• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pemaparan Jawaban Rumusan Masalah 1

Sebelum pemaparan jawaban rumusan masalah yang pertama maka terlebih dahulu peneliti menyajikan data karakteristik responden yang bertujuan untuk mengidentifikasi ciri-ciri khusus yang dimiliki responden, sehingga memudahkan peneliti dalam menganalisis penelitian nantinya. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3 Identitas responden berdasarkan jenis kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase %

1. Laki-laki 7 35

2. Perempuan 13 65

Total 20 100

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 20 orang, 7 orang (35%) berjenis kelamin laki-laki dan 13 orang (65%) berjenis kelamin perempuan. Dari data tersebut tergambar bahwa pasien Puskesmas Towata lebih banyak berjenis kelamin perempuan dari pada pasien berjenis kelamin laki-laki.

Tabel 4.4 Identitas responden berdasarkan usia

Usia Jumlah Persentase

< 20 Tahun 2 10 21 Tahun – 30 Tahun 4 20 31 Tahun – 40 Tahun 7 35 41 Tahun – 50 Tahun 6 30 > 50 Tahun 1 5 Jumlah 20 100

58

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 20 responden , mayoritas berusia 31 – 40 tahun sebanyak 7 orang (35%), yang berusia 41 – 50 tahun sebanyak 6 (30%), yang berusia di atas 50 tahun sebanyak 1 orang, 21 – 30 tahun sebanyak 4 orang dan sisanya yang berusia di bawah 20 tahun sebanyak 2 orang.

Tabel 4.5 Identitas responden berdasarkan pendidikan terakhir

Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase

SD – SMP 15 75

SMA 5 25

DIPLOMA 0 0

Sarjana 0 0

Jumlah 20 100

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 20 responden, 25 orang berpendidikan SD – SMP (75%), pendidikan SMA sebanyak 5 (25%), sedangkan yang berpendidikan diploma dan sarjana tidak ada, sehingga dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat pendidikan pasien adalah tamatan SD sampai SMP.

Tabel 4.6 Identitas responden berdasarkan pekerjaannya

Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase

Petani 10 50 Buruh 5 25 Wiraswasta 5 25 Pegawai 0 0 Lainnya 0 0 Jumlah 20 100

59

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 20 responden terdapat 10 orang (50%) petani, 5 orang (25%) buruh, dan 5 orang (25%) wiraswasta, sedangkan tidak ada pegawai.

2. Penyajian Data tentang Efektivitas Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Towata Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar

Pada bagian ini seluruh data yang telah diperoleh dianalisis sesuai dengan fokus kajian penelitian. Data tersebut diperoleh dengan melakukan studi pustaka, wawancara dan observasi terhadap fenomena-fenomena yang berkaitan dengan efektivitas pelayanan kesehatan di Puskesmas Towata, serta melakukan studi dekumentasi. Data tersebut akan dianalisis dengan mengamati beberapa indikator sebagai berikut:

a. Tercapainya Tujuan

Tujuan pelayanan kesehatan adalah memelihara kesehatan dan mencegah penyakit, menyembuhkan penyakit, dan memulihkan kesehatan pasien. Dari hasil data yang telah ditemukan bahwa jika dipandang dari sudut pandang tujuan pelaksanaan kesehatan yang dilakukan Puskesmas Towata adalah cukup efektif. Hal ini dapat dilihat dengan tercapainya tujuan pelayanan kesehatan. Dalam hal memelihara kesehatan dan mencegah penyakit dapat dilihat dengan keterjangkauan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas Towata dalam memelihara kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara dari 20 orang responden, pada umumnya menjawab pelayanan kesehatan di Puskesmas Towata terjangkau. Namun ada beberapa responden yang menjawab Puskesmas tidak selalu terjangkau dengan alasan kondisi geografis semata, yaitu jauhnya puskesmas dari tempat tinggal

60

sebagian masyarakat, dan sedikitnya tarnsportasi umum yang menuju Puskesmas. Hal ini sesuai yang disampaikan Dg. Ropu (38 tahun) yang mengemukakan sebagai berikut:

“Rumah saya di Dusun Romang Lompoa, sangat susah untuk sampai ke sini dengan cepat karena tidak ada kendaraan umum yang bisa ditumpangi kecuali ojek. Itupun untuk dapatkan ojek harus ke tempat mangkalnya di Dusun Tammuloe tepatnya diperempetan jalan”.

Begitu pula yang disampaikan oleh Dg. Sayani yang mengemukakan sebagai berikut:

“Puskesmas Towata sangat tidak terjangkau. Rumah saya di Lingkungan Kampung Parang, saya kesini harus pinjam kendaraan dulu sebab tidak ada kendaraan umum yang lewat”.

