• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) TOWATA KECAMATAN POLONGBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR DAHLAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) TOWATA KECAMATAN POLONGBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR DAHLAN"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PELAYANAN KESEHATAN

DI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) TOWATA KECAMATAN POLONGBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR

DAHLAN

Nomor Stambuk : 1056 103972 11

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Dahlan

Nomor Stambuk : 1056 1039 7211

Program Studi : Ilmu Adminitrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 01 Agustus 2015

Yang Menyatakan,

(3)
(4)

i

EFEKTIVITAS PELAYANAN KESEHATAN

DI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) TOWATA KECAMATAN POLONGBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Adminitrasi Negara

Disusun dan Diajukan Oleh DAHLAN

Nomor Stambuk : 10561 103972 11

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(5)

ii

PERSETUJUAN

Judul Proposal Penelitian : Efektivitas Pelayanan Kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Towata Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar

Nama Mahasiswa : Dahlan

Nomor Stambuk : 10561 103972 11

Program Studi : Ilmu Adminitrasi Negara

Menyetujui:

Pembimbing I

Dr. Abdul Mahsyar, M.Si.

Pembimbing II

Samsir Rahim, S.Sos, M.Si.

Mengetahui:

Dekan

Fisipol Unismuh Makassar

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si

Ketua Jurusan Ilmu Adminitrasi Negara

(6)

iv ABSTRAK

Dahlan. 2015. Efektivitas Pelayanan Kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Towata Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Skripsi. Jurusan Ilmu Adminitrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. (Pembimbing I Abdul Mahsyar dan Pembimbing II Samsir Rahim.)

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu apakah pelayanan kesehatan efektif dan faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelayanan kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Towata Kecamatan polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Jenis penelitian ini adalah penelitian Kualitataif dengan menganalisis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, studi dokumentasi dan kepustakaan. Teknik penentuan informan yaitu secara acak dan memilih informan yang peneliti anggap berpengaruh terhadap penelitian. Berdasarakan temuan di lapangan menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Towata dapat dikatakan cukup efektif. Faktor pendukung pelayanan kesehatan diantaranya (1) pendidikan, pengalaman dan keterampilan; (2) sarana dan prasarana; dan (3) kerjasama yang baik, sedangkan faktor penghambat pelayanan kesehatan diataranya (1) kurangnnya komitmen; (2) kurangnnya sumber daya; (3) kurangnnya partisipasi; (4) keterbatasan waktu; (5) kurangnnya pemahaman; dan (6) kurangnnya pemantauan. Hal ini dapat dilihat kesesuaian dengan standar pelayanan yang telah ditetapkan dan pelayanan yang diberikan sudah cukup sesuai dengan harapan masyarakat. Namun dalam mengenai perilaku sumber daya staf yang dimiliki oleh Puskesmas Towata masih dikatakan kurang apalagi dalam hal ketepatan waktu. Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa Puskesmas Towata sebagai pemberi pelayanan kesehatan bagi masyarakat telah menjadikan pelayanan kesehatan yang lebih kompleks dan spisifik sesuai dengan kecenderungan masalah kesehatan di Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

(7)

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan puja hanya milik Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Salam dan salawat tak lupa penulis kirimkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW dan semoga keselamatan tercurah kepada sahabat-sahabat beliau, keluarga beliau, serta umat yang senantiasa istiqomah di jalan-Nya.

Dalam menyelesaikan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dialami penulis, namun berkat dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, hambatan dan kesulitan tersebut dapat diatasi. Karenanya, sepantasnyalah penulis menghaturkan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah memberikan andil dalam penyusunan skripsi ini.

Ayahanda terhormat Dg. Bangun dan Ibunda tercinta Dg. Saena yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang. Harapan dan cita-cita luhur keduanya senantiasa memotivasi penulis untuk berbuat dan menambah ilmu. Demikian pula buat istriku yang tersayang Rosdiana, Amd. S.Kep, sesungguhnya tiada kata yang mampu penulis defenisikan untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas segala pengorbanan dan pengertian yang kalian berikan selama penulis menempuh pendidikan. Ucapan terima kasih dan penghargaan juga kepada:

1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si., Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

vi

3. Bapak Dr. Burhanudin S.Sos.M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Adminitrasi Negara Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah banyak memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan selama kuliah.

4. Bapak Dr. Abdul Mahsyar, M.Si., Pembimbing I dan Bapak Samsir Rahim, S.Sos, M.Si., Pembimbing II atas kerelaan dan kesediaan membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Jurusan Ilmu Adminitrasi Negara yang telah memberikan banyak ilmu dan berbagi pengalaman selama penulis menimba ilmu di Jurusan Ilmu Adminitrasi Negara Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Bapak H. Zainal Abidin, S.Sos,M.Kes, Kepala Puskesmas Towata. yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di puskesmas tersebut.

7. Seluruh rekan mahasiswa Jurusan Ilmu Adminitrasi Negara Angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis menyadari sebagai manusia yang tak luput dari kekurangan, demikian pula skripsi ini tentunya jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi perbaikan ke depan. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Amin.

Takalar, Agustus 2015

(9)
(10)

vii DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengajuan Skripsi ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iii

Abstrak ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Konsep dan Teori ... 9

B. Kerangka Pikir ... 37

C. Fokus Penelitian ... 37

D. Deskripsi Fokus penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 39

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 39

(11)

viii

D. Informan Penelitian ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Teknik Analisis Data ... 44

G. Pengabsahan Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi atau Karakteristik Obyek Penelitian ... 46

B. Pemaparan Jawaban Rumusan Masalah 1 ... 57

C. Pemaparan Jawaban Rumusan Masalah 2 70 BAB V PENUTUP BAB V A. Kesimpulan ... 72

B. Saran-saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(12)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

4.2 Tabel 4.2 Jumlah Fasilitas Gedung Puskesmas Towata ... 55

4.3 Identitas responden berdasarkan jenis kelamin ... 57

4.4 Identitas responden berdasarkan usia ... 57

4.5 Identitas responden berdasarkan pendidikan terakhir ... 58

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pelayanan publik merupakan tanggungjawab pemerintah dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah, baik itu di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara. Pelayanan publik berbentuk pelayanan barang publik maupun pelayanan jasa. Dewasa ini masyarakat semakin terbuka dalam memberikan kritik bagi pelayanan publik. Oleh sebab itu, substansi adminitrasi sangat berperan dalam mengatur dan mengarahkan seluruh kegiatan organisasi pelayanan dalam mencapai tujuan.

