• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

G. Pemasaran

F. Sistematika Penelitian

BAB I Pendahuluan.

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan

penelitian.

BAB II Landasan Teori.

Bab ini berisi tentang landasan teori penulisan skripsi yang

meliputi uraian secara teoritik tentang masalah penelitian.

Beberapa pokok bahasan diantaranya adalah tentang manajemen,

manajemen pemasaran, konsep pemasaran, bauran pemasaran

(Marketing Mix), pengertian jasa, perilaku konsumen, mengelola

BAB III Metode Penelitian.

Bab ini berisi tentang jenis penelitian, lokasi penelitian, waktu

penelitian, subjek dan objek penelitian, variabel penelitian, definisi

operasional, data yang dibutuhkan, populasi dan sampel, metode

pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas dan metode analisis

data.

BAB IV Gambaran Umum Perusahaan.

Bab ini berisi tentang sejarah singkat dan perkembangan

perusahaan, lokasi perusahaan, struktur organisasi, jenis pekerjaan,

pemasaran, keunggulan servis di bengkel resmi Honda dan

keunggulan memakai suku cadang asli Honda.

BAB V Analisis Data dan Pembahasan.

Bab ini berisi tentang pengujian instrumen, pengolahan data dan

analisis data yang meliputi pengujian terhadap hipotesis penelitian.

BAB VI Kesimpulan, Saran dan Keterbatasan

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari bab-bab sebelumnya atas

hasil penelitian yang telah dilakukan, saran dan keterbatasan

A. Pengertian Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu unsur yang utama dalam

mengembangkan perusahaan, pemasaran merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan

hidup perusahaan, sebab dengan melakukan aktifitas pemasaran perusahaan akan

memperoleh pendapatan atau laba, yang nantinya dapat digunakan untuk

mengembangan perusahaan.

Sampai saat ini masih banyak masyarakat yang mendefinisikan bahwa

pemasaran itu sama dengan penjualan, padahal pemasaran memiliki arti yang

lebih luas dibandingkan dengan penjualan, yaitu bagaimana kita menampilkan

produk yang baik , harga yang kompetitif, pendistribusian yang efektif sampai

pada usaha promosi yang gencar sehingga diharapkan dapat meningkatkan

penjualan dan tentunya untuk meningkatkan laba yang diperoleh perusahaan

sebagai tujuan utama dari perusahaan.

Beberapa ahli mendefinisikan pemasaran tidaklah hanya sekedar sebagai

penjualan, antara lain:

Menurut Philip Kotler (1993:4):

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial di mana seseorang atau kelompok

memperoleh apa yang mereka butuhkan dan ingginkan melalui penciptaan dan

pertukaran produk dan nilai.

Menurut William J Stanton (dikutip dalam Swasta, 2006:6):

Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk

merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang

dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada pembeli yang ada maupun

kepada pembeli potensial.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat kita simpulkan bahwa ada dua

pihak yang terlibat dalam proses pemasaran yaitu produsen dan konsumen.

Produsen melakukan kegiatan pemasaran dengan tujuan untuk mencapai laba

yang maksimal, sedangkan konsumen menginginkan kepuasan yang maksimal

dari barang dan jasa yang mereka konsumsi atau mereka peroleh. Jadi pada

intinya pemasaran merupakan kegiatan interaksi yang berusaha menciptakan

hubungan pertukaran sesuatu yang bernilai bagi pihak-pihak yang melakukanya

dan tentunya dengan harapan agar terpenuhinya kebutuhan sehingga akan

menghasilkan kepuasan.

B. Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran adalah sebuah filosofi bisnis yang menentang tiga

orientasi bisnis yaitu konsep produksi, konsep produk, konsep penjualan, dimana

konsep pemasaran menegaskan bahwa untuk mencapai tujuan organisasional yang

ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif dibandingkan

para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai

konsep pemasaran yang dijadikan dasar untuk mencapai tujuan perusahaan

adalah konsep pemasaran. Konsep pemasaran berorientasi pada kebutuhan dan

keinginan konsumen.

