• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Nilai Religius dalam Lirik Lagu إنشاءالله /in syā`a `allāhu/ oleh Maher Zain Versi Bahasa Arab

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Nilai Religius dalam Lirik Lagu إنشاءالله /in syā`a `allāhu/ oleh Maher Zain Versi Bahasa Arab"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN I

Teks Lirik Lagu ﷲءﺎﺸﻧﺇ /`in syā`a `allāhu/

ﻞﻴﻘﺗ ﻚﻴﻠﻋ ﻞﻤﺤﻟﺍ ﻥﺎﻛ ﻡﻮﻳ ﻲﻓ ﻮﻟ

ﻞﻴﻟﺩ ﻲﻗﻻ ﺶﻣ ﻙﺪﺣﻮﻟ ﻪﻳﺎﺗﻭ

ﻞﻳﻮﻁ ﻞﻴﻠﻟﺍ ﻲﻠﺨﺗ ﻡﻮﻤﻬﻟﺍﻭ

ﻞﻳﻭﻭ ﺓﺭﺍﺮﻣﻭ ﺔﺑﺮﻏ ﻲﻓ ﻚﻴﻣﺮﺗﻭ

ﻚﻴﻟﻮﺣ ﺎﻤﻳﺍﺩ ﻩﺎﻘﻠﺗ ، ﻚﻳﺪﻳﺍ ﺪﻣ

ﻚﻴﺑ ﺲﺳﺎﺣ ﻚﻠﺒﻗ ، ﷲ ﻮﻫ

ﷲ ءﺎﺷ ﻥﺇ ﷲ ءﺎﺷ ﻥﺇ ﷲ ءﺎﺷ ﻥﺇ

ﻖﻳﺮﻄﻟﺍ ﻲﻗﻼﺗﺎﻫ

ﷲ ءﺎﺷ ﻥﺇ ﷲ ءﺎﺷ ﻥﺇ ﷲ ءﺎﺷ ﻥﺇ

ﻖﻳﺮﻄﻟﺍ ﻲﻗﻼﺗﺎﻫ

ﺏﻮﻧﺫ ﻭﺃ ﻲﺻﺎﻌﻣ ﺎﻨﺗﺪﺧ ﻡﻮﻳ ﻲﻓ ﻮﻟ

ﺏﻮﺘﺗ ﺭﺪﻘﺗ ﺎﻣ ﺎﻨﺑﻮﻠﻗ ﺖﻓﺎﺧﻭ

ﺡﻮﺒﻧ ﻪﻴﻟ ﺮﺴﻟﺎﺑ ﻦﻴﻣﻭ ، ﺡﻭﺮﻟﺍ ﻲﻜﺸﺗﻭ

ﺡﻭﺮﺠﻟﺍ ﻱﻭﺍﺪﻳ ﺭﺪﻘﻳ ﻲﻟﺍ ﻦﻴﻣﻭ

ﻚﻴﻟﻮﺣ ﺎﻤﻳﺍﺩ ﻩﺎﻘﻠﺗ ، ﻚﻳﺪﻳﺍ ﺪﻣ

ﻚﻴﺑ ﺲﺳﺎﺣ ﻚﻠﺒﻗ ، ﷲ ﻮﻫ

(2)

ﷲ ءﺎﺷ ﻥﺇ ﷲ ءﺎﺷ ﻥﺇ ﷲ ءﺎﺷ ﻥﺇ

ﻖﻳﺮﻄﻟﺍ ﻲﻗﻼﺗﺎﻫ

ﷲ ﺎﻳ ﻝﻮﻗ

ﺪﻴﻌﺑ ﺶﻣ ﻚﻨﻋ ﻩﺩ

ﻖﻴﻀﺑ ﺮﻌﺸﺗ ﻻﻭ ﻢﻫ ﺶﻠﻴﺸﺗﺎﻣ

ﷲ ﺎﻳ ﻝﻮﻗ

ﺏﻮﺗﺃ ﻥﺎﺸﻋ ﻲﺒﻠﻗﺎﻳ ﻰﻨﻳﺪﻫﺍ

ﻖﻳﺮﻄﻟﺍ ﻲﻨﻳﺪﻫﺍﻭ ﻲﺑﻮﻧﺫ ﻲﻠﻴﺤﻣﺍ

ﻖﻳﺮﻄﻟﺍ ﻲﻟﺭﻮﻧ ،ﻖﻳﺮﻄﻟﺍ ﻲﻟﺭﻮﻧ ،ﻖﻳﺮﻄﻟﺍ ﻲﻟﺭﻮﻧ

(3)

LAMPIRAN II Tabel Hasil Penelitian

No Analisis Dari Segi Hasil Tergambar pada

1. Struktur Fisik Tipografi (Perwajahan

puisi)

Bersifat konvensional

Penulisan kata-katanya masih diatur dalam baris-baris tertentu yang membentuk sebuah bait. Diksi (Pilihan

kata)

Mencerminkan kereligiusan, kata-katanya tegas, berani dan penuh keyakinan

ﻩﺎﻘﻠﺗ

/talqāhu/ ‘menemukan-Nya’

;

ﷲﻮﻫ

/huwa allāhu/ ‘Dia lah Allah’ ;

ﷲءﺎﺸﻧﺇ

/`in syāa` `allahu/ ‘jika Allah mengizinkan’ ;

ﻲﺻﺎﻌﻣ

/ma’āșī/ ‘kedurhakaan’,

ﺏﻮﻧﺫ

/Żunūbun/ ‘dosa’,

ﺏﻮﺘﺗ

/tatūbu/ ‘bertaubat’ ;

ﷲﺎﻳ

/yā allaha/ ‘ya Allah’.

Imaji (Citra) Citra Gerak

ﻞﻴﻘﺘﻜﻴﻠﻌﻠﻤﺤﻟﺎﻧﺎﻛ

/kāna al- ḥimlu alayka taqīlun/ ‘ada beban yang bersemayam padamu’ ;

ﻲﻠﺨﺘﻣﻮﻤﻬﻟﺍﻭ

/wa al-humūmu tukhallī/ ‘dan kecemasan melingkupi’ ;

ﻚﻴﻣﺮﺗ

/tarmīka/

‘melemparkanmu’ ;

ﻩﺩﺪﻴﻌﺒﺸﻤﻜﻨﻋ

(4)

‘biarkan dia pergi jauh’ Citra

Pendengaran

ﺡﻭﺮﻟﺎﻴﻜﺸﺗ

/wa tasykī ar-rūḥu/

‘jiwamu mengadu’

Citra Rasa

ﺓﺭﺍﺮﻣ

/murāratun/ ‘kepahitan’ Citra Penglihatan

ﻚﻴﻟﻮﺣﺎﻤﻳﺍﺪﻫﺎﻘﻠﺗ

/talqāhu

dāimanḥawlayka/ ‘kau akan

menemukan-Nya selalu disekitarmu’ ;

ﻖﻳﺮﻄﻟﺎﻴﻟﺭﻮﻧ

/nawwirlī aṭ-ṭariqa/

‘terangilah jalanku’ Kata Konkret Hanya ada satu

ﻖﻳﺮﻄﻟﺍ

/aṭ-ṭar īqu/ ‘jalan’

Bahasa figuratif

(majas)

Personifikasi

ﻞﻴﻘﺘﻜﻴﻠﻌﻠﻤﺤﻟﺎﻧﺎﻛ

/kāna al- imlu alayka taqīlun/ ‘ada beban yang

bersemayam padamu’ ;

ﺡﻭﺮﻟﺎﻴﻜﺸﺗﻭ

/wa tasykī ar-rūḥu/

‘jiwamu mengadu’ ;

ﺮﺴﻟﺎﺒﻨﻴﻣﻭ

/wa maynun bissirri/

‘kebohongan yang tersembunyi’

;

ﺪﻴﻌﺒﺸﻤﻜﻨﻌﻫﺩ

/dahun ‘anka misy

ba’īdun/ ‘biarkan dia pergi jauh.

Hiperbola

ﻲﻠﺨﺘﻣﻮﻤﻬﻟﺍﻭ

/wa al-humūmu tukhallī/ ‘dan kecemasan melingkupi’ ;

ﻞﻳﻭﻭﺓﺭﺍﺮﻣﻭﺔﺑﺮﻐﻴﻔﻜﻴﻣﺮﺗﻭ

(5)

murāratin wa waylin/ ‘dan

melemparkanmu dalam keterasingan, kepahitan dan kebinasaan

Tautologi

ﷲءﺎﺸﻧﺈﻬﻠﻟﺍءﺎﺸﻧﺈﻬﻠﻟﺍءﺎﺸﻧﺇ

/`in syāa` `allahu `in syāa` `allahu `in syāa` `allahu/ ‘Jika

Allah mengizinkan jika Allah mengizinkan jika Allah mengizinkan’ ;

ﻂﻟﺎﻴﻟﺭﻮﻧ،ﻖﻳﺮﻄﻟﺎﻴﻟﺭﻮﻧ،ﻖﻳﺮﻄﻟﺎﻴﻟﺭﻮﻧ

ﻖﻳﺭ

/nawwirlī aṭ-ṭariqa nawwirlī aṭ -ṭariqa nawwirlī aṭ-ṭariqa/ ‘terangilah jalanku, terangilah jalanku, terangilah jalanku’ Asosiasi

ﻖﻳﺮﻄﻟﺎﻴﻗﻼﺗﺎﻫ

/hatlāqī a-ar īqa/

‘kau akan menemukan jalan’,

ﻖﻳﺮﻄﻟﺎﻴﻨﻳﺪﻫﺍ

/ihdīnī aṭ-ṭarīqa/ ‘ tunjukilah aku jalan’ ;

ﻖﻳﺮﻄﻟﺎﻴﻟﺭﻮﻧ

/nawwirlī aṭ-ṭariqa/

‘terangilah jalanku’ Verifikasi

(Penataan bunyi)

Menggunakan rima yang sederhana

(6)

yang akhirnya dilafalkan dengan bunyi il dan kata

ﻚﻴﻟﻮﺣ

dan

ﻚﻴﺑ

yang akhirnya

dilafalkan dengan bunyi ik. 8. Bait kedua yang berjumlah 2

baris yang menggambarkan pengulangan kata

ﷲءﺎﺸﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ sebanyak 3 kali dalam tiap baris dan kata

ﻖﻳﺮﻄﻟﺎﻴﻗﻼﺗﺎﻫ

/hatlāqī aṭ-ṭar

īqa/ sebanyak 2 kali dalam satu bait.

9. Bait ketiga adalah sajak kembar dengan susunan a-a-b-b-c-c, tampak dari bunyi akhir setiap baris, yaitu kata

ﺏﻮﻧﺫ

dan

ﺏﻮﺘﺗ

, yang akhirnya dilafalkan dengan bunyi ub, kata

ﺡﻮﺒﻧ

dan

ﺡﻭﺮﺠﻟﺍ

yang akhirnya dilafalkan dengan bunyi uh dan kata

ﻚﻴﻟﻮﺣ

dan

ﻚﻴﺑ

yang akhirnya dilafalkan dengan bunyi ik.