Salah satu bentuk pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah pemenuhan kebutuhan kesehatan masyarakat. Kesehatan merupakan karunia Tuhan yang sangat berharga dan merupakan hak dasar manusia, serta menjadi salah satu dari tiga faktor utama selain faktor pendidikan dan pendapatan yang menentukan indeks pembangunan sumber daya manusia. Derajat kesehatan di Indonesia tiga dekade ini, telah mengalami peningkatan yang bermakna, tetapi bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga, maka peningkatan tersebut masih terhitung rendah.

Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, banyak hal yang perlu diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dianggap mempunyai peranan yang cukup penting adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Pelayanan bidang kesehatan merupakan bukti konkret pelayanan publik, dan mutlak dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah. Dalam UUD 1945 pasal 34

(14)

2

ayat 2 memberi amanat “agar manusia mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”.

Hal ini juga sesuai peraturan undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka pelayanan harus memenuhi berbagai syarat diantaranya; tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai, mudah dijangkau, dan bermutu. Dengan ini semua akan memberikan kepuasan yang berefek terhadap keinginan pasien untuk kembali kepada institusi yang memberikan pelayanan yang efektif tersebut. Pembangunan kesehatan saat ini mempunyai visi pencapaian Indonesia Sehat. Ada beragam target yang diharapkan dapat tercapai, diantaranya adalah pelayanan kesehatan yang optimal di Puskesmas. Puskesmas merupakan salah satu sarana dalam pemberian pelayanan kesehatan yang terdekat dengan masyarakat. Pentingnya sarana pelayanan kesehatan diakibatkan karena kesehatan merupakan aspek paling penting dan salah satu indikator dalam mengukur kesejahteraan masyarakat disuatu daerah.

Selama ini pemerintah telah membangun Puskesmas dan jaringannya di seluruh Indonesia. Puskesmas telah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1968, rata-rata setiap kecamatan mempunyai dua puskesmas, setiap tiga desa mempunyai satu puskesmas pembantu. Puskesmaspun telah menyiapkan berbagai upaya kesehatan yang harus dilaksanakan sebagai pertanggungjawabannya ke Dinas Kesehatan. Puskesmas berada dibawah pengawasan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dengan wilayah pembinaannya satu kecamatan. Jika kemudian

(15)

3

dalam satu kecamatan itu ditemukan dua puskesmas, maka wilayahnya di bawah berdasarkan daerah terdekatnya.

Akan tetapi yang masih menjadi kendala adalah peran puskesmas itu sendiri apakah sudah optimal melaksanakan tugasnya dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Dalam sebuah perjalanan yang peneliti lakukan ke Rumah Sakit Umum Daerah Takalar pada hari Rabu tanggal 17 Januari 2015, peneliti menemukan bahwa masyarakat dinilai masih ada yang enggang berobat ke Puskesmas, yang dibuktikan dengan masih adanya pasien yang memilih berobat ke rumah sakit. Seperti halnya yang dilakukan oleh bapak Tompo warga Dusun Lassang mengatakan bahwa, “saya malas berobat ke puskesmas karena dokter sering datang terlambat”. Hal yang demikian juga dikemukakan oleh ibu Kanang warga Dusun Tammuloe menyatakan bahwa, “saya malas berobat ke puskesmas karena penyakit akan lama sembuhnya jika berobat di puskesmas”.

Berdasarkan dari pernyataan tersebut, peneliti berasumsi bahwa orang lebih memilih ke rumah sakit dengan biaya mahal dari pada ke puskesmas. Melihat kenyataan di lapangan, maka perlu ditinjau ulang peran puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan di masyarakat. Pembangunan puskesmas akan semakin nyata ketika peran dalam memberikan pelayanan kesehatan dirasakan oleh semua kalangan masyarakat di berbagai wilayah baik itu di perkotaan maupun di pedesaan.

Salah satu visi gubernur Sulawesi Selatan yakni rakyat tidak sakit. Hal ini selaras dengan visi pencapaian Indonesia Sehat. Dalam Undang-Undang Republik

(16)

4

Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah mengamatkan adanya urusan pemerintahan yang menjadi urusan wajib pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota. Salah satu diantara urusan wajib tersebut adalah urusan bidang kesehatan. Kabupaten Takalar yang termasuk dalam provinsi Sulawesi Selatan juga menjalankan urusan wajib tersebut. Salah satunya melalui sarana kesehatan Puskesmas yang disediakan oleh pemerintah Kabupaten Takalar.

Bentuk pelayanan yang efektif antara pasien dan pemberi pelayanan (provider) disadari sering terjadi perbedaan persepsi. Pasien mengartikan pelayanan yang bermutu dan efektif jika pelayanannya nyaman, menyenangkan dan petugasnya ramah yang mana secara keseluruhan memberikan kesan kepuasan terhadap pasien. Sedangkan provider mengartikan pelayanan yang bermutu dan efesien jika pelayanan sesuai dengan standar pemerintah. Adanya perbedaan persepsi tersebut sering menyebabkan keluhan terhadap pelayanan.

Keberadaan puskesmas yang akhir-akhir ini mulai kehilangan peran dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya di Kabupaten Takalar dikarenakan semakin berkurangnya kepercayaan masyarakat untuk berobat. Puskesmas diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal kepada masyarakat terutama bagi masyarakat miskin. Apalagi sekarang banyak peristiwa-peristiwa yang terjadi yang berkenaan tentang semakin buruknya pelayanan kesehatan di puskesmas. Dalam menghadapi kondisi tersebut, diharapkan puskesmas mampu memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal kepada masyarakat terutama bagi masyarakat miskin di desa. Dengan memiliki sikap

(17)

5

bertindak cepat dan tepat, berpihak kepada masyarakat, menegakkan kedisiplinan, menunjukkan transparansi, dan mewujudkan akuntabilitasnya.

Bagi masyarakat Towata, Puskesmas adalah satu-satunya sarana kesehatan atau tempat berobat yang disediakan pemerintah terdekat dan dengan biaya yang terjangkau. Biaya berobat ke rumah sakit terlalu mahal membuat puskesmas menjadi sarana kesehatan yang diharapkan masyarakat. Puskesmas Towata memegang peranan yang cukup penting dalam menjaga sekaligus mengobati kesehatan masayarakat Towata khususnya dan masayarakat di Kecamatan Polongbangkeng Utara umumnya. Pentingnya peranan puskesmas ini menuntut puskesmas untuk memberikan pelayanan yang lebih baik. Paradigma puskesmas sebagai tempat berobat yang seadanya perlu diganti dengan sebuah paradigma baru. Puskesmas Towata sebagai satu-satunya fasilitas kesehatan terdekat dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang mudah, murah, cepat, tepat dan bermutu serta menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

