter gigi spesialis-subspesialis atas kinerjanya sebagai pemberi pelayanan kesehatan.

f. standar pola pemberian insentif untuk mahasiswa program dokter spesialis-subspesialis atau dokter gigi spesialis-subspesialis atas kinerjanya sebagai pemberi pelayanan kesehatan.

Perbaikan redaksional, konsistensi istilah

228 (7) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) ditinjau dan dievaluasi secara berkala

(8) Peninjauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilakukan berdasarkan kebutuhan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan perkembangan dunia

Penambahan substansi baru

229 Bagian Kedelapan

Kurikulum

Tetap

230 Pasal 32 Pasal 27 Penyesuaian nomor pasal

231 (1) Kurikulum dikembangkan oleh Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi dengan mengacu Standar Nasional Pendidikan Kedokteran.

(1) Kurikulum dikembangkan oleh Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Perbaikan rumusan

Disesuaikan dengan UU No.12/12 pasal 36 tentang kurikulum program profesi

(29)

4 April 2013 Page 29

Penjelasan :

 Kurikulum program profesi dokter/dokter gigi mengacu pada Standar Pendidikan Profesi Dokter/Dokter Gigi

 Kurikulum program dokter spesialis-subspesialis/dokter gigi spesialis-subspesialis mengacu pada Standar Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-Subspesialis/Dokter Gigi Spesialis-Subspesialis

232 (2) Pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diarahkan untuk menghasilkan Dokter dan Dokter Gigi dalam rangka:

Tetap Berlaku untuk dokter/dokter gigi dan dokter spesialis- subspesialis/ dokter gigi spesialis-subspesialis

233 a. pemenuhan kompetensi lulusan untuk melakukan pelayanan kesehatan di tingkat primer;

Tetap

234 b. pemenuhan kompetensi khusus sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan di daerah tertentu.

Tetap

Penjelasan :

Yang dimaksud dengan kompetensi khusus adalah kompetensi di luar kompetensi inti yang sesuai dengan misi khusus/unggulan Perguruan Tinggi, antara lain kedokteran perkotaan, kesehatan populasi/komunitas, pendekatan kesehatan holistik, kedokteran forensik, kedokteran militer 235 c. pemenuhan kebutuhan Dokter dan Dokter

Gigi sebagai pendidik, peneliti, dan pengembang ilmu.

Tetap

236 (3) Pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan kemajuan ilmu kedokteran dan/atau ilmu kedokteran gigi, muatan lokal, dan potensi daerah, untuk memenuhi kebutuhan Dokter dan Dokter Gigi.

Tetap

237 Pasal 33 Pasal 28 Penyesuaian nomor pasal

(30)

4 April 2013 Page 30

238 Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi wajib melaksanakan Kurikulum berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran.

Tetap

239 Bagian Kesembilan

Mahasiswa Kedokteran

Tetap

240 Paragraf 1

Calon Mahasiswa Kedokteran

Tetap

Penerimaan Mahasiswa Baru

Perubahan redaksional, disesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 73-74 tentang penerimaan mahasiswa baru

241 Pasal 34 Pasal 29 Penyesuaian nomor pasal

242 (1) Calon mahasiswa kedokteran harus lulus seleksi penerimaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(1) Calon Mahasiswa kedokteran harus lulus seleksi

penerimaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Perbaikan redaksional, konsistensi istilah (12/6)

243 (2) Selain lulus seleksi penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), calon mahasiswa kedokteran harus lulus tes bakat dan tes kepribadian.

(2) Selain lulus seleksi penerimaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), calon Mahasiswa harus lulus tes bakat dan tes kepribadian.

Perbaikan redaksional, konsistensi istilah

244 (3) Seleksi penerimaan calon mahasiswa kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjamin adanya kesempatan bagi calon Mahasiswa Kedokteran dari daerah sesuai dengan kebutuhan daerahnya, kesetaraan gender, dan kondisi masyarakat yang berpenghasilan rendah.

(3) Seleksi penerimaan calon Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) menjamin adanya kesempatan bagi calon Mahasiswa dari daerah sesuai dengan kebutuhan daerahnya, kesetaraan gender, dan kondisi masyarakat yang berpenghasilan rendah.

Perbaikan redaksional, konsistensi istilah

245 (4) Seleksi penerimaan calon mahasiswa kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan melalui jalur khusus.

(4) Seleksi penerimaan calon Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan melalui jalur khusus.

Perbaikan redaksional, konsistensi istilah

246 (5) Seleksi penerimaan calon mahasiswa kedokteran melalui jalur khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditujukan untuk menjamin pemerataan penyebaran lulusan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

(5) Seleksi penerimaan calon Mahasiswa melalui jalur khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditujukan untuk menjamin pemerataan penyebaran lulusan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Perbaikan redaksional, konsistensi istilah

(31)

4 April 2013 Page 31

Indonesia.

247 (6) Seleksi penerimaan calon mahasiswa kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur dengan Peraturan Menteri.

(6) Seleksi penerimaan calon Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (5) diatur dalam Peraturan Menteri.