10. Bait keempat sama dengaan bait kedua.

(7)

dengan bunyi id,

ﻖﻴﻀﺑ

yang akhirnya dilafalkan dengan bunyi iq,

ﺏﻮﺗﺃ

yang akhirnya dilafalkan dengan bunyi ub

dan

ﻖﻳﺮﻄﻟﺍ

yang akhirnya

dilafalkan dengan bunyi iq. 12. Bait keenam sama dengan

bait kedua dan keempat.

2. Struktur Batin

Tema Ketuhanan atau kereligiusan

Judul lirik lagunya

ﷲءﺎﺸﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ ‘jika Allah mengizinkan’.

Rasa Bersifat religius, yakin akan adanya

pertolongan dan kasih sayang Allah.

ﻚﻴﻟﻮﺣﺎﻤﻳﺍﺪﻫﺎﻘﻠﺗ،ﻚﻳﺪﻳﺍﺪﻣ

/mid aiddīka talqāhu dāiman ḥawlayka/

‘ulurkan tanganmu, kau akan

menemukan-Nya selalu disekitarmu’.

ﻚﻴﺒﺴﺳﺎﺤﻜﻠﺒﻗ،ﷲﻮﻫ

/huwa allāhu qabalaka ḥāsisun bīka/ ‘Dia lah Allah,

menerimamu yang menaruh kasih padamu’

...

ﷲءﺎﺸﻧﺈﻬﻠﻟﺍءﺎﺸﻧﺈﻬﻠﻟﺍءﺎﺸﻧﺇ

ﻖﻳﺮﻄﻟﺎﻴﻗﻼﺗﺎﻫ

(8)

`allahu `in syāa` `allahu ... hatlāqī aṭ-ṭar īqa/

‘Jika Allah mengizinkan Jika Allah mengizinkan Jika Allah mengizinkan... Kau akan menemukan jalan

Nada Menasehati

namun tak terkesan

menggururi Amanat Keyakinan dan

kepasrahan diri kepada Allah agar manusia jangan pernah berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah juga jangan ragu akan

pengampunan Allah.

3. Semiotik Heuristik dan Hermeneutik

menggambarkan makna

(9)

4. Nilai Religius Nilai keiman-tauhidan terhadap Tuhan

3.

ﻚﻴﻟﻮﺣﺎﻤﻳﺍﺪﻫﺎﻘﻠﺗ

/talqāhu

dāiman ḥawlayka/ ‘kau akan

menemukan-Nya selalu disekitarmu’.

4.

ﻚﻴﺒﺴﺳﺎﺤﻜﻠﺒﻗ،ﷲﻮﻫ

/huwa

allāhu qabalaka ḥāsisun bīka/ ‘Dia lah Allah, menerimamu yang menaruh kasih padamu’ Nilai

keteringatan terhadap

Tuhan

5.

ﻚﻳﺪﻳﺍﺪﻣ

/mid aiddīka/ ‘ulurkan

tanganmu’

6.

ﺏﻮﺘﺗﺭﺪﻘﺗﺎﻣﺎﻨﺑﻮﻠﻘﺘﻓﺎﺧﻭ

/wa

khāfat qulūbunā mā taqdiru tatūbu/ ‘Hati kita takut kau tidak dapat bertaubat’

7.

ﷲﺎﻴﻟﻮﻗ

/qawlun yā allaha/

‘katakanlah , ya Allah’ Nilai ketaatan

terhadap Tuhan

4.

ﺏﻮﺗﺄﻧﺎﺸﻌﻴﺒﻠﻗﺎﻴٮﻨﻳﺪﻫﺍ

/ihdīnī yā

qalbī ‘asyānun `atūbu/ ‘tunjukilah wahai hatiku untuk bertaubat’.

5.

ﻖﻳﺮﻄﻟﺎﻴﻨﻳﺪﻫﺍﻮﻴﺑﻮﻧﺬﻴﻠﻴﺤﻣﺍ

/`imḥīlī Żunūbī wa ihdīnī aṭ -ṭarīqa/ ‘Hapuskanlah dosaku dan tunjukilah aku jalan’

6.

ﻖﻳﺮﻄﻟﺎﻴﻟﺭﻮﻧ

/nawwirlī aṭ

-ṭariqa/ ‘terangilah jalanku’.

Nilai kepasrahan

(10)

terhadap Tuhan

/`in syāa` `allahu ... hatlāqī aṭ-ṭar īqa/ ‘Jika Allah mengizinkan Kau akan menemukan jalan’.

5.

ﺪﻴﻌﺒﺸﻤﻜﻨﻌﻫﺩ

/dahun ‘anka

misy ba’īdun/ ‘Biarkan dia pergi jauh’

6.

ﻖﻴﻀﺑﺮﻌﺸﺗﻻﻮﻤﻬﺸﻠﻴﺸﺗﺎﻣ

/matsyīl
(11)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Iskandari, Ahmad dan Musthafa Inani. 1992. Al-Wasiīth fi Al-Adab Al-‘arabi wa Tarīkhih. Kairo : Dar Al-Ma’arif.

Amin, Nasikhun. 2013. Nilai Akhlak dalam Lagu Maher Zain Album Thank You Allah dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam. Jurnal

suka.ac.id. pada Desember 2012

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Endaswara, Suwardi. 2008. Metode Penelitian Sastra. Yogyakarta : Media Pressindo.

Fananie, Zainuddin. 2000. Telaah Sastra. Surakarta : Muhammadiyah University Press.

Luxemburg, Jan van, dkk. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Munawwir, Ahmad Warson. 1997. Al Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Surabaya : Pustaka Progressif.

Muzakki, Akhmad. 2006. Kesusastraan Arab. Yogyakarta : Ar-Ruzz. Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2003. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik dan Penerapannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sayuti, Suminto A. 1985. Puisi dan Pengajarannya (Sebuah Pengantar). Semarang : IKIP Semarang Press.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta : Grasindo. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : CV.Alfabeta.

Sugono, Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

(12)

Ruzz.

Tari, Lucy Diana. 2011. Nilai-Nilai Religius Syair Haji. Jurnal

Wilson, Devix. 2003. Skripsi : Nilai Religius Syair Al-Hikmah Karya Zuhayr bin Abi Sulma (Tinjauan Struktural Semiotik). Departemen Sastra Arab FIB

USU.

Yetti, Erly. 2010. Religiusitas dalam Sastra Indonesia : Studi Kasus Khotbah di atas Bukit Karya Kuntowijoyo. Jurnal

http://journal.unas.ac.id/index.php/sawo-manila/article/view/24 ISSN 1907-6568 Vol. 1 tanggal 04 November 2010

Zaidan, Abdul Rozak dkk. 2007. Kamus Istilah Sastra. Jakarta : Balai Pustaka. Juni 2014

2014

2014

http://www.maherzaintube.com/2012/03/insha-allah-arabic-vocals-only-no-music.html tanggal di akses 04 Juni 2014

(13)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Profil Maher Zain dan Lagu-Lagunya

Pembahasan tentang sebuah lagu tidak bisa dipisahkan dari sosok penyanyinya. Sebab bila lagu tersebut dinyanyikan oleh orang lain, tentu hasilnya akan berbeda baik dari suara, penampilan dan kharismanya. Oleh karena itu, peneliti tidak memisahkan pembahasan tentang lagu dan profil sang penyanyi, walaupun penelitian ini memfokuskan pada penelitian lirik lagunya.

Maher Zain adalah penyanyi, penulis lagu, produser musik sekaligus komposer yang merupakan bintang baru musik modern Islami. Ia mengusung lagu-lagu yang penuh makna dan bertujuan untuk menginspirasi, menghibur dan menyampaikan pesan perdamaian dan harapan kepada orang lain melalui musik.

Maher Zain lahir di Tripoli pada tanggal 16 Juni 1981. Inspirasi bermusik Maher Zain pertama kali muncul dari ayahnya yang juga merupakan seorang penyanyi yang kerap tampil di kota Mediterania, Tripoli. Maher Zain mulai tertarik dengan musik dan berbagai instrumen, beliau mendapatkan sebuah keyboard yang pertama ketika berusia sepuluh tahun. Sejak saat itulah, musik telah menjadi bagian terpenting dalam kehidupan dan keseharian Maher Zain (Amin, 2013: 75)

(14)

Setelah bergelut di industri musik Swedia sebagai produser musik, Maher Zain diperkenalkan dengan RedOne yang merupakan seorang produser musik dalam kancah musik Swedia yang berasal dari Maroko. Sejak itu Maher Zain pun bekerjasama dengan RedOne dan seniman-seniman Swedia lainnya dan mulai pindah ke New York. Selama beberapa tahun ia bergelut dalam industri musik New York.

Setelah beberapa tahun bekerja di New York, Maher Zain sudah mencapai kesuksesan dalam suatu bisnis musik yang menjanjikan di usia muda. Tetapi bagi Maher Zain, hal tersebut bukanlah sesuatu yang diimpikan. Beliau mencintai musik, tetapi tidak menyukai segala sesuatu yang ada di sekelilingnya yang dianggapnya tidak benar

Maher Zain yang gelisah dengan keadaan itu akhirnya memutuskan industri musik yang sedang ia jalani bukan sesuatu yang tepat untuknya. Zain pun kembali ke Swedia. Awalnya, Zain tidak berniat untuk menghasilkan musik yang bergenre religius, namun setelah kembali ke Swedia, beliau bergabung dengan komunitas Islam di Stockholm dan menjadi lebih tertarik untuk mendalami agamanya. Zain mulai teratur menghadiri mesjid setempat dan ia merasa seperti telah sampai di ‘rumah’nya sendiri. Sejak itu, Zain memutuskan untuk berhenti dari karirnya sebagai produser musik dan mulai menulis dan menyanyikan lagu-lagu yang menunjukkan komitmennya untuk identitas agamanya (Amin, 2013: 79).

(15)

yang terdiri dari 12 lagu dan 2 bonus track, dirilis pada tanggal 1 November 2009.

Maher Zain dan Awakening Records berhasil menggunakan media sosial seperti facebook, youtube, dan iTunes untuk mempromosikan lagu dari album pertamanya. Pada awal 2010 musiknya sangat cepat meraih penggemar online di negara Islam, negara Arab serta kalangan muda Muslim di negara barat.

Salah satu lagu Maher Zain yang berjudul ‘Ya Nabi Salam Alayka’ terpilih sebagai runner up best song untuk tahun 2009 dalam kompetisi musik yang diselenggarakan oleh Nujoom FM (stasiun radio musik terbesar Mesir). Tiket konser Maher Zain yang dilaksanakan di Aljazair, Australia, Belgia, Kanada, Mesir, Inggris, Perancis, Belanda, Swedia dan Amerika Serikat pun selalu terjual habis. Dalam waktu singkat beliau pun menjadi ‘next superstar of Islamic music’. (http://themaherzain.blogspot.com/2011/08/maher-zains-biography.html).

Pada akhir 2010, Maher Zain adalah selebriti paling Googled di Malaysia untuk tahun itu. Malaysia dan Indonesia telah menjadi negara dimana ia telah memiliki keberhasilan yang paling komersial. Album lagu Thank You Allah telah berhasil mendapatkan penghargaan platinum oleh beberapa Warner Music Malaysia dan Sony Music Indonesia. Ini menjadi penjualan album lagu tertinggi

tahun 2010 di Malaysia.