Seperti puskesma lainnya yang ada, Puskesmas Towata juga memiliki masalahnya sendiri. Dari segi bangunan fisik, Puskesmas Towata memang sudah cukup baik, bahkan untuk sebuah pelayanan rawat inap. Akan tetapi, peralatan kesehatan yang ada masih belum lengkap. Puskesmas induk yang hanya satu saja sangat menyulitkan masyarakat yang tinggalnya jauh dari lokasi puskesmas. Apalagi angkutan umum yang melewati puskesmas itu sangat sedikit, membuat puskesmas sulit dijangkau sebagaian masyarakat.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada hari Selasa tanggal 20 Januari sampai dengan hari Selasa tanggal 27 Januari 2015, peneliti

(18)

6

menemukan bahwa dari sudut pandang sumber daya manusia pelaku kesehatannya, Puskesmas Towata hanya memiliki beberapa dokter. Namun doketr tersebut jarang ada di tempat. Dengan kata lain dokter yang ada tidak melayani sesuai dengan jam kerja yang seharusnya, ditambah lagi pelayanan yang belum maksimal seperti masih tampak adanya keluhan yang terjadi seperti perawat yang kurang ramah dan petugas kesehatan yang masih lamban dalam menangani, masih adanya pegawai nakal yang meminta “uang bensin” untuk pengurusan surat-surat serta ketidakdisiplinan pegawai seperti waktu datang dan pulang yang tidak jelas. Hal ini jelas membuat pasien merasa kecewa.

Telah banyak kajian-kajian yang mencoba mengelaborasi persoalan-persoalan-persoalan yang menyangkut pelayanan kesehatan, namun sebahagian besar kajian-kajian tersebut masih berfokus pada pendekatan medis (prosedur, tata cara). Sedangkan kajian-kajian mengenai efektivitas pelayanan kesehatan sangat terbatas. Untuk itu diperlukan peranan seorang pekerja sosial untuk mengevaluasi program dengan menggunakan pendekatan secara evaluatif.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti sadar kesehatan adalah sesuatu hal yang penting dan harus didukung dengan sebuah pelayanan yang baik pula, karena itu peneliti tertarik untuk meneliti masalah tersebut dengan judul “Efektivitas Pelayanan Kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Towata Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(19)

7

1. Bagaimana efektivitas pelayanan kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Towata Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar? 2. Faktor apa yang menghambat dan mendukung pelayanan kesehatan di Pusat

Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Towata Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar??

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dengan dilaksanakannya penelitian ini adalah adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui efektivitas pelayanan kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Towata Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

2. Untuk mengetahui faktor yang menghambat dan mendukung pelayanan kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Towata Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diharapkan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Ilmiah

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmiah dan informasi tambahan bagi dunia pendidikan.

(20)

8

b. Manfaat Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pemerintah maupun pihak pengelola Puskesmas dalam rangka peningkatan efektivitas pelayanan kesehatan sehingga kualitas pelayanan kesehatan semakin baik untuk kedepannya.

c. Manfaat Praktis

Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti dalam hal mengaplikasikan ilmu dalam hal administrasi dan kebijakan di bidang kesehatan.

(21)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Konsep dan Teori

1. Efektivitas

Terkadang banyak orang yang menyamakan makna efektivitas dengan efisiensi, namun sebenarnya keduanya memiliki makna yang berbeda. Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh sebuah organisasi. Untuk memperoleh teori efektivitas peneliti dapat menggunakan konsep-konsep dalam teori manajemen dan organisasi khususnya yang berkaitan dengan teori efektivitas. Atmosoeprapto (2002: 139) menyatakan efektivitas adalah melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar, atau efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran dan efisiensi adalah bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat.

Menurut Stoner dalam Kurniawan (2005: 106) menekankan pentingnya efektivitas organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi dan efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi. Efektivitas dalam kegiatan organisasi dapat dirumuskan sebagai tingkat perwujudan sasaran yang menunjukkan sejauh mana sasaran telah dicapai. Sumaryadi (2005: 105) berpendapat dalam bukunya bahwa organisasi dapat dikatakan efektif bila organisasi tersebut dapat sepenuhnya mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Efektivitas umumnya dipandang sebagai tingkat pencapaian tujuan operatif dan operasional.

(22)

10

Menurut Silalahi (2002: 10), efektivitas menunjuk pada keberhasilan pencapaian sasaran-sasaran organisasi dan efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi. Sedangkan Tangkilisan (2005: 139), efektivitas organisasi adalah keseimbangan atau pendekatan secara optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan dan pemanfaatan tenaga manusia.

Ditinjau dari aspek ketepatan waktu maka menurut Siagian (2002: 171), efektivitas adalah tercapaianya berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, tepat waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan.

Efektivitas memiliki tiga tingkatan sebagaimanan yang didasarkan oleh David J. Lawles (Andini, 2012: 26) antara lain:

a. Efektivitas Individu

Efektivitas individu didasarkan pada pandangan dari segi individu yang menekankan pada hasil karya karyawan atau anggota dari organisasi.

b. Efektivitas Kelompok

Adanya pandangan bahwa pada kenyataannya individu saling bekerja sama dalam kelompok. Jadi efektivitas kelompok merupakan jumlah kontribusi dari semua anggota kelompoknya.

c. Efektivitas Organisasi

Efektivitas organisasi terdiri dari efektivitas individu dan kelompok. Melalui pengaruh sinergitas, organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang lebih tinggi tingkatannya daripada jumlah hasil karya tiap-tiap bagiannya.

(23)

11

Selain itu, Gibson, Ivancevich dan Donnely (Andini, 2012: 26) memberikan batasan dalam kriteria efektivitas organisasi melalui pendekatan teori sistem antara lain:

a. Produksi

Produksi merupakan kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah dan mutu output sesuai dengan permintaan lingkungan.

b. Efisiensi

Konsep efisiensi didefinisikan sebagai angka perbandingan antara output dan input. Ukuran efisiensi harus dinyatakan dalam perbandingan antara keuntungan dan biaya atau dengan waktu atau dengan output.

c. Kepuasan

Kepuasan menunjukkan sampai di mana organisasi memenuhi kebutuhan para karyawan dan pengguna.

d. Adaptasi

Kemampuan adapatasi adalah sampai seberapa jauh organisasi dapat menanggapi perubahan ekstern dan intern.

e. Perkembangan

Organisasi harus dapat berkembang dalam organisasi itu sendiri untuk memperluas kemampuannya untuk hidup terus dalam jangka panjang.

f. Hidup Terus

Organisasi harus dapat hidup terus dalam jangka waktu yang panjang. Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain segala sesuatu

(24)

12

dikatakan efektif apabila tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai.

Maka dapat disimpulkan bahwa konsep efektivitas tingkat organisasi menunjuk pada tingkat sejauh organisasi melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan menggunakan secara optimal alat-alat dan sumber-sumber yang ada, ketepatan waktu dalam melaksanakan tugas tersebut yang dapat dilihat dari kualitas maupun kuantitas dan dapat bermanfaat bagi anggota-anggota yang ada disekitarnya.