Sebenarnya pihak puskesmas sudah memiliki alat transportasi roda empat berupa ambulance, yang seharusnya dapat dioptimalkan lagi pemakaiannya, misalnya untuk menjemput pasien yang sakit yang tempat tinggalnya jauh dari lokasi puskesmas.

Dalam hal mencegah penyakit pihak puskesmas mengadakan pendidikan kesehatan satu kali dalam sebulan yang biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan posyandu. Dari 20 responden yang diwawancara hanya 2 orang yang menjawab tidak pernah diadakan penyuluhan guna untuk pendidikan kesehatan. Hal ini disebabkan karena biasanya kegiatan tersebut dilakukan setelah posyandu yang hanya diikuti oleh kaum ibu atau wanita. tetapi menurut hasil wawancara terhadap responden, banyak responden kurang mengerti terhadap pendidikan atau penyuluhan kesehatan yang Puskesmas berikan. Pihak puskesmas dinilai kurang baik dalam mempromosikan kegiatan ini. Hal ini membuat kurangnya minat

61

masyarakat dalam mengikuti kegiatan ini, masyarakat yang hadir tidak mengikuti secara serius kegiatan ini. Hal ini terbukti ketika peneliti mewawancarai perihal pertanyaan apakah pihak Puskesmas Towata pernah mengadakan kegiatan penyuluhan atau pendidikan kesehatan dalam waktu belakngan ini? Dimana dan Kapan? Pengetahuan apa saja yang dapat diperoleh dari penyuluhan tersebut?. Sebagian besar jawaban responden hampir serupa, seperti yang dikemukakan oleh Dg. Kanang (43 tahun) yang mengemukakan sebagai berikut:

“Puskesmas Towata pernah ji mengadakan penyuluhan kesehatan di Pustu Kampung Beru bulan Juli. Saya rasa Bidan Rosmiati lebih tahu tentang hal tersebut”.

Begitu pula yang disampaikan oleh Hj. Karannuang (41 tahun) yang mengemukakan sebagai berikut:

“Puskesmas Towata mengadakan penyuluhan kesehatan di bulan Juli di Dusun Panjo’jo, namun saya sudah lupa apa saja yang sudah disampaikan. Maklum mameki, ka tuama”.

Dalam menanggulangi masalah ini seharusnya pihak Puskesmas Towata menemukan cara bagaimana untuk menarik perhatian masyarakat. Ceramah-ceramah mengenai kesehatan ada baiknya dilakukan dengan cara kebiasaan masyarakat setempat, sehingga mudah dimengerti oleh masyarakat.

Persediaan obat di Puskesmas Towata selalu tersedia sesuai dengan keinginan pasien. Seluruh informan menyatakan hal tersebut. Memang obat-obatan yang tersedia di Puskesmas Towata adalah obat-obat-obatan untuk jenis penyakit ringan. Dan untuk penyakit berat akan dirujuk ke Rumah Sakit ataupun di beri resep oleh dokter. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Wahyuni Rahma S.Farm yang mengemukakan sebagai berikut:

62

“Menurut saya, obat-obatan sudah cukup memadai dan obat-obatan yang ada untuk penyakit yang tidak terlalu serius saja. Kalau penyakit serius harus dibawa ke rumah sakit atau dirujuk ke Rumah sakit”.

Begitu pula yang disampaikan oleh Saodah (25 tahun) yang mengemukakan bahwa “Saya sudah beberapa kali berobat ke Puskesmas ini dan selalu disediakan obat. Gratis lagi”.

2. Kemampuan Pegawai

Kemampuan pegawai dalam penelitian ini diukur dengan keterampilan tenaga pelaksana, ketelitian tenaga pelaksana, penguasaan teknologi dan sikap petugas. Secara umum kemampuan pegawai Puskesmas Towata cukup baik. Hal ini terlihat dari 20 informan ada 10 orang yang menyatakan masih terjadi tumpang tindih tanggung jawab. Artinya banyak informan yang menyatakan pegawai tidak bekerja pada bidangnya masing-masing. Hal ini dikarenakan ketidakdisiplinan pegawai. Jadi jika pegawai yang satu belum datang maka akan digantikan oleh pegawai lain. Hal ini sejalan dengan pengamatan peneliti yang pernah terjadi saat tenaga medis bagian obat belum datang digantikan dulu oleh pegawai lain yaitu pegawai bagian Fungsi Gizi.