Lagu-lagu dalam album Maher Zain yang mencampur musik R&B dengan tradisional spiritual, jiwa dan musik pop kontemporer, tidak hanya mempengaruhi musik spiritual tetapi juga menghidupkan kembali bakat kontemporer.

(16)

‘Mawlaya’ di album Forgive Me, beliau bernyanyi tentang Nabi Muhammad dan karakteristiknya, terutama perannya sebagai contoh yang ditiru. Lagu lain di album yang sama, beliau juga menyanyikan sebuah lagu tentang ibunya yang berjudul ‘Number One For Me’. Sedangkan lagunya yang berjudul ‘The Chosen One’ menyampaikan kisah kehidupan dan ajaran Rasulullah SAW.

(http://insideislam.wisc.edu /2012/05/maher-zain-a-muslim-musician/)

Lagu Maher Zain juga telah dinyanyikannya dalam bahasa Turki, Perancis, Urdu, Indonesia dan Melayu. Kemampuannya menyanyikan lagu dengan berbagai bahasa menarik kalangan muda Muslim untuk menggemari lagunya. Beliau telah menjadi artis yang digemari masyarakat muslim dunia, karena musiknya yang mencerminkan komitmen agama Islam.

Maher Zain telah mengusung musik Islam modern ke tingkat yang baru. Sebagai seniman dan produser yang amat berbakat, lagunya pun membawa warna musik yang populer, mudah dipahami serta mengekspresikan kebebasan dan keyakinan dengan memasukkan unsur R&B, musik spiritual tradisional, pop, Arab dan musik Turki dalam komposisi yang berani. (http://themaherzain.blogspot. com/2011/08/maher-zains-biography.html). Maher Zain pernah mengungkapkan bahwa beliau sangat senang karena pesan religi yang disampaikan lewat lagu-lagunya dapat tersampaikan dengan baik, musiknya berkembang dan membawa dampak yang positif terhadap anak-anak muda sesuai dengan visi dan misinya (Amin, 2013: 77)

3.2 Analisis Struktural Lirik Lagu

ﷲءﺎﺸﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ 3.2.1 Analisis Struktur Fisik Puisi
(17)

Unsur-unsur bentuk dan struktur puisi yaitu unsur estetik yang membangun struktur luar dari puisi. Bahasa puisi banyak ditentukan oleh pemilihan dan penempatan kata di dalam kalimat. Patut disadari pula bahwa tema yang istimewa bukanlah jaminan yang menentukan bernilainya sebuah puisi (Gunawan, 1972: 39, dalam Sayuti, 1985: 24). Dengan demikian, keistimewaan puisi banyak pula ditentukan oleh kata-kata dan bahasanya.

Menurut Sayuti (1985: 25) bahasa puisi yang diciptakan penyair didasarkan pada perenungannya terhadap suatu perasaan pribadi atau pengalaman tertentu dalam suatu momen tertentu pula. Namun, bukan berarti bahwa bahasa puisi itu tidak dapat diinterpretasikan. Karena bahasa puisi itu diresapi dengan nilai-nilai pribadi, maka pilihan kata, bunyi, bentuk dan sebagainya memperoleh makna yang bersifat pribadi pula. Penyair mempunyai kebebasan untuk memanfaatkan unsur-unsur bahasa bagi kepentingan ekspresinya.

Unsur-unsur fisik puisi ini dapat ditelaah satu persatu, tetapi unsur-unsur itu merupakan kesatuan yang utuh. Unsur struktur fisik puisi meliputi : tipografi (perwajahan), diksi (pilihan kata), imaji (citra), kata konkret, bahasa figuratif (majas) dan verifikasi (penataan bunyi). Berikut adalah penjabaran dan analisis struktur fisik lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/.

3.2.1.1 Tipografi (perwajahan puisi)

Ciri-ciri yang dapat dilihat secara sepintas dari bentuk puisi adalah perwajahannya. Tipografi adalah bentuk visual puisi yang berupa tata huruf dan tata baris dalam karya puisi (Pradopo, 1978: 124). Mulyana menyebutkan sebagai susunan baris (1956: 96). Sedangkan Suharianto (1981: 35) secara sederhana merumuskan tipografi sebagai ukiran bentuk ialah susunan baris-baris atau bait-bait suatu puisi. (Dalam Sayuti, 1985: 177-178).

(18)

atau kontemporer, pengaturan dalam bait-bait ini sudah berkurang atau sama sekali tidak ada (Siswanto, 2008:113).

Menurut Sayuti (1985: 178) maksud penyusunan tipografi yang beraneka ragam itu secara garis besar dibedakan atas dua macam :

a. Sekedar untuk keindahan indrawi, maksudnya agar susunan puisi tersebut tampak indah dipandang.

b. Untuk membantu lebih mengintensifkan makna dan rasa atau suasana puisi yang bersangkutan.

Dalam lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ bentuk perwajahan puisinya masih terbilang sederhana dan normal seperti puisi pada umumnya. Penyusunan lirik dan baitnya masih tertib dan teratur. Penyusunan baris atau lirik di setiap bait dimulai dari tepi kanan halaman dan sejajar di sisi kanan sampai akhir. Hal ini terjadi karena lirik lagu atau puisinya menggunakan bahasa Arab yang memang ditulis dari sebelah kanan.

Penulisan lirik atau barisnya pun tidak terlalu panjang. Hal ini dapat dilihat dari jumlah kata yang terdapat dalam satu baris yakni hanya 4-9 kata dalam satu baris. Jumlah barisnya hanya 25 baris yang terbagi menjadi 6 bait dengan beberapa pengulangan di beberapa bait tertentu. Penulisan lirik setiap baitnya dapat diuraikan sebagai berikut. Bait ke-1 terdiri dari 6 baris, bait kedua terdiri dari 2 baris, bait 3 terdiri dari 6 baris, bait 4 sama dengan bait 2, bait ke-5 terdiri dari 7 baris dan bait ke-6 sama dengan bait ke-2 dan ke-4. Dari penyusunan lirik tersebut tampak bahwa lirik lagu atau puisi ini sudah modern karena penyusunan lirik dalam setiap bait tidak sama jumlahnya.

(19)

3.2.1.2 Diksi (pilihan kata)

Diksi berarti pemilihan kata yang dilakukan oleh penyair untuk mengetengahkan perasaan-perasaan yang bergejolak dalam dirinya (Sayuti, 1985: 62). Kata-kata tidak hanya berperan sebagai alat yang menghubungkan pembaca dengan ide penyair, tetapi sekaligus sebagai pendukung imaji (citra) dan penghubung pembaca dengan intuisi penyair (Damono 1976: 119, dalam Sayuti).

Sedangkan menurut Siswanto (2008: 115) pemilihan kata dalam puisi berhubungan erat dengan makna, keselarasan bunyi dan urutan kata. Pemilihan kata juga berhubungan erat dengan latar belakang penyair. Semakin luas wawasan penyair, semakin kaya dan berbobot kata-kata yang digunakan. Kata dalam puisi tidak hanya sekadar kata-kata yang dihafalkan, tetapi sudah mengandung pandangan pengarang. Penyair yang religius akan menggunakan kosakata yang berbeda dengan pengarang yang sosialis. Kata dalam puisi juga bisa mengungkapkan perasaan penyair, seperti marah, riang, cemas, khawatir, tegang dan takut.

Dalam lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ pilihan kata yang dipilih oleh penyair merupakan kata-kata yang mencerminkan kereligiusan. Hal ini dapat dilihat dalam penggunaan kata atau kalimat

ﻩﺎﻘﻠﺗ

/talqāhu/ ‘menemukan-Nya’ (yang dimaksud –Nya dalam kata itu adalah Tuhan),

ﷲﻭﻫ

/huwa allāhu/ ‘Dia lah Allah’,

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syāa` `allahu/ ‘jika Allah mengizinkan’,

ﻲﺻﺎﻌﻣ

/ma’āșī/ ‘kedurhakaan’,

ﺏﻭﻧﺫ

/Żunūbun/ ‘dosa’,

ﺏﻭﺗﺗ

/tatūbu/ ‘bertaubat’, dan

ﷲﺎﻳ

/ allaha/ ‘ya Allah’.
(20)

‘Kau akan menemukan jalan’,

ﻥﻳﻣ

/maynun/ ‘kebohongan’,

ﻩﺩ

/dahun/ ‘biarkan’, dan

ﺎﻣ

/mā/ ‘jangan’. Kata kata yang digunakan dalam baris-baris puisi tersebut masih relatif sederhana, mudah dikenali dan tidak terlalu sulit untuk dicerna.

Penggunaan bahasa ‘ammiyah juga terdapat dalam lirik lagu ini yang digunakan oleh penyair untuk menyampaikan maksudnya kepada pembaca atau pendengar yaitu tampak pada kata

ﻪﻳﺎﺗ

/tāyahu/ ‘membingungkan’,

ﺩﻣ

/mid/ ‘ulurkan’,

ﺱﺳﺎﺣ

/ḥāsisun/ ‘yang menaruh kasih’,

ﻲﻗﻼﺗﺎﻫ

/

hatlāqī/ ‘kau akan menemukan’,

ﻪﻳﻟ

/

līhi/ ‘lalu’,

ﺵﻣﻛﻧﻌﻫﺩ

/dahun ‘anka misy/ ‘biarkan dia pergi’,

ﺵﻠﻳﺷﺗﺎﻣ

/matsyīlisy/ ‘jangan kau menjadi’, dan kata

ﻥﺎﺷﻋ

/‘asyānun/ ‘untuk’.

Namun demikian beberapa kata atau gabungan kata dalam baris tertentu telah menimbulkan beberapa pengertian yang berbeda dari makna kata yang sebenarnya atau biasa disebut bahasa kias. Contohnya pada kalimat

ﻝﻳﻘﺗﻛﻳﻠﻌﻠﻣﺣﻟﺎﻧﺎﻛ

/kāna al- ḥimlu alayka taqīlun/ ‘ada beban yang bersemayam padamu’. Kata ‘beban’ dalam kalimat tersebut bukan beban berbentuk benda yang mempunyai berat, tetapi maksudnya adalah berupa masalah yang ada dalam hidup. Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam bagian berikutnya.

3.2.1.3 Imaji (citra)

Istilah imaji atau yang sering disebut citra, sering dipakai dalam dua pengertian yang sebenarnya berlainan, yakni :

a. Pengalaman indera yang terbentuk dalam rongga imajinasi yang ditimbulkan oleh sebuah kata atau oleh rangkaian kata.

b. Bentuk bahasa (kata atau rangkaian kata) yang dipergunakan oleh penyair untuk menyampaikan pengalaman estetiknya atau untuk menyampaikan pengalaman inderanya.

Jadi berdasarkan keterangan di atas jelaslah bahwa citra bisa datang dari penyair dan bisa pula dari penikmat atau pembaca puisi (Pradopo, 1978, dalam Sayuti, 1985: 107).

(21)

berfungsi sebagai alat untuk interpretasi karena citra akan mempengaruhi makna juga pada akhirnya (dalam Sayuti, 1985:110). Sedangkan menurut Altenbernd (1970: 14, dalam Pradopo, 1999: 89) mengemukakan bahwa citraan adalah salah satu alat kepuitisan yang terutama yang dengan itu kesusastraan mencapai sifat-sifat konkret, khusus, mengharukan dan menyaran.