Dengan membaca uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa efektivitas berhubungan dengan empat hal yaitu:

a. Pencapaian tujuan yang telah disepakati, sebuah kegiatan yang dikatakan efektif apabila tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

b. Penyelesaian pekerjaan tepat waktu, sebuah pekerjaan dikatakan efektif apabila pekerjaan tersebut dilakukan secara tepat waktu.

c. Kemampuan sumber daya manusia untuk melaksanakan tugas ataupun pekerjaannya.

d. Adanya manfaat yang nyata yang dirasakan oleh masyarakat yang ada disekitarnya.

Masih soal efektivitas, ada beberapa pendekatan terhadap efektivitas. Pendekatan-pendekatan itu adalah:

a. Pendekatan Sasaran (Goal Approach)

Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil merealisasikan suatu lembaga yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam

(25)

13

pengukuran efektivitas dimulai dengan mengidentifikasi sasaran organisasi dalam pencapaian sasaran tersebut.

b. Pendekatan Sumber (System Resources Approach)

Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkan. Suatu lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif.

c. Pendekatan Proses (Internal Proses Approach)

Pendekatan proses menganggap efektivitas sebagai efesiensi dan kondisi kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan ini tidak memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian pada kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efesiensi kesehatan lembaga.

2. Pelayanan

a. Definisi Pelayanan

Seperti yang telah dijelaskan di atas pelayanan merupakan salah satu tugas pokok pemerintah. Secara umum pelayanan dapat diartikan dengan melakukan perbuatan yang hasilnya ditujukan untuk kepentingan orang lain, baik perorangan, maupun kelompok atau masyarakat. Menurut Keputusan Menteri Aparatur Negara No. 63 Tahun2003, disebutkan bahwa pelayanan adalah segala bentuk kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan

(26)

14

lingkungan Badan Usaha Milik Negara dalam bentuk barang atau jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menurut Gronroos yang dikutip dari Ratminto (2005: 2), pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antar konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh organisasi pemberi pelayanan yang dimaksudnya untuk memecahkan permasalahan konsumen atau pelanggan.

Moenir (2000: 27) berpendapat pelayanan hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu ia merupakan proses, sebagai proses pelayanan berlangsung rutin dan berkesinambungan meliputi seluruh kehidupan dalam masyarakat. Menurut Lijan Poltak (2006: 5), pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terkait pada suatu produk secara fisik.

Menurut Paimin (2007: 164), pelayanan adalah serangkaian kegiatan suatu proses pemenuhan kebutuhan orang lain secara lebih memuaskan berupa produk jasa dengan sejumlah ciri seperti tidak terwujud, cepat hilang, lebih dapat dirasakan dari pada memilki, dan pelanggan lebih dapat berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, maka pelayanan dapat disimpulkan sebagai kegiatan yang dilakukan suatu organisasi yang ditunjukkan untuk konsumen atau masyarakat umum yang berbentuk jasa untuk memenuhi kebutuhan. Adapun dua bagian konsep pelayanan yang ada di Indonesia yaitu:

(27)

15

1. Pemerintah memberi pelayanan secara langsung melalui dinas daerah. Pada kategori ini kebijakan yang harus dilakukan guna mengoptimalkan pelayanan pada masyarakat adalah unit dinas di daerah agar lebih mampu memudahkan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidang tugasnya.

2. Pemerintah menyerahkan fungsi pelayanan kepada masyarakat atau swasta. Hal ini dilakukan karena berbagai keterbatasan yang dimilikinya. Pemerintah berfungsi mendorong peran serta masyarakat dan swasta dalam memenuhi tuntutan kebutuhan masyarkat. Pemerintah berperan sebagai fasilitator dan pengawas terhadap fungsi pelayanan yang telah diberikan.

b. Fungsi Pelayanan

Pelayanan memiliki beberapa fungsi yang diberikan oleh pemerintah. Fungsi tersebut dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:

Fungsi Pelayanan Masyarakat (Publik Service Functions) 1) Pendidikan

2) Kesehatan masyarakat 3) Kesehatan lingkungan

4) Penataan jaringan jalan dan taman 5) Penyediaan air bersih

Fungsi Pembangunan (Development Functions)

(28)

16

2) Kebijakan pengembangan perekonomian sesuai dengan potensi daerah (kerajinan tangan, pariwisata, perdagangan, industri) untuk meningkatkan pendapatan dan mengurangi pengangguran.

3) Mengatur perizinan, memfasilitasi hubungan dengan berbagai pihak dalam rangka pengembangan daerah secara ekonomi maupun fisik.

4) Mendorong partisipasi masyarakat secara langsung melalui Lembaga Swadaya Masyarakat.

Fungsi Ketertiban dan Ketentraman (Prospective Functions) 1) Penciptaan ketertiban dan ketentraman

2) Perlindungan terhadap bencana alam 3) Perlindungan terhadap kebakaran 3. Pelayanan Publik

a. Definisi Pelayanan Publik

Pelayanan publik menjadi fokus studi disiplin ilmu adminstrasi publik Indonesia, masih menjadi persoalan yang memperoleh perhatian dan penyelesaian yang komprehensif. Pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat terus mengalami pembaharuan, baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring dengan meningkatnya tuntutan masyarakat dan perubahan di dalam pemerintah itu sendiri. Meskipun demikian, pembaharuan dilihat dari dua sisi tersebut belumlah memuaskan.

Pelayanan publik merupakan segala kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak dasar setiap warga negara dan penduduk

(29)

17

atas suatu barang, jasa, dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan yang terkait dengan kepentingan publik.

Menurut undang-undang No. 25 tahun 2009, pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Menurut Ratminto (2005: 5), pelayanan publik adalah segala bentuk pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sementara menurut Kurniawan (2005: 4), pelayanan publik adalah pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

Berdasarkan beberapa defenisi diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pelayanan publik adalah keseluruhan pelayanan yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah kepada publik di dalam suatu organisasi atau instansi untuk memenuhi kebutuhan penerima pelayanan publik/masyarakat.

Ruang lingkup pelayanan publik menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009, pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik

(30)

18

serta pelayanan administratif yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dalam ruang lingkup tersebut, termasuk pendidikan, pengajaran pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata dan sektor strategis lainnya.