Hal ini sesuai dengan pernyataan salah seorang pegawai Damayanti, AMG yang mengemukanan sebagai berikut:

“sejujurnya saya sendiri merasa aneh dengan disiplin pegawai disini, masih banyak pegawai yang tidak displin, datang dan pulang tidak tentu jamnya. Sayakan bagian Fungsi Gizi, terkadang itu pegawai di bagian obat-obatan lama sekali datangnya sehingga pasien harus menunggu lama untuk mengambil obatnya. Terpaksa saya yang menggantikannya.”

63

Jika dilihat dari segi ketelitian, pegawai Puskesmas Towata sudah dalam posisi baik. Ha ini dapat dibuktikan dengan jawaban seluruh informan, bahwa pihak Puskesmas tidak pernah melakukan kesalahan dalam mendiagnosisi penyakit ataupun memberi obat dan resep obat. Menurut informan pegwai tidak pernah melakukan kesalahan dalam mendiagnosis penyakit alasannya yaitu menurut mereka selama mereka berobat ke Puskesmas Towata apa yang mereka rasakan sesuai dengan yang diberitahukan pegawai medis. dan menurut mereka setelah berobat satu atau dua kali mereka lebih baik.

Tidak hanya itu, peralatan sederhana yang tersedia juga dapat dikuasai dengan baik oleh pegawai Puskesmas. Seluruh informan menyatakan hal tersebut. pegawai Puskesmas dinilai sudah memahami fungsi dari tiap-tiap peralatan yang ada.

Sikap pegawai juga menjadi faktor penting dalam melakukan pelayanan kesehatan. Keramahan pegawai Puskesmas Towata dapat memberi pengaruh banyak kondisi mental pasien yang datang berobat. Menurut informan, sikap para pegawai Puskesmas Towata dinilai biasa saja ada 12 orang dari 20 informan. Sisanya menjawab ramah. Hal ini terjadi karena adanya sikap personalitas. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Dg. Rani (39 tahun) yang mengemukakan bahwa “pegawai disini ramah apalagi jika mereka mengenal kita, jika yang tidak kenal ya sikap mereka biasa saja”.

Berdasarkan dari indikator kemampuan pegawai yang dijelaskan tersebut di atas maka dikatakan keseluruhan kemampuan pegawai baik.

64

3. Ketepatan Waktu

Ketepatan waktu yang dilihat disini yaitu mengenai jadwal pelayanan Puskesmas, keberadaan pegawai Puskesmas selama jadwal pelayanan, kecepatan prosedur pelayanan. Menurut masyarakat, ada beberapa hal dimana Puskesmas tidak tepat waktu. Hal yang dimaksud adalah pertama, pelayanan kesehatan yang tidak sesuai dengan keunginan masyarakat. Jadwal pelayanan yang sampai pukul 15.30 hari senin-kamis, pukul 12.00 hari jum’at, dan pukul 13.30 hari sabtu. Tetapi ini tidak sesuai keinginan masyarakat, menurut mereka seharusnya jam pelayanannya sampai sore apalagi tidak adanya dokter jaga hal ini membuat pasien terkadang kecewa. Hal ini sesuai dengan pengakuan Dg. Bau (46 thn) yang mengemukakan sebagai berikut:

“Menurut saya jam pelayanan Puskesmas ini terlalu cepat, terkadang tidak sampai sore. Seharusnya sampai jam 5 gitu, apalagi terkadang orang sakit kan tidak tahu jam, apalagi tidak ada dokter jaga dimalam hari. Biasanya jika kami sakit pada saat jam pelayanan sudah tutup, kami biasanya minum obat dari warung dan menunggu untuk besok baru berobat ke Puskesmas”. Menurut masyarakat, Puskesmas pada umumnya dibuka terlambat dari jadwal yang ada, tidak sesuai dengan jadwal buka seharusnya yaitu pukul 08.00 WITA. Selain itu pegawai Puskesmas tidak selalu berada ditempat (Puskesmas) selama jadwal yang ada. Sebagian besar informan menyatakan bahwa pegawai puskesmas tidak selalu berada ditempat selama jadwal pelayanan. Masih menurut informan, jika kita datang ke Puskesmas pada pukul 12.00 WITA keatas, kita tinggal hanya menemukan beberapa orang saja, bahkan tidak jarang tidak ada orang sama sekali, sehingga Puskesmas ditutup.