Perbaikan redaksional

248 Pasal 35 Pasal 30 Penyesuaian nomor pasal

249 (1) Dokter atau dokter gigi dapat mengikuti seleksi penerimaan program pendidikan dokter spesialis

(1) Dokter atau dokter gigi dapat mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa program dokter spesialis/dokter gigi spesialis

Penjelasan :

Mahasiswa program dokter spesialis/dokter gigi spesialis disebut residen

Perbaikan redaksional, konsistensi istilah

250 (2) Dokter atau dokter gigi yang akan mengikuti seleksi penerimaan program pendidikan dokter spesialis

(2) Dokter atau dokter gigi yang akan mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa program dokter spesialis/dokter gigi spesialis:

Perbaikan redaksional, konsistensi istilah

251 a. memiliki surat tanda registrasi; dan tetap

252 b. mempunyai pengalaman klinis di fasilitas pelayanan kesehatan terutama di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, atau kepulauan terdepan.

tetap

253 Pasal 36 Pasal 31 Penyesuaian nomor pasal

254 (1) Seleksi penerimaan program pendidikan dokter spesialis-subspesialis atau dokter gigi spesialis- subspesialis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) memperhatikan prinsip afirmatif, transparan, dan berkeadilan.

(1) Seleksi penerimaan mahasiswa program dokter spesialis-subspesialis atau dokter gigi spesialis- subspesialis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) memperhatikan prinsip afirmatif, transparan, dan berkeadilan.

Perbaikan redaksional,

konsistensi istilah dan penyesuaian nomor pasal

Asas afirmasi disesuaikan dengan RUU 9 april 2013 (pasal 3 huruf h)

Yang dimaksud dengan asas “afirmasi” adalah adanya keberpihakan kepada daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, pulau terluar, kesamaan gender, generasi penerus,

masyarakat rentan, masyarakat yang secara ekonomi kurang mampu, masyarakat rendah status kesehatannya maupun

(32)

4 April 2013 Page 32

tinggi risiko kesehatannya akibat kondisi struktural ataupun akibat bencana.

255 (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai seleksi penerimaan program pendidikan dokter spesialis-subspesialis atau dokter gigi spesialis- subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai seleksi penerimaan mahasiswa program dokter spesialis-subspesialis atau dokter gigi spesialis-subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Perbaikan redaksional, konsistensi istilah

256 Paragraf 2

Mahasiswa Warga Negara Asing

Penyesuaian sistematika, penambahan paragraf

Merujuk pada UU No.12/2012 pasal 75 tentang mahasiswa asing

257 Pasal 37 Pasal 32 Penyesuaian nomor pasal

258 (1) Warga negara asing dapat menjadi Mahasiswa Kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(1) Warga negara asing dapat menjadi Mahasiswa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Perbaikan redaksional, konsistensi istilah

259 (2) Warga negara asing dapat menjadi Mahasiswa Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kuota yang ditetapkan oleh Menteri.

(2) Warga negara asing dapat menjadi Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kuota yang ditetapkan oleh Menteri.

Perbaikan redaksional, konsistensi istilah

260 (3) Warga negara asing yang menjadi Mahasiswa Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan khusus yang ditetapkan oleh Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi.

(3) Warga negara asing yang menjadi Mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan khusus yang ditetapkan oleh Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kedokteran Gigi.

Perbaikan redaksional, konsistensi istilah

261 (4) Warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib membayar seluruh biaya pendidikan.

Tetap

262 (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai calon mahasiswa kedokteran warga negara asing sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai calon mahasiswa warga negara asing sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) diatur dalam Peraturan Menteri Tetap

Perbaikan rumusan, menyesuaikan dengan UU No.12/2012 pasal 75 ayat (3)

Saat ini sedang disusun Permen tentang mahasiswa asing (untuk PTN dan PTS)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan segala pemeriksaan yang telah dilakukan, hakim memutuskan untuk mengakhiri kerjasama yang dilakukan antara MYSalon dengan Ratnasari Lukitaningrum lalu

● Pencapaian kinerja dan pengembangan diri yang dilakukan dalam kurun waktu 1 Januari 2017 sampai dengan 30 Juni 2017. ● Perkiraan waktu presentasi dan tanya jawab adalah 25

Buku Petunjuk Pelaksanaan Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis Program Studi Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2019 – 2020

identifikasi melalui suara echolokai juga dapat membedakan jenis kelamin dari jenis yang sama pada empat jenis yang diamati yaitu R..

Pikolih tetilik puniki, inggih ipun (1) kaiwangan Ejaan Bahasa Bali Yang Disempurnakan sane wenten ring sajeroning sasutaran awig-awig subak Kacangbubuan, desa adat

Situasi dimana atmosfir yang berpeluang untuk terjadinya ledakan sering terjadi atau jika tidak sering terjadi dalam waktu cukup lama (primary) sering terjadi dalam waktu cukup

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi yang menyelenggarakan program dokter layanan primer, dokter

Gambar 4.27 Formulir edit data keanggotaan administrator Proses edit data ini akan disimpan dalam tabel anggota dengan data