• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMASALAHAN-PEMASALAHAN PEREKRUTAN PENYELENGGARAN PEMILU Anggota Komisi Pemilihan Umum

PEMILU DAN PARLEMEN

PEMASALAHAN-PEMASALAHAN PEREKRUTAN PENYELENGGARAN PEMILU Anggota Komisi Pemilihan Umum

Etwin Juanda

Tumbuh kembang Komisi Pemilihan Umum sebagai penyelenggara Pemilu sudah melewati masa yang panjang. Pada pemilu 1999 sebagai awal dilaksanakannya pemilu pasca orde baru menjadikan Komisi Pemilihan Umum sebagai ujung tombak pelaksana Pemilu. Pada saat itu, demi memfasilitasi semua kepentingan yang ada maka Komisi Pemilihan Umum saat itu berisikan 5 orang wakil pemerintah dan 48 orang wakil partai politik serta pemilu. Dengan komposisi seperti itu ini jelas akan menghambat kinerja Komisi Pemilihan Umum karena begitu banyak kepentingan didalamnya. Terbukti, Komisi Pemilihan Umum periode ini gagal menetapkan hasil pemilu karena terdapat penolakan dari sebagian besar anggotanya.

Penyelenggaraan pemilu 2014 sudah semakin dekat, tepatnya pada bulan April 2014 yakni pemilu anggota DPR,DPD dan DPRD, sedangkan pada bulan Juli 2014 dilaksanakan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Untuk terselenggaranya pemilu ada beberapa komponen yang ikut berpatisipasi. Komponen tersebut adalah Komisi Pemilihan Umum sebagai Penyelenggara Pemilu , Partai Politik sebagai peserta pemilu dan Badan Pengawas Pemilu sebagai komponen yang mengawasi jalannya pemilu. Pada penyelenggaraan pemilu, Komisi Pemilihan Umum dianggap sebagai lembaga yang sangat strategis karena sesuai dengan kewenangan yang diberikan konstitusi maka lembaga tersebut berwenang untuk merencanakan program dan jadwal, menetapkan peserta pemilu, menerima pendaftaran pemilu sampai dengan menetapkan dan mengumumkan hasil rekapitulasi pengitungan suara. Karena dengan kewenangan yang melekat tersebut KPU dianggap sebagian orang dapat memenangkan pemilu. KPU ibarat gadis cantik yang mempesona semua orang dan ingin mempersuntingnya. Rekrutmen calon anggota KPU menjadi titik awal sebuah pemilu dan prosesnya mendapat perhatian semua pihak sehingga menjadi hiruk pikuk didalam negeri ini. Dalam ketentuan umum UU No. 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum disebutkan bahwa Komisi Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut dengan KPUadalah lembaga yang bersifat nasional, tetap, mandiri. Oleh karena itu, KPU adalah lembaga tunggal Penyelenggara Pemilu yang memiliki kewenangan sangat luas. KPU adalah komisi independen yang dibentuk sesuai dengan undang-undang tentang pemilihan umum yang bertujuan untuk menyelenggarakan pemilihanPresiden dan Wakil Presiden, anggota Dewan Perwakilan Rakyat, DewanPerwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi dan DewanPerwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota. Dengan demikian, harapan yang sangat tinggi bagi terselenggaranya Pemilu 2014 yang sukses dan berkualitas akan tertuju pada KPU dari tingkat pusat sampai dengan KPU Kabupaten/Kota. Harapan ini tidaklah berlebihan karena sebagaimana dijelaskan di atas bahwa KPU memiliki tugas yang sangat sentral terhadap penyelenggaraan pemilu. Kemandirian penyelenggara Pemilu di tingkat daerah dalam proses penyelenggaraan pemilihan kepala daerah pernah ditegaskan oleh MK melalui Putusan Nomor perkara Nomor 072-073/PUU-II/2004 diucapkan pada sidang. Keberhasilan KPU dalam menyelenggarakan Pemilu tidak serta mertamenjadikan lembaga ini, lembaga yang begitu dihargai karena berhasil mengantarkan seseorang menjadi Presiden, Wakil Presiden, Anggota DPR, DPDmaupun anggota DPRD. Partai Politik seakan-akan mencari kambing hitam terhadapkegagalannya merebut simpatik pemilih dengan menumpahkan kesalahannya padaKPU yang dianggap tidak profesional sehingga menimbulkan berbagai persoalan terkait pemilu.KPU dijadikan sebagai lembaga yang dipandang sebelah mata tidak hanya karena para petingginya terseret kasus hukum tetapi juga karena KPU dianggap sebagai batu loncatan untuk menggapai sesuatu atau hanya untuk mencari perlindungan. Anggapan sebagaian masyarakat tersebut cukup beralasan karena beberapa mantan anggota KPU nya dipercaya menempati posisi strategis. Pertama,Hamid Awaludin dipercaya sebagai Menteri Hukum dan HAM (20 Oktober 2004 – 9Mei 2007) oleh Presiden SBY pada Kabinet Indonesia Bersatu. Kedua AnasUrbaningrum hijrah ke Partai Politik dan saat ini menjadi Ketua Umum Partai Demokrat. Dan yang ketiga Andi Nurpati juga pindah ke Partai Demokat. Untuk kepindahan Andi Nurpati pada Partai Demokrat menjadi catatan buruk bagi masyarakat maupun parpol lain yang merasa dihianati karena mengulang kesalahan kedua kali setelah bergabungnya Anas Urbaningrum pada Partai Demokrat. Dewan Kehormatan (DK) KPU yang dipimpin Jimly Asshiddiqi membacakan keputusan setelah sehari sebelumnya menggelar sidang pendahuluan. Dalam putusannya, DK merekomendasikan agar KPU