65

Hal ini sesuai yang disampaikan oleh salah seorang informan yaitu Dg Sabainna (44 thn) yang mengemukakan sebagai berikut:

“Saya pernah datang berobat ke Puskesmas ini pukul 08.00 pagi tapi Puskesmas belum buka dan setelah saya menunggu baru pukul 09.00 baru buka. Padahal keadaan anak saya sudah parah. Setelah anak saya ditangani, saya harus menunggu lagi untuk obatnya karena pegawai apoteknya belum datang. Untuk pemeriksaan dahak anak saya, saya harus membayar Rp 10.000 dan untuk kartu Rp 6000, saya merasa kurang puas dengan pelayanan disini”.

Kemungkinan ini terjadi karena pegawai Puskesmas selain dokter terkadang merasa mampu melakukan pemeriksaan terhadap pasien yang dilakukan di rumahnya ataupun tempat prakteknya(sebagaimana hasil wawancara dengan pegawai Puskesmas) padahal bagaimanapun jika tidak ada halangan yang benar-benar berarti, dokter seharusnya harus selalu berada di Puskesmas.

Selain hal diatas, kecepatan prosedur pemeriksaan juga diakui cepat oleh 6 orang dan sisanya 12 orang menyatakan biasa saja, sedangkan yang menjawab lambat 2 orang. Begiru juga respon petugas terhadap pasien, sebagian besar responden menyatakan cepat yaitu 13 orang, sedang sisanya sebanyak 7 orang menyatakan biasa saja, yang menyatakan lambat sama sekali tidak ada.

Dari pembahasan diatas berdasarkan indikator ketepatan waktu, pelayanan kesehatan di Puskesmas Towata kurang efektif.

4. Kelengkapan Fasilitas

Fasilitas adalah salah satu faktor penunjang pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas. Fasilitasnya adalah berbentuk fasilitas medis dengan tujuan sebagai wahana pemberian pelayanan kesehatan bagi pasien. Menurut hasil

66

observasi dan wawancara, fasilitas Puskesmas Towata masih berada dalam kondisi cukup baik. Dari segi ketersediaan peralatan yang dapat menunjang pelayanan kesehatan. Puskesmas Towata belum memiliki alat-alat yang lengkap untuk rawat inap. Dari segi ketersediaan peralatan yang dapat menunjang pelayanan kesehatan, Puskesmas Towata peralatan yang dimiliki cukup lengkap hal ini dibuktikan dengan jawaban 12 orang informan yang menyatakan cukup lengkap. Mengapa mereka menjawab cukup lengkap karena responden tahu peralatan yang tersedia cukup untuk pelayanan rawat jalan, sedangkan untuk rawat inap masih kurang.

Hal ini juga didukung dengan jawaban pegawai Puskesmas ibu Hj. Fatmawati (42 tahun) yang mengemukakan sebagai berikut;

“Peralatan disini cukup lengkap, tapi misalnya peralatan untuk rawat inap masih kurang seperti tempat tidur dan tabung oksigen yang masih hanya satu dan peralatan rawat inap lainnya,”

Pihak Puskesmas selaku pihak yang mengetahui secara detail keberadaan fasilitas Puskesmas menyatakan fasilitas yang ada di Puskesmas ini masih diprioritaskan fasilitas untuk rawat jalan, sedangkan untuk rawat inap belum menjadi prioritas utama. Hal ini penulis katakan karena sebagian masyarakat masih memilih rumah sakit ataupun Klinik Dokter Praktek untuk rawat inap.

Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh pegawai Puskesmas, Muh. Dahlan, SKM (44 tahun) yang mengemukakan sebagai berikut:

“Pelayanan di Puskesmas ini 24 jam, tetapi hanya untuk rawat inap saja. untuk pengurusan kartu, adminstrasi, maupun obat-obatan tidak ada. karena pegawai siaga disini tidak ada, apalagi dokter siaga. Ini yamg

67

membuat kurangnnya pasien yang datang ke Puskesmas ini untuk rawat inap.”

Tidak hanya fasilitas, tetapi prioritas utama sebaiknya justru mempersiapkan kemampuan pegawai Puskesmas untuk sebuah pelayanan raawat inap. Kemampuan yang dimaksud bukan hanya dari ilmu tapi juga mental, mengingat seringnya pegawai tidak ada ditempat selama jadwal pelayanan, apalagi untuk siaga di Puskesmas untuk pelayanan rawat inap. Hal ini berikutnya adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat untuk berobatinap di Puskesmas.

Dari segi fisik Puskesmas, menurut sebagian besar informan, kondisi Puskesmas cukup nyaman, ada 16 orang yang menyatakan begitu. Apalagi setelah adanya renovasi bangunan Puskesmas ini. Sebagian responden menyatakan begitu karena belum seluruh ruangan selesai direnovasi.

