DAFTAR PUSTAKA
VIII. PEMASARAN PRODUKSI ATAU HASIL USAHA PETERNAKAN 1 Pemanfaatan hasil produksi dalam satu tahun in
a. Dijual/dipasarkan : ..ekor b. Dikonsumsi sendiri : ..ekor c. Dibibitkan/dibesarkan : ..ekor
d. Lain-lain : ..ekor
2. Pemasaran ternak/produk
a. Kapan ternak dijual : pilih salah satu 1. Pada saat harga menguntungkan
2. Tergantung kebutuhan 3. Asal saja
b. Kepada siapa dijual/siapa pembelinya 1. Konsumen rumah tangga
2. Restoran/rumah makan/warung 3. Pedagang/pasar
5. Perusahaan
6. Lain-lain : .
*) Alasan utama memilih konsumen tersebut : .. .
c. Apakah harganya rugi/untung : ..
d. Bagaimana penentuan harga : ..
e. Bagaimana cara pembayarannya 1. Secara kontan
2. Dicicil
3. Dibayar di muka 4. Dibayar kemudian 5. Tidak tentu
3. Dalam memasarkan produksi, apakah mengikuti informasi pasar? a. Selalu mengikuti perkembangan pasar
b. Kalau perlu saja mengikuti perkembangan pasar c. Tidak pernah mengikuti perkembangan pasar
*) Alasannya :
Responden
Lampiran 2. Peta Penggunaan Lahan di Kabupaten Belitung
Lampiran 3. Pembobotan Matriks Evaluasi Faktor Internal-Eksternal Lampiran 3a. Pembobotan Matriks Evaluasi Faktor Internal
Faktor Penentu A B C D E F G H I Total
Lahan yang luas sehingga berpotensi untuk pengembangan sapi potong.
A 3 2 2 3 2 2 3 3 0,1389
Jumlah kepala keluarga
peternak yang tinggi B 1 1 2 1 2 3 1 2 0,0902
Usia peternak masih dalam
usia produktif. C 2 3 2 3 2 3 3 3 0,1458
Terbentuknya kelompok tani
ternak. D 2 2 2 3 1 3 1 3 0,1180
Tingkat pendidikan peternak
rendah. E 1 3 1 1 2 2 3 3 0,1111
Akses petani ternak terhadap sumber permodalan masih lemah.
F 2 2 2 3 2 3 3 3 0,1389
Fasilitas pendukung dan pelayanan peternakan masih sangat terbatas.
G 2 1 1 1 2 1 2 3 0,0902
Populasi sapi potong masih
rendah. H 1 3 1 3 1 1 2 3 0,1042
Usaha peternakan rakyat masih ada yang berlokasi di kawasan pemukiman.
I 1 2 1 1 1 1 1 1 0,0625
Lampiran 3b. Pembobotan Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
Faktor Penentu A B C D E Total
Kebijakan pemerintah tentang pengem-
bangan peternakan. A
3 2 3 1 0,225
Tingkat permintaan daging meningkat. B 1 2 1 1 0,125 Prospek pasar dan harga produk ternak
relatif meningkat. C
2 2 1 1 0,150
Pemotongan ternak betina produktif. D 1 3 3 2 0,225
Wabah penyakit menular. E 3 3 3 2 0,275
Lampiran 4. Kondisi dan Bangsa Sapi yang Dikembangkan di Kabupaten Belitung (a) Sapi Madura (b) Sapi PO (c) Sapi Bali
(a) Sapi Madura
(b) Sapi PO
Lampiran 5. Foto-foto Hasil Penelitian di Kabupaten Belitung (a) Salah Satu Kelembagaan Peternak di Kabupaten Belitung (b) Kandang Kolektif Bantuan Pemerintah (c) Fasilitas Pendukung berupa Kandang Jepit (d) Fasilitas Pendukung berupa RPH Sapi (e) Fasilitas Pendukung berupa RPH Babi
(a) Salah Satu Kelembagaan Peternak di Kabupaten Belitung
(c) Fasilitas Pendukung berupa Kandang Jepit
RINGKASAN
Bigar Erbowo. D14096002. 2012. Potensi Pengembangan Sapi Potong di Kabupaten Belitung Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Skripsi. Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Lucia Cyrilla ENSD, M. Si Pembimbing Anggota : Dr. Ir. Rudy Priyanto
Kabupaten Belitung merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang kehidupan perekonomian masyarakatnya mengandalkan sektor pertambangan (khususnya timah) karena memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembangunan nasional. Kabupaten Belitung memiliki potensi yang cukup memadai untuk pengembangan peternakan guna mengurangi ketergantungan daging luar daerah. Hal ini terbukti jumlah pemotongan ternak sapi potong meningkat setiap tahun yaitu pada tahun 2008 sebanyak 1.234 ekor dan tahun 2010 sebanyak 1.514 ekor. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi pengembangan sapi potong di Kabupaten Belitung, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan melihat potensi sumber daya yang ada. Penelitian dilakukan pada tiga kecamatan di Kabupaten Belitung, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu Kecamatan Tanjungpandan, badau, dan Membalong pada bulan Agustus sampai September 2011 melalui metode survey terhadap 30 orang peternak. Data yang didapatkan dianalisis secara deskriptif menggunakan analisis SWOT.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap peternak pada umumnya sistem pemeliharaan menggunakan sistem intensif. Kebutuhan pakan ternak seluruhnya tergantung pada hijauan yang dikonsumsi oleh ternak. Data karakteristik peternak menunjukkan bahwa umur peternak berkisar antara 24-57 tahun dengan tingkat pendidikan didominasi oleh tingkat SD (56,67%). Pekerjaan pokok peternak adalah petani dan usaha budidaya sapi potong sebagai usaha sambilan. Tingkat pengetahuan dan keterampilan serta penguasaan teknologi peternak di Kabupaten Belitung masih rendah dalam upaya pengembangan kawasan sapi potong. Komponen teknologi yang telah dikembangkan untuk meningikatkan produktivitas ternak adalah inseminasi buatan (IB) walaupun belum terlaksana dengan baik dan masih memiliki kendala dalam pelaksanaannya. Karakteristik sistem produksi sapi potong di Kabupaten Belitung masih rendah karena hanya tergantung pada ketersediaan rumput alam di lokasi dan tingkat pemanfaatan teknologi yang rendah. Berdasarkan nilai KPPTR(SL) sebesar 51.222,458 ST dan KPPTR(KK) sebesar 4.187,92 ST Kabupaten Belitung memiliki potensi yang tinggi serta menjadi faktor kekuatan dalam pengembangan sapi potong. Peran serta pemerintah sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan ketrampilan budidaya peternak, pengadopsian serta penguasaan teknologi peternakan supaya proses pengembangan kawasan usaha sapi potong dapat lebih terarah.