Jenis citra dalam puisi ada bermacam-macam sesuai dengan jenis citra yang ingin digugah oleh penyair dalam dan lewat karya puisinya, yaitu :

a) Citra netra atau citra dinulu (shape image), yang berhubungan dengan indera penglihatan.

b) Citra talingan atau citra linungu (sound image, auditory image), yang berhubungan dengan indera pendengaran.

c) Citra lumaksana (image of movement, kin aesthetics image), yang membuat sesuatu yang ditampilkan tampak bergerak.

d) Citra ginrayang (tactual image, image of touch), yang berhubungan dengan indera peraba.

e) Citra ginanda (nosey image), yang berhubungan dengan indera penciuman.

f) Citra dinilat, yang berhubungaan dengan indera rasa lidah.

Dalam lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ peneliti menemukan beberapa citra yang digunakan oleh penyair dalam menyampaikan maksudnya, yakni :

1) Citra lumaksana (image of movement, kin aesthetics image) atau citra gerak, yang terdapat pada kalimat

ﻞﻴﻘﺘﻜﻴﻠﻌﻠﻤﺤﻟﺎﻧﺎﻛ

/kāna al- ḥimlu alayka taqīlun/ ‘ada beban yang bersemayam padamu’, seakan-akan beban yang
(22)

memggambarkan kata dia (masalah dan dosa) yang merupakan benda abstrak seakan dapat pergi dan bergerak.

2) Citra talingan atau citra linungu (sound image, auditory image) atau citra pendengaran, yang terdapat dalam kalimat

ﺡﻭﺭﻟﺎﻳﻛﺷﺗ

/wa tasykī ar-rūḥu/ ‘jiwamu mengadu’, menggambarkan jiwa yang merupakan benda abstrak bisa mengadu, bersuara dan berkata-kata.

3) Citra dinilat, yang terdapat pada kata

ﺓﺭﺍﺭﻣ

/murāratun/ ‘kepahitan’. Kata pahit yang berarti suatu rasa di lidah, digunakan penyair untuk menggambarkan kehidupan yang tidak mengenakkan atau tidak bahagia. 4) Citra netra atau citra dinulu (shape image), yang terdapat dalam kalimat

ﻙﻳﻟﻭﺣﺎﻣﻳﺍﺩﻫﺎﻘﻠﺗ

/talqāhu dāiman ḥawlayka/ ‘kau akan menemukan-Nya selalu disekitarmu’ dan

ﻕﻳﺭﻁﻟﺎﻳﻟﺭﻭﻧ

/nawwirlī aṭ-ṭariqa/ ‘terangilah jalanku’. Kata menemukan dan terang digunakan penyair untuk mengkonkretkan atau memvisualisasikan kata -Nya (Tuhan) dan jalan yang seyogyanya tidak dapat dilihat dengan mata.

3.2.1.4 Kata Kongkret

Kata konkret adalah salah satu cara penyair menggambarkan sesuatu secara konkret. Oleh karena itu, kata-kata diperkonkretkan, bagi penyair dirasa lebih jelas karena lebih konkret, namun bagi pembaca sulit ditafsirkan (Waluyo, 2005: 9, dalam Tari 2011).

Kata konkret sangat berkaitan dengan kiasan dan perlambangan artinya simbol dan kiasan dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkonkretkan hal yang abstrak. Dengan kata lain, kiasan dan perlambangan dapat memberikan kesan yang lebih luas tentang suatu keadaan pendengar atau pembaca puisi.

Kata konkret adalah kata-kata yang dapat ditangkap oleh indera. Kata konkret ini berhubungan erat dengan imaji (citra). Dengan kata konkret akan memungkinkan imaji muncul.

(23)

yaitu kata

ﻕﻳﺭﻁﻟﺍ

/aṭ-ṭar īqu/ ‘jalan’. Kata jalan yang secara harfiah berarti tempat untuk lalu lintas orang, namun dalam lirik lagu ini jalan yang dimaksud adalah solusi, jalan keluar, cara, kesempatan suatu arah kehidupan. Sedangkan kata-kata yang lainnya hanya beberapa kata-kata abstrak yang berusaha dikonkretkan penyair dengan memadukan kata-kata abstrak tersebut dengan kata lain yang menggambarkan citraan tertentu. Namun tidak ditemukan kata-kata konkret tertentu.

3.2.1.5 Bahasa Figuratif (Majas)

Bahasa kias mencakup semua jenis ungkapan yang berupa kata, frasa ataupun kalimat yang mempumyai makna lain dengan makna harfiahnya. Fungsi bahasa kias dalam puisi di samping untuk menggugah tanggapan pembaca, dapat juga mengetengahkan sesuatu yang berdimensi banyak dalam bentuk yang sesingkat-singkatnya (Sayuti, 1985: 75).

Perrine menerangkan bahwa bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksud penyair karena :

a. Bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif,

b. Bahasa figuratif adalah cara untuk manghasilkan imaji tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak jadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca,

c. Bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair,

d. Bahasa figuratif adalah cara untuk mengonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat. (Siswanto, 2008:120)

Majas yang terdapat dalam sebuah puisi adalah :

1) Majas perbandingan : asosiasi, metafora, personifikasi, alegori, simbolik, metonimia, sinekdok dan simile.

(24)

4) Majas penegasan : pleonasme, repetisi, paralelisme, tautologi, klimaks dan antiklimaks.

Dalam lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ peneliti menemukan beberapa majas yang digunakan oleh penyair, yaitu :

1. Majas personifikasi adalah majas yang mempersamakan benda dengan manusia, benda digambarkan seolah-olah dapat berbuat, bergerak, berpikir dan sebagainya selayaknya yang dilakukan manusia. Majas ini terdapat pada kalimat

ﻝﻳﻘﺗﻛﻳﻠﻌﻠﻣﺣﻟﺎﻧﺎﻛ

/kāna al- ḥimlu alayka taqīlun/ ‘ada beban yang bersemayam padamu’,

ﺡﻭﺭﻟﺎﻳﻛﺷﺗﻭ

/wa tasykī ar-rūḥu/ ‘jiwamu mengadu’,

ﺭﺳﻟﺎﺑﻧﻳﻣﻭ

/wa maynun bissirri/ ‘kebohongan yang tersembunyi’ dan

ﺩﻳﻌﺑﺷﻣﻛﻧﻌﻫﺩ

/dahun ‘anka misy ba’īdun/ ‘biarkan dia pergi jauh. Kata beban, jiwa, kebohongan dan dia dalam kalimat tersebut adalah benda abstrak, namun digambarkan seolah-olah bisa melakukan perbuatan bersemayam, mengadu, tersembunyi dan pergi yang seyogyanya perbuatan tersebut hanya bisa dilakukan manusia.

2. Majas hiperbola adalah majas yang berupa pernyataan berlebihan dari kenyataan yang sebenarnya dengan maksud memberikan kesan mendalam atau meminta perhatian. Majas ini terdapat pada kalimat

ﻲﻠﺧﺗﻣﻭﻣﻬﻟﺍﻭ

/wa al-humūmu tukhallī/ ‘dan kecemasan melingkupi’ dan

ﻝﻳﻭﻭﺓﺭﺍﺭﻣﻭﺔﺑﺭﻐﻳﻔﻛﻳﻣﺭﺗﻭ

/wa tarmīka fī gharbatin wa murāratin wa waylin/ ‘dan melemparkanmu dalam keterasingan, kepahitan dan

kebinasaan. Kata melingkupi, melemparkan, keterasingan, kepahitan dan kebinasaan dinilai terkesan berlebihan.

3. Majas tautologi adalah majas penegasan dengan mengulang beberapa kali sebuah kata atau kalimat dengan maksud menegaskan. Majas ini terdapat dalam kalimat

ﷲءﺎﺷﻧﺈﻬﻠﻟﺍءﺎﺷﻧﺈﻬﻠﻟﺍءﺎﺷﻧﺇ

/`in syāa` `allahu `in syāa` `allahu `in syāa` `allahu/ ‘Jika Allah mengizinkan jika Allah mengizinkan jika

Allah mengizinkan’ dan

(25)

jalanku’. Kalimat jika Allah mengizinkan diulang sebanyak tiga kali untuk dalam satu baris dengan maksud untuk menegaskan dan meyakinkan pembaca atau pendengar.

4. Majas asosiasi adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Majas ini terdapat pada kalimat

ﻕﻳﺭﻁﻟﺎﻳﻗﻼﺗﺎﻫ

/hatlāqī aṭ-ṭar īqa/ ‘kau akan menemukan jalan’,

ﻕﻳﺭﻁﻟﺎﻳﻧﻳﺩﻫﺍ

/ihdīnī aṭ-ṭarīqa/ ‘tunjukilah aku jalan’ dan

ﻕﻳﺭﻁﻟﺎﻳﻟﺭﻭﻧ

/nawwirlī aṭ-ṭariqa/ ‘terangilah jalanku’. Kata jalan dalam kalimat tersebut bukan menunjukkan arti jalan yang sebenarnya, tetapi maksudnya adalah solusi, jalan keluar, cara atau suatu arah hidup yang baik.

3.2.1.6 Verifikasi (penataan bunyi)

Pemilihan dan penempatan kata di dalam puisi didasarkan pula kepada nilai bunyi, yakni bagaimanakah kekuatan kata itu memberikan tanggapan pada pikiran dan perasaan pembaca atau pendengarnya, bagaimanakah bunyi itu sanggup membantu memperjelas ekspresi, ikut membangun suasana puisi dan mungkin juga mampu membangkitkan asosiasi-asosiasi tertentu kepada pembaca atau pendengarnya (Sayuti, 1985: 33). Verifikasi atau penataan bunyi dalam puisi terdiri dari persajakan (rima) serta efoni dan kakafoni.

3.2.1.6.1 Persajakan (Rima)

Persajakan adalah kesamaan atau kemiripan suara di dalam dua kata atau lebih dalam suatu puisi (Millet, n.d: 96). Sedangkan menurut Siswanto (2008:122) sajak adalah persamaan bunyi pada akhir baris puisi dan rima adalah persamaan bunyi pada puisi baik di awal, tengah maupun akhir baris puisi.

Jika hendak mengklasifikasikan persajakan dalam puisi, maka dapat dilihat : 1. Dari segi bunyinya yang meliputi :

(26)

c) Sajak mutlak : seluruh bunyi kata itu sama (laut biru-langit biru-darah biru-tenda biru)

d) Aliterasi : persamaan bunyi konsonan pada setiap awal kata (beta-bukan-bijak) dan asonansi : pengulangan bunyi vokal dalam satu suku kata (benang-kelam, keladi-melati)

2. Dari segi hubungan baris dalam setiap bait yang meliputi :

a) Sajak merata (terus) : a-a-a-a-a-a-a sama setiap baris sampai akhir b) Sajak berselang : a-b-a-b

c) Sajak berangkai : a-a-a-a-a d) Sajak berpeluk : a-b-b-a e) Sajak kembar : a-a-b-b 3.2.1.6.2 Efoni dan Kakafoni

Jika suatu kombinasi vokal-konsonan berfungsi melancarkan ucapan, mempermudah pengertian serta bertujuan untuk mempercepat irama, itulah yang disebut efoni (Brooks, 1960: 564, dalam Sayuti, 1985:49).