Perusahaan yang sudah menyadari bahwa pemasaran merupakan faktor

yang sangat penting mencapai tujuan perusahaan akan mengetahui ada cara dan

falsafah baru yang terlibat di dalamnya. Cara dan falsafah baru ini disebut konsep

pemasaran (marketing concept). Sebagai falsafah bisnis, konsep pemasaran

bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap keinginan dan kebutuhan

konsumen yang berorientasi pada konsumen (consumer oriented). Hal ini

berbeda dengan falsafah bisnis terdahulu yang berorientasi pada konsep produk

(product concept) yang menegaskan bahwa konsumen akan menyukai

produk-produk yang menawarkan ciri paling bermutu, berkinerja dan inovatif, konsep

produksi (production concept) yang menegaskan bahwa konsumen akan

menyukai produk yang tersedia secara luas dan murah, konsep penjualan (sales

concept) yang berkeyakinan bahwa para konsumen dan perusahaan bisnis, jika

dibiarkan, tidak akan secara teratur membeli cukup banyak produk yang

ditawarkan oleh organisasi tertentu. Oleh karena itu, organisasi tersebut harus

melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif (Philip Kotler 2001:19-21).

Apabila orientasi dari konsep-konsep tersebut bertolak dari produk perusahaan

dan memandang sebagai tugas perusahaan adalah penjualan dan promosi untuk

menstimulir volume penjualan yang menguntungkan, maka konsep pemasaran

mengajarkan bahwa kegiatan pemasaran suatu perusahaan harus dimulai dengan

perusahaan harus merumuskan dan menyusun suatu kombinasi dari kebijakan

produk, harga, promosi dan distribusi sebaik-baiknya agar dapat memuaskan

kebutuhan para konsumennya. Beberapa ahli mendefinisikan konsep pemasaran

sebagai berikut:

Menurut William J Stanton (dikutip dalam Basu Swasta dan T. Hani Handoko,

2000:6)

Konsep pemasaran adalah sebuah filsafat bisnis yang mengatakan bahwa

kepuasan, keinginan dari konsumen adalah dasar kebenaran sosial ekonomi

kehidupan suatu perusahaan.

Menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong (dikutip dalam Kotler, 1995:15)

Konsep pemasaran adalah usaha pemasaran di mana suatu perusahaan harus

meneliti suatu kebutuhan dan keinginan pasar sasaran yang telah ditetapkan

dengan baik dan memberikan kepuasan kepada pasar sasaran tersebut.

Perusahaan dapat menggunakan beberapa konsep tersebut untuk mencapai

tujuan perusahaan dengan cara memaksimalkan kepuasan konsumen dan atas

semakin membaiknya pelayanan perusahaan tersebut dengan sendirinya

perusahaan akan memperoleh keuntungan. Definisi tersebut menekankan bahwa

konsep pemasaran berorientasi kepada kepuasan konsumen. Konsep pemasaran

juga memiliki tiga unsur pokok (Basu dan T. Hani Handoko, 2000:6-8):

1) Orientasi kepada konsumen

a. Menentukan kebutuhan pokok (basic need) dari pembeli yang akan

dilayani dan dipenuhi.

b. Menentukan kelompok pembeli yang akan dijadikan sasaran

penjualan, karena perusahaan tidak mungkin dapat memenuhi

segala kebutuhan pokok konsumen, maka perusahaan harus

memiliki kelompok pembeli tertentu, bahkan kebutuhan tertentu

dari kelompok pembeli tersebut.

c. Menentukan produk dan program pemasaranya. Perusahaan dapat

menghasilkan barang-barang dengan tipe model yang berbeda dan

dipasarkan dengan program pemasaran yang berlainan.

d. Mengadakan penelitian kepada konsumen, untuk mengukur,

menilai dan menafsirkan keinginan, sikap perilaku mereka.

e. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah

menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah, atau

model yang menarik.

2. Penyusunan kegiatan pemasaran secara integral (integrateas marketing)

Pengintegrasian kegiatan pemasaran berarti bahwa setiap orang dan setiap

bagian perusahaan turut berkecimpung dalam suatu usaha yang terkoodinir

untuk memberikan kepuasan konsumen, sehinggga tujuan perusahaan

dapat terealisasi. Selain itu harus terdapat juga penyesuaian dan koordinasi

antara produk, harga, saluran distribusi dan promosi untuk menciptakan

hubungan petukaran yang kuat dengan konsumen.