memberhentikan Andi karena terbukti melakukan sejumlah pelanggaran terkait kasus Pemilukada Toli-Toli dan kasus kepengurusan Partai Demokrat. DK merekomendasikan Andi Nurpati untuk diberhentikan oleh KPU. Kewajiban tersebutwajib dilakukan oleh KPU paling lambat tiga hari setelah penetapan dibacakan. Karena pengalaman tersebut, masyarakat menganggap bahwa partai politik sengaja menempatkan orang-orangnya untuk di KPU, atau partai politik menganggap bahwa keindependenan KPU sudah tidak lagi independen meskipun didalam pasal 11 huruf i UU 22 tahun 2007 Tentang Penyelenggara Pemilu disebutkan : “tidak pernah menjadi anggota partai politik yang dinyatakan dalam surat pernyataan yang sah atau sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 5 (lima)tahun tidak lagi menjadi anggota partai politik yang dibuktikan dengan surat keterangan dari pengurus partai politik yang bersangkutan. Tetapi tidak dapat memberikan jaminan bahwa bahwa KPU betul-betul independen.Masa bakti Anggota KPU Periode 2007 – 2012 yang akan habis masabaktinya dijadikan momentum oleh anggota DPR untuk merubah UU nomor 22 tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu. Pengalaman masuknya dua anggota KPU pada partai politik menjadi dasar bahwa masa 5 (lima) tahun dapat memberikan jaminan bahwa anggota KPU bersifat independen. Karena tidak ada jaminan, maka pada perubahan UU Nomor 22 Tahun 2007 mengenai persyaratan menjadi annggota KPU cukup mengundurkan diri dari keanggotaan parpol pada saat mendaftar. Disamping itu pula partai politik memberi pagar yang sangat rapat agar KPU periode berikutnya (2012-2017) sulit untuk keluar ditengah jalan dari keanggotaan KPU. Diantara upaya yang dilakukan antara lain, anggota KPU yang mengundurkan diri maka wajib mengembalikan uang kehormatan sebanyak 2 (dua)kali lipat dari yang diterima, untuk menjaga keindependenan KPU dibentuk Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (sebelum dibatalkan oleh MahkamahKonstitusi).Karena itu, pasal 11 huruf i UU No 22 Tahun 2007 harus diubah tidak perlulagi tidak menjadi anggota partai politik dalam jangka 5 (lima) tahun. Perdebatan pemaknaan “mandiri” muncul dalam penyusunan UU 15/2011 sebagai penggantiatas UU 22/2007. Perdebatan tersebut mengemuka dalam perumusan syarat menjadi anggota KPU dan Bawaslu dalam Pasal 11 huruf i dan Pasal 85 huruf i. Perdebatan mengemuka apakah ketentuan syarat “tidak menjadi anggota partaipolitik Sekurang-kurangnya dalam jangka waktu 5 (lima) tahun tidak lagi menjadi anggota partai politik” akan dihapuskan dan diganti dengan frasa “mengundurkan diri dari keanggotaan partai politik”.

Sementara Pasal 27 ayat (3) berbunyi:

“Anggota KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota yang mengundurkan diri dengan alasan yang tidak dapat diterima ganjil atau dalam hal jumlah utusan partai politik yang ada di DPR berjumlah genap”bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 dan harus dibaca “ undang – undang sudah mempromosikan Komisi Pemilihan Umum sebagai sebuh lembaga idela baikdari sisi landasan hukumnya maupun fungsinya. Namun, dengan masih banyaknya pihak yang menyatakan bahwa pemilu yang sudah dilaksanakan masih jauh dari sesuatu yang ideal maka perlu dicermati, pastilah ada yang sala dengan semua yang sudah diatur dan dibentuk. Banyak sisi yang bisa dilihat, banyak sudut yang bisa dicermari. Apabila kita berada didalam struktur, maka terdapat beberapa hal yang bisa dicermati dan akan dibahas pada bagian selanjutnya.

DINAMIKA PERGANTIAN ANTAR WAKTU (PAW) ANGGOTA DPRD RIAU PERIODE 2014-2019 PASCA

Dokumen terkait