Sebaliknya, ada pula sekelompok bunyi konsonan, biasanya k, p, t, s yang justru fungsinya menghalangi kelancaran ucapan dan memperlambat irama, inilah yang disebut kakafoni. Bunyi kakafoni ini biasanya memperlihatkan arti yang negatif atau merusak suasana sekitar (Pradopo, 1978: 30, dalam Sayuti, 1985: 51).

Verifikasi atau penataan bunyi yang digambarkan penyair dalam lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Bait pertama yang berjumlah 6 baris merupakan sajak kembar dengan susunan a-a-a-a-b-b. Sajak kembar ini tampak dari bunyi akhir kata setiap baris, yaitu kata

ﻞﻴﻘﺗ

,

ﻝﻳﻟﺩ

,

ﻝﻳﻭﻁ

,

ﻝﻳﻭ

yang akhirnya dilafalkan dengan bunyi il dan kata

ﻙﻳﻟﻭﺣ

dan

ﻙﻳﺑ

yang akhirnya dilafalkan dengan bunyi ik.

2. Bait kedua yang berjumlah 2 baris yang menggambarkan pengulangan kata

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ sebanyak 3 kali dalam tiap baris dan kata
(27)

3. Bait ketiga yang berjumlah 6 baris adalah sajak kembar dengan susunan a-a-b-b-c-c. Sajak kembar ini tampak dari bunyi akhir setiap baris, yaitu kata

ﺏﻭﻧﺫ

dan

ﺏﻭﺗﺗ

, yang akhirnya dilafalkan dengan bunyi ub, kata

ﺡﻭﺑﻧ

dan

ﺡﻭﺭﺟﻟﺍ

yang akhirnya dilafalkan dengan bunyi uh dan kata

ﻙﻳﻟﻭﺣ

dan

ﻙﻳﺑ

yang akhirnya dilafalkan dengan bunyi ik. Dimana 2 baris terakhir merupakan pengulangan dari 2 baris terkakhir bait pertama.

4. Bait keempat sama dengaan bait kedua.

5. Bait kelima yang berjumlah 7 baris merupakan sajak berselang yang tampak dari kata

yang akhirnya dilafalkan dengan bunyi ah,

ﺩﻳﻌﺑ

yang akhirnya dilafalkan dengan bunyi id,

ﻕﻳﺿﺑ

yang akhirnya dilafalkan dengan bunyi iq,

ﺏﻭﺗﺃ

yang akhirnya dilafalkan dengan bunyi ubdan

ﻕﻳﺭﻁﻟﺍ

yang akhirnya dilafalkan dengan bunyi iq.

6. Bait keenam sama dengan bait kedua dan keempat.

3.2.2 Struktur Batin Puisi

I.A Richards menyebut struktur batin puisi dengan istilah hakikat puisi. Ia berpendapat bahwa unsur struktur batin puisi terdiri atas empat unsur : tema atau makna (sense), rasa (feeling), nada (tone) dan amanat atau tujuan (intention). 3.2.2.1 Tema atau Makna (Sense)

Karena bahasa berhubungan dengan makna maka sebuah puisi haruslah bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan. Untuk puisi yang konvensional tiap kata, baris, bait sampai keseluruhan puisi mempunyai makna.

(28)

Dalam menentukan tema dari sebuah lirik lagu atau puisi, seorang apresiator harus menghubungkan antara puisi dengan penyairnya, sebab puisi bersifat khusus (subjektif), tetapi puisi juga bersifat objektif bagi semua penafsir, sebab jika puisi telah dipublikasikan, maka puisi tersebut mutlak milik pembaca, yang tentunya harus tetap memperhatikan kaidah pemaknaan sebuah puisi.

Lirik lagu Maher Zain yang berjudul

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ yang dinyanyikan dalam versi bahasa Arab termasuk puisi masa modern. Lirik lagu atau puisi ini memiliki tema religius atau ketuhanan. Peneliti berpendapat demikian sebab lirik lagu tersebut menggambarkan pengalaman batin penyair dalam kepasrahan memohon pertolongan Allah dan mencari jalan taubat. Hal tersebut dapat dilihat dari judul lirik lagunya

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ ‘jika Allah mengizinkan’.

Selain itu, tema kereligiusan atau ketuhanan ini tercermin dari uraian makna lirik lagu berikut ini.

Setiap manusia pasti pernah mengalami suatu masalah atau cobaan (beban) dalam hidupnya yang tentunya hanya manusia itu sendiri yang mengalaminya (bersemayam). Masalah atau cobaan hidup ini terkadang membuat manusia menjadi bingung (membingungkan) untuk memikirkan dan mencari solusi atau jalan keluar (menemukan petunjuk) atas masalah yang sedang dihadapinya. Jika masalah ini tak kunjung tuntas, dapat menjadikan manusia merasa cemas, bahkan ketika dalam tidurnya (malam yang panjang). Jika dibiarkan berlarut-larut dapat membuat manusia itu seakan-akan berada dalam kesendirian (keterasingan), hidup yang tak bahagia (kepahitan) atau bahkan merasa hidupnya tak berarti lagi (kebinasaan).

(29)

yang mungkin tak diketahui orang lain (kebohongan) yang kemudian terungkap. Keadaan ini kemudian menimbulkan penyesalan (luka) bagi dirinya sendiri. Ketika masalah atau cobaan hidup tak kunjung usai dan ketakutan tak diterimanya taubat kerap terasa, maka cara yang terbaik dan utama yang harus dilakukan adalah berdoa (ulurkan tangan) dan mendekatkan diri kepada Allah. Allah akan senantisa berada dekat dengan manusia, yang senantiasa menerima manusia dalam kondisi apapun dan memberikan kasih sayang-Nya. Sebutlah nama Allah dimanapun dan kapanpun terutama dalam doa. Manusia harus melupakan masalah dan keraguannya untuk memohon petunjuk dan bertaubat dan harus merasa yakin bahwa Allah akan menunjukkan solusi dan menerima taubat manusia. Dan selalu meminta ditunjukkan untuk bertaubat, dihapuskan dosa dan senantiasa ditunjukkan jalan yang benar dalam menjalani kehidupan.

Dengan izin Allah, masalah hidup dapat diselesaikan dan dosapun akan diampuni dan taubat pun diterima (menemukan jalan).

3.2.2.2 Rasa (Feeling)

Rasa atau feeling mengungkapkan suasana penyair ikut diekspresikan dan dihayati oleh pembaca (Waluyo, 2005: 37, dalam Tari, 2011).

Menurut Siswanto (2008: 124) pengungkapan tema dan rasa berkaitan erat dengan latar belakang sosial dan psikologis penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak hanya bergantung pada kemampuan penyair memilih kata-kata, rima, gaya bahasa dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

(30)

Setelah memperhatikan lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/, peneliti berpendapat bahwa perasaan kereligiusan penyair menjadi hal utama yang melandasi terciptanya lirik lagu tersebut. Sikap keyakinan penyair terhadap kuasa dan kasih sayang Allah untuk menjadi satu-satunya penolong dalam setiap masalah yang dihadapi manusia dan tempat memohon ampunan dan taubat atas segala dosa. Rasa keyakinan tersebut dapat dilihat dalam kalimat :

1.

ﻙﻳﻟﻭﺣﺎﻣﻳﺍﺩﻫﺎﻘﻠﺗ،ﻙﻳﺩﻳﺍﺩﻣ

/mid aiddīka talqāhu dāiman ḥawlayka/ ‘ulurkan tanganmu, kau akan menemukan-Nya selalu disekitarmu’.

2.

ﻙﻳﺑﺳﺳﺎﺣﻛﻠﺑﻗ،ﷲﻭﻫ

/huwa allāhu qabalaka ḥāsisun bīka/ ‘Dia lah Allah, menerimamu yang menaruh kasih padamu’.

3.

ﻕﻳﺭﻁﻟﺎﻳﻗﻼﺗﺎﻫ

...

ﷲءﺎﺷﻧﺈﻬﻠﻟﺍءﺎﺷﻧﺈﻬﻠﻟﺍءﺎﺷﻧﺇ

/`in syāa` `allahu `in syāa` `allahu `in syāa` `allahu ... hatlāqī aṭ-ṭar īqa/ ‘Jika Allah mengizinkan Jika Allah mengizinkan Jika Allah mengizinkan... Kau akan menemukan jalan’. Dengan demikian peneliti menyimpulkan bahwa perasaan yang dirasakan penyair dalam lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ adalah perasaan yakin akan pertolongan, kasih sayang dan pengampunan Allah.

3.2.2.3 Nada (Tone)

Nada mengungkapkan sikap penyair terhadap pembaca. Dari sikap inilah tercipta suasana puisi (Waluyo, 2005: 37, dalam Tari, 2011).

Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Ada penyair yang dalam menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerjasama dengan pembaca untuk memecahkan masalah atau menyerahkan masalah begitu saja pada pembaca (Siswanto, 2008: 125).

(31)

3.2.2.4 Amanat atau Tujuan (Intention)

Sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair itu menciptakan puisi maupun dapat ditemui dalam puisinya. Dorongan tersebut dapat berupa :

a. Dorongan ekonomi b. Dorongan keamanan diri c. Dorongan berkomunikasi

d. Dorongan untuk mengaktualisasikan diri

e. Dorongan untuk berbakti kepada Tuhan maupun kepada manusia

Amanat, pesan atau nasihat merupakan kesan yang dapat ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca. Amanat tidak terlepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan oleh penyair (Waluyo, 2005: 40, dalam Tari, 2011).

Adapun tujuan yang tergambar dalam lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ adalah adanya dorongan penyair untuk berkomunikasi dan menyerukan kepada pembaca atau pendengar untuk beriman, berbakti dan mendekatkan diri hanya kepada Allah.

Sedangkan amanat atau pesan yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca atau pendengar adalah keyakinan dan kepasrahan diri kepada Allah agar manusia jangan pernah berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah juga jangan ragu akan pengampunan Allah.

3.3 Analisis Semiotik Lirik Lagu

ﷲءﺎﺸﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/
(32)

bermacam-macam cara (modus) wacana mempunyai makna (Preminger dkk, 1974: 980, dalam Pradopo, 2003: 119).

Sistem kerja penelitian semiotik dapat menggunakan dua model pembacaan, yaitu heuristik dan hermeneutik. Pembacaan heuristik adalah telaah dari kata-kata, bait-bait (line) dan term-term karya sastra, antara lain dengan menerjemahkanatau memperjelas arti kata-kata dan sinonim-sinonim. Pembacaan hermeneutik merupakan penafsiran atas totalitas karya sastra (Endaswara, 2008: 66).

3.3.1 Pembacaan Heuristik

Pembacaan heuristik adalah bahwa setiap lirik dibaca berdasarkan struktur kebahasaannya. Struktur kebahasaan adalah rangkaian unsur kata-kata yang disusun secara terpadu (Zaidan, 2007: 193). Maka, untuk memperjelas arti, bila perlu diberi tambahan kata sambung dan sisipan kata atau sinonim kata-katanya ditaruhkan dalam tanda kurung. Begitu juga struktur kalimatnya disesuaikan dengan kalimat baku (berdasarkan tata bahasa normatif), bila perlu susunannya dapat dibalik untuk memperjelas arti (Pradopo, 2003: 136).