Faktor yang akan menentukan apakah perusahaan dalam jangka panjang

akan mendapatkan laba ialah banyak sedikitnya kepuasan konsumen yang

dapat dipenuhi., ini tidaklah berarti bahwa perusahaan harus berusaha

memaksimalkan kepuasan konsumen, tetapi perusahaan harus

mendapatkan laba dengan cara memberikan kepuasan kepada konsumen.

C. Pengertian Bauran Pemasaran (Marketing Mix)

Dalam menetapkan strategi pemasaran, terdapat faktor –faktor yang harus

diperhatikan, salah satunya faktor intern tersebut merupakan keputusan tentang

bauran pemasaran (marketing mix), bauran pemasaran merupakan

variabel-variabel yang dapat dikendalikan (controllable) yang dapat dipergunakan

perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dari segmen pasar tertentu

yang dituju perusahaan.

Berikut ini pengertian bauran pemasaran menurut beberapa ahli:

Menurut Philip Kotler (1992:82):

Bauran pemasaran adalah seperangkat alat yang digunakan perusahaan untuk

mencari tujuan pemasarannya dalam pasar sasaran.

Menurut Swasta dan T. Hani Handoko, (2000:124):

Bauran pemasaran adalah kombinasi dari empat variabel atau kegiatan inti dari

sistem pemasaran perusahaan, yaitu produk, harga, kegiatan promosi, dan sistem

distribusi.

Bauran pemasaran adalah sesuatu yang dapat terkontrol, saling berkaitan,

dibaurkan, diorganisir, dan digunakan dengan tepat sehingga perusahaan dapat

mencapai tujuan pemasaran yaitu memuaskan konsumen untuk memperoleh

keuntungan. Bauran tersebut terdiri atas produk (product), harga (price), distribusi

(distribution), promosi (promotion) orang (people), bukti fisik (physical edvince),

dan proses (process).

Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa bauran pemasaran

(marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang lebih kita kenal dengan

istilah 4P seiring dengan perkembangan jaman, istilah itu kini berubah menjadi

7P1D, yangmeliputi produk (product), harga (price), promosi (promotion), tempat

(palace), orang (people), bukti fisik (physical edvince), dan proses (process). dan

distribusi (distribution), yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan

pemasarannya.

D. Pengertian Jasa

Menurut Philip Kotler (1996:382) definisi jasa adalah:

Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang dapat diberikan oleh suatu pihak ke

pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak pula berakibat pemilikan

Definisi di atas mengandung suatu pengertian bahwa jasa terdiri dari

tindakan atau manfaat yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, serta

jasa memiliki sifat yang tidak bewujud fisik (intangible), artinya jasa tidak dapat

dilihat, dirasa, dicium, didengar atau diraba sebelum dikonusumsi. Jasa juga tidak

menghasilkan kepemilikan, tidak seperti barang, jasa hanya dapat dikonsumsi

tetapi tidak dapat dimiliki. Produk jasa tidak dapat dilihat penggunaaanya, tetapi

dapat dirasakan manfaatnya. Pemasaran jasa berbeda dengan pemasaran produk

yang berbentuk barang. Hal ini dilakukan karena karakteristik yang berbeda

antara barang dan jasa.

Jasa memiliki empat karakteristik utama yang membedakannya dari

barang, yaitu:

1.Intangibility

Jasa adalah sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat diraba atau

sesuatu yang tidak dengan mudah didefinisikan, diformulasikan atau dipahami

secara rohaniah, berbeda dengan barang, jika barang merupakan suatu objek, alat,

atau benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, kinerja (performance) atau usaha.

Bila barang dapat dimiliki maka jasa hanya dapat dikonsumsi tetapi tidak dimiliki.

2. Inseparability

Umumnya jasa produksi dan dikonsumsi pada waktu yang bersamaan. Jasa

biasanya dijual terlebih dahulu baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara

simultan. Barang biasanya diproduksi dan dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa

dilain pihak, umumnya dijual terlebih dahulu baru kemudian diproduksi dan

merupakan ciri khusus dalam pemasaran jasa. Kedua pihak mempengaruhi hasil

dari jasa tesebut, dalam hubungan penyedia jasa dan pelanggan ini. Efektivitas

individu yang menyampaikan jasa merupakan unsur penting. Dengan demikian,

kunci keberhasilan bisnis jasa ada pada proses rekrutmen, kompensasi, pelatihan

dan pengembangan karyawan.