ABSTRACT
Potential Development of Beef Cattle at Belitung District in Bangka Belitung Island Province.
Erbowo, B., L. Cyrilla and R. Priyanto
Belitung District is one of the regions in Indonesia that the life of the community's economy relies on the mining sector (especially lead) because it provides a substantial contribution to national development. Belitung District has sufficient potential for livestock development to reduce dependence on meat from outside the region. This study aimed to assess the potential development of beef cattle in Belitung District, Bangka Belitung Islands Province to see the potential of existing resources. The study was conducted in three districts from August to September 2011 through a survey method to 30 people. The data were analyzed descriptively with SWOT analysis. Based on the results of interviews with farmers in general maintenance of the system using an intensive system. Fodder needs of all depend on the forage consumed by livestock. The results showed that the age of farmer ranged from 24-57 years with educational level was dominated by the primary level (56,67%). Artificial insemination (IB) had been introduced but the farmers response was still low. In general Belitung District was an area of the mine which has potential as a new area for development of beef cattle. The role of government as well as much needed in an effort to improve the skills of livestock farming, animal husbandry technology adoption and mastery of the development process so that the area of beef cattle business can be more focused.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tingginya permintaan daging terutama asal ternak ruminansia besar belum terpenuhi secara maksimal. Hal ini disebabkan oleh populasi ternak yang sedikit sehingga menghasilkan produktivitas yang rendah, pakan dan pengembangan ternak yang masih menggunakan sistem pemeliharaan tradisional berskala usaha rumah tangga. Salah satu cara meningkatkan produktivitas ternak yaitu setiap daerah harus berusaha merancang wilayah pengembangan peternakan yang berdasarkan perkembangan kebijakan pemerintah dengan memperhitungkan kesejahteraan pangan, khususnya pangan hewani asal ternak yang berupa daging.
Pengembangan peternakan memiliki sasaran utama yaitu mengurangi kemiskinan, meningkatkan produktivitas ternak untuk mengurangi jumlah impor ternak, dan meningkatkan kesejahteraan peternak. Sektor peternakan selama ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah sedangkan populasi ternak semakin berkurang setiap tahun. Pengurangan populasi dapat mempengaruhi kelangsungan produksi ternak dalam negeri. Keadaan ini merupakan tantangan sekaligus peluang yang perlu diantisipasi dalam usaha dan pengembangan sapi potong di Indonesia. Program pengembangan sapi potong dapat dicapai dengan memanfaatkan sumberdaya secara optimal dan tepat guna yang disesuaikan dengan keadaan alam, kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat, dan faktor- faktor lain baik bersifat sarana-sarana, teknologi peternakan yang berkembang, kelembagaan, serta kebijakan yang harus mendukung secara baik dan konsisten.
Kabupaten Belitung merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang kehidupan perekonomian masyarakatnya mengandalkan sektor pertambangan (khususnya timah) karena memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembangunan nasional. Kabupaten Belitung memiliki potensi yang cukup memadai untuk pengembangan peternakan guna mengurangi ketergantungan daging luar daerah. Hal ini terbukti jumlah pemotongan ternak sapi potong meningkat setiap tahun yaitu pada tahun 2008 sebanyak 1.234 ekor dan tahun 2010 sebanyak 1.870 ekor (Dinas Pertanian dan Kehutanan, 2010). Persediaan daging untuk konsumsi masih kurang sehingga untuk menutupi kekurangan tersebut, sapi masih didatangkan dari luar daerah seperti Madura, Lombok, dan
Lampung. Namun pada kenyataannya peranan sektor peternakan relatif kecil dibandingkan sektor pertambangan. Dengan demikian pengkajian tentang potensi Kabupaten Belitung perlu dilakukan untuk pengembangan usaha peternakan sapi potong.
Tujuan
Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji potensi pengembangan sapi potong di Kabupaten Belitung, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan melihat potensi sumber daya yang ada.