Setelah peneliti membaca lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/, maka pembacaan heuristik lirik lagu tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

Bait ke-1

ﻝﻳﻘﺗﻛﻳﻠﻌﻠﻣﺣﻟﺎﻧﺎﻛﻣﻭﻳﻳﻓﻭﻟ

/law fī yawmin kāna al- ḥimlu alayka taqīlun/ Jika suatu hari ada beban yang bersemayam padamu

ﻝﻳﻟﺩﻳﻗﻼﺷﻣﻛﺩﺣﻭﻠﻬﻳﺎﺗﻭ

/wa tāyahu liwaḥdaka misy lāqī dalīlun/ Dan membingungkan dirimu sendiri yang merasuk untuk menemukan petunjuk

ﻝﻳﻭﻁﻠﻳﻠﻟﺍ ﻲﻠﺧﺗﻣﻭﻣﻬﻟﺍﻭ

/wa al-humūmu tukhallī al-layli tawīlun/ Dan kecemasan melingkupi pada malam yang panjang

(33)

/wa tarmīka fī gharbatin wa murāratin wa waylin/ Dan melemparkanmu dalam keterasingan, kepahitan dan kebinasaan

ﻙﻳﻟﻭﺣﺎﻣﻳﺍﺩﻫﺎﻘﻠﺗ،ﻙﻳﺩﻳﺍﺩﻣ

/mid aydīka talqāhu dāiman ḥawlayka/ Ulurkan tanganmu, kau akan menemukan-Nya selalu disekitarmu

ﻙﻳﺑﺳﺳﺎﺣﻛﻠﺑﻗ،ﷲﻭﻫ

/huwa allāhu qabalaka ḥāsisun bīka/ Dia lah Allah, menerimamu yang menaruh kasih padamu Jika (pada) suatu hari ada beban (masalah) yang bersemayam (sedang terjadi) pada (diri) mu.

Dan membingungkan dirimu sendiri yang (kebingungan itu) merasuk (masuk) (dalam hati) untuk menemukan petunjuk (solusi).

Dan kecemasan melingkupi (selalu hadir) pada malam yang panjang (ketika tidur).

Dan melemparkan (membuat) mu (berada) dalam keterasingan (kesendirian), kepahitan (ketidakbahagiaan) dan kebinasaan (hidup tak berarti).

Ulurkan tanganmu (berdoalah), (maka) kau akan menemukan-Nya (Allah) selalu di sekitar (dekat dengan) mu.

Dia lah Allah, menerimamu (dalam kondisi apapun) yang menaruh kasih (Maha Pengasih) padamu.

Bait ke-2

ﷲءﺎﺷﻧﺈﻬﻠﻟﺍءﺎﺷﻧﺈﻬﻠﻟﺍءﺎﺷﻧﺇ

...

ﻕﻳﺭﻁﻟﺎﻳﻗﻼﺗﺎﻫ

/`in syāa` `allahu `in syāa` `allahu `in syāa` `allahu ... hatlāqī aṭ-ṭar īqa/ Jika Allah mengizinkan Jika Allah mengizinkan Jika Allah mengizinkan... Kau akan menemukan jalan

ﷲءﺎﺷﻧﺈﻬﻠﻟﺍءﺎﺷﻧﺈﻬﻠﻟﺍءﺎﺷﻧﺇ

...

ﻕﻳﺭﻁﻟﺎﻳﻗﻼﺗﺎﻫ

(34)

Jika Allah mengizinkan Jika Allah mengizinkan Jika Allah mengizinkan... Kau akan menemukan jalan Jika Allah mengizinkan, (maka) kau akan menemukan jalan (solusi atau petunjuk).

Bait ke-3

ﺏﻭﻧﺫﻭﺄﻳﺻﺎﻌﻣﺎﻧﺗﺩﺧﻣﻭﻳﻳﻓﻭﻟ

/law fī yawmin khaditnā ma’āșiyyin aw Żunūbun/ Jika pada suatu hari kita melakukan kedurhakaan atau dosa

ﺏﻭﺗﺗﺭﺩﻘﺗﺎﻣﺎﻧﺑﻭﻠﻘﺗﻓﺎﺧﻭ

/wa khāfat qulūbunā mā taqdiru tatūbu/ Hati kita takut kau tidak dapat bertaubat

؟ﺡﻭﺑﻧﻬﻳﻟﺭﺳﻟﺎﺑﻧﻳﻣﻭ،ﺡﻭﺭﻟﺎﻳﻛﺷﺗﻭ

/wa tasykī ar-rūḥu wa maynun bissirri līhi nubūḥin/ Jiwamu mengadu, kebohongan yang tersembunyi lalu terungkap

؟ﺡﻭﺭﺟﻟﺎﻳﻭﺍﺩﻳﺭﺩﻘﻳﻳﻟﺎﻧﻳﻣﻭ

/wa maynun ilayya yaqdiru yudāwī al-jurūhi/ Kebohongan yang ada padamu dapat menyebabkan luka

ﻙﻳﻟﻭﺣﺎﻣﻳﺍﺩﻫﺎﻘﻠﺗ،ﻙﻳﺩﻳﺍﺩﻣ

/mid aydīka talqāhu dāiman ḥawlayka/ Ulurkan tanganmu, kau akan menemukan-Nya selalu disekitarmu

ﻙﻳﺑﺳﺳﺎﺣﻛﻠﺑﻗ،ﷲﻭﻫ

/huwa allāhu qabalaka ḥāsisun bīka/ Dia lah Allah, menerimamu menaruh kasih padamu Jika (pada) suatu hari kita (telah) melakukan kedurhakaan atau (perbuatan) dosa. Hati kita (merasa) takut (cemas) kau tidak dapat bertaubat.

(35)

Kebohongan (perbuatan dosa) yang ada padamu (dalam hatimu) dapat menyebabkan luka (penyesalan) (di hati).

Ulurkan tanganmu (berdoalah), (maka) kau akan menemukan-Nya (Allah) selalu di sekitar (dekat dengan) mu.

Dia lah Allah, menerimamu (dalam kondisi apapun) yang menaruh kasih (Maha Pengasih) padamu.

Bait ke-4

Sama dengan bait ke-2 Bait ke-5

ﷲﺎﻳﻟﻭﻗ

/qawlun yā allaha/ Katakanlah , ya Allah

ﺩﻳﻌﺑﺷﻣﻛﻧﻌﻫﺩ

/dahun ‘anka misy ba’īdun/ Biarkan dia pergi jauh

ﻕﻳﺿﺑﺭﻌﺷﺗﻻﻭﻣﻬﺷﻠﻳﺷﺗﺎﻣ

/matsyīlisy hammun wa lā tasy’uru biḍīqin/ Jangan kau menjadi cemas dan jangan kau merasakan keraguan

ﷲﺎﻳﻟﻭﻗ

/qawlun yā allaha/ Katakanlah , ya Allah

ﺏﻭﺗﺄﻧﺎﺷﻌﻳﺑﻠﻗﺎﻳﯩﻧﻳﺩﻫﺍ

/ihdīnī yā qalbī ‘asyānun `atūbu/ Tunjukilah wahai hatiku untuk bertaubat

ﻕﻳﺭﻁﻟﺎﻳﻧﻳﺩﻫﺍﻭﻳﺑﻭﻧﺫﻳﻠﻳﺣﻣﺍ

/`imḥīlī Żunūbī wa ihdīnī aṭ-ṭarīqa/ Hapuskanlah dosaku dan tunjukilah aku jalan

ﻕﻳﺭﻁﻟﺎﻳﻟﺭﻭﻧ،ﻕﻳﺭﻁﻟﺎﻳﻟﺭﻭﻧ،ﻕﻳﺭﻁﻟﺎﻳﻟﺭﻭﻧ

(36)

Terangilah jalanku, terangilah jalanku, terangilah jalanku Katakanlah (ucapkanlah) (dalam doa), ya Allah.

Biarkan dia (masalah dan perbuatan dosa) pergi jauh (terlupa). Jangan kau merasa cemas dan jangan kau merasakan keraguan. Tunjukilah wahai hatiku (ini) untuk bertaubat.

Hapuskan (ampuni) lah (segala) dosaku dan tunjukilah aku jalan (yang lurus). Terangilah jalan (lurus) ku.

Bait ke-6

Sama dengan bait ke-2.

Pembacaan heuristik lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ ini belum memberikan makna lirik lagu yang sebenarnya. Pembacaan ini hanya sebatas pemahaman terhadap arti bahasa sebagai sistem semiotik tingkat pertama, yaitu berdasarkan konvensi bahasanya. Pembacaan heuristik harus diulang kembali dengan pembacaan hermeneutik atau retroaktif berdasarkan konvensi sastra yaitu sistem semiotik tingkat kedua.

3.3.2 Pembacaan Hermeneutik / Retroaktif

(37)

Pembacaan hermeneutik tehadap lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/, adalah sebagai berikut.

Kalimat judul lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ berarti ‘jika Allah mengizinkan’. Kalimat ini menunjukkan bahwa manusia tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Selain itu, kalimat tersebut juga menunjukkan bahwa manusia punya rencana, harapan, keinginan, usaha atau janji yang ingin diwujudkan, namun Allah jua yang mempunyai kuasa atas segalanya. Kalimat

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ mengandung makna kerendahan hati dan kepasrahan diri seorang hamba sekaligus kesadaran akan ketentuan dan kekuasaan Allah. Setidaknya di dalamnya terkandung beberapa makna antara lain :

a. Manusia memiliki ketergantungan yang tinggi atas rencana dan ketentuan Allah (tauhid)

b. Menghindari kesombongan

c. Menunjukkan keterbatasan diri untuk melakukan sesuatu di hadapan manusia dan Allah

d. Optimisme akan hari esok yang lebih baik.

Setelah memahami makna judul

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/, maka berikut akan diuraikan pembacaan hermeneutik liriklagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/.

Bait ke-1 sampai bait ke-2

(38)

Masalah yang sedang dihadapi manusia ini terkadang bisa membuat bingung karena tidak tahu bagaimana cara menyelesaikannya. Jika sudah dalam situasi seperti ini akan sulit bagi manusia untuk menemukan solusi atau jalan keluar atas masalah yang sedang dihadapi.

Bila solusi atau jalan keluar ini pun tak kunjung diketahui, rasa cemas pun cenderung akan menghampiri, meskipun ketika manusia berada dalam waktu tidurnya.

Dalam kondisi tersebut, manusia pasti akan diliputi rasa dimana tidak adanya lagi kedamaian, ketenangan dan ketentraman dalam dirinya. Hingga jika pikiran dan perasaan sampai pada titik jenuh, manusia cenderung akan merasa dalam situasi yang sunyi, merasa hidupnya tak bahagia dan bahkan mungkin barpikir bahwa hidupnya tak berarti lagi.