3.Variability

Jasa besifat sangat variabel karena merupakan non standardized output,

artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis tergantung pada siapa, dan di

mana jasa tersebut dihasilkan. Para pembeli jasa sangat peduli dengan variailitas

yang tinggi dan sering kali mereka meminta pendapat orang lain sebelum

memutuskan untuk memilih. Dalam hal ini penyedia jasa dapat melakukan tiga

tahap dalam pengendalian kualitasnya, yaitu:

a) Melakukan investasi dalam seleksi dan pelatihan personil yang baik

b) Melakukan standarisasi proses pelaksanan jasa (service

performance-process). Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menyiapkan suatu

cetak biru (blue-print) jasa yang menggambarkan peristiwa dan

proses data dalam suatu diagram alur, dengan tujuan untuk

mengetahui faktor-faktor potensial yang dapat menyebabkan

kegagalan dalam jasa tersebut.

c) Memantau kepuasan pelanggan melalui system saran dan keluhan,

survei pelanggan, sehingga pelayanan yang kurang baik dapat

4. Perishability

Jasa merupakan kombinasi tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan atau

ditimbun, karena setiap peristiwa biasanya hanya sekali terjadi dalam jangka

waktu tetentu. Hal ini tidak menjadi masalah bila permintaanya tetap karena

mudah untuk menyiapakan pelayanan terhadap permintaan tersebut sebelumnya.

Bila permintaan berfluktuasi, berbagai permasalahan muncul berkaitan dengan

kapasitas menganggur (saat pemintaan sepi) dan pelanggan tidak terlayani dengan

resiko mereka kecewa atau beralih ke penyedia jasa lainnya (saat permintaan

puncak). (Fandy Tjiptono,1997:136-137).

Produk jasa secara umum dapat digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu :

1. Jasa Industri (Industrial Service)

Jasa industri ini disediakan untuk organisasi dalam bentuk yang luas,

termasuk pengolahan, pertambangan, pertanian, organisasi non laba dan

pemerintah.

2. Jasa Konsumen (Consumer Service)

Jasa ini banyak digunakan secara luas dalam masyarakat, jasa konsumsi

ini dapat dibagi dalam tiga golongan yaitu:

a. Jasa Konvenien

Jasa konvenien adalah jasa konsumsi pembeliannya sering dan masyarakat

membelinya dengan usaha yang minimal. Lokasi biasanya merupakan

variabel pemasaran yang penting bagi jasa konsumen dalam pembelian

b. Jasa Shopping

Adalah jasa konsumsi yang dipilih atau dibeli oleh masyarakat sesudah

mengadakan perbandingan kualitas, harga dan reputasi. Konsumen

membutuhkan informasi untuk membandingkan jasa shopping sehingga

komunikasi lebih penting dari pada lokasi variabel pemasaran.

c. Jasa Spesial

Jasa sepesial adalah jasa konsumsi dimana dalam pembeliannya, pembeli

harus melakukan usaha pembelian khusus dengan cara tertentu atau

dengan pembayaran yang lebih besar. Titik berat usaha pemasaran ini

harus diletakan pada pengembangan produk dan pemuasan konsumen.

Pengembangan produk atau jasa-jasa ini dapat berarti memberikan waktu

dan perhatian kepada pelanggan yang memerlukanya, yang penting jasa

tersebut harus dilaksanakan lebih baik dari pesaing.

Beberapa elemen mengenai pemasaran dalam produk jasa meliputi

(Basu Swastha,1987:8):

1. Sikap dan keputusan konsumen yaitu kegunaan nilai dan nilai barang

jasa yang tersedia sesuai dengan kemampuan mereka membayar.

2. Sikap dan keputusan produsen yaitu produk jasa yang dijual atau

ditawarkan dalam situasi bisnis jangka panjang.

3. Cara produsen dalam mengkomunikasikan produkanya dengan

E. Perilaku Konsumen

1. Pengertian perilaku konsumen

Salah satu yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam memasarkan

produknya adalah tentang perilaku konsumen, perusahaan harus memahami

tentang perilaku pembelian oleh konsumen. Di mana kita ketahui bahwa

konsumen sangat heterogen dilihat dari usia, pekerjaan, tingkat pendidikan,

tingkat pendapatan, dan juga selera. Sehingga para pelaku pasar perlu

membeda-bedakan konsumen menjadi kelompok-kelompok atau melakukan segmentasi

pasar sasaran, dan mengembangkan produk dan jasa sesuai dengan kebutuhan

mereka.