Adapun penyelenggara pelayanan publik adalah lembaga dan petugas pelayanan publik baik pemerintah daerah maupun Badan Usaha Milik Daerah yang menyelenggarakan pelayanan publik. Sedangkan penerima pelayanan publik adalah orang perorangan dan atau kelompok orang dan atau badan hukum yang memiliki hak, dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik (Rohman, Ahmad Ainur,2008: 3).

b. Bentuk-Bentuk Pelayanan Publik

Pemerintah merupakan pihak yang memberikan pelayanan bagi masyarakat. Adapun didalam pelaksanaannya pelayanan ini terdiri dari beberapa bentuk. Menurut Moenir (2010: 190), bentuk pelayanan itu terdiri dari:

1) Pelayanan lisan

Pelayanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang hubungan masyarakat, di bidang layanan informasi dan di bidang-bidang yang lain tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada siapapun yang memerlukan.

(31)

19

2) Pelayanan berbentuk tulisan

Ini merupakan jenis pelayanan dengan memberikan penjelasan melalui tulisan di dalam pengelolahan masalah masyarakat. Pelayanan dalam bentuk tulisan ini terdiri dari dua jenis yakni:

(a) Pelayanan yang berupa petunjuk, informasi dan yang sejenis ditujukan kepada orang-orang yang berkepentingan agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan institusi atau lembaga.

(b) Pelayanan yang berupa reaksi tertulis atas permohonan, laporan, keluhan, pemberian/penyerahan, pemberitahuan dan lain sebagainya.

(c) Pelayanan berbentuk perbuatan

Dalam kenyataan sehari-hari jenis layanan ini memang tidak terhindar dari layanan lisan, jadi antara layanan perbuatan dan layanan lisan sering bergabung. Hal ini disebabkan karena hubungan lisan paling banyak dilakukan dalam hubungan pelayanan secara umum. Hanya titik berat terletak pada perbuatan itu sendiri yang ditunggu oleh orang yang berkepentingan. Jadi tujuan utama yang berkepentingan ialah mendapatkan pelayanan dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan hanya sekedar penjelasan dan kesanggupan secaara lisan. Disini faktor kecepatan dalam pelayanan menjadi dambaan setiap orang, disertai dengan kualitas hasil yang memadai.

c. Azas Pelayanan Publik

Untuk dapat memberikan pelayanan yang memuaskan bagi pengguna jasa, penyelenggara pelayanan harus memenuhi azas-azas pelayanan sebagai berikut (Ratminto, 2005: 19):

(32)

20

1) Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

2) Akuntabilitas

Dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3) Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang teguh pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

4) Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

5) Kesamaaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membeda-bedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi.

6) Keseimbangan hak dan kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

Lembaga administrasi negara membuat beberapa kriteria pelayanan publik yang baik, antara lain meliputi, kesederhanaan, kejelasan dan kepastian, kemauan keterbukaa, efisiensi, ekonomis dan keadilan merata, ketepatan waktu serta kriteria kuantitatif.

(33)

21

d. Prinsip-prinsip Pelayanan Publik

Berdasarkan keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun 2003, dijelaskan bahwa dalam menyelenggarakan pelayanan harus memenuhi beberapa prinsip yaitu:

1) Kesederhanaan, prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

2) Kejelasan mencakup beberapa hal antara lain:

(a) Persyaratan teknis dan administrasi pelayanan umum.

(b) Unit kerja atau pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik.

(c) Rincian biaya pelayanan dan tata cara pembayaran.

3) Kepastian waktu. Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

4) Akurasi. Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah. 5) Rasa aman. Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan

kepastian hukum.

6) Tanggung jawab. Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelasaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan publik.

7) Kelengkapan sarana dan prasarana. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika.

(34)

22

8) Kemudahan akses. Tempat dan lokasi serta sarana prasarana kerja yang memadai dan mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telematika.

9) Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan. Pemberi layanan harus bersikap disiplin, sopan, dan santun, ramah serta memberikan pelayanan yang ikhlas. 10) Kenyamanan. Lingkungan pelayanan harus tertib, disediakan ruang tunggu

yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah, sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parker, toilet, tempat ibadah, dan lain-lain.

4. Pelayanan Kesehatan

a. Definisi Pelayanan Kesehatan

Sebelum kita membahas mengenai pelayanan kesehatan terlebih dahulu kita harus mengetahui definisi dari kesehatan. Kesehatan berdasarkan undang-undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 1 ayat 1 didefinisikan sebagai Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Jadi pengertian kesehatan cakupannya sangat luas, mencakup sehat fisik maupun non fisik (jiwa, sosial dan ekonomi). Sedangkan upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat.

Dalam pasal 1 juga tertuang definisi jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat adalah suatu cara penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan yang paripurna berdasarkan asas usaha bersama dan kekeluargaan, berkesinambungan,

(35)

23

dan dengan mutu yang terjamin serta pembiayaan yang dilaksanakan secara praupaya. Dalam pasal 3 menjelaskan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pasal 8 menjelaskan bahwa pemerintah bertugas menggerakkan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan pembiayaan kesehatan, dengan memperhatikan fungsi sosial sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu tetap terjamin.

Menurut Sutadi (2005: 10), pelayanan kesehatan merupakan komoditi yang unik dan khusus, tidak dapat disamakan dengan komoditi lain karena pelayanan yang diberikan berupa jasa, sehingga sulit untuk mencapai kepuasan pelanggan. Dalam pengertian ini, pelayanan kesehatan disamping sebagai suatu usaha untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat, sekaligus juga dalam rangka usaha pembinaan, dan pengembangan pemanfaatan sumber daya manusia.

Maka pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu oraganisasi untuk memelihara, meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.

Berdasarkan rumusan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan tergantung dari beberapa faktor yaitu:

1) Pengornisasian pelayanan; pelayanan kesehatan dapat dilaksanakan secara sendiri atau bersama-sama sebagai anggota dalam suatu organisasi.

(36)

24

2) Tujuan atau ruang lingkup kegiatan; pencegahan penyakit, memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, penyembuhan/pengobatan dan pemulihan kesehatan.

3) Sasaran pelayanan; perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Pelayanan kesehatan memiliki tiga fungsi yang saling beerkaitan, saling berpengaruh dan saling bergantung, yakni fungsi sosial (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat pengguna pelayanan kesehatan), fungsi teknis kesehatan (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat pemberi pelayanan kesehatan), dan fungsi ekonomi (fungsi untuk memenuhi harapan dan kebutuhan institusi pelayanan kesehatan). Ketiga fungsi tersebut ditanggung jawab oleh tiga pilar utama pelayanan kesehatan yaiut, masyarakat (yang dalam prakteknya dilaksanakan bersama antara pemerintah dan masyarakat), tenaga teknis kesehatan (yang dilaksanakan oleh tenaga profesional kesehatan), dan tenaga adminstrasi/manajemen kesehatan (manajemen/administrator kesehatan).

b. Sasaran Pelayanan Kesehatan

Menurut Hoggets dan Cascio dalam Andini (2012: 36), pelayanan kesehatan dapat dibagi menjadi dua bagian utama jika dilihat berdasarkan sasarannya:

1) Pelayanan kesehatan personal (Personal health services) maksudnya sasaran pelayanan kesehatan ini adalah untuk pribadi atau perorangan.