Disaat manusia berada dalam kesulitan dan kebuntuan akan masalah yang sedang dihadapinya, maka saatnyalah manusia untuk senantiasa memohon pertolongan dengan berdoa kepada Allah serta mendekatkan diri hanya kepada-Nya. Allah akan selalu ada dimanapun dan kapanpun. Hanya Allah yang senantiasa menerima manusia dalam kondisi dan situasi apapun, sekalipun manusia kerap melupakan keberadaan dan kekuasaan Allah. Dan Allah pula lah yang selalu memberikan kasih sayangnya kepada semua manusia dan semua makhluk-Nya.

Bait ke-2

Dari semua permasalahan yang dihadapi manusia, terkadang tak semua bisa diselesaikan walaupun manusia sudah mendekatkan dan menyerahkan diri serta memohon pertolongan kepada Allah. Hanya atas izin, kehendak dan kuasa Allah sajalah semua permasalahan itu akan ditemukan solusi atau jalan keluarnya untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Kendati demikian, manusia harus tetap memasrahkan dirinya kepada Allah semata.

(39)

Secara fitrah, manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Manusia biasanya sulit untuk menghindari kekhilafan dan perbuatan-perbuatan yang salah, baik kesalahan tersebut hanya sekedar perbuatan yang tidak bermanfaat atau kesalahan yang berat sekalipun. Manusia dalam melakukan perbuatan yang dilarang atau perbuatan dosa tersebut ada yang dalam kondisi sadar dan disengaja maupun tidak disengaja atau tahu dan tidak tahu. Jika perbuatan dosa tersebut sudah acapkali dilakukan dan merupakan dosa besar, maka ketika manusia menyadari perbuatannya kadang muncul rasa takut bahwa jika ia ingin bertaubat, taubatnya itu tak akan diterima dan dosanya tak bisa diampuni. Hal itu dirasa wajar karena manusia tersebut merasa ragu apakah perbuatan dosa yang telah dilakukan akan diampuni dan taubatnya akan diterima Allah.

Seiring kerisauan yang dirasakan manusia karena takut taubatnya tidak diterima, hati manusia semakin merasakan kegaduhan karena perbuatan dosa yang disembunyikannya dari manusia lain, semakin lama akan terungkap jua. Perbuatan dosa yang tersembunyi ini akan menyebabkan penyesalan bagi manusia itu sendiri.

Bait ke-5

Jika manusia mengalami masalah hidup yang cukup pelik namun tak kunjung terselesaikan atau telah melakukan perbuatan dosa namun takut taubatnya tak diterima, maka saatnya manusia harus lebih mendekatkan dan memasrahkan dirinya kepada Allah serta memohon pertolongan dan pengampunan dari-Nya. Ucapkanlah nama Allah setiap saat. Lupakan semua masalah dan perbuatan dosa sejenak dan biarkan berlalu. Jangan pernah merasa cemas dan ragu dalam mendapatkan pertolongan dan pengampunan dari Allah. Manusia sepatutnya memohon agar dibukakan hati dan pikirannya untuk memperoleh petunjuk dan jalan untuk bertaubat, diampuni segala dosa, ditunjukkan jalan keluar yang terbaik atas segala permasalahan dan keraguan serta memohon agar selalu ditunjukkan ke jalan yang lurus dan diridhoi-Nya.

(40)

Kata religius berasal dari kata “religi” yang berarti sikap hikmat dalam pemujaan, sikap dalam hubungan dengan hal yang suci dan supranatural yang sendirinya menuntut hormat dan khidmat (Shadaly, 1984: 2878, dalam Wilson, 2003: 52).

Pengertian yang lebih singkat dikemukakan oleh Djosontosa (1986: 3) bahwa religius adalah keterikatan manusia terhadap Tuhan sebagai sumber ketentraman dan kebahagiaan. Keterikatan manusia secara sadar terhadap Tuhan merupakan cerminan sikap manusia religius. “Manusia religius” dapat diartikan sebagai manusia yang berhati nurani serius, saleh dan teliti dalam pertimbangan batin dan sebagainya (Mangunwijaya, 1982: 149, dalam Wilson, 2003: 53).

Selanjutnya Mangunwijaya (1982: 11) menyatakan bahwa awal mula sastra adalah religius. Dari pernyataan tersebut, tergambar bahwa dalam proses penciptaan suatu karya sastra kemungkinan besar dilatar belakangi oleh pengalaman batin atau pengalaman religius penyair.

Untuk menganalisis nilai religius yang terkandung dalam lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ peneliti menggunakan pembagian nilai religius yang dikemukakan oleh Soewondo (1994: 65, dalam Wilson 2003: 10) adalah :

1. Keimantauhidan manusia terhadap Tuhan. 2. Keteringatan manusia terhadap Tuhan. 3. Ketaatan manusian terhadap Tuhan. 4. Kepasrahan manusia terhadap Tuhan.

Indikasi penentuan nilai religius yang terdapat dalam lirik lagu

ﷲءﺎﺸﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ dapat dilihat dari makna setiap lirik dan bait yang telah dijabarkan melalui analisis semiotik dengan pembacaan heuristik dan hermeneutik. Dengan melihat makna yang terkandung dalam setiap lirik dan bait maka makna tersebut kemudian dihubungkan dengan arti dan aplikasi masing-masing nilai religius. 3.4.1 Keimantauhidan Manusia terhadap Tuhan
(41)

Dalam Sugono (2008: 526) kata ‘iman’ berarti kepercayaan atau ketetapan hati sedangkan kata ‘tauhid’ (2008: 1411) berarti meyakini keesaan Allah. Nilai keimantauhidan adalah nilai kepercayaan dan keyakinan manusia terhadap Allah dengan penuh kesadaran melalui hati nurani (rasa), ucapan (cipta) dan dan perbuatan (karsa). Perwujudan keimantauhidan itu tercermin dalam sikap, tutur kata dan tindakan yang dilandasi keseriusan hati nurani, kesalehan dan ketelitian dalam pertimbangan batin.

Dalam baris-baris dan bait-bait lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/, nilai keimantauhidan manusia terhadap Tuhan tercermin dalam kalimat berikut.

1.

ﻙﻳﻟﻭﺣﺎﻣﻳﺍﺩﻫﺎﻘﻠﺗ

/talqāhu dāiman ḥawlaika/ ‘kau akan menemukan-Nya selalu disekitarmu’. Dari kalimat tersebut mengandung makna kepercayaan bahwa Allah akan selalu ada di sekitar manusia dalam keadaan apa pun.

2.

ﻙﻳﺑﺳﺳﺎﺣﻛﻠﺑﻗ،ﷲﻭﻫ

/huwa allāhu qabalaka ḥāsisun bīka/ ‘Dia lah Allah, menerimamu yang menaruh kasih padamu’. Dari kalimat tersebut mengandung makna manusia harus meyakini bahwa Allah akan senantiasa menerima dan memberikan kasih sayang-Nya kepada manusia dalam kondisi apa pun.

3.4.2 Keteringatan Manusia terhadap Tuhan

Kata keteringatan merupakan istilah yang tidak baku karena kata yang populer dan baku digunakan dalam bahasa Indonesia adalah kata ingat. Kata ‘ingat’ berarti berada alam pikiran, sadar, menaruh perhatian, memikirkan atau mempertimbangkan (Sugono, 2008: 535). Jadi nilai keteringatan terhadap Tuhan adalah kesadaran yang ada dalam pikiran dan hati akan keberadaan Allah.

Dalam baris-baris dan bait-bait lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/, nilai keteringatan manusia terhadap Tuhan tercermin dalam kalimat :
(42)

sesuatu, berarti ia ingat untuk beribadah dan ingat bahwa hanya Tuhan lah tempat bergantung dan tempat memohon pertolongan.

2.

ﺏﻭﺗﺗﺭﺩﻘﺗﺎﻣﺎﻧﺑﻭﻠﻘﺗﻓﺎﺧﻭ

/wa khāfat qulūbunā mā taqdiru tutūbin/ ‘Hati kita takut kau tidak dapat bertaubat’. Ini berarti manusia yang berniat untuk bertaubat dan memohon ampunan atas segala dosa meski masih ada keraguan. Niat untuk bertaubat menggambarkan keteringatan manusia terhadap Tuhan dalam hidupnya walaupun selama hidupnya manusia hanya melakukan perbuatan-perbuatan dosa.

3.

ﷲﺎﻳﻟﻭﻗ

/qawlun yā allaha/ ‘katakanlah , ya Allah’. Kalimat ini biasanya selalu diucapkan ketika berdoa. Maka kalimat ini mengindikasikan adanya keteringatan manusia dalam setiap ucap dan perbuatannya.

3.4.3 Ketaatan Manusia terhadap Tuhan

Taat berarti senantiasa tunduk, patuh, tidak berlaku curang, setia, saleh dan kuat beribadah (Sugono, 2008: 1370). Jadi nilai ketaatan itu merupakan kadar kapatuhan, kesetiaan dan rutinitas manusia dalam melaksanakan ajaran-ajaran Allah.

Dalam baris-baris dan bait-bait lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/, nilai ketaatan manusia terhadap Tuhan tercermin dalam kalimat :

1.

ﺏﻭﺗﺄﻧﺎﺷﻌﻳﺑﻠﻗﺎﻳﯩﻧﻳﺩﻫﺍ

/ihdīnī yā qalbī ‘asyānun `atūbu/ ‘tunjukilah wahai hatiku untuk bertaubat’. Kalimat ini mencerminkan keinginan manusia untuk bertaubat agar diampuni dosa-dosanya dan senantiasa patuh dan taat kepada Tuhan dalam kehidupan yang selanjutnya.
(43)

3.

ﻕﻳﺭﻁﻟﺎﻳﻟﺭﻭﻧ

/nawwirlī aṭ-ṭariqa/ ‘terangilah jalanku’. Kalimat ini mencerminkan keinginan manusia agar kehidupannya selalu ada di jalan Allah.

3.4.4 Kepasrahan Manusia terhadap Tuhan

Pasrah artinya menyerahkan sepenuhnya, menyerahkan segalanya karena kesadaran akan kelemahan sebagai manusia (Sugono, 2008: 1028). Jadi nilai kepasrahan adalah kerelaan dan menyerahkan segala urusan kepada Allah karena kesadaran akan kelemahan sebagai manusia.

Dalam baris-baris dan bait-bait lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/, nilai kepasrahan manusia terhadap Tuhan tercermin dalam kalimat :

1.

ﻕﻳﺭﻁﻟﺎﻳﻗﻼﺗﺎﻫ

..

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syāa` `allahu ... hatlāqī aṭ-ṭar īqa/ ‘Jika Allah mengizinkan Kau akan menemukan jalan’. Kalimat ini menggambarkan sikap pasrah manusia akan izin dan kehendak Allah untuk bisa menemukan jalan yang terbaik dari segala masalahnya.

2.

ﺩﻳﻌﺑﺷﻣﻛﻧﻌﻫﺩ

/dahun ‘anka misy ba’īdun/‘Biarkan dia pergi jauh’. Kalimat ini menggambarkan kepasrahan manusia agar melupakan masalah dan keraguan yang ada dalam dirinya guna mendapatkan petunjuk dari Allah. 3.