Pengertian perilaku konsumen menurut Swastha dan Handoko (1987:5)

adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam

mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa, termasuk di dalamnya termasuk

proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan

tersebut.

Berdasarkan pengertian di atas terdapat dua elemen yang penting dari

perilaku konsumen, yaitu proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik yang

semua ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan dan menggunakan

barang-barang dan jasa. Proses pengambilan keputusan disini tidak hanya

menyangkut kegiatan-kegiatan yang tampak jelas dan mudah diamati, tetapi juga

menganalisis kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diamati dan selalu menyertai

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen. (Basu Swastha Dan T.

Hani Handoko 2000:57-94):

a. Faktor-faktor intern (faktor psikologis)

1. Motivasi

Motivasi adalah kaedah dalam pribadi seseorang yang mendorong

keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiaan tertentu guna

mencapai tujuan .Tiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang itu

didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam diri seseorang tersebut,

kekuatan inilah kita sebut motif.

2. Pengamatan

Pengamatan adalah suatu proses dimana konsumen (manusia)

menyadari dan menginterprestasikan aspek lingkunganya, atau dapat

dikatakan sebagai poses peneimaan dan adanya rangsangan di dalam

lingkungan intern dan ekstern, sehingga pengamatan bersifat aktif.

Jadi, pengamatan adalah reaksi orientatif terhadap

rangsangan-rangsangan, walaupun rangsangan tersebut berupa benda asing, justru

asing karena belum pernah dialaminya.

3. Belajar

Belajar dapat didefinisikan sebagai perubahan-perubahan perilaku

yang terjadi sebagai hasil akibat adanya pengalaman.

Perubahan-perubahan perilaku tersebut bersifat tetap atau permanen dan besifat

lebih fleksibel. Hasil belajar ini akan memberikan tanggapan tertentu,

tertentu. Perilaku yang dipelajari tidak hanya menyangkut sikap,

emosi, kepribadian, kriteria penilaian, dan banyak faktor lain yang

mungkin tidak dapat ditujukan dengan kegiatan yang tampak.

4. Kepribadian dan konsep diri

Sampai sekarang, definisi mengenai kepribadian (personality)

belum ada yang diakui secara umum, karena konsep kepribadian itu

rupa-rupanya adalah suatu konsep yang sedemikian luasnya, sehingga

merupakan suatu bangun yang tidak mungkin dapat dirumuskan dalam

suatu definisi yang tajam tetapi dapat mencakup keseluruhanya.

Sebenarnya kepribadian adalah organisasi dari faktor-faktor biologis,

psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku individu.

Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan lain-lain ciri

sifat atau watak yang khas yang menentukan perbedaan perilaku dari

tiap-tiap individu yang berkembang apabila orang tadi berhubungan

dengan orang lain.

5. Sikap

Sikap (attitude) seseorang adalah predisposisi (kecenderungan)

untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan, yang

memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut. Jadi secara

definitivesikap berarti suatu keadaan jiwa (mental) dan keadaaan pikir

(neural) yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan teerhadap

suata objek, yang diorganisir melalui pengalaman serta mempengaruhi

global bagi kepentingan pemasaran, sehingga William G. Nichels

(1979:178), dalam bukunya Principle of Marketing, a broadned

concept of marketing, telah memberikan definisi dari sikap yang

diterapkan pada pemasaran sebagai berikut : “Sikap adalah suatu

kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran

produk dalam masalah-masalah yang baik ataupun yang kurang baik

secara konsekuen”.

b. Faktor ekstern

1. Kebudayaan dan kebudayaan khusus

Kebudayaan menurut ilmu antropologi adalah keseluruhan sistem

gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam angka kehidupan

masyarkat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Kebudayaan ini sifatnya sangat luas dan menyangkut segala aspek

kehidupan manusia, mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

moral, hukum, adat istiadat, dan lain sebagainya yang didapatkan oleh

manusia sebagai anggota masyarakat.