2) Pelayanan kesehatan lingkungan (Envrionmental health service) yaitu sasaran pelayanan kesehatan ini adalah lingkungan, kelompok, atau masyarakat.

(37)

25

c. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang baik memiliki berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok yang dimaksud yaitu sebagai berikut:

1) Tersedia dan berkesinambungan

Yaitu syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat berkesinambungan. Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan serta keberadaannya dalam masyarakat selalu ada ketika dibutuhkan.

2) Dapat diterima dan wajar

Pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan, dan kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.

3) Mudah dicapai

Lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Dengan demikian maka pengaturan distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting, pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi pada perkotaan saja dan tidak ditemukan di daerah pedesaan bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.

4) Mudah dijangkau

Dapat dilihat dari segi biaya, untuk dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus diupayakan biaya pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal dan hanya

(38)

26

bisa dijangkau oleh sebagian masyarakat bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.

5) Bermutu

Maksudnya menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan dipihak lain tata cara penyelenggaraan sesuai kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

d. Stratifikasi Pelayanan Kesehatan

Menurut Azwar (Andini, 2012: 41), stratifikasi pelayanan kesehatan yang dianut setiap negara tidaklah sama, namun secara umum berbagai strata ini dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu:

1) Pelayanan kesehatan tingkat pertama (primary health services)

Pelayanan kesehatan tingkata pertama merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat pokok, yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan.

2) Pelayanan kesehatan tingkat kedua

Pelayanan kesehatan tingkat kedua adalah pelayanan yang lebih lanjut, telah bersifat rawat inap dan untuk menyelenggarakannya telah dibutuhkan tenaga spesialis.

(39)

27

3) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga

Pelayanan kesehatan tingkat ketiga adalah pelayanan kesehatan yang bersifat lebih kompleks dan umumnya diselenggarakan oleh tenaga-tenaga subspesialis.

e. Tujuan Pelayanan Kesehatan

Tujuan pelayanan kesehatan sesuai dengan visi dan misi pembangunan kesehatan yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesi. Visi pembangunan kesehatan Indonesia yaitu (DepKes RI):

“Gambaran masyarakat Indonesia yang dicapai melalui

pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pola kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah republik Indonesia”.

Visi kesehatan Indonesia dilaksanakan melalui misi yang juga ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Misi pembangunan kesehatan Republik Indonesia adalah sebagai berikut:

1) Menggerakkan pembangunan kesehatan berwawasan kesehatan.

Para penanggung jawab program pembangunan harus memasukkan pertimbangan kesehatan di dalam semua kebijakan pembangunannya. Program yang tidak berkontribusi positif terhadap kesehatan diharapkan untuk tidak dilaksanakan.

(40)

28

2) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup mandiri.

Kesehatan merupakan tanggung jawab individu, masyarakat, pemerintah, dan swasta itu artinya kesehatan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, masyarakat juga harus mandiri menjaga kesehatannya sendiri.

3) Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatana yang bermutu, merata dan terjangkau.

4) Menjangkau dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat beserta lingkungan tanpa meninggalkan upaya penyembuhan penyakit. (DepKes RI)

5. Pelayanan Kesehatan di Pusat kesehatan Masyarakat (Puskesmas) a. Definisi Puskesmas

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan sebuah wadah kesehatan yang lahir untuk menjawab semua masalah pelayanan kesehatan yang ada. puskesmas adalha unit fungsional pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota atau kabupaten yang mealksanakan upaya penyuluhan, pencegahan, dan penanganan kasus-kasus penyakit diwilayah kerjanya secara terpadu dan terkoordinasi. Definisi Puskesmas berdasarkan Kepmenkes No 128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja UPT tugasnya adalah menyelenggarakan sebagian tugas teknis Dinas Kesehatan.

Puskesmas hadir sebagai upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang memadai dan memiliki jangkauan luas bagi masyarakat. Tujuan umum

(41)

29

pelayanan kesehatan melalui puskesmas adalah untuk terselenggaranya upaya kesehatan masyarakat yang bermutu, merata, terjangkau, dan peran serta masyarakat

Menurut KepMen kesehatan tersebut, dalam menjalankan tugasnya Puskesmas memiliki beberapa usaha pokok tentang Kebutuhan Dasar Puskesmas, dimana beban pokok Puskesmas dikurangi dari 18 menjadi 6 yaitu:

1) Kesehatan Ibu dan Anak serta KB 2) Perbaikan Gizi Masyarakat 3) Kesehatan Lingkungan

4) Pemberantasan Penyakit Menular 5) Promosi Kesehatan

6) Pengobatan

Dalam menciptakan efektivitas pegawai harus memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat. Menurut Putu Audayasa (2009), ada lima nilai dasar dalam aspek pelayanan kesehatan yang sebauknya selalu dijunjung tinggi oleh para pegawai dan aparat kesehatan dalam upaya memberdayakan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Lima nilai dasar tersebut adalah:

1) Bertindak cepat dan tepat

Cepat mengambil keputusan dalam memberikan pelayanan atau tndakan kesehatan, terhadap kasus/masalah yang bisa bersifat mendadak maupun mendesak. Tepat dalam melaksanakan proses pelayanan kesehatan sesuai prosedur tetap atau standar operasional prosedural yang telah ditentukan.

(42)

30

2) Berpihak Kepada Masyarakat

Masyarakat sebagai subyek pelayanan, berhak menentukan jenis pelayanan kesehatan yang terbaik sesuai masalah yang dihadapinya. Masyarakat sebagai obyek pelayanan, wajib diberikan pelayanan kesehatan yang bermutu agar mencapai derajat kesehatan yang optimal.

3) Menegakkan Kedisiplinan

Disiplin kerja adalah menegakkan semangat dalam memberikan peyanan yang terbaik kepada masyarakat atau sasaran pelayanan. Disiplin adminitrasi adalah melakukan pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan pelayanan secara tertib teratur, terarah, terbuka, dan terukur.

4) Menunjukkan Transparansi

Menunjukkan keterbukaan pelayanan dengan aturan kerja yang jelas, ringkas dan tuntas, sehingga bisa dipahami oleh sasaran pelayanan. Menunjukkan keterbukaan anggaran, sesuai tata hukum dan peraturan yang berlaku dalam lingkup pelayanan kesehatan.