ﻕﻳﺿﺑﺭﻌﺷﺗﻻﻭﻣﻬﺷﻠﻳﺷﺗﺎﻣ

/matsyīlisy hammun wa lā tasy’uru biḍīqin/ ‘Jangan
(44)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah menganalisis lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ secara struktural semiotik diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

Berdasarkan analisis struktur fisik lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ ditemukan bahwa :

1. Tipografi (perwajahan) lirik lagu masih bersifat konvensional (keteraturan mengikuti lirik dan bait) dan sederhana.

2. Diksi (pilihan kata) lirik lagu mencerminkan kereligiusan yang digambarkan dengan kata-kata yang tegas, berani dan penuh keyakinan.

3. Imaji (citra) lirik lagu menggunakan citra gerak, citra pendengaran, citra rasa dan citra penglihatan.

4. Dalam lirik lagu terdapat satu kata konkret.

5. Majas lirik lagu menggunakan majas personifikasi (mempersamakan), hiperbola (melebih-lebihkan), tautologi (pengulangan) dan asosiasi (membandingkan).

6. Verifikasi (penataan bunyi) lirik lagu masih menggunakan rima yang konvensional.

Berdasarkan analisis struktur batin lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ ditemukan bahwa :

1. Tema lirik lagu mencerminkan tema ketuhanan atau kereligiusan.

2. Rasa lirik lagu menggambarkan perasaan penyair bersifat religius yang yakin akan adanya pertolongan dan kasih sayang Allah.

(45)

4. Amanat lirik lagu yang disampaikan penyair mengandung keyakinan dan kepasrahan diri kepada Allah agar manusia jangan pernah berputus asa dari rahmat dan pertolongan Allah juga jangan ragu akan pengampunan Allah.

Berdasarkan analisis semiotik lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ secara ringkas menggambarkan makna kerendahan hati dan kepasrahan diri seorang hamba sekaligus kesadaran akan ketentuan dan kekuasaan Allah.

Lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/ juga mengandung nilai-nilai religius yang diungkapkan melalui analisis semiotik khususnya dalam pembacaan hermeneutik terhadap lirik lagunya. Nilai religius yang terkandung di dalamnya yaitu :

1. Keimantauhidan manusia terhadap Tuhan. 2. Keteringatan manusia terhadap Tuhan. 3. Ketaatan manusian terhadap Tuhan. 4. Kepasrahan manusia terhadap Tuhan. 4.2 Saran

Untuk lebih berkembangnya pembahasan tentang nilai religius ini, maka perlu diadakan penelitian lain yang sejenis dengan objek penelitian yang berbeda seperti puisi-puisi Arab, prosa-prosa Arab atau jenis karya sastra lain. Karya sastra adalah suatu hal yang banyak diminati oleh para pembaca atau pendengar dan lebih bersifat universal, maka perlu diadakan penelitian lain dari segi nilai religius dengan objek berbeda.

(46)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kajian terdahulu tentang analisis nilai religius sudah pernah dilakukan, antara lain oleh :

1. Devix Wilson (NIM: 980704004) dengan judul “Nilai Religius Syair Al-Hikmah Karya Zuhayr Bin Abi Sulma (Tinjauan Struktural Semiotik)” pada tahun 2003 di Universitas Sumatera Utara. Hasilnya adalah Syair Al-Hikmah mengandung nilai religius yakni keimantauhidan, keteringatan, ketaatan dan kepasrahan manusia terhadap Tuhan.

2. Muhammad Pujiono, S.S (NIP: 132299344) dengan judul “Analisis Nilai-Nilai Religius dalam Cerita Pendek (Cerpen) Karya Miyazawa Kenji” pada tahun 2006 di Universitas Sumatera Utara. Hasilnya adalah bahwa dalam cerpen karya Miyazawa Kenji hubungan makhluk hidup dengan Tuhan, sesama makhluk dan alam sekitar tidak dapat dipisahkan.

Kedua penelitian tersebut di atas sudah tentu akan berbeda dengan penelitian ini yakni dalam penelitian ini peneliti mengkaji objek yang berbeda berkaitan dengan lirik lagu

ﷲءﺎﺷﻧﺇ

/`in syā`a `allāhu/yang tentu saja hasilnya akan berbeda pula.

Berkaitan dengan lirik, lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata sebuah nyanyian (Sugono, 2008: 835), maka lirik lagu termasuk dalam salah satu genre sastra. Jadi lirik lagu sama dengan puisi hanya saja lirik biasanya disajikan dalam bentuk nyanyian.

Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau poesis pembuatan dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada

dasarnya seseorang telah menciptakan suatu dunia tersendiri yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana tertentu baik fisik maupun batiniah (Aminuddin 2000:134, dalam Tari, 2011).

(47)

larik dan bait atau gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman hidup dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama dan makna khusus.

Puisi atau dalam kesusastraan Arab disebut

ﺮﻌﺷ

/syi‘run/ atau syair. Menurut sastrawan Arab syair adalah :

ﻊﻳﺪﺒﻟﺍ ﻝﺎﻴﺨﻟﺍ ﺭﻮﺻ ﻦﻋ ﺎﺒﻟﺎﻏ ﺮﺒﻌﻤﻟﺍ ﻰﻔﻘﻤﻟﺍ ﻥﻭﺯﻮﻤﻟﺍ ﺢﻴﺼﻔﻟﺍ ﻡﻼﻜﻟﺍ ﻮﻫ ﺮﻌﺸﻟﺍ

/al-syi’ru huwa al-kalāmu al-fașīḥu al-mawzūnu al-maqfi al-mu’abbaru gāliban ‘an șawwari al-khayāli al-badī’i/

“Syair adalah kata-kata fasih yang berirama dan berqafiah dan pada umumnya mengekspresikan bentuk-bentuk imajinasi yang indah”. (Ahmad Al-Iskandari dan Musthafa Inani, 1992 : 42).

Sedangkan Ibn Rasyid berpendapat bahwa :

ﺔﻴﻓﺎﻘﻟﺍ ﻭ ﻰﻨﻌﻤﻟﺍ ﻭ ﻥﺯﻮﻟﺍﻭ ﻆﻔﻠﻟﺍ ﻲﻫ ﻭ ءﺎﻴﺷﺍ ﺔﻌﺑﺭﺍ ﻦﻣ ﻥﻮﻜﻣ ﻪﻧﺍ

/innahu makūnu min arba’atin asyyā`in wa hiya al-lafẓu wa al-waznu wa al-ma‘na wa al-qāfiyatu/

“Sesungguhnya syair itu terdiri dari empat hal, yaitu lafazh, wazan, makna dan qafiah. (Ahmad Al-Syayib, 1964: 295, dalam Muzakki, 2006: 42).

Pradopo (2001: 772, dalam Wilson 2003: 7) mengatakan bahwa puisi sukar dimengerti karena kompleksitas, pemadatan, kiasan-kiasan, dan pemikiran yang sukar. Puisi merupakan kristalisasi pengalaman, maka hanya inti masalah yang dikemukakan, untuk mencapai hal itu perlu pemadatan. Untuk pemadatan ini, puisi hanya menyatakan hal secara implisit,sugestif dan mempergunakan ambiguitas. Semuanya itu yang menyebabkan sukarnya pemahaman puisi. Oleh karena itu, perlu adanya kajian puisi untuk memahaminya.

(48)

dengan penelitian semiotik. Penelitian semiotik adalah studi tentang tanda. Karya sastra akan dibahas sebagai tanda-tanda agar terpahami arti dan makna didalamnya (Endaswara, 2008 : 64). Sedangkan menurut Pradopo (2003 : 119) semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Penelitian semiotik adalah analisis sastra sebagai sebuah penggunaan bahasa yang bergantung pada konvensi-konvensi tambahan dan meneliti ciri-ciri yang menyebabkan bermacam-macam cara wacana mempunyai makna. Pendapat lain dikemukakan oleh Fananie (2000, 139) penelitian semiotik adalah pemahaman makna karya sastra melalui tanda.

Kajian struktural semiotik yaitu kajian yang menghubungkan aspek-aspek struktur dengan tanda-tanda (Endaswara, 2008 : 64). Maka terlebih dahulu dilakukan kajian struktural kemudian disusul kajian semiotiknya.

Berdasarkan dengan konsep kajian struktural semiotik, peneliti menggunakan teori Siswanto untuk mengkaji struktural puisi. Menurut Siswanto (2008) sebuah puisi terdiri dari duastruktur yakni :

1. Struktur fisik puisi, yang mencakup :

a. Tipografi (perwajahan puisi) adalah pengaturan dan penulisan kata, larik dan bait dalam puisi.

b. Diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya.

c. Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan.

d. Kata konkret adalah kata-kata yang dapat ditangkap dengan indra.

e. Bahasa figuratif (majas) adalah bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu.

f. Verifikasi adalah hasil penataan kata dalam kalimat atau struktur bunyi. 2. Struktur batin puisi yang meliputi :

(49)

b. Rasa adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya.

c. Nada adalah sikap penyair dalam menyampaikan puisinya terhadap pembacanya.

d. Amanat atau tujuan adalah alasan atau latar belakang yang mendorong penyair menciptakan puisi.

Berkenaan dengan salah satu struktur batin puisi yaitu tema atau makna atau dengan kata lain disebut isi, maka menurut Sayuti (1985 : 185) ragam tema yang terdapat dalam sebuah puisi antara lain meliputi :

1. Manusia dalam urusannya dengan diri sendiri. 2. Manusia dalam urusannya dengan manusia lain. 3. Manusia dalam urusannya dengan alam.

4. Manusia dalam urusannya dengan Tuhan.

Sedangkan tema dalam sastra Arab khususnya puisi atau syair berbeda-beda menurut masanya. Dalam buku yang ditulis oleh Sutiasumarga (2001) tema-tema sastra Arab adalah :

1. Pada masa Jahiliah, tema puisinya adalah Al-Hamasah (

Referensi

Dokumen terkait

Objek yang digunakan adalah aspek stilistika berupa bahasa figuratif (majas) dalam lirik lagu album Camellia II karya Ebiet G.. Ade

Objek penelitian ini adalah pemakaian gaya bahasa lirik lagu Iwan Fals Album Keseimbangan 2010, gaya bahasa yang paling dominan pada lirik lagu Iwan Fals Album

Penelitian ini bersifat kualitatif yaitu penelitian yasng bertujuan untuk melakukan analisis wacana atas lirik lagu-lagu dengan menggambarkan secara konteks atau

Karya ilmiah yang ditulis oleh Tari (2011), Manguwijaya (dalam Ratnawati 2000:2) mengungkapkan: “Religius pada dasarnya adalah bersifat mengatasi atau lebih dalam dari pada agama

Penelitian ini berjudul “Analisis Nilai Pendidikan Karakter dalam Lirik Lagu bahasa Singkil di Subulussalam.Penelitian inibertujuan untuk mendeskripsikan nilai pendidikan

Ade, lirik lagu Yang Terbaik Bagimu (Jangan Lupakan Ayah) karya grup band Ada Band, lirik lagu Ayahkarya grup band Seventen, lirik lagu Ayah karya grup band Power Metal, lirik

Seperti yang sudah dijelaskan diatas peneliti akan menganalisis lirik lagu ‘Menoleh’ menggunakan teori semiotika Ferdinand De Saussure untuk melihat makna

Pesan-pesan Dakwah dalam lagu InsyaAllah: Lirik lagu “InsyaAllah” Everytime you feel like you cannot go on : Setiap kali anda merasa putus asa You feel so lost : Anda merasa sangat