Berikut ini William J. Stanton mendefinisikan kebudayaan sebagai

berikut, “kebudayaan adalah simbol dan fakta yang kompleks, yang

diciptakan oleh manuisa, diturunkan dari generasi kegenerasi sebagai

penentu peilaku manusia dalam masyarakat yang ada”.

Berdasarkan definisi diatas kebudayaan, dimiliki oleh setiap

masyarakat, bedanya hanyalah kebudayaan masyarakat berbeda anatara

sempurna dibandingkan kebudayaan masyarakat yang lainya, di dalam

perkembangn untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Dalam suatu masyarakat yang mempunyai jumlah anggota yang

besar serta memiliki daerah yang luas, biasanya terdapat

perbedaan-perbedaan kebudayaan dalam berbagai bidang, diberbagai daerah

tersebut. Kebudayaan yang khusus ada pada suatu golongan masyarakat

yang berbeda dari kebudayaan golongan masyarakat maupun

kebudayaan seluruh masyarakat, tentu saja mengenai beberapa bagian

yang tidak pokok, hal ini dinamakan kebudayaan khusus (subculture).

2. Kelas sosial

Sistem terjadinya lapisan-lapisan dalam masyarakat dikenal dengan

istilah pelapisan sosial (social startificatiaon). Jadi pelapisan sosial,

menurut ahli sosiaologi Pitrin A. Sorokin, adalah pembedaan penduduk

atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hirarki).

Pengertian kelas sosial dalam hal ini adalah sama dengan pelapisan

sosial, tanpa membedakan apakah dasar pembagian kelas itu uang, tanah

kekuasaan, atau dasar lainya.

Ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk

mengolong-golongkan anggota mayarakat ke dalam kelas-kelas tertentu adalah: (1)

kekayaan, (2) kekuasaan, (3) kehormatan, dan (4) ilmu pengetahuan.

Masyarakat kita pada dasarnya dapat dikelompokan ke dalam tiga

(a) Golongan atas, yang termasuk ke dalam golongan ini antara lain:

pengusaha-pengusaha kaya dan pejabat-pejabat tinggi.

(b) Golongan menengah, yang termasuk ke dalam golongan ini antara

lain: karyawan instasi pemerintah, penguasaha menengah.

(c) Golongan rendah, yang termasuk ke dalam golongan ini antara lain:

buruh-buruh pabrik, pegawai rendah, tukang becak, dan pedagang

kecil.

Pembagian masyarakat di atas bersifat relatif karena sulit untuk

dikuantifikasiakan secara pasti. Dasar yang dipakai dalam

penggolongan ini adalah: tingkat pendapatan, macam perumahan,

dan lokasi tempat tinggal.

Perilaku konsumen antara kelas sosial yang satu akan berbeda

dengan kelas yang lain, karena golongan kelas sosial in menyangkut

aspek-aspek sikap yang berbeda-beda. Oleh sebab itu pembagian

kelas sosial dapat digunakan variabel yang bebas (independent)

untuk mensegmentasi tanggapan konsumen terhadap kegiatan

pemasaran perusahaan.

3. Kelompok Sosial dan Kelompok Referensi

Manusia sejak dilahirkan telah mempunyai dua keinginan yang

menyebabkan mengapa ia hidup berkelompok dalam masyarakat,

yaitu

a) Keinginan untuk menjadi satu dan berinteraksi dengan manusia

b) Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya.

Kedua keinginan ini yang menimbulkan kelompok-kelompok

sosial (social groups) di dalam kehidupan ini, karena manusia tidak

mngkin dapat hidup sendiri. Kelompok-kelompok sosial tersebut

adalah kesatuan sosial yang menjadi tempat individu-individu

berinteraksi satu sama lain, karena adanya hubungan diantara mereka.

Kelompok referensi (reference group) adalah kelompok sosial

yang menjadi ukuran seseorang (bukan anggota kelompok tersebut

untuk membentuk kepribadian dan perilakunya). Dengan perkataan

lain, merupakan kelompok di mana orang lain menjadi anggota, atau

dengan mana orang lain mengidentifikasikan dirinya.

4. Keluarga

Istilah keluarga (family) dipergunakan untuk

menggambarkan berbagai macam bentuk rumah tangga.

Macam-macam bentuk keluarga adalah:

a) Keluarga inti (nuclear family). Menunjukan lingkup keluarga yang

Dokumen terkait