5) Mewujudkan Akuntabilitas

Hasil kegiatan pelayanan diarahkan secara bertanggung jawab terhadap institusi internal di dalam lingkup pelayanan kesehatan dan kepada intitusi eksternal di dalam lingkungan pelayanan kesehatan. Tanggung jawab terhadap masyarakat sangat penting sekali karena menyangkut upaya peningkatan pemberdayaan derajat kesehatan masyarakat secara holistik.

(43)

31

b. Fungsi Puskesmas

Berdasarkan Kepmenkes No. 128 Tahun 2004, puskesmas memiliki beberapa fungsi yang harus dilaksanakan oleh puskesmas, diantaranya:

1) Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan

Dalam hal ini puskesmas selalu berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan. Selain itu juga aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggara setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Serta mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.

2) Pusat Pemberdayaan Masyarakat

Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan.

3) Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, berkesinambungan yang terdiri dari pelayanan kesehatan perorangan dan masyarakat. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:

(44)

32

(a) Pelayanan kesehatan perorangan

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu rawat inap.

(b) Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat umum (good publics) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, memberantas penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai pedoman kesehatan masyarakat lainnya.

c. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan

Salah satu upaya untuk mengurangi variasi proses adalah dengan melakukan standarisasi. Proses standarisasi meliputi penyusunan, penerapan, monitoring, pengendalian, serta evaluasi dan revisi standar (Koentjoro, 2007: 24).

Dalam PP 102/2000 dijelaskan standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dilakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, yakni perkembangan masa kii dan

(45)

33

masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya (2007: 25).

Standar pelayanan minimal bidang kesehatan untuk tingkat nasional diatur dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota. Dalam pasal 2 KEPMENKES tersebut diamanatkan kabupaten/kota untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai standar pelayanan minimal. Adapun target yang merupakan SPM bidang kesehatan tingkat nasional adalah sebagai berikut (Keputusan menteri Kesehatan Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003) (Ratminto, 2005: 271):

1) Pelayanan kesehatan ibu dan bayi

(a) Cakupan kunjungan ibu hamil k4 (95%)

(b) Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan (90%).

(c) Ibu hamil resiko tinggi yang dirujuk (100%). (d) Cakupan kunjungan neonatus (90%).

(e) Cakupan kunjungan bayi (90%).

(f) Cakupan bayi berat lahir rendah (BBLR) yang ditangani (100%). 2) Pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolah

(a) Cakupan deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan pra sekolah (90%). (b) Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat oleh tenaga

(46)

34

3) Pelayanan keluarga berencana Cakupan peserta aktif KB (70%). 4) Pelayanan imunisasi

Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) (100%). 5) Pelayanan pengobatan perawatan

(a) Cakupan rawat jalan (15%). (b) Cakupan rawat inap (1,5%). 6) Pelayanan kesehatan jiwa

Pelayanan kesehatan jiwa di saranan pelayanan kesehatan umum (15%). 7) Pemantauan pertumbuhan balita

(a) Balita yang naik berat badannya (80%). (b) Balita Bawah Garis Merah (<15%). 8) Pelayanan Gizi

(a) Cakupan balita mendapat kapsul vitamin A dua kali per tahun (90%). (b) Cakupan ibu hamil mendapat makanan pendamping ASI pada bayi garis

merah dari keluarga miskin (100%).

(c) Balita gizi buruk mendapat perawatan (100%).

9) Pelayanan obsestrik dan neonatal emergensi dasar dan komprehensif

(a) Akses terhadap ketersediaan darah dan komnen yang aman untuk menangani rujukan ibu hamil dan neonatus (80%).

(b) Ibu hamilresiko tinggi/komplikasi yang ditangani (80%). (c) Neonatal resiko tinggi/komplikasi yang ditangani (80%).

(47)

35

10) Pelayanan gawat daruratl

Sarana kesehatan dan kemampuan pelayanan gawat darurat yang dapat diakses masyarakat (90%).

11) Peneyelenggaraan penyelidikan epidomologi dan penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan gizi buruk

(a) Desa/kelurahan mengalami KLB yang ditangani <24 jam (100%). (b) Kecamatan bebas rawan gizi (80%).

12) Pencegahan dan pemberantasan bebas polio AFP rate per 100.000 penduduk <15 tahun ( ). 13) Pemberantasan dan pencegahan penyakit TB paru

Kesembuhan penderita TBCBTA positif (>85%) 14) Pencegahan dan pemberantasan penyakit ISPA

Cakupan balita dengan pneumonia yang ditangani (100%). 15) Pencehgahan dan pemberantasan penyakit HIV AIDS

1) Klien yang mendapatkan penanganan HIV AIDS (100%). 2) Infeksi menular seksual yang diobati (100%).

16) Pencegahan dan pemberantasan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) 1) Penderita DBD yang ditangani (100%)

17) Pencegahan dan pemberantasan penyakit diare Balita dengan diare ditangani (100%).

(48)

36

d. Peran pemerintah dalam Regulasi Pelayanan Kesehatan

Regulasi pelayanan kesehatan (Ratminto, 2005: 25) adalah upaya publik untuk memberikan pengaruh secara langsung atau tidak langsung terhadap perilaku dan fungsi organisasi maupun perorangan yang menyediakan pelayanan kesehatan. Diterapkan otonomi daerah bukan berarti pelayanan kesehatan di daerah dapat melakukan kegiatan pelayanan secara bebas tanpa adanya kendali. Peran pemerintah pusat dan masyarakat diperlukan sebagai pengendali melalui kegiatan regulasi. Pemerintah pusat tersebut tentunya juga dapat diwujudkan melalui lembaga masyarakat yang dipercaya dan mendapatkan otoritas untuk melakukan kegiatan regulasi. Pada dasarnya kegiatan regulasi diperlukan untuk mengendalikan kegiatan pelayanan kesehatan agar dilaksanakan sesuai persyaratan yang berlaku yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat.

Persyaratan regulasi disusun agar organisasi pelayanan kesehatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dengan memperhatikan nilai-nilai sosial yang ada di masyarakat, antara lain akuntabilitas pelayanan publik, keragaman yang ada di masyarakat, keseimbangan dan keadilan, pilihan masyarakat terhadap pelayanan publik dan swasta, pembiayaan kesehatan kebutuhan masyarakat terhadap keterbukaan informasi, dan perlindungan terhadap lingkungan. Disamping mengendalikan mutu pelayanan kesehatan, regulasi juga dilakukan untuk melindungi masyarakat terhadap kegagalan pasar, meningkatkan efesiensi pelayanan, dan mencegah terjadinya diskriminasi pelayanan terhadap masyarakat.

