• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

2.1 Pemasaran Ritel

Penjualan eceran adalah pelaku bisnis menjual barang - barang atau melayani kepada konsumen akhir, retailer lebih lanjut adalah segala bisnis apapun yang penetapan bisnisnya diarahkan untuk memasarkan usaha ke arah konsumen akhir untuk tujuan menjual barang - barang atau jasa.

Simamora (2003: 163) mendefinisikan usaha eceran (retailing) meliputi semua kegiatan yang dilibatkan dalam penjualan barang atau layanan secara langsung kepada konsumen akhir, yang membeli kebutuhan pribadi tidak untuk dibisniskan. Sedang menurut (Kotler dan Amstrong, 2005). Usaha eceran merupakan kegiatan yang menyangkut penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen untuk penggunaan pribadi dan nir bisnis.

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pengecer adalah setiap organisasi bisnis yamg sumber utama penjualannya berasal dari eceran. Usaha eceran tidak hanya menjual produk di toko (store retailing) tetapi juga di luar toko (non store retailing).

Pengelolaan bisnis eceran tidak sekedar hanya membuka toko dan mempersiapkan barang yang lengkap, lebih dari itu, pengelolaan bisnis eceran harus melihat dan mengikuti teknologi pemasaran agar dapat berhasil dan mempunyai keunggulan bersaing. Sebagaimana yang dikatan Berman et al (2001:3) : “New technologies are improving retail productivity”. Bisnis ritel meliputi produk dan jasa kepada konsumen akhir.

Ritel adalah tahapan akhir dari proses distribusi barang dan jasa. Hal ini berbeda dengan wholeselling (distributor) yang merupakan intermediate (perantara) dalam proses distribusi barang dan jasa karena tidak menjual produk dan jasa kepada konsumen akhir melainkan kepada konsumen bisnis, seperti pabrik dan pengecer. Hal ini akan membentuk jalur distribusi antara produsen dan konsumen akhir.

2.1.1 Klasifikasi Ritel Indonesia

Berdasarkan Keputusan Presidan No. 112 Tahun 2007 Klasifikasi Ritel Indonesia di kelompokkan atas:

1. Minimarket (Convenience store)

Minimarket adalah toko pengecer yang menjual jenis item produk yang terbatas, bertempat di tempat yang nyaman dan jam buka panjang. Contoh minimarket alfa dan indomaret.

2. Supermarket

Supermarket adalah toko eceran yang menjual berbagai macam produk makanan dan juga sejumlah kecil produk non makanan dengan sistem konsumen melayani dirinya sendiri / Swalayan. Contoh Macan Yaohan Supermarket, Suzuya, Metro Supermarket, Maju Bersama, dll.

3. Hypermarket

Hypermarket adalah toko eceran yang menjual jenis barang dalam jumlah yang sangat besar atau lebih dari 50.000 item dan melingkupi banyak jenis produk. Hypermarket adalah gabungan antara retailer toko diskon dengan hypermarket. Contohnya antara lain: Hypermarket giant, Hypermarket Sun

Plaza , Matahari Departemen Store, Ramayana dan Hypermarket carrefour.

Lebih Jelas mengenai klasifikasi Ritel di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1

Klasifikasi Ritel Indonesia

2.1.2 Karakteristik Ritel Modern Indonesia

Utami (2008: 3) karakteristik dasar ritel dapat digunakan sebagai dasar mengelompokkan jenis ritel. Dalam hal ini, terdapat tiga karakteristik dasar sebagai berikut:

1. Super center yaitu supermarket yang mempunyai luas lantai 15.000 hingga

22.000 m

2

makanan sebesar 60-70%. Persediaan tau stok yang dimiliki antara 100.000-150.000 item. Kelebihan lainnya yakni sebagai one stop shopping sehingga banyak pengunjung yang datang dari tempat jauh.

2. Hypermarket juga merupakan supermarket yang memiliki luas antara

100.000-300.000 m

2

dengan kombinasi produk makanan 60-70% dan produk-produk umum sebesar 30-40%. Hypermarket

merupakan salah satu bentuk supermarket yang memiliki stok lebih sedikit dari pada super center,yaitu 40.000-60.000 item.

3 . Warehouse merupakan ritel yang menjual produk makanan yang macamnya terbatas dan produk-produk umum dengan layanan yang minim pada tingkat harga yang rendah terhadap konsumen akhir dan bisnis. Ukurannya antara

100.000-150.000 m2 dan lokasinya biasanya pada daerah-daerah.

2.2 Pelanggan

Menurut Griffin ( 2003: 31) “Definisi pelanggan berasal dari kata ‘custom’ yaitu didefinisikan sebagai membuat sesuatu menjadi kebiasaan atau biasa dan mempraktekkan kebiasaan” . Menurut Lupioyadi (2006 : 143) pelanggan adalah “ one who frequents any place of sale for the sake or producing what he wa nts…”. Pelanggan adalah seseorang yang beberapa kali datang ke tempat yang sama untuk memenuhi keinginannya. Pelanggan merupakan seseorang yang secara kontinu dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan jasa dan membayar produk dan jasa tersebut.

2.2.1 Tipe Pelanggan

Menurut Tjiptono (2005 : 145) mengelompokkan pelanggan kedalam 3 kategori, yaitu : user, buyer, dan payer. Kemudian tiga kategori ini diturunkan menjadi 9 tipe nilai pelanggan yaitu:

1. Performance value adalah kualitas hasil fisik dari penggunaan suatu produk atau jasa. Dengan kata lain, tipe nilai ini mencerminkan kemampuan produk/jasa melaksanakan fungsi fisik utamanya secara konsisten. Performance value terletak pada dan berasal dari komponen fisik dan desain jasa.

2. Social value adalah manfaat produk/jasa yang bertujuan untuk memuaskan keinginan seseorang dalam mendapatkan pengakuan atau kebanggaan sosial.

Pelanggan yang mengutamakan social value akan memilih produk/jasa yang mengkomunikasikan citra yang selaras dengan teman-temannya atau menyampaikan citra sosial yang ingin ditampilkannya.

3. Emotional value adalah kesenangan dan kepuasan emosional yang

didapatkan user dari produk/jasa.

4. Price value harga yang fair dan biaya-biaya financial lainnya yang berkaitan dengan upaya mendapatkan produk/jasa.

5. Credit value berupa situasi terbebas dari keharusan membayar kas pada saat pembelian atau membayar dalam waktu dekat. Pada prinsipnya, nilai ini menawarkan kenyaman berkenaan dengan pembayaran.

6. Financing value penawaran syarat dan finansial skedul pembayaran yang lebih longgar dan terjangkau. Credit value lebih menekankan pada aspek keterjangkauan.

7. Service value berupa bantuan yang diharapkan pelanggan berkaitan dengan pembelian produk/jasa.

8. Convinience value berupa penghematan waktu dan usaha yang dibutuhkan untuk memperoleh produk/jasa.

9. Personalization value yang meliputi : menerima produk/jasa disesuaikan dengan kondisi pelanggan dan memberikan pengalaman positif dari pelanggan.

Dokumen terkait