Dengan pembahasan diatas dapat disimpulkan untuk indikator kelengkapan fasilitas, Puskesmas Towata cukup lengkap.

5. Pelayanan Administrasi

Pelayanan adminitrasi memang bukan pelayanan utama yang dilakukan oleh pihak Puskesmas, namun harus diakui pelayanan adminitrasi tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak Puskesmas. Pelayanan adminitrasi yang dilakukan oleh pihak Puskesmas, dinilai baik oleh masyarakat/pasien yang menjadi informan dalam penelitian ini. Seluruh informan dalam penelitian ini diberikan kartu sakit ketika pertama kali berobat ke Puskesmas. Pihak Puskesmas juga memilki arsip lengkap mengenai sejarah penyakit seseorang. Hal ini dijawab 14 orang, sedangkan sisanya menyatakan

68

tidak tahu mengenai keberadaan arsip tersebut. Hal ini dinilai wajar, karena pasien yang datang berobat tidak terlalu memperhatikan hal tersebut, walaupun pihak Puskesmas akan selalu memeriksa hal tersebut apabila pasien membawa kartu sakitnya.

Pelayanan administrasi yang dilakukan oleh pihak Puskesmas Towata ternyata memungut biaya. Hal itu dibenarkan oleh pernyataan Dg. Nginga (33 thn) yang pada saat itu sedang berobat dan meminta surat rujukan ke Rumah Sakit. Tanpa menunggu lama, surat rujukan tersebut sudah bisa diambil. Tetapi harus membayar biaya Rp 20.000 untuk sekali surat rujukan.

Ditambah lagi untuk surat keterangan sehat atau sakit, tidak ditentukan biayanya sehingga adanya pegawai nakal yang meminta biaya yang cukup besar. Hal ini dibenarkan oleh Ibu Nurhayati S.Pd (28 tahun) seorang guru SD Negeri di Kampung Beru yang mengemukakan sebagai berikut:

“Saya hamil 9 bulan, jadi untuk mendapat cuti dari kantor, saya harus menyertakan surat keterangan melahirkan dari Puskesmas, saat saya mengurus surat itu, bagian tata usaha meminta biaya Rp. 50.000. Saya terkejut, karena saya butuh akhirnya mau tidak mau ya saya bayar saja.” Walaupun adanya pungutan untuk biaya pengurusan surat-surat tetapi prosedurnya cepat, tidak berbelit-belit. Hal ini juga sesuai dengan apa yang disampaikan Kepala Puskesmas Towata yakni H. Zainal Abidin, S.Sos, M.Kes yang mengemukakan sebagai berikut:

“Prosesnya mudah dan langsung, jika yang memiliki JAMKESMAS langsung diproses surat rujukannya. Tetapi jika umum, dengan menggunakan KTP saja dan jika untuk masyarakat kurang mampu, harus membawa surat keterangan dari lurah atau camat baru bisa diproses di Puskesmas.”

69

Hal ini merupakan sebuah kemajuan besar dalam pengurusan surat-surat. Pihak Puskesmas sudah dapat melakukan pelayanan adminstrasi yang cukup baik.

6. Bermanfaat

Pelayanan kesehatan hendaknya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar Puskesmas Towata. Pada umumnya manfaatnya yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Puskesmas Towata memiliki manfaat nyata bagi masyarakat didaerah ini. Ada 17 orang yang menjawab Puskesmas Towata memiliki manfaat nyata sedangkan sisanya 3 orang menyatakan cukup. Manfaat nyatanya yaitu Puskesmas sebagai tempat berobat terdekat masyarakat dan adanya program berobat gratis bagi masyarakat kurang mampu.

Selain itu Puskesmas Towata juga bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, sebagian masyarakat jawabannya hampir serupa. Untuk manfaat pengobatan yaitu pasien banyak yang merasa lebih baik setelah berobat ke Puskesmas. Pada umumnya bagi masyarakat yang merasa tidak selalu lebih baik setelah berobat, akan kembali lagi ke Puskesmas untuk memastikan penyakitnya. Jika penyakit yang tidak dapat ditangani oleh Puskesmas, langsung akan dirujuk ke Rumah Sakit terdekat.

Manfaat lainnya yaitu berkurangnya penularan penyakit menular. Sebagian besar yang menyatakan wilayah kerja Puskesmas Towata tidak pernah mendapat penyakit menular. Kalaupun ada masyarakat yang terjangkit, tidak sampai mewabah, hanya terbatas pada beberapa orang saja.

70

Dokumen terkait