(49)

37

B. Kerangka Pikir

Gambar 2.1Kerangka Pikir Penelitian

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah mengenai efektivitas pelayanan kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Towata Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar serta faktor yang menghambat dan mendukung pelayanan kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Towata Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Konsep efektivitas tingkat organisasi menunjuk pada tingkat sejauh organisasi melaksanakan kegiatan atau fungsi-fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan menggunakan secara optimal alat-alat dan sumber-sumber yang ada, ketepatan waktu dalam melaksanakan tugas tersebut

Pelayanan Publik

Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Towata

Efektivitas Pelayanan Kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Towata Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

- Tercapainya Tujuan - Kemampuan Pegawai - Ketepatan Waktu - Kelengkapan Fasilitas - Pelayanan Adminitrasi - Bermanfaat

(50)

38

yang dapat dilihat dari kualitas maupun kuantitas dan dapat bermanfaat bagi anggota-anggota yang ada disekitarnya.

Efektivitas Pelayanan Kesehatan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Towata Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar dapat diukur melalui indikator tercapainya tujuan, kemampuan pegawai, ketetapan waktu, kelengkapan fasilitas, pelayanan adminitrasi, dan bermanfaat.

Faktor penghambat adalah segala sesuatu yang menyebabkan

implementasi itu tidak dapat berjalan dengan baik atau terhambat dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai. Faktor pendukung adalah segala sesuatu yang menyebabkan implementasi itu dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

(51)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian

Lama penelitian ini diperkirakan selama kurang lebih sebulan mulai Bulan Mei tahun 2015 sampai selesai.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Towata terletak di Dusun Towata Desa Lassang Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar

B. Jenis dan Tipe Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Zuriah (2006: 47), penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gekala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dengan menguji hipotesis.

Sudarwan Danim (2002: 41) memberikan ciri-ciri dominan dari penelitian deskriptif yaitu:

1. Bersifat mendiskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat faktual, adakalanya penelitian ini dimaksudkan hanya membuat deskripsi atau narasi semata-mata dari fenomena, tidak untuk mencari hubungan antar variabel, menguji hipotesis atau membuat ramalan.

(52)

40

2. Dilakukan dengan survei. Oleh karena itu penelitian deskripsi sering disebut juga sebagai penelitian survei. Dalam artian luas, penelitian deskripsi dapat mencakup seluruh metode penelitian, kecuali yang bersifat histories dan eksperimental.

3. Bersifat mencari informasi faktual dan dilakukan secara mendetail.

4. Mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktik-praktik yang sedang berlangsung.

5. Mendeskripsikan sebyek yang sedang dikelolah kelompok orang tertentu dalam waktu bersamaan.

C. Sumber Data

Sumber data penelitian ini terutama dijaring dari sumber data primer dan data sekunder dengan proporsi sesuai dengan tujuan penelitian ini.

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari lapangan atau lokasi penelitan. Teknik pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara:

a. Wawancara mendalam, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

b. Observasi tidak terstruktur, yaitu observasi atau pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Dengan demikian, pada obsrvasi ini peneliti harus mampu secara pribadi mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek (Bungin, 2007: 116-117).

(53)

41

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan untuk mendukung kelengkapan dari data primer. Data sekunder dapat diperoleh melalui:

a. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada dilokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang terkait dengan objek penelitian.

b. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, literature, internet dan sumber-sumber lain yang berkompetensi dan memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian.

D. Informan Penelitian

Pengambilan informan dilakukan secara purposive yaitu pengambilan sample atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang kami anggap kompoten dengan masalah yang diteliti. Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel. Menurut Bagong Suyanto (2005: 171), subyek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ini ditentukan dengan sengaja. Subjek penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memenuhi persoalan atau permasalahan.

(54)

42

Menurut Bagong Suyanto (2005: 172), informan penelitian meliputi beberapa macam, yaitu:

1. Informan kunci, yaitu mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.

2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.

3. Informan tambahan.

Maka dalam penelitian ini menggunakan informan penelitian sebanyak 17 orang yang tediri atas:

1. Informan kunci, yaitu

a. H. Zainal Abidin S.Sos. M.kes selaku Kepala Puskesmas, Dokter Puskesmas yaitu dr. Ismail selaku dokter umum.

b. Satu orang perwakilan dari Bidan. c. Satu orang perwakilan dari Perawat. d. Bidan koordinator terdiri dari 1 orang. e. Satu orang dari Sanitarian.

f. Satu orang dari Fungsi Analisis. g. Satu orang dari Fungsi Apoteker. h. Satu orang dari Fungsi Gizi.

i. Satu orang dari Bagian adminitrasi. j. Satu orang dari Fungsi umum. k. Satu orang dari Kesling. l. Satu orang dari Farmasi.

(55)

43

2. Informan utama, yaitu masyarakat yang menggunakan pelayanan kesehatan di Puskesmas. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan informan utama sebanyak 5 orang.

E. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan data berupa teknik pengumpulan data primer dan teknik pengumpulan data sekunder.

1. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang langsung diperoleh dari lapangan atau lokasi penelitan. Teknik pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara:

a. Wawancara mendalam, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

b. Observasi tidak terstruktur, yaitu observasi atau pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Dengan demikian, pada obsrvasi ini peneliti harus mampu secara pribadi mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek (Bungin, 2007: 116-117).

2. Teknik pengumpulan data sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui bahan kepustakaan untuk mendukung kelengkapan dari data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan cara:

(56)

44

a. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada dilokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang terkait dengan objek penelitian.

b. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, literature, internet dan sumber-sumber lain yang berkompetensi dan memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Menurut Burhan (2007: 276), teknik analisis data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah, dan menyusunnya dalam satu-satuan, yang kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti unutk membuat kesimpulan penelitian.

G.Keabsahan Data

Adapun untuk pengujian keabsahan datanya, pada penelitian ini dilakukan dengan cara triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat tiga jenis triangulasi yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.

Gambar

Gambar 2.1Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 4.1 berikut menggambarkan distribusi penduduk berdasarkan  jenis kelamin:
Tabel 4.2 Jumlah Fasilitas Gedung Puskesmas Towata  No.  Fasilitas Gedung  Jumlah
Tabel 4.3 Identitas responden berdasarkan jenis kelamin
+2

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu bentuk upaya penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan Puskesmas, karena Puskesmas merupakan pusat pembangunan masyarakat

Salah satu bentuk upaya penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan Puskesmas, karena Puskesmas merupakan pusat pembangunan masyarakat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan pelayanan Publik di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Moyudan Sleman dengan indicator; 1)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan masyarakat di Puskesmas Sentosa Baru dapat dikatakan cukup efektif, karena dalam proses

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah

Sampai saat ini puskesmas adalah fasilitas kesehatan terdepan dan merupakan ujung tombak penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar pada level masyarakat. 1 Selain itu

Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia. kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan

Implementasi Costing SPM di Puskesmas Ngrambe Sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dalam mencapai standar pelayanan minimal SPM bidang kesehatan, Puskemas