• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.3 Analisis Semiotik Lirik Lagu ﷲءﺎﺸﻧﺇ / `in syā`a `allāhu /

3.3.2 Pembacaan Hermeneutik / Retroaktif

Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan puisi berdasarkan konvensi-konvensi sastra atau berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua. Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan ulang (retroaktif) sesudah pembacaan heuristik dengan memberi konvensi sastranya (Pradopo, 2003: 135). Konvensi sastra adalah kelaziman dalam penyajian karya sastra yang sudah menjadi sarana, dasar, prosedur dan bentuk pengungkapan yang disepakati bersama oleh penulis dan pembaca (Zaidan, 2007: 108). Konvensi sastra ini memberikan arti tambahan yang lebih luas dari arti bahasa suatu karya sastra khususnya puisi (Pradopo, 2003: 121). Pada tahap pembacaan hermenutik ini, penafsiran atas totalitas dan kebulatan makna karya sastra telah digambarkan.

Pembacaan hermeneutik tehadap lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/, adalah sebagai berikut.

Kalimat judul lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ berarti ‘jika Allah mengizinkan’. Kalimat ini menunjukkan bahwa manusia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Selain itu, kalimat tersebut juga menunjukkan bahwa manusia punya rencana, harapan, keinginan, usaha atau janji yang ingin diwujudkan, namun Allah jua yang mempunyai kuasa atas segalanya. Kalimat

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ mengandung makna kerendahan hati dan kepasrahan diri seorang hamba sekaligus kesadaran akan ketentuan dan kekuasaan Allah. Setidaknya di dalamnya terkandung beberapa makna antara lain :

a. Manusia memiliki ketergantungan yang tinggi atas rencana dan ketentuan Allah (tauhid)

b. Menghindari kesombongan

c. Menunjukkan keterbatasan diri untuk melakukan sesuatu di hadapan manusia dan Allah

d. Optimisme akan hari esok yang lebih baik.

Setelah memahami makna judul

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/, maka berikut akan diuraikan pembacaan hermeneutik liriklagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/.

Bait ke-1 sampai bait ke-2

Pada dasarnya manusia hidup di dunia pasti akan mengalami permasalahan hidup yang beragam. Namun manusia tidak pernah mengetahui kapan dan dimana masalah tersebut akan dialaminya. Masalah yang dihadapi manusia dalam kehidupannya pun beragam. Ada yang mengalami masalah ekonomi, masalah dalam keluarga, masalah dalam pekerjaan, masalah dalam masyarakat, masalah dalam pendidikan dan lain sebagainya. Tingkatan masalah ini pun ada yang ringan atau rumit dan pelik. Masalah yang sedang dihadapi pun tak selamanya dapat segera diselesaikan.

Masalah yang sedang dihadapi manusia ini terkadang bisa membuat bingung karena tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya. Jika sudah dalam situasi seperti ini akan sulit bagi manusia untuk menemukan solusi atau jalan keluar atas masalah yang sedang dihadapi.

Bila solusi atau jalan keluar ini pun tak kunjung diketahui, rasa cemas pun cenderung akan menghampiri, meskipun ketika manusia berada dalam waktu tidurnya.

Dalam kondisi tersebut, manusia pasti akan diliputi rasa dimana tidak adanya lagi kedamaian, ketenangan dan ketentraman dalam dirinya. Hingga jika pikiran dan perasaan sampai pada titik jenuh, manusia cenderung akan merasa dalam situasi yang sunyi, merasa hidupnya tak bahagia dan bahkan mungkin barpikir bahwa hidupnya tak berarti lagi.

Disaat manusia berada dalam kesulitan dan kebuntuan akan masalah yang sedang dihadapinya, maka saatnyalah manusia untuk senantiasa memohon pertolongan dengan berdoa kepada Allah serta mendekatkan diri hanya kepada-Nya. Allah akan selalu ada dimanapun dan kapanpun. Hanya Allah yang senantiasa menerima manusia dalam kondisi dan situasi apapun, sekalipun manusia kerap melupakan keberadaan dan kekuasaan Allah. Dan Allah pula lah yang selalu memberikan kasih sayangnya kepada semua manusia dan semua makhluk-Nya.

Bait ke-2

Dari semua permasalahan yang dihadapi manusia, terkadang tak semua bisa diselesaikan walaupun manusia sudah mendekatkan dan menyerahkan diri serta memohon pertolongan kepada Allah. Hanya atas izin, kehendak dan kuasa Allah sajalah semua permasalahan itu akan ditemukan solusi atau jalan keluarnya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Kendati demikian, manusia harus tetap memasrahkan dirinya kepada Allah semata.

Secara fitrah, manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Manusia biasanya sulit untuk menghindari kekhilafan dan perbuatan-perbuatan yang salah, baik kesalahan tersebut hanya sekedar perbuatan yang tidak bermanfaat atau kesalahan yang berat sekalipun. Manusia dalam melakukan perbuatan yang dilarang atau perbuatan dosa tersebut ada yang dalam kondisi sadar dan disengaja maupun tidak disengaja atau tahu dan tidak tahu. Jika perbuatan dosa tersebut sudah acapkali dilakukan dan merupakan dosa besar, maka ketika manusia menyadari perbuatannya kadang muncul rasa takut bahwa jika ia ingin bertaubat, taubatnya itu tak akan diterima dan dosanya tak bisa diampuni. Hal itu dirasa wajar karena manusia tersebut merasa ragu apakah perbuatan dosa yang telah dilakukan akan diampuni dan taubatnya akan diterima Allah.

Seiring kerisauan yang dirasakan manusia karena takut taubatnya tidak diterima, hati manusia semakin merasakan kegaduhan karena perbuatan dosa yang disembunyikannya dari manusia lain, semakin lama akan terungkap jua. Perbuatan dosa yang tersembunyi ini akan menyebabkan penyesalan bagi manusia itu sendiri.

Bait ke-5

Jika manusia mengalami masalah hidup yang cukup pelik namun tak kunjung terselesaikan atau telah melakukan perbuatan dosa namun takut taubatnya tak diterima, maka saatnya manusia harus lebih mendekatkan dan memasrahkan dirinya kepada Allah serta memohon pertolongan dan pengampunan dari-Nya. Ucapkanlah nama Allah setiap saat. Lupakan semua masalah dan perbuatan dosa sejenak dan biarkan berlalu. Jangan pernah merasa cemas dan ragu dalam mendapatkan pertolongan dan pengampunan dari Allah. Manusia sepatutnya memohon agar dibukakan hati dan pikirannya untuk memperoleh petunjuk dan jalan untuk bertaubat, diampuni segala dosa, ditunjukkan jalan keluar yang terbaik atas segala permasalahan dan keraguan serta memohon agar selalu ditunjukkan ke jalan yang lurus dan diridhoi-Nya.

Dokumen terkait